You are on page 1of 6

Title : 女の男の子/ Onna no Otoko no Ko / Boys and Girls

Author : Dila (di LA —SAFE, BoA-Indo, Sujunesia, TVXQ-Indo—)


Rating : PG-15
Pairing : Boa ♥ Jaejoong
Location : Japan
Cast : Boa, TVXQ, Yui
Cameo : Meisa Kuroki, Tablo (Epik High), Iwasa Mayuuko
Length : series
Genre : romance, school drama
Language : Indonesian, Japanese (a little)
A/N : The title was taken from Yuko Ogura’s song , which used for School Rumble’s soundtrack.

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
CHAPTER 5

Paginya aku tetap melarang Boa masuk sekolah karena lukanya memang belum sepenuhnya
tertutup.
“Ne, Jaejung-kun… nanti kamu ada kegiatan klub?” tanya Boa.
“Iie. Nggak. Aku akan pulang lebih awal,” kataku. “Ja!”
“Itterasshai…”

Sampai di sekolah aku berusaha bersikap biasa pada Yunho. Bagaimanapun juga dia adalah
sahabatku dari kecil. Tapi…
“Ne, Jaejung… Boa masih belum masuk?” tanya Yunho. Baru saja aku masuk dia sudah
menanyakan Boa.
“Belum. Aku menyuruhnya di rumah dulu karena lukanya belum sembuh. Mungkin besok baru
dia bisa masuk,” kataku dengan nada biasa saja. Sejujurnya aku agak sebal karena dia terus
membicarakan Boa.
“Jaejung-kun!” panggil Yui.
“Hm?”
“Nanti aku mau ke apartemenmu lagi. Kalau kamu ada kegiatan klub…”
“Iie. Tidak ada. Nanti kau pulang bersamaku saja,” kataku santai. Tiba-tiba sekelas berbisik-bisik
hebat. Naze? Kenapa sih? Aku bersikap biasa pada Yui karena dia tidak seperti cewek-cewek
lain. Bukan berarti aku sudah tidak benci lagi dengan perempuan kan?

Pulang sekolah, aku berjalan bersama Yui. Dari kelas menuju gerbang rasanya seperti melewati
karpet merah. Semua memandang ke arah kami.
“Ck… nanda aitsura… kenapa sih mereka itu…” gumamku saat sudah keluar gerbang.
“Itu karena kau berjalan bersama perempuan lain selain Boa. Jadi mereka pikir kau sudah
benar-benar berubah,” celetuk Yui.
“Sou ka? Oh ya? Tapi itu kan karena kamu tidak seperti perempuan lain. Tsumari… bisa
dibilang kamu se-tipe dengan Boa…” kataku.
“Heee… anta Boa ga suki? Jadi kamu suka Boa?” goda Yui.
“Iie… tidak…” jawabku santai. “Ah soieba… omong-omong,kenapa kamu tiap hari bawa gitar?”
tanyaku sambil menunjuk tempat gitar yang dibawanya.
“Ah, kore… atashi no shumi dakara. Ini hobiku. Aku kan ikut klub musik,” kata Yui.

Sampai di apartemen, aku langsung masuk kamar dan membiarkan Yui masuk ke kamar Boa.
Aku melepas kemejaku dan langsung berbaring di tempat tidur. Hhh… Boa dan Yui memang
berbeda dengan perempuan yang lain. Jadi wajar kalau aku bersikap biasa pada mereka. Itu
karena mereka juga bersikap biasa padaku. Selama ini perempuan yang aku lihat hanyalah
perempuan yang se-tipe dengan orang itu. Kuso, mengingatnya saja membuatku muak.
“JAEJUNG-KUUUN!!!” panggil Boa dari kamar sebelah. Aku keluar kamar dan berdiri di depan
pintunya.
“Nani? Apa?”
“Hoi, chotto… tunggu… sana pakai baju dulu! Apa kamu tidak malu? Kan ada Yui!!!” suruh Boa.
Aku baru sadar kalau aku masih telanjang dada.
“Nande? Kenapa sih? Biasanya kan juga seperti ini? Lagipula ini kan apartemenku, jadi terserah
aku dong!” kataku.
“Betsu ni ii kedo… tidak apa-apa kok. Kan aku bisa menyebarkannya di sekolah,” kata Yui
sambil memotretku dengan cellphone-nya.

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Oi, omae… kau…”
“MOU II!!! Sudah sana bikin teh buat aku dan Yui!” suruh Boa.
“Ii da yo, tidak apa-apa, Boa-chan. Aku bisa membuatnya sendiri,” kata Yui sambil berdiri.
“Ii. Aku saja yang buat,” kataku. Lalu aku ke dapur dan membuatkan teh.

