You are on page 1of 19

Seminar Nasional Biologi 2010

SB/O/KR/10 KOLEKSI DAN ADAPTASI IKAN HIAS ASLI SUNGAI LASUSUA, SULAWESI TENGGARA, UNTUK KANDIDAT BUDIDAYA IKAN HIAS Ahmad Musa1, Bastiar Nur1 dan Bongi2 1 Balai Riset Budidaya Ikan Hias Jln. Perikanan No. 13, Pancoran Mas, Depok 2 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kolaka Utara Jln. Poros Watuliu, Lasusua, Kolaka Utara Sulawesi Tenggara Email : ahmadmusasaid@yahoo.co.id. Tlp : 021-7520482

ABSTRAK Penelitian yang bertujuan untuk mengoleksi dan mengadaptasi ikan hias asli sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara telah dilakukan pada bulan September November 2009. Koleksi dilakukan dengan menggunakan jala lempar inchi, jaring insang 1 inchi dan alat setrum dengan bertegangan 12 Volt dan daya 10 Ampere. Enam jenis hanya berpotensi menjadi ikan hias yaitu Gymnothorax polyuranodon, Tetraroge niger, Microphis argulus, Microphis brachyurus, Arathron reticularis dan Chelonodon patoca. Sedang yang berpotensi menjadi ikan hias sekaligus konsumsi yaitu Belobranchus belobranchus, Ophiocara porocephala, Eleotris melanosoma, Ophieleotris aporos, Awaous melanocephalus, Glossogobius celebius, Sicyopterus cynocephalus, Kuhlia marginata, Lutjanus fuscescens, Lutjanus argentimaculatus, Rhyachichthys aspro dan Mesopristes cancellatus. Adaptasi telah dilakukan terhadap tiga spesies yang memiliki potensi sebagai ikan hias yaitu E. melanosoma, G. polyuranodon dan L. fuscescens. Kata kunci : koleksi, ikan hias, sungai Lasusua PENDAHULUAN Kabupaten Kolaka Utara mencakup wilayah daratan dan kepulauan yang terbentang dataran-dataran yang merupakan daerah potensial untuk pengembangan sektor pertanian. Kabupaten Kolaka Utara

memiliki daratan seluas 3.391 km2 dan wilayah perairan (laut) diperkirakan seluas + 5.000 km2. Secara geografis terletak

mempunyai ketinggian umumnya dibawah 1.000 meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa maka daerah ini beriklim tropis. Suhu udara minimum sekitar 10C dan maksimum 31C atau ratarata antara 24C - 28C. Dipandang dari sudut oceanografi

memanjang dari utara ke selatan berada di antara 2.00 Lintang Selatan dan

membentang dari Barat ke Timur diantara 122.045 124.060 Bujur Timur,. Keadaan permukaan wilayah

memiliki perairan (laut) yang sangat luas yaitu diperkirakan mencapai + 5.000 km2. Perairan ini masih belum begitu

Kabupaten Kolaka Utara umumnya terdiri dari gunung dan bukit yang memanjang dari utara ke selatan. Diantara gunung dan bukit
128

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

Seminar Nasional Biologi 2010

dimanfaatkan

secara

optimal

walaupun

tertinggi berada di Kecamatan Pakue sebesar 2.361,30 ton [1]. Di antara sungai yang terdapat di Kabupaten Kolaka Utara ialah Sungai Lasusua yang kedalamannya berkisar 0,3 1,2 m pada musim kemarau dan 1,5 3 m pada musim hujan. Sungai Lasusua memiliki tiga hulu (Gambar 1), hulu pertama dan kedua merupakan ujung dari cabang sungai yang mengarah ke utara, sedang hulu ketiga merupakan ujung dari batang utama sungai yang terletak di bagian timur.

potensial untuk usaha perikanan. Kabupaten Kolaka Utara memiliki beberapa sungai yang tersebar pada 6 (enam) Kecamatan. Sungai tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan

sebagai sumber tenaga, kebutuhan industri, kebutuhan rumah tangga, kebutuhan irigasi dan kebutuhan pariwisata serta kebutuhan perikanan. Pada tahun 2005 produksi ikan tercatat sebesar 6.938,20 ton terdiri dari produksi ikan laut 5.737,0 ton dan produksi ikan darat 1.201,2 ton dengan produksi ikan

= 13,5 km

Gambar 1. Denah sungai Lasusua (Microsoft Encarta 2009)

Sungai ini sudah mulai terancam dikarenakan kegiatan penambangan yang berlangsung di sekitar sungai tersebut. Penambangan pasir dan batu kali merupakan ancaman utama yang dikhawatirkan dapat
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

mengganggu kelestarian biota yang terdapat di sungai tersebut. Ikan yang merupakan salah satu fauna utama di sungai merupakan fauna yang paling terancam dengan adanya kegiatan penambangan tersebut. Pada
129

