You are on page 1of 22

[Artikel] KELAINAN PADA KEHAMILAN by flash January 12th, 2008, 02:03 PERDARAHAN ANTEPARTUM Perdarahan antepartum adalah perdarahan

pada jalan lahir setelah kehamilan 20 minggu.(1) Klasifikasi perdarahan antepartum yaitu 2) 1. Plasenta previa 2. Solusio plasenta 3. Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya (idiopatik) Ciri-ciri plasenta previa : (2) 1. Perdarahan tanpa nyeri 2. Perdarahan berulang 3. Warna perdarahan merah segar 4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah 5. Timbulnya perlahan-lahan 6. Waktu terjadinya saat hamil 7. His biasanya tidak ada 8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi 9. Denyut jantung janin ada 10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina 11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul 12. Presentasi mungkin abnormal. Ciri-ciri solusio plasenta : (2) 1. Perdarahan dengan nyeri 2. Perdarahan tidak berulang 3. Warna perdarahan merah coklat 4. Adanya anemia dan renjatan yang tidak sesuai dengan keluarnya darah 5. Timbulnya tiba-tiba 6. Waktu terjadinya saat hamil inpartu 7. His ada 8. Rasa tegang saat palpasi 9. Denyut jantung janin biasanya tidak ada 10. Teraba ketuban yang tegang pada periksa dalam vagina 11. Penurunan kepala dapat masuk pintu atas panggul 12. Tidak berhubungan dengan presentasi Plasenta Previa _______________ Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium

uteri internum). (2) Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu : (2) 1. Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta. 2. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta. 3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir. 4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir. Etiologi plasenta previa belum jelas. (2) Diagnosis plasenta previa : (2) 1. Anamnesis : adanya perdarahan per vaginam pada kehamilan lebih 20 minggu dan berlangsung tanpa sebab. 2. Pemeriksaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka kepala belum masuk pintu atas panggul. 3. Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum. 4. USG untuk menentukan letak plasenta. 5. Penentuan letak plasenta secara langsung dengan perabaan langsung melalui kanalis servikalis tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan yang banyak. Oleh karena itu cara ini hanya dilakukan diatas meja operasi. Penatalaksanaan plasenta previa : (2) 1. Konservatif bila : a. Kehamilan kurang 37 minggu. b. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal). c. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan selama 15 menit). 2. Penanganan aktif bila : a. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan. b. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih. c. Anak mati Perawatan konservatif berupa : - Istirahat. - Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia. - Memberikan antibiotik bila ada indikasii. - Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit. Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan

senggama. Penanganan aktif berupa : - Persalinan per vaginam. - Persalinan per abdominal. Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan : 1. Plasenta previa marginalis 2. Plasenta previa letak rendah 3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar. Indikasi melakukan seksio sesar : - Plasenta previa totalis - Perdarahan banyak tanpa henti. - Presentase abnormal. - Panggul sempit. - Keadaan serviks tidak menguntungkan (beelum matang). - Gawat janin Pada keadaan dimana tidak memungkinkan dilakukan seksio sesar maka lakukan pemasangan cunam Willet atau versi Braxton Hicks. Solusio Plasenta ________________ Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta pada implantasi normal sebelum janin lahir. (2) Klasifikasi solusio plasenta berdasarkan tanda klinis dan derajat pelepasan plasenta yaitu : 1. Ringan : Perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih 120 mg%. 2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%. 3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati, pelepasan plasenta bisa terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan. Etiologi solusio plasenta belum jelas. (2)