Apa aku benar-benar suka pada Boa? Tapi kurasa ini hanya dampak pertama kali aku dekat
dengan perempuan. Aku harus mengingat alasan kenapa aku benci perempuan. Lagipula
Yunho kan suka Boa. Perasaannya sudah jelas, sedangkan perasaanku ke Boa masih belum
jelas. Ya, Yunho-lah yang suka duluan pada Boa. Boa juga sepertinya kemarin tidak bereaksi
ketika aku menciumnya. Mungkin dia juga suka pada Yunho. Sudahlah, untuk apa aku
memikirkan semua ini.
Aku mengantar teh ke kamar Boa. Ketika aku memandang Yui yang sedang bermain gitar
sambil menyanyi, tanpa sadar aku ikut mendengarkan. Woa, kirei na ano koe. Indah sekali
suaranya. Tatapanku terpaku pada sosok Yui. Benar juga!!! Kalau aku mendekati Yui, aku tidak
akan memikirkan Boa. Tapi itu sama saja dengan—
“Ne, Jaejung-kun… daijoubu ka? Kau nggak pa-pa? Dari tadi memandangiku seperti itu.
Kowai… menakutkan…” kata Yui. Boa tersenyum geli.
“Iia, betsu ni… tidak apa-apa…” kataku. Aku berdiri dan kembali ke kamarku.

Tapi kalau aku mendekati Yui, semua akan mengira aku sudah berubah. Yah. Memang sih aku
juga ingin memastikan, apakah aku masih benci perempuan? Setelah tinggal bersama Boa
rasanya ada yang berubah. Mungkin aku memang harus memastikannya dengan mendekati
perempuan. Demo Boa janai. Tapi bukan Boa. Pertama, percuma karena kami memang sudah
dekat dan itu karena terpaksa. Kedua, Yunho suka padanya dan aku tidak mau cari masalah.
Jadi satu-satunya jalan aman adalah mendekati Yui.

Beberapa menit kemudian aku mendengar Yui berpamitan, “Boa-chan, aku pulang dulu. Besok
masuk ya! Mata ashita! Sampai besok!”
Yosh! CHANSU DA!!! Ini kesempatan pertama. Aku buru-buru memakai kaos dan keluar kamar.
“Ano, Yui…” panggilku. Yui sedang memakai sepatunya.
“Nani? Apa?”
“Aku antar pulang. Sudah malam… ano… maksudku… kalau perempuan berjalan sendirian
malam-malam…”
“Tidak usah. Rumahku dekat kok…”
“Ii yo! Pokoknya aku antar!” paksaku. Yui tersenyum geli. Lalu dia mengangguk.
“HEBI, AKU MENGANTAR YUI PULANG DULU!!!” teriakku ke arah kamar Boa.
Aku berjalan bersama Yui. Jujur saja tidak ada bedanya dengan ja;an bersama Boa. Apa karena
sifat mereka hampir sama? Atau karena aku memang sudah tidak benci perempuan?
“Ne, Jaejung-kun… kalau kamu memang suka Boa, kamu jangan kabur dong!” kata Yui.
“Dou iu imi? Apa maksdumu?”
“Anata Boa ga suki, deshou? Kamu suka Boa kan? Jangan menghindar dan malah berjalan
bersamaku dong.”
“Chigeee yo. Nggak tuh! Aku nggak suka Boa kok.”
“Jaejung-kun. Mungkin masalah lain kamu memang dewasa. Tapi masalah perempuan, kamu
tidak tahu apa-apa. Jadi aku akan memberitahumu apa yang harus kau lakukan pada Boa. Ne?”
kata Yui.
“De, demo… tapi…”

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Ii? Setuju? Aku akan jadi teman curhatmu alih alih tempat pelarianmu!” kata Yui sambil
mengedipkan sebelah matanya.
Aku terdiam sejenak. Apa sejelas itu perasaanku? Kenapa dia bisa tahu kalau aku berusaha
mendekatinya untuk mengalihkan perhatianku dari Boa? Maa ii. Sudahlah. Dia sendiri bilang
aku boleh curhat padanya. Aku tersenyum pada Yui.
“Ja, yoroshiku! kalau begitu mohon bantuannya!” kataku.

女の男の子

Besok paginya aku berjalan pelan-pelan sambil menuntun Boa.