Seminar Nasional Biologi 2010

September 2008, telah pernah dilakukan identifikasi awal mengenai kondisi sungai Lasusua dan beberapa spesies ikan yang hidup di sungai tersebut. Namun belum dilakukan dengan mengikuti kaidah ilmiah dan tanpa pengawetan sampel yang baik [2]. Kegiatan ini bertujuan mengoleksi untuk dan

menggunakan GPS Garmin. Pengukuran kualitas air dilakukan secara insitu untuk meliputi Temperatur dan pH. Sampel ikan yang mati dimasukkan ke dalam larutan formalin 4 %. Identifikasi dilakukan di Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok dengan mengacu pada Kottelat et.al [3]. Adaptasi dilakukan dengan mengadaptasikan ikan hasil koleksi pada akuarium di

mengidentifikasi,

mendomestikasikan ikan-ikan yang terdapat di sungai Lasusua tersebut. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu koleksi ikan dan domestikasi ikan hasil koleksi. Koleksi ikan dilakukan dengan cara survey dan menangkap ikan-ikan yang terdapat di Sungai Lasusua. Koleksi sampel dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada awal bulan Oktober November dan pertengahan bulan Penangkapan ikan

LRBIHAT, dengan pemberian pakan ikan seribu dan udang kecil.

HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu air sungai berkisar antara 23,8 hingga 24,3 derajat Celcius (oC) dengan pH antara 8,2 8,3. Salinitas air sungai 0 ppt setelah 500 meter dari muara. Pada saat pasang, air laut masuk ke sungai tidak lebih dari 200 meter. Selama dua kali sampling, ekspedisi hanya mencakup anak sungai yang menuju hulu pertama. Dari hasil koleksi didapatkan sebanyak 19 jenis ikan yang berasal dari 10 famili yang berbeda (Tabel 1). Dari ikan yang dikoleksi, satu-

2009.

dilakukan dengan jala lempar, jaring insang dan alat setrum ikan. Semua ikan yang ditangkap dimasukkan ke dalam wadah tong untuk ditampung dalam keadaan hidup. Setelah selesai pengambilan sampel ikan hidup pada satu tempat tertentu, ikan dimasukkan ke dalam plastik ikan

satunya ikan yang hanya berpotensi sebagai ikan konsumsi adalah ikan sidat (Anguilla marmorata), ikan ini merupakan makanan favorit masyarakat di Lasusua. Jumlah yang ditemukan cukup banyak, penyebarannya merata di seluruh titik sampling. Sidat jenis ini (A. marmorata) lebih mahal dibanding jenis lainnya [4].

sebelumnya diberi bantuan oksigen. Plastik yang berisi ikan hidup kemudian

dikumpulkan dalam box styrofoam dan dibawa ke Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) Depok. Pencatatan koordinat titik pengambilan ikan dilakukan dengan

130

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

Seminar Nasional Biologi 2010

Tabel 1. Fauna ikan di sungai Lasusua Nama lokal Nama ilmiah Massapi Anguilla marmorata Bungo Belobranchus belobranchus Malapuso Ophiocara porocephala Malapuso Lajin Laka-laka Laka-laka Laka-laka Irak Kalera Kalera Binnuang Panga Kanofu Susubungin Susubungin Bakuku Bontiti Bontiti Eleotris melanosoma Ophieleotris aporos Awaous melanocephalus Glossogobius celebius Sicyopterus cynocephalus Kuhlia marginata Lutjanus fuscescens Lutjanus argentimaculatus Gymnothorax polyuranodon Rhyachichthys aspro Tetraroge niger Microphis argulus Microphis brachyurus Mesopristes cancellatus Arathron reticularis Chelonodon patoca

Famili Anguillidae Eleotrididae Eleotrididae Eleotrididae Eleotrididae Gobiidae Gobiidae Gobiidae Kuhliidae Lutjanidae Lutjanidae Muraenidae Ryacichthyda e Scorpaenidae Syngnathidae Syngnathidae Teraponidae Tetraodontida e Tetraodontida e

Potensi Konsumsi Konsumsi & hias Konsumsi & hias Konsumsi & hias Konsumsi & hias Konsumsi & hias Konsumsi & hias Konsumsi & hias Konsumsi & hias Konsumsi & hias Konsumsi & hias Hias Konsumsi & hias Konsumsi & hias Hias Hias Konsumsi & hias Hias Hias

Keterangan Asli Asli Asli Asli Asli Asli Asli Asli Asli Asli Asli Asli Asli Asli Asli Asli Asli Asli Asli

A.

marmorata

(Gambar

2)

ini

pulau karang yang berada di Samudera Pasifik 1.292,60 mil sebelah utara Polynesia. Namun masih dipertanyakan apakah hasil migrasi alami atau introduksi oleh manusia [5].