Penatalaksanaan solusio plasenta : (2) Tergantung dari berat ringannya kasus. Pada solusio plasenta ringan dilakukan istirahat, pemberian sedatif lalu tentukan apakah gejala semakin progresif atau akan berhenti. Bila proses berhenti secara berangsur, penderita dimobilisasi. Selama perawatan dilakukan pemeriksaan Hb, fibrinogen, hematokrit dan trombosit. Pada solusio plasenta sedang dan berat maka penanganan bertujuan untuk mengatasi renjatan, memperbaiki anemia, menghentikan perdarahan dan mengosongkan uterus secepat mungkin. Penatalaksanaannya meliputi : 1. Pemberian transfusi darah 2. Pemecahan ketuban (amniotomi) 3. Pemberian infus oksitosin 4. Kalau perlu dilakukan seksio sesar. Bila diagnosa solusio plasenta secara klinis sudah dapat ditegakkan, berarti perdarahan yang terjadi minimal 1000 cc sehingga transfusi darah harus diberikan minimal 1000 cc. Ketuban segera dipecahkan dengan maksud untuk mengurangi regangan dinding uterus dan untuk mempercepat persalinan diberikan infus oksitosin 5 UI dalam 500 cc dekstrose 5 %. Seksio sesar dilakukan bila : 1. Persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak selesai dalam 6 jam. 2. Perdarahan banyak. 3. Pembukaan tidak ada atau kurang 4 cm. 4. Panggul sempit. 5. Letak lintang. 6. Pre eklampsia berat. 7. Pelvik score kurang 5. Vasa Previa ___________ Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban. (2) Etiologi vasa previa belum jelas. (2) Diagnosis vasa previa : (2) Pada pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput ketuban. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika atau beberapa saat setelah selaput ketuban pecah. Darah ini berasal dari janin dan untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan tes Apt dan tes Kleihauer-Betke serta hapusan darah tepi.

Penatalaksanaan vasa previa : (2) Sangat bergantung pada status janin. Bila ada keraguan tentang viabilitas janin, tentukan lebih dahulu umur kehamilan, ukuran janin, maturitas paru dan pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan kardiotokografi. Bila janin hidup dan cukup matur dapat dilakukan seksio sesar segera namun bila janin sudah meninggal atau imatur, dilakukan persalinan pervaginam. Sumber : Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999. Views 25428 Comments 4 flash View Public Profile Find all posts by flash Total Comments 4 Comments January 12th, 2008, 02:04 flash 128-Bit Member SINDROMA HELLP Sindroma HELLP adalah pre eklampsia dan eklampsia yang disertai dengan adanya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar dan trombositopenia. (H = Hemolisis; EL = Elevated Liver Enzim; LP = Low Platelets Count) Diagnosis sindroma HELLP : 1. Tanda dan gejala yang tidak khas : mual, muntah, nyeri kepala, malaise, kelemahan. (Semuanya mirip tanda dan gejala infeksi virus). 2. Tanda dan gejala pre eklampsia : hipertensi, proteinuria, nyeri epigastrium, edema, dan kenaikan asam urat. 3. Tanda-tanda hemolisis intravaskuler : a. Kenaikan LDH, AST dan bilirubin indirek. #2

Join Date: Oct 2007 Location: Nge flash di i-comers Posts: 133 Thanks: 0 Thanked 7 Times in 5 Posts

b. Penurunan haptoglobin. c. Apusan darah tepi : fragmentasi eritrosit. d. Peningkatan urobilinogen dalam urine. 4. Tanda kerusakan / disfungsi sel hepatosit : Kenaikan ALT, AST, LDH. 5. Trombositopenia : Trombosit 150.000/ml atau kurang. Semua wanita hamil dengan keluhan nyeri pada kuadran atas abdomen tanpa memandang ada tidaknya tanda dan gejala pre eklampsia harus dipertimbangkan sindroma HELLP. Klasifikasi sindroma HELLP : 1. Klasifikasi Missisippi Kelas I : Trombosit 50.000/ml atau kurang; serum LDH 600.000 IU/l atau lebih; AST dan/atau ALT 40 IU/l atau lebih. Kelas II : Trombosit lebih 50.000 sampai 100.000/ml; serum LDH 600.000 IU/l atau lebih; AST dan/atau ALT 40 IU/l atau lebih. Kelas III : Trombosit lebih 100.000 sampai 150.000/ml; serum LDH 600.000 IU/l atau lebih; AST dan/atau ALT 40 IU/l atau lebih. 2. Klasifikasi Tennesse Kelas lengkap : Trombosit kurang 100.000/ml; LDH 600.000 IU/l atau lebih; AST 70 IU/l atau lebih. Kelas tidak lengkap : Bila ditemukan 1 atau 2 dari tanda-tanda diatas. Diagnosa banding pre eklampsia-sindroma HELLP : 1. Trombotik angiopati 2. Kelainan konsumtif fibrinogen, misalnya : - Acute fatty liver of pregnancy. - Hipovolemia berat / perdarahan berat. - Sepsis. 3. Kelainan jaringan ikat : SLE. 4. Penyakit ginjal primer. Terapi Medikamentosa : 1. Mengikuti terapi medikamentosa : pre eklampsia dan eklampsia. 2. Pemeriksaan laboratorium untuk trombosit dan LDH setiap 12 jam. 3. Bila trombosit kurang 50.000/ml atau adanya tanda koagulopati konsumtif maka harus diperiksa :

