You are on page 1of 7

BAB II

LOKASI DAN KOMPLEKS GOA JATIJAJAR

Goa Jatijajar terletak di Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten


Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Komplek Goa Jatijajar baik goa buatan maupun
goa alam yang terletak sekitar 42 Km barat daya Kebumen ini mencakup kawasan
seluas 5,5 hektare. Objek wisaya ini telah dilengkapi dengan prasarana wisata
seperti tempat parkir, tempar bermain, kios makanan, dan toko cindera mata.
Kompleks Goa Jatijajar mencakup Goa Jatijajar, Goa Dempok, dan Goa
Intan. Kawasan ini berada sekitar 250 m di atas muka laut. Sistem perguaan
berkembang pada lapisan batu gamping yang berumur Miosen Tengah. Kehadiran
fosil-fosil seperti Lepidocyclina Sumatrensis selain menunjukkan umur batuan
juga sekaligus menciri lingkungan asalnya yaitu laut dangkal yang mempunyai
kedalaman maksimum 60 m.
Kira-kira 14 – 11 juta tahun lalu daerah ini masih merupakan paparan laut
dangkal, yang kemudian terangkat hingga ketinggiannya sekarang akibat sifat
bumi yang dinamis. Tidak adanya sedimen lain yang menutupi lapisan batu
gamping di daerah Gombong Selatan menunjukkan jika sejak 10 juta tahun lalu
daerah ini sudah berada di atas permukaan laut. Dihitung dari ketinggian
singkapan batu gamping sekarang, maka dalam kurun waktu kurang dari 10 juta
tahun telah terjadi pengangkatan setinggi lebih dari 300 m. Pengangkatan itu
menyebabkan batuan terkekarkan dan tersesarkan. Curah hujan yang tinggi
mempercepat terjadinya proses karstifikasi, membentuk bentang alam kars
sebagaimana terlihat sekarang.
BAB III
PEMBANGUNAN GOA JATIJAJAR

Pembangunan Goa Jatijajar dimulai pada tanggal 19 September 1975.


adapun yang mempunyai ide untuk mengembangkan Goa Jatijajar menjadi obyek
wisata yaitu bapak Soeparjo Roestam Gubernur Jawa Tengah pada saat itu.
Sedangkan Bupati Kebumen pada waktu itu ialah Bapak Soepeno Soerjodiprojo.
Untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan obyek wisata Goa
Jatijajar ditunjuk langsung oleh Gubernur Jawa Temngah yaitu CV. AIS dari
Jogyakarta pimpinan Ir. Saptoto.
Begitu Goa Jatijajar dibangun, maka pengunjung terus berdatangan
membanjiri Goa Jatijajar setiap hari. Oleh sebab itu pada malam selasa kliwon
tanggal 28 Juni 1976, obyek wisata ini diresmikan penggunaannya oleh Gubernur
Jawa Tengah dengan ditandai batu prasasti di muka Goa Jatijajar. Setelah goa
dibangun maka saat ini di dalam goa di tambah dengan bangunan-bangunan
antara lain :
1. Pembuatan tangga / trap beton menuju Sendang Mawar dan Sendang Kantil.
2. Pembangunan altar dan plaza yang dilengkapi dengan tempat duduk untuk
istirahat para pengunjung.
3. Pembuatan jembatan yang panjangnya 25 m dan lebar 2 m, menghubungkan
pintu masuk dengan goa bagian dalam.
4. Pemasangan lampu-lampu listrik untuk menerangi ruangan dalam goa.
5. Pemasangan patung-patung cerita R. Kamandaka.

Pembangunan Goa Jatijajar membangunnya hanya lantainya saja. Dana


untuk membangun Goa Jatijajar disediakan dari APBD Tingkat II Kebumen
dibantu dari APBD Tingkat I Jawa Tengah, dan dari pusat, sekarang obyek wisata
Goa Jatijajar merupakan obyek wisata andalan bagi Kabupaten Kebumen, karena
60% pendapatan sektor pariwisata Kebumen diperoleh dari Goa Jatijajar.
Sedangkan pengelolaannya dikelola oleh Sub Dinas Pariwisata Kebumen.
Setelah Goa Jatijajar dikembangkan sebagai obyek wisata, maka di dalam
Goa dipasang 32 buah patung, yang dibagi menjadi 8 diorama, kesemuannya
merupakan rangkaian cerita lengkap dari legenda R. Kamandaka. Alasan
dipasangnya patung dari legenda R. Kamandaka di dalam Goa Jatijajar ialah :
1. Pada masa pemerintahan Kerajaan Pajajaran Tahun 1482 – 1579 wilayah
Kabupaten Kebumen masuk Kadipaten Pasir Luhur dan masuk wilayah
Kerajaan Pajajaran, yang pusat pemerintahannya di Bogor.
2. Goa Jatijajar merupakan tempat pertapaan dari R. Kamandaka putra dari
Kerajaan Pajajaran. Oleh sebab itu untuk menambah daya tarik, maka di
dalam Goa Jatijajar setelah dibangun dipasang diorama dari Legenda
R. Kamandaka.
PENUTUP