merupakan ikan yang sebaran migrasinya sangat luas, dari Afrika Timur hingga Polynesia dan kepulauan Ryukyu [3]. Bahkan pada Juni Oktober 2003 dilaporkan telah ditemukan pada Palmyra Atoll, sebuah

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

131

Seminar Nasional Biologi 2010

Gambar 2. Anguilla marmorata (dokumentasi pribadi)

Ditinjau dari segi potensi, ikan yang didapatkan terbagi atas tiga kelompok yaitu (1) kelompok ikan konsumsi, (2) kelompok ikan hias dan (3) kelompok ikan yang berfungsi ganda sebagai ikan hias dan konsumsi. Ikan yang termasuk dalam

dalam kelompok ikan hias ada 6 spesies yaitu G. Polyuranodon, M. argulus, M.

brachyurus, T. Niger, A. reticularis dan C. Patoca. Bentuk yang unik dan warna bintik dan pita kuning hitam tak beraturan yang menarik pada G. polyuranodon (Gambar 3) menyebabkan jenis ini berpotensi sebagai ikan hias [4].

kelompok ikan konsumsi hanya satu yaitu A. marmorata. Adapun ikan yang termasuk ke

Gambar 3. Gymnothorax polyuranodon (dokumentasi pribadi).

Ikan

ini

tidak

dikonsumsi

oleh

mengkonsumsi

dikarenakan

kepercayaan

masyarakat Lasusua karena khawatir akan adanya racun pada ikan tersebut. G.

bahwa ikan tersebut adalah nenek moyang dari A. marmorata. Ikan kanofu (Tetraroge niger)

polyuranodon yang memiliki bentuk seperti ular hingga dianggap sebagai ular air. Adapula
132

(Gambar 4) merupakan ikan yang ditakuti oleh masyarakat akibat duri beracun yang

masyarakat

yang

tidak

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

Seminar Nasional Biologi 2010

terdapat pada kulitnya. Meskipun demikian, duri-durinya yang tajam dan beracun tersebut merupakan keunikan tersendiri. Ikan ini

hanya ditemukan pada daerah sungai yang berdekatan dengan muara.

Gambar 4. Tetraroge niger (dokumentasi pribadi)

Ditemukannya

M.

argulus

pada

brachyurus merupakan satu famili dengan M. argulus, namun memiliki perbedaan pada panjang moncong dan sirip dorsal keduanya. Kedua ikan ini berpotensi menjadi ikan hias selain karena bentuknya yang unik juga karena tak dikonsumsi oleh penduduk di sekitar sungai tersebut (Gambar 5a dan 5b).

sungai Lasusua ini menguatkan catatan Haryono & Tjakrawidjaja [4] bahwa

Sulawesi juga merupakan habitat ikan ini, dimana menurut Kottelat et.al. [3] sebaran ikan ini terdapat Fiji pada dan Jawa, Flores, M.

Madagascar,

Polynesia.

(a)

(b)

Gambar 5. (a) Microphis argulus, terdapat perbedaan warna, kemungkinan merupakan perbedaan kelamin. (b) Microphis brachyurus dengan moncong yang lebih panjang (dokumentasi pribadi)

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

133

Seminar Nasional Biologi 2010

Adapun

ikan

dari

famili

biasanya racun terdapat pada daging atau organ tubuh lainnya. Jenis dari famili ini yang telah dikomersilkan sebagai ikan hias misalnya Tetraodon palembangensis. T.

tetraodontidae yaitu A. reticularis dan C. Patoca (Gambar 6a dan 6b), keduanya tidak dikonsumsi oleh masyarakat sekitar dengan alasan beracun. Meskipun demikian di daerah Sumatera ikan dari famili ini ada dikonsumsi setelah menghilangkan racunnya,

palembangensis ini telah dapat dipijahkan secara alami di BRBIH.

(a)

(b)

Gambar 6. (a) Arathron reticularis dan (b) Chelonodon patoca (dokumentasi pribadi)

Ikan yang selain dari keenam ikan tersebut di atas merupakan ikan yang berfungsi ganda sebagai ikan konsumsi dan ikan hias. Dari famili Eleotrididae terdapat empat spesies yaitu B. belobranchus, O. porocephala, E. melanosoma dan O. aporos (Gambar 7a 7d). Keempat spesies ini memiliki rasa yang lezat dan juga berpotensi sebagai ikan hias yang karena unik. bentuk Khusus dan E.

dengan bentuk yang unik, ikan ini tidak terlalu aktif. Hal ini berarti ikan tersebut tidak terlalu baik untuk dijadikan ikan hias. O. porocephala merupakan famili Eleotrididae yang kebanyakan hidup di payau-payau dan muara sungai. Meskipun ada beberapa merupakan jenis laut [3], namun ikan ini juga dapat ditemukan di sungai bahkan danau seperti di danau Tondano, Limboto dan sungai Ayong di Sulawesi Utara [4].