- Waktu protombin - Waktu tromboplastin parsial - Fibrinogen. 4. Pemberian dexamethasone rescue : a. Antepartum : diberikan double strength dexamethasone (double dose). Jika didapatkan : - Trombosit kurang 100.000/cc atau - Trombosit 100.000-150.000/cc dan dengan eklampsia, hipertensi berat, nyeri epigastrium, gejala fulminant maka diberikan dexamethasone 10 mg IV setiap 12 jam. b. Postpartum : Dexamehasone diberikan 10 mg intravena setiap 12 jam 2 kali lalu diikuti 5 mg intravena setiap 12 jam 2 kali. c. Terapi dexamethasone dihentikan bila terjadi : 1. Perbaikan laboratorium : Trombosit lebih 100.000/ml dan penurunan LDH. 2. Perbaikan tanda dan gejala klinik pre eklampsia - eklampsia. 5. Dapat dipertimbangkan pemberian : a. Transfusi trombosit bila trombosit kurang 50.000/cc. b. Antioksidan. Sikap : Pengelolaan obstetrik Sikap terhadap kehamilan pada sindroma HELLP ialah aktif yaitu kehamilan diakhiri (terminasi) tanpa memandang umur kehamilan. Persalinan dapat dilakukan pervaginam atau perabdomen. Sumber : Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Kelompok Kerja Penyusunan Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. Ed. ke-2. 2005.

flash View Public Profile Find More Posts by flash January 12th, 2008, 02:05 #3

flash 128-Bit Member

PRE EKLAMPSIA RINGAN Pre eklampsia ringan adalah sindrom spesifik kehamilan dengan penurunan perfusi pada organ-organ akibat vasospasme dan aktivasi endothel.

Kriteria diagnostik pre eklampsia ringan : 1. Desakan darah 140/90 - 160/110 mmHg; kenaikan darah sistolik 30 mmHg atau lebih dan kenaikan darah diastolik 15 mmHg atau lebih, tidak dimasukkan Join Date: Oct dalam kriteria diagnostik pre eklampsia tetapi perlu observasi yang 2007 cermat. Location: Nge 2. Proteinuria 300 mg/24 jam atau lebih jumlah urin atau dipstick +1 flash di iatau lebih. comers 3. Edema : lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria Posts: 133 diagnostik kecuali Thanks: 0 anasarka. Thanked 7 Times in 5 Pengelolaan pre eklampsia ringan dapat secara : Posts 1. Rawat jalan (ambulatoir) 2. Rawat inap (hospitalisasi) Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir) : 1. Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai keinginannya. Di Indonesia tirah baring masih diperlukan. 2. Diet reguler : tidak perlu diet khusus. 3. Vitamin pre natal. 4. Tidak perlu restriksi konsumsi garam. 5. Tidak perlu pemberian diuretik, antihipertensi dan sedativum. 6. Kunjungan ke rumah sakit setiap minggu. Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi) : 1. Indikasi pre eklampsia ringan yang dirawat inap (hospitalisasi) a. Hipertensi yang menetap selama lebih 2 minggu. b. Proteinuria yang menetap selama lebih 2 minggu. c. Hasil tes laboratorium yang abnormal. d. Adanya gejala atau tanda 1 atau lebih pre eklampsia berat. 2. Pemeriksaan dan monitoring pada ibu a. Pengukuran desakan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur. b. Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen. c. Penimbangan berat badan pada saat ibu masuk rumah sakit dan penimbangan dilakukan tiap hari. d. Pengamatan dengan cermat gejala pre eklampsia dengan