Dengan memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas sejarah yang ditugaskan oleh bapak Sutarno
selaku guru mata pelajaran sejarah. Semoga dengan adanya laporan ini selain
untuk mendapatkan nilai sejarah juga dapat memberi pengetahuan tentang objek
wisata Goa Jatijajar. Sehingga membantu kita dalam kunjungan ke Goa Jatijajar.
Selanjutnya Kamandaka bertapa di Goa itu. Dan mendapat petunjuk bahwa
niatnya mempersunting Dewi Ciptoroso akan tercapai jika ia berpakaian kera
(lutung). Dalam petunjuk itu ia diharuskan tinggal di hutan Batuagung, Barat daya
Baturaden. Di Hutan itu Kamandaka yang sudah berupah menjadi kera bertemu
dengan Dewi Ciptoroso yang ketika itu mengikuti ayahnya berburu kera yang
jnak jelamaan Kamandaka segera menarik perhaian Dewi Ciptoroso. Kera itu
ditangkaps dan dibawa ke Pasir Luhur. Sesampainya di Pasir Luhur kera itu tidak
mau makan sehingga timbul kekhawatiran Adipati Kondandoho. Ia membuat
sayembara siapa yang dapar memberi makan kera tersebut maka ia berhak
memelihaanya. Banyak orang mencobanya tapi hanya Dewi Ciptoroso yang bisa.
Kera itupun dipelihara oleh Dewi Ciptoroso dan diberi nama Lutung Kasarung.
Pada malam hari kera itu berubah menjadi Kamandaka. Jika siang hari tetap
menjadi kera. Hal ini hanya diketahui oleh Dewi Ciptoroso.
Sementara itu banyak putra-putra raja yang meminang Dewi Ciptoroso,
tetapi tak seorangpun dari peminang yang diterima. Suatu ketika datanglah
seorang patih dari Nusakambangan yang diberi tugas untuk meminang Dewi
Ciptoroso atas perintah dari Prabu Pulebahas. Beliau menugaskan bila
pinangannya diterima dengan salah satu syarat pertemuan pengantin Lutung
Kasarng harus mendampinginya.
Akhirnya waktu yang ditentukan tiba, Prabu Pulebahas menepati janjinya.
Pada saat itu pertemuan pengantin Prabu Pulebahas merasa terganggu dengan
adanya lutung, maka naikalh amarahnya dan dipukulnya si lutung. Di luar
dugaaan Prabu Pulebahas ternyata lutung kasarung lebih gesit dan tangkas.
Pergulatan serupun terjadi. Akhirnya Prabu Pulebahas mati. Lutung Kasarung
menjelama menjadi R. Kamandaka dan mengenakkan pakaian kebesaran dari
Kerajaan Pajajaran. Sehingga adipati Pasir Luhur mengetahuinya. Adipati
merestui pernikahan Dewi Ciptoroso dan R. Kamandaka serta mengangkat
menjadi Adipati Pasir Luhur, karena R. Kamandaka tertusuk Kujang Pamungkas
akhirnya tidak dapat menjadi raja di Pajajaran. Salah satu syarat menjadi raja di
Pajajaran tidak boleh terkena tusukan dari Pusaka Kujang Pamungkas. Akhinrya
yang menjadi raja adalah Banyak Blabur.
Berdasarkan legenda Kamandaka dan sejarah Goa yang ditemukan pada
1802, asal mula Jatijajar sendiri ada 2 versi, yaitu :
1. Versi Pertama
Pada saat Kamandaka dikejar oleh Silihwarni dan dari dalam Goa Kamandaka
menyebutkan jati dirinya bahwa sebenarnya ia putra mahkota Pajajaran, maka
digali dari “sejatine” (sebenarnya) dan “pajajaran” terlahir nama jatijajar.
2. Versi Kedua
Bupari Ambal yang datang ke lapangan setelah mendengar laporan
menemukan dua pohon jati yang tumbuh berdampingan di dekat mulut gua,
selanjutnya ia menamakan daerah itu menjadi Jatijajar berasal dari kata “Jati
yang tumbuh sejajar” (berdampingan).

III. Faktor Mistik


Setelah Goa Jatijajar ditemukan maka ditunjuk 14 Jaya Menawi
menjadi juru kunci, dengan tugas untuk menjaga kebersihan di dalam
maupun di luar goa serta ia melayani tamu yang akan masuk ke dalam goa
dengan diantarkan menggunakan obor. Pada awalnya orang yang masuk ke
dalam Goa Jatijajar tujuannya untuk bertapa/semedi, mandi dan mengambil
air dari sending yang ada di dalam Goa.
Di dalam Goa Jatijajar ada empat sendang/sungai yang semuanya ada
mitosnya. Sendang-sendang itu ialah :
1. Sendang Puser Bumis dan Jombor, mempunyai mitoss airnya dapat
dipergunakan untuk segala macam tujuan menurut kepercayaan masing-
masing.
2. Sendang Mawar konon airnya jika untuk cuci muka akan menjadi awet
muda.
3. Sendang Kantil, selain awet muda, konon cita-citanya akan terkabul dan
enteng jodoh jika mandi atau cuci muka di sendang itu.

IV. Faktor Alam


Goa Jatijajar terbentuk dari batu kapur yang terletak pada deratan
pegunungan kapur Gombong Selatan yang kaya barang tambang dan
mineral.
a. Terjadinya goa-goa di daerah kapur ada beberapa sebab :
1. Karena tekanan endogen dari dalam bumi.
2. Karena pembentukan Stalagtit dan Stalagmit.
3. Karena abrasi air laut (untuk goa pantai).
b. Goa Jatijajar mempunyai panjang 250 m, lebar rata-rata 15 m, tinggi rata-
rata 12 m. sedangkan ketinggian Goa dari permukaan air laut 50 m serta
kedalamannya 40 m.
Pada zaman penjajahan Belanda Goa Jatijajar sudah digunakan sebagai
tempat wisata. Data yang masih dapat dilihat yaitu tulisan-tulisan dari
nama pengunjung pada dinding dan langit-langit goa pada bagian pintu
masuk.
Dahulu ada tukang tulis yang melayani tamu yang menghendaki
namanya ditulis yang tinggi menggunakan tangga. Pada zaman
penjajahan Jepang Goa Jatijajar digunakan untuk pertambangan.

You might also like