You are on page 1of 6

Supervisory Control and Data Acquisition

UJIAN TENGAH SEMESTER

Sistem kontrol SCADA Di PLTGU Indonesia power semarang


Diajukan untuk memenuhi tugas UTS SCADA

Disusun Oeh NIM Kelas Program Studi

: Fahri Irwansyah : (091724011) : 3C / TPTL : Teknologi Pembangkit Tenaga Listrik

TEKNIK KONVERSI ENERGI POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2012

A. PENDAHULUAN 1.1. UMUM Kriteria yang umum digunakan dalam menilai kinerja operasi sistem tenaga listrik adalah kriteria SEQ yaitu securty, ekonomi dan quality. Masing-masing perusahaan listrik mempunyai pertimbangan sendiri-sendiri untuk mendapatkan kondisi pengoperasian optimum dari hasil kompromi diantara kriteria-kriteria diatas. Tujuan utama pengoperasian sistem adalah untuk mempertahankan keadaan normal selama mungkin. Bila terjadi keadaan kontingensi, operator harus bisa bertindak cepat untuk memulihkan sistem menjadi normal kembali sedang dalam keadaan gawat dispatcher harus mampu mangambil tindakan yang sesuai sehingga pmulihan dapat terlaksan dengan baik dan secepat mungkin. Sistem SCADA/EMS bertujuan untuk membantu perusahaan listrik mendapatkan sistem pengoperasian optimum sesuai dengan berbagai kenyataan kekurangan-kekurangan maupun segalah kelebihan yang terdapat pada sistem tenaga listrik. 1.2. Latar belakang Indonesia Power UBP SMG INDONESIA POWER UBP SMG adalah salah satu anak perusahaan milik PLN yang bekerja sebagai suplai pembangkit listrik jawa dan bali. Di INDONESIA POWER UBP SMG terdiri dari dua pembangkit listrik, yaitu PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) dan PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap ). PLTGU sendiri adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap. di PLTGU terdiri dari 2 suplai listrik yaitu 3 GTG ( Gas Turbin Generator) dan 1 STG ( Steam Turbin generator). Untuk GTG sendiri suplai bahan bakar masih menggunakan minyak HSD dan MFO, sedangkan pada STG prinsip kerjanya sama dengan PLTU akan tetapi suplai panas untuk memanaskan boiler uap berasal dari panas exhaust hasil pembakaran pada GTG. Dalam memproses panas exhaust GTG untuk memanaskan boiler uap yang nantinya akan disalurkan ke STG itu diolah oleh sistem HRSG (Heat Recovery Steam Generator). Selama Proses pembangkitan listrik berlangsung, semua kondisi dikontrol dalam satu ruang bernama Control Building. Di PLTGU sendiri untuk sistem kontrolnya menggunakan Speedtronik Mark V , DCS , dan HMI. SpeedTronik Mark V digunakan untuk mengontrol proses operasi pada GTG, seperti kontrol kecepatan, starting-up, kontrol temperatur, sinkronisasi, kontrol akselerasi, kontrol bahan bakar, dan sistem proteksi. Sedangkan DCS digunakan untuk HRSG dan STG dalam mengontrol operasinya kerjanya.

B. SISTEM KONTROL PADA Indonesia Power UBP SMG 2.1. SPEEDTRONICTM MARK V SPEEDTRONICTM MARK V adalah sistem kendali turbin yang bersifat programmable yang didesain sesuai dengan kebutuhan industri tenaga modern untuk sistem turbin yang bersifat kompleks dan dinamis. Keunggulan sistem ini terletak pada fiturfiturnya antara lain: Implementasi software dengan teknologi fault tolerance (SIFT). Operator interface yang user-friendly Interface dengan sensor direct

Kemampuan diagnosa yang built-in menyatu dengan sistem Arsitektur berbasis TMR (Triple Modular Redundant). SPEEDTRONICTM Mark V menggunakan tiga buah modul kontrol, masing-masing <R>, <S>, dan <T> yang identik untuk menjalankan keseluruhan algoritma kendali yang vital, proses sinyal proteksi, dan prses sekuensial. Konfigurasi inilah yang disebut TMR (Triple Modular Redundant). Untuk fungsi proteksi dijalankan oleh tiga prosessor proteksi <X>,<Y> dan <Z> pada core <P>. Semuanya mempunyai kemampuan yang sama didalam ketelitian menghitung dan menganalisa secara Algoritma sebagai perhitungan kendalinya, begitu pula mempunyai kasamaan didalam fungsi fungsi proteksi yang dihitung dalam Core P, maupun kesamaan dari bermacam-macam sequensing yang telah diprogramkan kepada Processor mereka. Bila prosesor ini memperoleh data yang diperlukan, dan dengan cepat menghasilkan sinyal sinyal keluaran untuk diteruskan kepada Turbine atau Generator sesuai dengan data-data masukkan yang diterimanya.