kebiasaannya

Melanosoma, ikan ini memiliki prilaku yang tenang dan kurang gerak, hingga meskipun

134

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

Seminar Nasional Biologi 2010

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 7. (a) Belobranchus belobranchus (b) Ophiochara porocephala (c) Eleotris melanosoma dan (d) Ophieletris aporos (dokumentasi pribadi) Dari famili G. gobiidae celebius, yaitu dan A. S. ikan ini dapat melekat di permukaan batu ketika melawan derasnya arus. Tak jarang pula ditemui ikan ini melekat di permukaan batu yang tidak tergenang air. Keunikan ini merupakan daya tarik untuk menjadikannya sebagai ikan hias. G. celebius dilaporkan dapat berada pada elevasi 100 m [6].

melanocephalus,

Cynocephalus (Gambar 8a 8c). Meskipun ketiga spesies ini berbeda, karena cirinya yang unik yaitu sirip perut yang bersatu menjadi cakram, penduduk lokal mengidentifikasi dengan sebutan Laka-laka (menempel). Cakram tersebut menyebabkan

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

135

Seminar Nasional Biologi 2010

(a)

(b)

(c) Gambar 8. (a) Awaous melanocephalus (b) Glossogobius celebius dan (c) Sicyopterus cynocephalus (dokumentasi pribadi) Dari famili kuhlidae hanya terdapat satu spesies yaitu K. Marginata (Gambar 9) yang merupakan ikan air tawar yang ini dianggap bersifat katadromous pertama kali pada tahun 1988-1989 oleh McDowall [7] dan Senou serta diperkuat dengan bukti motilitas spermanya yang tidak terjadi pada salinitas 0 dan 5 ppt serta sangat aktif pada 25 35 ppt [8].

terdistribusi pada daerah tropis dan subtropis di samudera pasifik. Meskipun famili dari ikan ini telah diketahui hidup di air laut dan dapat bermigrasi ke muara dan sungai, ikan

Gambar 9. Kuhlia marginata (dokumentasi pribadi)


136
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

Seminar Nasional Biologi 2010

Berdasarkan rasio Strontium /Calsium (Sr/Ca) pada otolithnya, ikan ini tumbuh di laut hingga ukuran panjang standarnya 20 mm dan tumbuh di air tawar hingga masa matang gonad lalu migrasi kembali ke laut untuk memijah [9].

Terdapat dua spesies dari famili lutjanidae yaitu L. Fuscescens dan L. Argentimaculatus (Gambar 10a dan 10b), kedua spesies ini selain dijadikan ikan konsumsi, benihnya berpotensi untuk

menjadi ikan hias [4].

(a)

(b)

Gambar 10. (a) Lutjanus argentimaculatus dan (b) Lutjanus fuscescens (dokumentasi pribadi)

R. aspro (Gambar 11) merupakan spesies tunggal dalam dalam famili ryacichthydae. Ikan ini disebut ikan panga. Bentuknya yang unik dengan sirip dada yang

melebar menyerupai sayap merupakan ciri khas tersendiri untuk dikategorikan sebagai ikan hias.

Gambar 11. Rhyachichthys aspro (dokumentasi pribadi)

Adapun dari famili teraponidae hanya terdapat satu spesies yaitu M. Cancellatus
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

(Gambar 12), penelitian tentang ikan ini hanya masih sebatas identifikasi, belum
137

Seminar Nasional Biologi 2010

terekspose informasi apakah ikan ini telah masuk dalam komoditas budidaya atau

belum.

Gambar 12. Mesopristes cancellatus (dokumentasi pribadi)

Untuk potensi budidaya, belum ada satupun di antara jenis ikan yang ditemukan dapat dibudidayakan. Sifat katadromous seperti pada A. marmorata dan K. marginata menyebabkan sukarnya untuk budidaya ikan ini. Produksi A. marmorata selama ini masih bergantung pada kegiatan penangkapan. Kurangnya kajian aspek reproduksi dari ikanikan lainnya menjadi penyebab belum

menjadi indikator bahwa kualitas air tersebut berada dalam kondisi yang baik. Kondisi ini perlu dijaga untuk menjaga kelestarian fauna dan biota lain yang hidup di daerah sungai Lasusua tersebut. Ikan yang telah dikoleksi dibawa ke BRBIH untuk diadaptasi, ketahanan ikan dalam menghadapi perubahan kondisi

berbeda-beda. Ikan yang paling rentan ialah R. aspro, tidak ada satupun yang bertahan di atas 72 jam setelah dikoleksi. Adapun yang bertahan sampai BRBIH ialah A. Marmorata, E. Melanosoma, G. Polyuranodon, L.

dapatnya ikan-ikan ini dibudidayakan. Dibandingkan dengan ikan air tawar yang terdapat di daerah Sulawesi Utara [4], jenis ikan yang terdapat di daerah ini memiliki kesamaan. Perlu dikaji lebih lanjut perbandingan gen di antara ikan yang

Fuscescens, dan S. Cynocephalus. Namun setelah 1 pekan S. Cynocephalus mati akibat belum mampu beradaptasi dengan

terdapat di dua daerah yang berbeda ini. Ditinjau dari segi kualitas air, sungai Lasusua masih berada pada kategori baik. Hal ini disebabkan ditemukanya tiga jenis udang yang berasal dari famili Palaemonoidea yang
138

lingkungan dan pakan. L. fuscescens (Gambar 13a) telah diadaptasi dengan pemberian pakan berupa ikan seribu dan udang kecil. Sedang G.