impending eklampsia : - Nyeri kepala frontal atau occipital. - Gangguan visus - Nyeri kuadran kanan atas perut - Nyeri epigastrium 3. Pemeriksaan laboratorium a. Proteinuria dipstick pada waktu masuk dan minimal diikuti 2 hari setelahnya. b. Hematokrit dan trombosit 2 kali seminggu. c. Tes fungsi hepar 2 kali seminggu. d. Tes fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum, asam urat dan BUN. e. Pengukuran produksi urin setiap 3 jam (tidak perlu dengan kateter tetap). 4. Pemeriksaan kesejahteraan janin a. Pengamatan gerakan janin setiap hari b. NST 2 kali seminggu c. Profil biofisik janin, bila NST non reaktif. d. Evaluasi pertumbuhan janin dengan USG setiap 3-4 minggu. e. Ultrasound Doppler arteri umbilikalis, arteri uterina. Terapi medikamentosa : 1. Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoar. 2. Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda pre eklampsia dan umur kehamilan 37 minggu atau lebih, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari lalu boleh dipulangkan. Pengelolaan obstetrik Tergantung umur kehamilan : a. Bila penderita tidak inpartu - Umur kehamilan kurang 37 minggu Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai aterm. - Umur kehamilan 37 minggu atau lebih 1. Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus. 2. Bila serviks matang pada taksiran tanggal persalinan dapat dipertimbangkan dilakukan induksi persalinan. b. Bila penderita sudah inpartu Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan grafik Friedman atau partograf WHO.

Selama dirawat di rumah sakit dilakukan konsultasi pada : 1. Bagian penyakit mata 2. Bagian penyakit jantung 3. Bagian lain atas indikasi. Sumber : Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Kelompok Kerja Penyusunan Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. Ed. ke-2. 2005.

flash View Public Profile Find More Posts by flash January 12th, 2008, 02:06 flash 128-Bit Member #4

HIPEREMESIS GRAVIDARUM Pengertian __________ Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti appendisitis, pielititis, dan sebagainya.(1) Etiologi ________ Tidak jelas.(2) Klasifikasi(2,3,4) ___________ Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :

Join Date: Oct 2007 Location: Nge flash di icomers Posts: 133 Thanks: 0 Thanked 7 Times in 5 Posts

1. Tingkat I Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat-badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit empedu kemudian hanya lendir, cairan empedu dan terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistole menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin masih normal. 2. Tingkat II Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih 100-140 kali per menit, tekanan darah sistole kurang 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus ada, aseton ada, bilirubin ada dan berat-badan cepat menurun. 3. Tingkat III Gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin ada, dan proteinuria. Diagnosis(2,4) _________ 1. Amenore yang disertai muntah hebat (segala yang dimakan dan diminum akan dimuntahkan), pekerjaan sehari-hari terganggu, dan haus hebat. 2. Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma). 3. Fisis : dehidrasi, keadaan berat, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, porsio lunak pada vaginal touche, uterus besar sesuai besarnya kehamilan. 4. Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, benda keton dan proteinuria. Penatalaksanaan(2,3) ________________

1. Rawat di rumah sakit, batasi pengunjung. 2. Stop per oral 24-48 jam. 3. Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2 : 1, 40 tetes per menit. 4. Obat - Vitamin B1, B2 dan B6 masing-masing 50-100 mg/hr/infus. - Vitamin B12 200 mcg/hr/infus, vit. C 200/hr/infus. - Phenobarbital 30 mg IM 2-3 kali per hari atau chlorpromazine 25-50 mg/hr IM atau diazepam 5 mg 2-3 kali per hari IM. - Antiemetik : prometazine (avopreg) 2-3 kali 25 mg per hari per oral atau prochlorperazine (stimetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3 kali 1 per hari per oral. - Antasida : acidrine 3 x 1 tab per hari per oral atau mylanta 3 x 1 tab per hari per oral atau magnam 3 x 1 tab per hari per oral. 5. Diet a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam zatzat gizi kecuali vitamin C karena itu hanya diberikan selama beberapa hari. b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D. c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium. Sumber : Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.

flash

View Public Profile Find More Posts by flash January 12th, 2008, 02:07 flash 128-Bit Member #5

PERDARAHAN PADA KEHAMILAN MUDA Perdarahan pada kehamilan muda adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 22 minggu.