2.2. DCS (Distributed Control System). DCS merupakan sistem kontrol yang mampu menghimpun (mengakuisisi) data dari lapangan dan memutuskan akan diapakan data tersebut, secara singkat DCS -> ambil/baca data + lakukan pengontrolan berdasar data tersebut. Data-data yang telah diakuisisi (diperoleh) dari lapangan bisa disimpan untuk rekaman atau keperluankeperluan masa datang, atau digunakan dalam proses-proses saat itu juga, atau bisa juga, digabung dengan data-data dari bagian lain proses, untuk kontrol lajutan dari proses yang bersangkutan. yang terpasang di PLTGU UBP Semarang adalah DCS Bailey Infi 90. DCS ini telah di pasang sejak awal pendirian PLTGU pada tahun 1997.DCS Bailey Infi 90 terpasangan di

PLTGU UBP Semarang Unit 1 dan 2 (Gambar 1.2) tersusun atas dua komponen utama yaitu Operator Interface Station (OIS) dan Process Control Unit (PCU). OIS adalah komponen dari DCS Bailey Infi 90 yang merupakan antar muka antara operator dengan perangkat di jaringan INFI-NET sedangkan PCU adalah komponen dari DCS Bailey Infi 90 yang tersusun oleh pengendali (controller) dan modul keluaran masukan (IO module) yang merupakan antar muka antara piranti lapangan (field device) dengan jaringan INFI-NET. Lebih jelasnya pada gambar dibawah ini

Sistem arsitektur DCS secara umum tersusun oleh komponen-komponen yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian komponen utama , antara lain : 1. Human Machine Interface (HMI) Pada setiap DCS, HMI pada umumnya tersusun oleh beberapa komputer. Komputer-komputer tersebut berfungsi sebagai antar muka antara hardware dengan pengguna. Ada dua jenis HMI berdasarkan kegunaan yaitu operation station dan engineering station. Operation station yang biasanya berupa console komputer mempunyai fungsi mendukung pengoperasian. Untuk mendukung fungsi tersebut, operation station pada umumnya didesain dengan memperhatikan aspek ergonomis dan kemudahan penggunaan (user friendly) dikarenakan akan digunakan oleh operator dalam waktu yang lama. Sedangkan engineering station pada DCS adalah komputer yang mendukung fungsi rekayasa (engineering) komponenkomponen yang menyusun DCS yang meliputi fungsi konfigurasi dan fungsi pemrograman.

B. Controller dan Chassis IO Module (CIO) CIO merupakan bagian inti pada DCS. Bagian ini yang pada umumnya tersusun oleh dua komponen utama yaitu controller dan chassis IO module. Controller yang tersusun oleh beberapa mikroprosessor merupakan komponen real-time DCS yang memproses program program operasional yang dibuat pada engineering station. Sedangkan chassis IO module merupakan komponen yang merupakan antar muka antara controller dengan termination unit dari field device seperti sensor dan actuator. Chassis IO module ini berfungsi untuk mengubah sinyal dari field device menjadi standar sinyal yang akan diproses oleh controller. C. Remote IO Module, Distributed Controller dan Termination Unit (RIO) Bagian ini adalah bagian yang pada umumnya diletakkan berdekatan dengan field device atau berhubungan langsung dengan field device. Remote IO module adalah komponen DCS yang mempunyai fungsi seperti Chassis IO module yang letaknya berdekatan dengan field device. Distributed controller adalah komponen DCS yang diletakkan berdekatan dengan field device yang memproses program operasi sederhana dari field device. Sedangkan termination unit adalah komponen DCS yang merupakan terminal penghubung antara IO module dengan field device yang mempunyai fungsi seperti Chassis IO module. Kemudian untuk tampilan pada layar Control Building adalah seperti ini

Gambar di atas adalah tampilan kontrol display di GTG. Secara umum DCS terdisri dari :

Operator Console Alat ini mirip monitor komputer. Digunakan untuk memberikan informasi umpan balik tentang apa yang sedang dikerjakan atau dilakukan dalam pabrik, selain itu juga bisa menampilkan perintah yang diberikan pada sistem kontrol. Melalui konsol ini juga, operator memberikan perintah pada instrumen-instrumen di lapangan. Engineering Station Ini adalah stasion2 untuk para teknisi yang digunakan untuk mengkonfigurasi sistem dan juga mengimplementasi algoritma pengontrolan. History Module Alat ini mirip dengan harddisk pada komputer. Alat ini digunakan untuk menyimpan konfigurasi DC dan juga konfigurasi semua titik di pabrik. Alat ini juga bisa digunakan untuk menyimpan berkas-berkas grafik yang ditampilkan di konsol dan banyak sistem saat ini mampu menyimpan data-data operasional pabrik. Data Historian Biasanya berupa perangkat lunak yang digunakan untuk menyimpan variabel2 proses, set point dan nilai-nilai keluaran. Perangkat lunak ini memiliki kemammpuan laju scan yang tinggi dibandingkan History Module. Control Modules Ini seperti otaknya DCS. Disinilah fungsi-fungsi kontrol dijalankan, seperti kontrol PID, kontrol pembandingan, kontrol rasio, operasi-operasi aritmatika sederhana maupun kompensasi dinamik. Saat ini sudah ada peralatan modul kontrol yang lebih canggih dengan kemampuan yang lebih luas. I/O Bagian ini digunakan untuk menangani masukan dan luaran dari DCS. Masukan dan luaran tersebut bisa analog, bisa juga digital. Masukan/luaran digital seperti sinyal-sinyal ON/OFF atau Start/Stop.

You might also like