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

Seminar Nasional Biologi 2010

polyuranodon (Gambar 13b) telah mulai memakan pakan yang diberikan berupa

udang kecil.

(a) Gambar 13. (a) Lutjanus fuscescens dalam akuarium

(b) adaptasi (b) Gymnothorax

polyuranodon dalam akuarium adaptasi (dokumentasi pribadi)

KESIMPULAN DAN SARAN Ikan yang ditemukan di sungai

Mesopristes dilakukan

cancellatus. terhadap tiga

Adaptasi spesies

telah yang

Lasusua adalah jenis ikan asli yang terdiri dari 11 famili yaitu Anguillidae, Eleotrididae, Gobiidae, Kuhliidae, Lutjanidae,

memiliki potensi sebagai ikan hias yaitu E. melanosoma, G. polyuranodon dan L.

fuscescens. Perlu dilakukan upaya koleksi lanjutan untuk mengumpulkan sebanyakbanyaknya ikan hidup agar upaya adaptasi dan domestikasi dilakukan lebih baik.

Muraenidae, Ryacichthydae, Scorpaenidae, Syngnathidae, Teraponidae dan

Tetraodontidae. Enam jenis hanya berpotensi menjadi ikan hias yaitu Gymnothorax

polyuranodon, Tetraroge niger, Microphis argulus, Microphis brachyurus, Arathron reticularis dan Chelonodon patoca. Sedang yang berpotensi menjadi ikan hias sekaligus konsumsi yaitu Belobranchus belobranchus, Ophiocara porocephala, Eleotris

UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dibiayai oleh Dikti melalui Dana Riset Insentif Tahun Anggaran 2009. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kolaka Utara, Ir. Yunus beserta staf, Palalla dan keluarga Bapak Naiem atas bantuannya berlangsung. selama survey lapangan

melanosoma, Ophieleotris aporos, Awaous melanocephalus, Glossogobius celebius,

Sicyopterus cynocephalus, Kuhlia marginata, Lutjanus fuscescens, Lutjanus

argentimaculatus, Rhyachichthys aspro dan


Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

139

Seminar Nasional Biologi 2010

DAFTAR PUSTAKA Anonim, tanpa tanggal, Kabupaten Kolaka Utara - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.mht, diunduh dari www.wikipedia.org tanggal 30 November 2008 pukul 11.35 Wib. Musa, A., M.R. Fahmi & B. Nur, 2008, Beberapa Jenis Ikan di Sungai Lasusua, Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia 2008, diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 4-5 Desember 2008, hal: 341-345. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodo, 1993, Freshwater fishes of western Indonesia and Sulawesi, Periplus edition, Indonesia, 293 + 84 hal. Haryono & A.H. Tjakrawidjaja, 2004, Studies on the freshwater fishes of North Sulawesi, Puslit Biologi LIPI, Bogor, 120 + vi hal. Handler, A.T. & S.A. James, 2006, Anguilla marmorata (Giant Mottled Eel) Discovered in a New Location: Natural Range Expansion or Recent Human Introduction?, Pacific Science - Vol 60 : 1, hal. 109-115.

Hoese, D. F., 2008, Radiation of Glossogobius in freshwaters of the Indo-west Pacific, Program and Abstracts of Commemoration of the 130th Anniversary of the National Museum of Nature and Science International Symposium on Systematics and Diversity of Fishes, National Museum of Nature and Science, Ichthyological Society of Japan, Tokyo, 3-4 Maret 2008, hal. 11. McDowall, R. M. 1988. Diadromy in Fishes: Migrations Between Freshwater and Marine Environments. Timber Press. Portland. Oka, S. & K. Tachihara, 2001, Estimation of spawning sites in the spotted flagtail, Kuhlia marginata, based on sperm motility, Journal of Ichthyological Research (2001) 48, hal. 425427. Oka, S. & K. Tachihara, 2007, Migratory history of the spotted flagtail, Kuhlia marginata, Environ Biol Fish (2008) 81, hal. 321327.

