Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Suatu penyakit autoimun yang belum diketahui penyebabnya, bersifat sistemik, melibatkan organ lain, bersifat kronik dan fluktuatif, dan menyebabkan ketidakmampuan fungsional Survival penderita RA lebih pendek 3 18 tahun dari populasi umum Onset pada usia 30-50 tahun Kerusakan sendi terjadi pada 2-3 tahun pertama dan biasanya ireversibel Kerusakan sendi terjadi akibat kerusakan rawan sendi, tulang subkondral, dan jaringan periartikular
Faktor Risiko
Faktor Genetik : memegang peranan penting pada RA tingginya insidensi RA pada kembar monozigot 12-15%. RA juga diturunkan dari ibu ke anak hingga 50-50%. RA berhubungan dengan HLA, DR4, DR1, gen PTPN22 yang berfungsi mengatur aktivitas sel T Faktor non genetik: wanita 2-3 kali > pria, berkaitan dengan estrogen dan progesteron. Efek penurunan apoptosis sel B, mengatur keseimbangan sel T dan produk sitokinnya. Saat hamil 75% akan remisi dan akan eksaserbasi setelah melahirkan
Pathology
Stage 1: Synovitis.
Inflammatory cell deposition. Painful, swollen, tender joints.
Stage 2: Destruction.
Chronic synovitis
Proteolytic enzymes
pannus
Synovial hyperplasia
Stage 3: Deformity.
Deformity
Joint destruction Tendon Rupture Capsular stretching
Patogenesis
Sinovia terdiri dari cairan sinovia yang aselular dan membran sinovia yang terdiri satu atau dua lapis sel Sel pada membran sinovia terdiri: yang seperti makrofag (tipe A) dan yang seperti fibroblast (tipe B/fibroblast like synovocyte) Pada sendi AR terjadi serangan sel imun dan neovaskularisasi yang menyebabkan inflamasi dan kerusakan sendi Terjadi penumpukan sel-sel imun di cairan sinovia & membran sinovia Pusat kerusakan: pannus
Pannus: jaringan sinovia yang meradang, terdiri dari sel fibroblast like synoviate (FLS) yang proliferatif, pembuluh darah, makrofag
Sel Yang Berperan Pada Kerusakan Sendi Limfosit T RANKL (receptor activator nuclear factor kB ligand) dari limfosit T berikatan dengan RANK pada osteoklas diferensiasi, aktivasi, proliferasi, maturasi osteoklas dan menekan apoptosis osteoklas Osteoklas Menyebabkan erosi tulang Sitokin : IL-1, TNF alfa merangsang aktifasi limfosit T, B, makrofag
Manifestasi Klinis RA
Perjalanan klinis terbagi atas 3 kelompok yaitu monofasik, polifasik, dan progresif Kelompok monofasik mengenai 20% kasus. Gejala klinis berupa nyeri dan pembengkakan sendi yang terjadi mendadak, berupa episode nyeri yang sembuh sendiri dan berlangsung singkat Kelompok polifasik (70%). Gejala nyeri dan bengkak sendi berlangsung bertahun-tahun. Eksaserbasi berulang, menimbulkan deformitas
Kelompok progresif (10%). Berbentuk artritis inflamasi yang berat, dan menyebabkan deformitas sendi pada waktu < 2 tahun
Palindromic Rheumatism
Hench & Rosenberg 1941 Nyeri dimulai pada satu sendi, memburuk dalam beberapa jam, bengkak, eritema, dan tiba-tiba membaik 25-30% berkembang menjadi RA
Deformity joint swelling or subluxation or dislocation Muscle wasting disuse atrophy leads to muscle wasting
Clinical presentation
usually presents insidiously; prodromal syndrome of malaise, weight loss and vague periarticular pain and stiffness may be seen less commonly, the onset is acute, triggered by a stressful situation such as infection, trauma, emotional strain or in the postpartum period. the joint involvement is characteristically symmetric with associated stiffness, warmth tenderness and pain
Clinical Features
the stiffness is characteristically worse in the morning and improves during the day; its duration is a useful indicator of the activity of the disease. The stiffness may recur especially after strenuous activity. the usual joints affected by rheumatoid arthritis are the metacarpophalangeal jts, the PIP jts, the wrists, knees, ankles and toes. Entrapment syndromes may occur especially carpal tunnel syndrome
20% of patients with rheumatoid arthritis will have subcutaneous nodules, usually seen over bony prominences but also observed in bursa and tendon sheaths; these nearly always occur in seropositive patients as do most other extra-articular manifestations splenomegaly and lymphadenopathy can occur low grade fever, anorexia, weight loss, fatigue and weakness can occur