“Dakara… aku kan sudah bilang… kau masuk sekolah kalau sudah benar-benar sembuh saja!”
kataku sambil berjalan ke sekolah. Untungnya jarak antara sekolah dan apartemenku dekat.
“Dame da yo! Mana mungkin! Bagaimana kalau aku ketinggalan pelajaran?” tanya Boa.
Aku diam dan terus menuntunnya.
“Oi… osoi na… lambat sekali sih…” kataku.
“Shikatanai deshou? Apa boleh buat kan? Aku belum bisa berjalan lancar dengan kaki seperti
ini,” kata Boa sambil memandangku galak.
“Bagaimana kalau aku gendong saja?” tawarku.
“ZETTAI IIE!!! NGGAK MAU!!! Bagaimana kalau anak satu sekolah salah paham?!” kata Boa.
Aku hanya mengangkat bahu, dan kembali menuntunnya.

Yatto… akhirnya sampai juga. Ah iya… Iwasa Mayuuko. Dia belum juga meminta maaf. Padahal
ini hari kedua. Baiklah, kalau dia belum meminta maaf sampai hari besok, aku akan
menyebarkan rekaman ini. Aku ingin membicarakan hal ini dengan Yunho-tachi dan Yui.
Dan saat istirahat adalah saat yang paling tepat. Seperti biasa, aku dan Yunho-tachi makan
bentou di atap.
“Heeeh? Jadi Iwasa Mayuuko yang melukai Boa? Kenapa kamu tidak memberitahu kami?”
tanya Junsu.
“Maa… iro-iro aru n da… banyak yang terjadi. Aku tidak sempat memberitahu kalian,” kataku.
“Jadi kalau besok dia tidak meminta maaf pada Boa…” kata Yunho.
“Jaejung akan merealease rekaman itu,” lanjut Changmin.
“Soieba, Jaejung-kun… kemarin kau pulang ke apartemen bersama Yui. Lalu kemarin juga ada
yang melihatmu malam-malam mengantar Yui pulang. Nani ga atta? Sebanarnya apa yang
terjadi? Bukannya kamu suka sama Boa ya?” tanya Yoochun.
“Iie… tidak…” jawabku singkat. Sekilas aku melihat ekspresi Yunho yang—kelihatannya—jadi
lebih tenang. “Jitsu wa… sebenarnya aku agak tertarik dengan Yui,” lanjutku.
“HEEE??? Jadi benar kau dekat dengan Yui?” tanya Junsu pernasaran.
“Maa… begitulah…” sebenarnya aku berbohong. Aku kan dekat dengannya bukan karena aku
suka dia.
“Lalu bagaimana dengan Boa?” tanya Yunho. Dari nadanya yang pura-pura tenang, aku tahu
kalau dia memastikan aku benar-benar tidak suka Boa.
“Boa? Ada apa dengannya? Bagiku dia hanya orang yang menumpang tinggal di apartemenku,”
kataku santai. Baka!!! Bodoh! Bukannya kemarin aku sudah berjanji pada Yui akan curhat
padanya?! Menanyakan apa yang harus aku lakukan berkaitan dengan Boa?! Tapi kenapa aku
bertindak sendiri seperti ini?

Istirahat masih kurang beberapa menit lagi. Aku berlari ke kelas.


“Yui, chotto… aku mau bicara sebentar…” kataku sambil menarik tangan Yui.

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Nani yo? Ada apa? Sudah mau masuk nih!” kata Yui.
“Kita bolos saja satu jam,” kataku sambil terus menarik tangannya. Tidak mempedulikan bisik-
bisik sepanjang jalan. Aku kembali ke atap bersama Yui, dan tanpa Yunho-tachi.
“Nani? Ada apa? Kelihatannya serius sekali?” tanya Yui.
“Doushiyo? Apa yang harus kulakukan?” tanyaku. Yui memandangiku dengan cemas. Aku
menceritakan semua pada Yui. Mulai dari perasaanku yang tidak jelas tentang Boa, ciuman
reflek, dan tentang Yunho yang menyukai Boa. Aku tahu sangat ceroboh mempercayakan
masalah ini pada cewek yang baru beberapa minggu ini aku kenal, tapi aku percaya padanya.
Yui berbeda dari perempuan lain, aku bisa merasakannya.
“Tsumari… dengan kata lain… kamu suka Boa, tapi kamu membuka jalan untuk Yunho agar dia
bisa mendekati Boa?” kata Yui mengambil kesimpulan.
“Iie, sono kimochi wakaranai… tentang perasaan itu aku tidak tahu. Apa aku suka Boa aku tidak
tahu. Kamu kan tahu aku tidak pernah jatuh cinta,” kataku.
“Sore wa suki da yo… itu namanya suka…” kata Yui.
“Tapi Yunho…”
“Hhh, kau ini sebenarnya suka Boa atau suka Yunho sih?!” tanya Yui mulai sebal.
“De, demo… tapi…”
“Baiklah sekarang semua tergantung padamu. Aku tahu kamu masih belum yakin akan
perasaanmu ke Boa. Jadi tunggu saja Yunho menyatakan perasaannya pada Boa. Lalu biarkan
mereka pacaran. Dengan begitu kau akan tahu apa kau suka Boa atau tidak,” kata Yui.
“Sou ka… oh begitu… oi, omae tensai da ne!!! Kau jenius sekali!” kataku sambil menepuk-nepuk
punggung Yui.
“Demo anata… iiyatsu da naaa… aku tidak menyangka kamu ternyata sebaik itu…” kata Yui
sambil memandang langit.“Anata wagamama janai. Kamu tidak egois. Kamu masih memikirkan
perasaan Yunho, padahal kamu sendiri ada perasaan pada Boa,” kata Yui. Mukaku rasanya jadi
panas.