140

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

Seminar Nasional Biologi 2010

SB/O/KR/11 KEANEKARAGAMAN UDANG AIR TAWAR DI KALI PROGO Annawaty 1) 1) Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Tadulako Palu; email: hakining@yahoo.com

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman udang air tawar di Kali Progo di tiga bagian sungai yang berbeda, yaitu stasiun hulu di Desa Sitalang Kec Jumo, stasiun tengah di Desa Kranggan Kec Kranggan, stasiun hilir di Desa Nepi Trimurti Kec Srandakan. Dua stasiun pertama terletak di Kab. Temanggung Jawa Tengah, sedangkan stasiun ketiga di Kab Bantul DIY. Koleksi dilakukan dengan menggunakan hand net dan pancing dengan umpan cacing tanah. Spesimen yang diperoleh dipotret dengan kamera digital dan selanjutnya dipreservasi dengan alkohol 96%. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Crustacea dan Mollusca LIPI Cibinong Bogor. Pada bagian hulu di temukan Macrobrachium sintangense atau udang regang, bagian tengah M. pilimanus. Sedangkan di bagian hilir sungai yaitu M. horstii, dan M. australe. Dari keempat spesies udang air tawar yang ditemukan di Kali Progo semuanya termasuk dalam Genus Macrobrachium, Familia Palaemonidae. Kata kunci: Keanekaragaman, Udang Air Tawar, Kali Progo PENDAHULUAN Sesungguhnya ada berapa jumlah spesies di bumi ini? Adalah sebuah pertanyaan yang hingga saat ini tidak dan klasifikasi organisme [2]. Untuk dapat dinamai dan diklasifikasikan tentu saja spesies tersebut harus ditemukan terlebih dahulu melalui suatu upaya pendataan, penelitian atau ekspedisi ilmiah. Meskipun sebagai negara tropik Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di dunia [3], namun informasi keanekaragaman hayati di Indonesia masih

pernah tuntas untuk dijawab. Meskipun selama 250 tahun terakhir para ahli taksonomi telah berhasil memberi nama ilmiah kepada 1,78 juta spesies hewan, tumbuhan dan organisme mikro, namun jumlah ini ternyata hanya sepersekian dari jumlah total spesies yang ada, mengingat bahwa jumlah spesies di muka bumi ini diperkirakan sebanyak 5 hingga 30 juta [1]. Taksonomi adalah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari tata penamaan
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

terbilang sedikit khususnya pendataan taksonomi mengenai keanekaragaman

udang air tawar. Padahal udang air tawar adalah salah satu makroinvertebrata yang umum ditemukan di perairan tawar

khususnya danau dan sungai [4]. Udang air


141

Seminar Nasional Biologi 2010

tawar

yang

ditemukan oleh

di

Indonesia Familia

BAHAN DAN CARA KERJA Pengambilan sampel dilakukan

didominasi

anggota

Palaemonidae dan Atyidae [5]. Beberapa penelitian udang air tawar di sungai, sebelumnya melaporkan antara lain

pada bulan Desember 2009 dan Februari 2010 di aliran Sungai Progo DIY dan Jawa Tengah. Stasiun pengamatan meliputi

terdapat 4 spesies Palaemonidae di Sungai Serayu Jawa Tengah [6], 2 spesies Palaemonidae Kalimantan di Barat Sungai [7], 3 Kelian spesies

bagian hulu di Desa Sitalang Kec Jumo dan stasiun tengah di Desa Kranggan Kec Kranggan. Kedua stasiun terletak di Kab. Temanggung Jawa Tengah. Stasiun ke ketiga di hilir terletak di Desa Nepi Trimurti Kec Srandakan Kab Bantul DIY. Koleksi spesimen udang menggunakan hand net maupun pancing dengan umpan cacing tanah. Spesimen diambil gambarnya dengan menggunakan kamera digital, kemudian dipreservasi dengan alkohol 96%. Data lapangan diamati meliputi kondisi fisik sungai dan kecepatan arus. Identifikasi spesimen dilakukan di Laboratorium Crustacea dan Mollusca LIPI Cibinong Bogor menggunakan dengan kunci

Palemonidae di Sungai Asahan Sumatera Utara [8]. Penelitian udang air tawar yang lain umumnya difokuskan pada keberadaan Macrobrachium rosenbergii, salah satu anggota Palaemonidae yang berukuran besar yang dapat mencapai hingga 30cm sehingga memiliki nilai ekonomi yang penting. Macrobrachium rosenbergii

ditemukan antara lain di Sungai Walanae Bone Sulawesi Selatan, Sungai Cimandiri dan Sungai Citarum jawa Barat [9], dan Sungai Lempuing Sumatera Selatan [10]. Salah satu sungai di Pulau Jawa yang menyimpan potensi keanekaragaman hayati udang air tawar adalah Sungai Progo yang melintasi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun

mikroskop

binokuler

identifikasi berdasarkan Wowor et al. [4].

HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian Hulu M. sintangense adalah jenis udang air tawar yang ditemukan di bagian hulu Kali Progo di mana kondisi fisik substrat sungai di bagian ini adalah berpasir dan berbatu kerikil. Sebagian sungai dijadikan tempat penambangan pasir oleh penduduk setempat. M. sintangense ditemukan di sekitar dam yang kecepatan arusnya

hingga sejauh ini belum pernah ada laporan ilmiah mengenai keanekaragaman udang air tawar di daerah tersebut. Karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan bagaimana

keanekaragaman udang air tawar di Sungai Progo.

142

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

Seminar Nasional Biologi 2010

lambat yaitu 0,21m/dtk. Johnson [15] mengatakan bahwa M sintangense pada umumnya ditemukan pada sungai berarus lambat, kanal, dan sungai kecil. M. sintangense atau yang dikenal sebagai udang regang memiliki ciri-ciri antara lain bentuk kaki jalan kedua yang langsing dengan carpus pada kaki jalan kedua lebih panjang daripada merus, Bentuk kaki yang langsing ini bersesuaian dengan habitatnya yang merupakan sungai berarus lambat dengan substrat berpasir. Rostrum memiliki gigi dorsal berkisar antara 9-13 dengan 2-5 gigi ventral. Ukuran telur relatif besar berkisar 1,0-1,5 mm [11]. Ukuran telur yang relatif besar ini merupakan salah satu ciri yang

Penyebaran M. sintangense di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa dan Kalimantan [13]. Beberapa penelitian sebelumnya juga menemukan udang regang di Wai

Sekampung Lampung [11], Situ Ciletuh Jawa Barat [14] dan Sungai Serayu Banyumas Jawa Tengah [6]. Menurut Johnson [15], M.

sintangense memiliki prilaku yang agak berbeda dengan spesies lain dalam

kelompok Macrobrachium, yaitu dalam hal pemilihan habitatnya, spesies ini lebih kerap ditemukan di perairan yang sudah terganggu oleh aktivitas manusia daripada di perairan yang masih belum terjamah.

Bagian Tengah Di bagian tengah yaitu di desa Kranggan Kecamatan Kranggan ditemukan udang air tawar dari spesies

menandakan bahwa udang air tawar yang bersangkutan sudah terspesialisasi untuk hidup sepenuhnya di air tawar, sehingga dalam menyelesaikan siklus hidupnya tidak lagi membutuhkan air payau/laut untuk memijah [12]

Macrobrachium pilimanus. Kondisi fisik sungai di bagian tengah berbatu-batu besar dengan aliran air yang cukup deras dengan kecepatan arus antara 0,9 hingga 1,2 m/dtk. Hal ini sesuai dengan laporan Johnson [15] yang menyatakan bahwa M. pilimanus umumnya menempati perairan tawar berarus deras di dataran tinggi. Adaptasi morfologi M. pilimanus

Carpus merus

terhadap habitat berarus deras ditandai dengan bentuk kaki jalan kedua (pereiopod 2) yang sangat kokoh dan didukung oleh carpus yang berbentuk mangkuk. Struktur ini nampaknya dapat membantu
143

Gbr. 1. M. sintangense, carpus pada pereiopod II langsing

M.

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

Seminar Nasional Biologi 2010

pilimanus untuk mencengkeram lebih kuat ke permukaan substrat sungai sehingga dapat mempertahankan posisinya dalam arus deras. Ciri lainnya yang juga

Bagian Hilir Di bagian hilir Kali Progo yaitu di desa Nepi Trimurti Kec Srandakan Kab Bantul DIY ditemukan 2 spesies udang yang terdiri dari M. horstii dan M. australe. Kondisi fisik sungai di bagian hilir berbatu-batu kerakal dan berpasir dengan aliran air yang tidak terlalu deras dengan kecepatan arus antara 0,6 hingga 0,8 m/dtk. Daerah sekitar sungai merupakan tempat penambangan pasir dan kerikil. M. horstii memiliki bentuk carpus conical yang mendukung kaki jalan kedua

menonjol yaitu adanya setae yang lebat yang melingkupi bagian propodus dan dactylus pada kaki jalan kedua (gbr.2)

propodus dactylus carpus

yang cukup kokoh meskipun tidak sekokoh struktur kaki jalan kedua yang dimiliki oleh M pilimanus. Hal ini mungkin

Gbr. 2. M. pilimanus, carpus pada pereiopod II berbentuk seperti mangkuk M. pilimanus yang ukuran

berhubungan dengan kondisi perairan di bagian hilir yang tidak sederas di bagian tengah sungai.

maksimumnya dapat mencapai 59 mm [13] adalah udang air tawar yang sudah terspesialisasi untuk hidup sepenuhnya di air tawar [12]. Penyebaran spesies ini di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa dan Kalimantan [13], karenanya tidak mengherankan apabila spesies ini ditemukan di Kali Progo. M. pilimanus juga dilaporkan terdapat antara lain di Sungai Serayu Banyumas Jawa Tengah [6], Danau Gbr. 3. M. horstii, carpus pada pereiopod II berbentuk conical M. horstii memiliki ciri antara lain adanya sisik pada permukaan kaki jalan kedua hingga kelima.
carpus

Manindjau, Danau Singkarak dan Danau di Atas [15].