Rheumatoid Nodul
Late Stage
After months to years, deformities can occur; the most common are
ulnar deviation of the fingers swan neck deformity, which is hyperextension of the distal interphalangeal joint and flexion of the proximal interphalangeal joint boutonniere deformity, which is flexion of the distal interphalangeal joint and extension of the proximal interphalangeal joint valgus deformity of the knee
Ulnar Deviation
Boutonniere Deformity
Valgus Deformity
Dryness of the eyes, mouth and other mucus membranes is found, especially in advanced disease Pericarditis and pleuritis can occur but are usually clinically silent aortitis can occur as a late complication, usually associated with vasculitis; rupture of the aorta can lead to aortic regurgitation
Sendi terkena
Poliartritis (75%) Tangan: PIP (85%), MCP (70%), sebagian kecil DIP Swan neck deformity: hiperekstensi PIP
Sjogrens syndrome
Sjogren 1933 Triad:
Keratokonjunctivitis sicca (dry eyes) Xerostomia (dry mouth) RA (connective tissue disease)
Xerostomia
Keratokonjunctivitis Sicca
Laboratoris
LED dan CRP hasil yang tinggi menunjukkan prognosis yang kurang baik Fungsi hati dan ginjal untuk pemilihan obat Auto antibodi: faktor rematoid (RF) dan anti CCP (cyclic citrunated protein). RF positif pada 7585% pasien. RF tinggi merupakan faktor prediktor artritis erosif yang lebih agresif. 35% pasien RF negatif , hasil anti CCP (+). Tes anti CCP genrasi 2 sensit 81%, spesif 91% ANA tes positif dengan gejala ekstra artikuler
Rheumatoid Factor
NOT DIAGNOSTIC High titers marker of poor prognosis. Present in 60 80% Pts of RA. Once positive no need to repeat. Positive RFs
Rheumatological diseases
RS,SS,SLE,SSc,MCTD,JCA. TB,leprosy, syphilis, IE,Inf.hepatitis etc.
Infections
Radiologis
Awal penyakit tidak khas pembengkakan jaringan lunak dan efusi sendi Keterlibatan simetris Osteopeni artikular Hilangnya kartilago tulang dan erosi tulang beberapa bulan Pada proses yang lanjut dapat terjadi subluksasi dan perubahan degeneratif berupa ostefit
RA X Ray
RA X-Ray
Perjalanan Penyakit RA
Bervariasi Menderita RA > 6 bulan mengakibatkan progresifisitas erosi dan disabilitas 10%: akut, progresif cepat dan sulit dikendalikan 20%: pola monofasik dengan episode tunggal serangan inflamasi poliartikular & menghilang selamanya 70%: gambaran eksaserbasi akut episodik pada keadaan remisi total atau parsial
Terapi Nonfarmakologik
Edukasi Latihan terapi elektrik, pemanasan, pendinginan, bidai selama fase akut Dietetik mengurangi berat badan
Peranan Kortikosteroid
Kortikosteroid memiliki efek antiinflamasi dan imunosupresif tidak terbukti memiliki khasiat untuk mengubah riwayat alamiah penyakit RA Kortikosteroid dosis rendah (prednison 57,5 mg sebagai dosis tunggal pagi hari) bermanfaat untuk bridging therapy selama menunggu DMARD mulai bekerja
Lanjutan.
Jangka lama untuk mencapai hasil (4 minggu 6 bulan) Hambatan utama: efek samping cek darah rutin, SGOT, SGPT, kreatinin Menunda pengobatan dengan DMARD sampai terjadi kerusakan sendi: prognosis buruk
Metotreksat
Terbanyak digunakan Sitostatika golongan antagonis asam folat Sangat mudah digunakan, rentang waktu mulai bekerja relatif pendek (3-4 bulan) Dimulai dosis 7,5 mg (5 mg untuk orang tua) setiap minggu Jika tidak terjadi kemajuan dalam 3-4 bulan dosis ditingkatkan Efek samping jarang: rentan infeksi, nausea, vomitus, diare
SAWTOOTH METHOD
DMARDs pada saat awal dengan satu atau kombinasi obat dievaluasi dalam 3-6 bulan Jika tidak efektif: obat pertama digantikan dengan obat lain Pada eksaserbasi akut kembali diberikan DMARDs, dihentikan setelah remisi berulang HASIL: hanya pasien AR dengan aktifitas penyakit tinggi dan RF (+) yang prognosisnya buruk
Tantangan
Terapi genetik: transfer 1l-1Ra cDNA intra artikular, anti CD4 intra artikular Etanercept kompetitor inhibisi terhadap melekatnya TNF alpha ke reseptor TNF pada permukaan sel RA yang berat Leflunomid pemberian bersama MTX efek samping: SGOT& SGPT
ALHAMDULILLAH