LENSA

EMBRIOLOGI

ANATOMI

HISTOLOGI

FISIOLOGI

Kapsul Lensa

Epitel Lensa

Serat Lensa

EMBRYOLOGI

ANATOMI

HISTOLOGI
TERDIRI ATAS 3

LAPISAN : Kapsul Lensa

(10-20 mikrometer), kaya akan proteoglikan, kolagen & mlkt dgn zonula

Kapsula Lensa

HISTOLOGI
Epitel Lensa
bagian ats selapis sel kuboid, ujungnya mlkt ke kapsula interna, bag. Posterior berproliferasi (perlahan lahan) yg akn mmbntuk serat lensa

EPITEL LENSA

HISTOLOGI
Serat Lensa
(P : 7-10 mm, L : 8-10 mikrometer, T: 2 mikrometer) Serat memanjang, tipis dan gepeng, serat lensa yg brda di epitel lensa td (immatur) berdfirensiasi, mngluarkn organel dan inti, mngisi diri dgn KRISTALIN

Terdpt iktn dgn ZONULA

SERAT LENSA

PREPARAT LENSA

PREPARAT LENSA 2

FISIOLOGI
Berperan penting

dalam masuknya cahaya Sebagai media refraksi pd proses melihat Melindungi bagian di belakang/ di bawahnya Daya AKOMODASI

AKOMODASI
Adlh proses mencembung/

mkungnya lensa akbt rgsgn fisiologi shingga chaya jatuh tpt d retina. Hal-hal yg brperan : Melihat benda dekat Adanya relaksasi dr ligamentory suspensorium Pupil mengecil (memusatkan cahaya) (kontriksi pupil) Lensa mncmbung akbt relaksasi ligamentory suspensorium tsb. Cahaya jatuh tepat diretina

REFRAKSI
Adlh kegiatan membiaskan cahaya datang dengn

indeks bias berbeda disetiap lapisan partikel suatu masa maupun bidang.
Indeks bias pada lapisan mata : Udara : 1.00 Cornea : 1.38 Aqueous humor : 1.33 Lensa : 1.40 Vitreous humor 1.34

HUKUM FISIKA sebagai PRINSIP KERJA LENSA dalam MELIHAT

TEORI AKOMODASI HEMHOLTZ

TEORI AKOMODASI THSEMING

Mencembungnya lensa akibat daya kontraksi otot penggantung lensa maupun akbit bagian nukleus lensa yg terjepit shingga bntuk lensa akn mncmbung

RUMUS EMETROPIA
A (daya akomodasi) R (titik terjauh dapat melihat = tak terhingga) P (pungtum proksimum = titil terdekat dpt melihat) Dimana : A = 1/P 1/R HIPERTROPI : A (Hipertropi) = (1/P 1/R) + Lebar akomodasi kemungkinan MIOPI : A (Miopi) = (1/P 1/R) Lebar akomodasi kemungkinan

CONTOH SOAL :
Pada pasien hipermetropi, ia mmpu mmbaca pd

jauh 20 cm, dgn lebar yg mungkin diperlukan adlh 2 dioptri. Maka, berapa akomodasi pasien hipermetropi ini : A = (1/P 1/R) + Lebar akomdsi yg diperlukan = (1/20cm 1/R) + 2D = (100/20cm) + 2D = 5D+2D =7D (+)

CONTOH SOAL :
Pada pasien miopi, ia mmpu mmbaca pd jauh 10

cm, dgn lebar yg mungkin diperlukan adlh 2 dioptri. Maka, berapa akomodasi pasien miopi ini : A = (1/P 1/R) - Lebar akomdsi yg diperlukan = (1/10cm- 1/R) 2D =(100/10cm ) 2D = 10D - 2D = 8D(-)

PATOLOGI REFRAKSI MATA

EMETROPIA (MATA NORMAL)

AMETROPIA (REFRAKSI ABNORMAL)

MIOPIA HYPERTROPI AMETROPIA ASTIGMAT
MIOPIA Lensa koreksi Lensa (-) Kausa Refraktif, axial, bias kuat, bola mata panjang Bias lemah, bola mata pendek Kuerva 2 median tegak lurus Kurva kornea irregular

HIPERMETROPI ASTIGMAT Reguler Irreguler

Lensa (+)

Silinder Lensa kontak

MIOPIA
Atau disebut juga rabun jauh, dimana ssorg tdk

mmpu mlihat bnda2 jauh yg sbgaimana org2 bermata normal dapat melihatnya dgn jelas ETIOLOGI

Axial miopia Curvatural miopia Positional axial Indeks Miopia Myopia due ti excessive accomodation

VARIASI MIOPI SEC. KLINIK

Congenital, Simplea, Pathological, and Aquired

Variasi miopi secara klinik

CONGENITAL MYOPIA
Timbul ktika bru lahir /

usia 2-3 thn Dpt unilateral-bilateral Hny dpt mlht jls 10-12 cm Dpt tmbl brsma dgn KATARAK, dan MEGALOCORNEA

Variasi miopi secara klinik

SIMPLE MYOPIA
Mulai tmbul ktika 8-12 thn (school

myopia) ETIOLOGI : Axial type, Curvatural type, Role of genetics and examination. GAMBARAN KLINIS : 1. Pandangan kabur saat lihat jauh 2. Asthenopic syndrome 3. Prominent eye ball 4. coA lbh dalam 5. Funduskopi norma

Variasi miopi secara klinik

PATOLOGI MYOPIA
Bersifat patologis/ degenerative/ progresive pd usia > 10 th ETIOLOGI : Herediter, Proses pertumbuhan GEJALA : 1. DEFEK PENGLIHATAN 2. MUSCAE VOLINTANTES 3. NIGHT BLINDNESS TANDA : 1. PROMINENT EYEBALL 2. CORNEA LARGE 3. COA DEEP 4. FUNDUSKOPI normal 5. LAPANG PANDANG agak terhambat

TATALAKSANA MYOPIA
OPTICAL OF

MYOPIA CONSTITUTION,p emberian lensa concave (cekung) SURGICAL TREATMENT Pemberian vitamin dan protein untuk mata Profilaksis berupa edukasi yang baik

HIPERMETROPI
DEFINISI

ETIOLOGI
GEJALA & TANDA TATALAKSANA

ASTIGMATYZM
DEFINISI

ETIOLOGI
GEJALA & TANDA TATALAKSANA

ANISOMETROPI
DEFINISI

ETIOLOGI
GEJALA & TANDA TATALAKSANA

MATA NORMAL VISUS TURUN

KONGENITAL

DM

ABLASIO RETINA

INFEKSI

HIPERTENSI

NEURITIS OPTIC

KOMPLIKATA

JUV/SENIL

KATARAK