144

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

Seminar Nasional Biologi 2010

Menurut Wowor [12] M. horstii adalah udang air tawar yang tidak

DAFTAR PUSTAKA Mardiastuti. 2006. Inisiatif Taksonomi Global: Upaya Mengenali Kekayaan Hayati. Hal 18 dalam Jurnal Warta KEHATI edisi khusus 2006. Mayr, E. and Peter D. Ashlock. 1991. Principles of Systematic Zoology. Second edition McGRAW-HILL,INC. Singapore. Whitmore, T.C. 1990. An Introduction to Tropical Rain Forest. Claredon Press, Oxford. Wowor, D., Y. Cai and P. K.L. Ng. 2004. Crustacea: Decapoda, Caridea. Di dalam: Catherine M. Yule and Yong Hoi Sen, editor. Freshwater Invertebrates of the Malaysian Region. Kuala Lumpur. Academy of Science Malaysia. hlm 337-356. Chace, F.A., 1997. The Caridean Shrimps (Crustacea: Decapoda) of the Albatross Phillipine Expedition, 1907-1910, Part 7: Families Atyidae, Eugonatonotidae, Rhynchocinetidae, Bathypalaemonellidae, Processidae, and Hippolytidae. Smithsonian Contribution to Zoology. 587, 1-106. Darbohoesodo, R.B. dan K. Muljani. 1981. Jenis-jenis udang Macrobrachium di Sungai Serayu. Berita Biologi 2(6): 124 Hadie, L.E., M.F. Sukadi, W. Hadie dan Jaelani. 1993. Seleksi udang galah untuk peningkatan keragaan produksi pada tiga koleksi yang berbeda. Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar hal. 244-249 Wowor, D & J.W. Short. 2007. Two new freshwater prawns of the genus Macrobrachium Bate, 1868 (Crustacea: Decapoda: Palaemonidae) from The Kelian River, East Kalimantan, Indonesia. The Raffles Bulletin of Zoology, 55(1): 77-87. Hadie, L.E., M.F. Suharto, H.H., Lesmana, D.S., dan W. Hadie 1986. Resource potential of freshwater prawn resources of economical importance in Toba lake and Asahan River. Bulletin perikanan Darat Indonesia 5(1): 23-27
145

terspesialisasi untuk hidup di air tawar, karena itu dalam sebagian siklus hidupnya mutlak memerlukan air payau/air asin, terutama dalam pemijahannya. Sama halnya dengan M horstii, M. australe juga adalah udang air tawar yang tidak terspesialisasi untuk hidup di air tawar. Karenanya tidak mengherankan apabila kedua spesies ini ditemukan di muara dan tidak ditemukan di bagian hulu maupun bagian tengah Kali Progo.

Gbr. 4. M. australe, pereiopod II langsing

M. australe ditemukan di bagian tepi sungai yang arusnya relatif lambat, hal ini juga dapat dilihat dari bentuk kaki jalan keduanya yang langsing yang merupakan bentuk adaptasi terhadap sungai yang tidak berarus deras. Dari ditemukan di keempat Kali spesies Progo, yang

semuanya

tergolong Genus Macrobrachium Familia Palaemonidae yaitu M. sintangense, M pilimanus, M. horstii dan M. australe.

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

Seminar Nasional Biologi 2010

Samuel, S.Adjie, dan A.D. Utomo, 1991. Aspek biologi dan ekologi udang galah (Macrobrachium rosenbergii) di Sungai Lempuing Sumatera Selatan. Bull. Penel. Perik. Darat 10(2): 32-39 Sabar, F. 1979. Kehidupan udang regang, Macrobrachium sintangense (de Man). Berita Biologi 2(3) 45-49 Wowor D., V. Muthu, R. Meier, M. Balke, Y. Cai and P.K.L. Ng. 2009. Evolution of life history traits in Asian freshwater prawns of the genus Macrobrachium (Crustacea: Decapoda: Palaemonidae) based on multilocus molecular phylogenetic analysis. Molecular Phylogenetics and Evolution 52(2009) 340350. Holthuis, L.B. 1980. FAO Species Catalog. Vol.1. Shrimps and Prawns of The World. An annotated catalogue of species of interest to fisheries. FAO Fisheries Synopsis (125), 1: 261 Wowor D. 1985. Struktur populasi dan masa reproduksi udang regang. Berita Biologi 3(3) 116-120 Johnson, D.S. 1963. Distributional and other notes on some fresh water prawns (Atyidae and Palaemonidae) mainly from the Indo-West pasific region. Bull. National Mus. 3 25-30

146

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010

You might also like