Ketika aku dan Yui masuk kelas, ternyata jam kosong karena sensei sedang keluar. Teman-
teman bermain tennis meja menggunakan buku. Boa sedang bicara dengan teman-temannya.
Tapi begitu Yui datang, dia memandang galak pada Yui.
“Kamu kemana saja sih? Aku pikir Jaejung sudah membawamu kabur!” kata Boa sambil
menunjukku.
“Heeeh... sikapmu sopan sekali pada orang yang sudah mengobatimu waktu kakimu luka dan
menggendongmu sampai kamar, dan membuatkan makanan selama 3 hari ini…” kataku. Aku
menarik kursi dan duduk di bangkuku, di belakang Boa.
“Memangnya siapa yang minta kamu obati? Lagipula kamu kan masak untuk kamu sendiri, aku
hanya dikasih sisa-sisa!” kata Boa. Teman-teman perempuan Boa kini memandang kami.
“Oi, hebi!!! Kau itu bukannya berterima kasih—“
“A, ano… Boa…” omonganku disela oleh panggilan Yunho.
“Hm?”
“Ah, iie… nanti pulang sekolah aku mau bicara sebentar,” kata Yunho. Semua isi kelas langsung
ber-“hyuu hyuu”, aku melirik Yui. Dia mengangguk menyemangatiku.
“Heee… lalu bagaimana Boa pulang?” tanyaku.
“Tenang saja, nanti aku antar pulang. Kau pulang duluan saja, Jaejung!” kata Yunho.
“Ok”

Tadi waktu di sekolah perasaanku biasa saja waktu Yunho terang-terangan mau bicara dengan
Boa, tapi kenapa sekarang dadaku terasa sesak? Ah, mungkin aku hanya penasaran apa

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
jawaban Boa. Kata Yui, aku harus membuat mereka pacaran. Lalu kalau aku bersikap seperti
biasa, berarti aku tidak suka pada Boa. Tapi kalau aku terus merasa gelisah, berarti aku suka
pada Boa. DEMO OKASHI NA!!! TAPI ANEH SEKALI!!! Bahkan sebelum mereka pacaran, aku
sudah merasa gelisah begini.

“Tadaima…” aku mendengar suara Boa. Aku buru-buru ke depan dan membukakan pintu.
Boa sudah pulang, dan Yunho ada di sebelahnya.
“Gomen… maaf ya, Jaejung. Sudah sore begini aku baru mengantarnya pulang,” kata Yunho.
“Ah tidak apa-apa. Dia suka kok pulang malam-malam,” kataku sambil menuntun Boa masuk ke
dalam.
“Hm, kalau begitu aku pulang dulu…” kata Yunho.
“Eh? Kenapa tidak makan malam di sini?” tanyaku.
“Iie. Tidak usah… Ja ne!” Yunho pun pulang.
Sebenarnya apa jawaban Boa? Aku tidak bisa menebak ekspresi Yunho. Apa boleh buat, aku
harus menanyakannya pada Boa saat makan.
“Ne, hebi…”
“Ng?”
“Omae no kotae wa? Apa jawabanmu?” tanyaku dengan nada yang kuharap terlihat biasa. Boa
berhenti makan dan memandangku. Kenapa dadaku terasa sesak? Walaupun aku tahu aku
akan memaksanya pacaran dengan Yunho, tapi kenapa dadaku terasa sakit?

CHAPTER 5 おしまい

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

You might also like