Penanganan umum perdarahan pada kehamilan muda : - Lakukan penilaian secara cepat mengenaii keadaan umum pasien, termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu). - Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkerringat banyak, pingsan, tekanan sistolik Join Date: Oct kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit). 2007 - Jika dicurigai terjadi syok, segera mullai penanganan syok. Jika tidak Location: Nge terlihat tandaflash di itanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong comers melakukan Posts: 133 evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk Thanks: 0 dengan Thanked 7 cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk memulai penanganan Times in 5 syok dengan Posts segera. - Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu. - Pasang infus dengan jarum infus besar ((16 G atau lebih), berikan larutan garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 cc dalam 2 jam pertama). Diagnosis perdarahan pada kehamilan muda : 1. Pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita dengan anemia, penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease- PID), gejala abortus atau keluhan nyeri yang tidak biasa. Catatan : Jika dicurigai adanya kehamilan ektopik, lakukan

pemeriksaan bimanual secara hati-hati karena kehamilan ektopik awal bisa sampai mudah pecah. 2. Pikirkan kemungkinan abortus pada wanita usia reproduktif yang mengalami terlambat haid (lebih 1 bulan sejak haid terakhir) dan mempunyai 1 atau lebih tanda berikut : perdarahan, kaku perut, pengeluaran sebagian produk konsepsi, serviks yang berdilatasi atau uterus yang lebih kecil dari seharusnya. 3. Jika abortus merupakan kemungkinan diagnosis, kenali dan segera tangani komplikasi yang ada. 1. Diagnosis abortus imminens : - Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang. Perdarahan ringan membutuhkan waktu lebih 5 menit untuk membasahi pembalut atau kain bersih. - Serviks tertutup. - Uterus sesuai dengan usia kehamilan. - Gejala / tanda : kram perut bawah dan uterus lunak. 2. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu : - Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang. - Serviks tertutup. - Uterus sedikit membesar dari usia kehamilan normal - Gejala / tanda : limbung atau pingsan, nyeri perut bawah, nyeri goyang porsio, massa adneksa, dan cairan bebas intra abdomen. 3. Diagnosis abortus komplit : - Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang. - Serviks tertutup atau terbuka. - Uterus lebih kecil dari usia kehamilan normal - Gejala / tanda : sedikit atau tanpa nyeri perut bawah, dan riwayat ekspulsi hasil konsepsi. 4. Diagnosis abortus insipiens : - Perdarahan sedang hingga masif (banyak). Perdarahan berat membutuhkan waktu kurang 5 menit untuk membasahi pembalut atau kain bersih. - Serviks terbuka. - Uterus sesuai usia kehamilan. - Gejala / tanda : kram / nyeri perut bawah, dan belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi.

5. Diagnosis abortus inkomplit : - Perdarahan sedang hingga masif (banyak). - Serviks terbuka. - Uterus sesuai usia kehamilan. - Gejala / tanda : kram / nyeri perut bawah, dan ekspulsi sebagian hasil konsepsi. 6. Diagnosis abortus mola : - Perdarahan sedang hingga masif (banyak). - Serviks terbuka. - Uterus lunak dan lebih besar dari usia kehamilan - Gejala / tanda : mual / muntah, kram perut bawah, sindrom mirip pre eklampsia, tidak ada janin, dan keluar jaringan seperti anggur. Tanda dan gejala abortus antara lain nyeri abdomen bawah, nyeri lepas, uterus terasa lemas, perdarahan berlanjut, lemah, lesu, demam, sekret vagina berbau, sekret & pus dari serviks, dan nyeri goyang serviks. Komplikasinya adalah infeksi / sepsis. Penanganannya adalah mulai memberikan antibiotik sesegera mungkin sebelum melakukan aspirasi vakum manual. Antibiotiknya berupa ampisilin 2 gr IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgbb IV tiap 24 jam ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam sampai ibu bebas demam 48 jam. Tanda dan gejala lainnya adalah nyeri / kaku pada abdomen, nyeri lepas, distensi abdomen, abdomen terasa tegang & keras, nyeri bahu, mual-muntah, dan demam. Komplikasinya adalah perlukaan uterus, vagina atau usus. Penanganannya yaitu lakukan laparotomi untuk memperbaiki perlukaan dan lakukan aspirasi vakum manual secara berurutan. Mintalah bantuan lebih lanjut jika dibutuhkan. Jenis-Jenis Abortus ___________________ Jenis-jenis abortus : 1. Abortus spontan 2. Abortus yang disengaja 3. Abortus tidak aman 4. Abortus septik Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22 minggu). Tahapan abortus spontan meliputi : 1. Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut). 2. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang menjadi abortus inkomplit atau abortus komplit). 3. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan).

4. Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan). Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas. Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau keduanya. Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis dapat berasal dari infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan peralatan. Penanganan ____________ Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau adanya perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi vagina untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, obatobat lokal atau bahan lainnya. Penanganan abortus imminens : 1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total. 2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual. 3. Jika perdarahan : - Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi. - Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola. 4. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah abortus. Penanganan abortus insipiens : 1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus

dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan : - Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu). - Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus. 2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu : - Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi. - Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi. 3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan. Penanganan abortus inkomplit : 1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral. 2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan : - Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia. - Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu). 3. Jika kehamilan lebih 16 minggu : - Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.

- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg). - Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus. 4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan. Penanganan abortus komplit : 1. Tidak perlu evaluasi lagi. 2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak. 3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan. 4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah. 5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut. Pemantauan Pasca Abortus __________________________ Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7 kehamilan) dari seluruh kehamilan. Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan yang tidak diinginkan : 1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. 2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode kontrasepsi yang paling sesuai. Metode kontrasepsi pasca abortus : 1. Kondom - Waktu aplikasinya segera. - Efektivitasnya tergantung dari tingkat kedisiplinan klien. - Dapat mencegah penyakit menular seksual. 2. Pil kontrasepsi - Waktu aplikasinya segera. - Cukup efektif tetapi perlu ketaatan klien untuk minum pil secara teratur. 3. Suntikan - Waktu aplikasinya segera. - Konseling untuk pilihan hormon tunggal atau kombinasi. 4. Implan - Waktu aplikasinya segera. - Jika pasangan tersebut mempunyai 1 anak atau lebih dan ingin kontrasepsi jangka panjang.

5. Alat kontrasepsi dalam rahim - Waktu aplikasinya segera dan setelah kondisi pasien pulih kembali. - Tunda insersi jika hemoglobin kurang 7 gr/dl (anemia) atau jika dicurigai adanya infeksi. 6. Tubektomi - Waktu aplikasinya segera. - Untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas. - Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai keadaan jelas. Jika hemoglobin kurang 7 gram/dl, tunda sampai anemia telah diperbaiki. - Sediakan metode alternatif (seperti kondom). Beberapa wanita mungkin membutuhkan : 1. Jika klien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml atau jika dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi. 2. Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus 1500 unit intramuskuler diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu. 3. Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual. 4. Penapisan kanker serviks. Kehamilan Ektopik Terganggu ___________________________ Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba Fallopii merupakan tempat tersering terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih 90%). Tanda dan gejala kehamilan ektopik sangatlah bervariasi tergantung dari pecah tidaknya kehamilan tersebut. Alat penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik yang pecah adalah tes kehamilan dari serum yang dikombinasi dengan pemeriksaan USG. Jika diperoleh haril darah yang tidak membeku segera mulai penanganan. Tanda dan gejala kehamilan ektopik : 1. Gejala kehamilan awal berupa flek atau perdarahan ireguler, mual, pembesaran payudara, perubahan warna pada vagina & serviks, perlunakan serviks, pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil meningkat. 2. Nyeri pada abdomen dan pelvis. Tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu :

1. Kolaps dan kelelahan. 2. Denyut nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih). 3. Hipotensi. 4. Hipovolemia. 5. Abdomen akut dan nyeri pelvis. 6. Distensi abdomen. Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan petunjuk adanya darah bebas. 7. Nyeri lepas. 8. Pucat. Diagnosis banding kehamilan ektopik yang tersering adalah abortus imminens. Diagnosa banding lainnya adalah penyakit radang panggul akut & kronik, kista ovarium (terpuntir atau ruptur) dan appendisitis akut. USG dapat membedakan antara kehamilan ektopik, abortus imminens dan kista ovarium terpuntir. Penanganan awal kehamilan ektopik : 1. Segera lakukan uji silang darah dan laparatomi. Jangan menunggu darah sebelum melakukan pembedahan. 2. Jika tidak ada fasilitas, segera rujuk ke fasilitas lebih lengkap dan lakukan penilaian awal. 3. Pada laparatomi, eksplorasi kedua ovarium dan tuba Fallopii : - Kerusakan tuba yang berat : lakukan salpingektomi (hasil konsepsi dan tuba keduanya dikeluarkan). Ini merupakan terapi pilihan pada sebagian besar kasus. - Kerusakan tuba yang kecil : lakukan salpingostomi (hasil konsepsi dikeluarkan dan tuba dipertahankan). Ini dilakukan dengan mempertimbangkan konservasi kesuburan karena resiko kehamilan ektopik berikutnya cukup tinggi. Jika terjadi perdarahan banyak dapat dilakukan autotransfusi apabila darah intraabdominal masih segar dan tidak terinfeksi atau terkontaminasi (pada akhir kehamilan, darah dapat terkontaminasi dengan air ketuban dan lain-lain sehingga sebaiknya tidak digunakan untuk autotransfusi). Darah dapat dikumpulkan sebelum pembedahan atau setelah abdomen dibuka : 1. Sewaktu ibu berbaring di atas meja operasi sebelum operasi dan abdomen tampak tegang akibat terkumpulnya darah, saat itu memungkinkan untuk

memasukkan jarum melalui dinding abdomen dan darah dikumpulkan diset donor. 2. Cara lain, bukalah abdomen : - Ambil darah ke dalam suatu tempat dan saringlah darah dengan menggunakan kasa untuk memisahkan bekuan darah. - Bersihkan bagian atas dari kantong darah dengan cairan antiseptik dan bukalah dengan pisau steril. - Tuangkan darah wanita tersebut ke dalam kantong dan masukkan kembali melalui set penyaring dengan cara biasa. - Jika tidak tersedia kantong donor dengan antikoagulan, tambahkan sodium sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml darah. Penanganan selanjutnya : 1. Sebelum membolehkan ibu pulang, lakukan konseling dan nasehat mengenai prognosis kesuburannya. Mengingat meningkatnya resiko kehamilan ektopik selanjutnya, konseling metode kontrasepsi dan penyediaan metode kontrasepsi, jika diinginkan, merupakan hal yang penting. 2. Perbaiki anemia dengan sulfas ferrous 600 mg/hr per oral selama 2 minggu. 3. Jadwalkan kunjungan berikutnya untuk pemantauan dalam waktu 4 minggu. Mola Hidatidosa _______________ Kehamilan mola merupakan proliferasi abnormal dari vili khorialis. Penanganan awal kehamilan mola : Jika diagnosa kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus : - Jika dibutuhkan dilatasi serviks, gunakkan blok paraservikal. - Pengosongan dengan aspirasi vakum manuaal lebih aman daripada kuretase tajam. Resiko perforasi dengan menggunakan kuret tajam cukup tinggi. - Jika sumber vakum adalah tabung manual,, siapkan peralatan aspirasi vakum manual minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga

pengosongan kavum uteri selesai. Isi uterus cukup banyak tetapi penting untuk cepat dikosongkan. Penanganan selanjutnya kehamilan mola : - Pasien dianjurkan untuk menggunakan konntrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas. - Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selaama minimal 1 tahun pasca evakuasi dengan menggunakan tes kehamilan dengan urin karena adanya resiko timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau khoriokarsinoma. Jika tes kehamilan dengan urin tidak negatif setelah 8 minggu atau menjadi positif kembali dalam 2 tahun pertama, rujuk ke pusat kesehatan tersier untuk pemantauan dan penanganan lebih lanjut. By Boel 2010

You might also like