Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
Saebani, S.KM, M.Kes Residen Pembimbing :
Prasetya Yulian N
Rizka Nugraheni M Septian Yudo P Ade Irma S Sandra Anastasia L.G Ni Putu Paramithasari K Azalia Aprinda B
PENDAHULUAN
Dunia (2008) : 208jt (5%) Indonesia 3,1jt-3,6jt
(1,99%)
laki-laki (88%) > perempuan (12%) (BNN, 2008)
Menurut survey BNN tahun 2008: Usia pertama kali pada usia 16-18 tahun (41%) Heroin : 64%, kokain :30.1%, candu : 4.1% dan
RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja efek samping dari morfin? 2. Apa kegunaan dan penyalahgunaan dari morfin? 3. Bagaimana dasar hukum mengenai morfin? 4. Bagaimana gambaran forensik pada kasus penggunaan morfin?
TUJUAN
1. Untuk menambah pengetahuan mengenai efek samping dari morfin 2. Untuk menambah pengetahuan mengenai kegunaan dan penyalahgunaan dari morfin 3. Untuk menambah pengetahuan mengenai dasar hukum mengenai morfin 4. Untuk menambah pengetahuan mengenai gambaran forensik pada penggunaan morfin
TINJAUAN PUSTAKA
hasil olahan dari opium/candu mentah dan merupakan alkaloida utama dari opium yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium
MORFIN
Bekerja langsung pada SSP digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri
Cara Penyalahgunaan
FARMAKODINAMIK
FARMAKOKINETIK
Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi
Intoksikasi Morfin
Sopor
Koma
Frekuensi napas
Sianotik
KEMATIAN
TD ( Syok)
Pupil mengecil
Suhu badan
Frekuensi urin
GEJALA PUTUS OBAT : saki, gelisah dan iritabel. gejala tremor, iritabilitas, lakrimasi, berkeringat, menguap, bersin, mual, midriasis, demam dan nafas cepat. timbulnya muntah, kolik dan diare Frekuensi nadi dan TD Hiperhidrolisis
Pasal 1 ayat 14
Pasal 1 ayat 15 Pasal 6 ayat 1 Pasal 115 ayat 1
b)
c)
Narkotika Golongan 1 bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun Narkotika Golongan 2 bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun Narkotika Golongan 3 bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
Mati
Pemeriksaan luar Needle mark Hipertrofi kelenjar getah bening regional Gelembung-gelembung pada kulit Tanda mati lemas Pemeriksaan dalam (paru, hati,
Pemeriksaan penunjang :
Toksikologi : (Thin Layer
KGB)
Pemeriksaan makroskopis
Pemeriksaan Toksikologi a) Urin, darah, isi lambung b) Nasal swab
KESIMPULAN
Analgesik opioid merupakan obat yang memiliki sifat seperti opium,
dan morfin merupakan agonis opioid yang termasuk ke dalam golongan opioid kuat
Gejala kelebihan dosis antara lain pupil mata sangat kecil (midriasis
jika telah terjadi anoksia), frekuensi nafas melambat atau bisa berupa Cheyne Stokes, sopor atau koma, kulit muka merah merata dan agak kebiruan, tekanan darah menurun sampai terjadi syok bila nafas memburuk, suhu badan rendah, kulit terasa dingin, tonus otot rangka rendah, dan mandibula dalam keadaan relaksasi
Penyalahgunaan morfin ini diatur dalam UU RI no 35 tahun
2009 pasal 1 ayat 1, ayat 13, ayat 14, ayat 15; pasal 6 ayat 1; pasal 115 ayat 1; pasal 127 ayat 1
DAFTAR PUSTAKA
1.
Hedi R. Dewoto. Analgesik opoiod dan antagonis. In: Sulistya GG, Rianto SN, Elysabeth, ed. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009: 211-2. Erica Wittwer, Steven E. Kern.Role of Morphines Metabolites in Analgesia: Concepts and Controversies. The AAPS Journal.2006 [cited 2013 July 2nd]; 8 (2): Article 39. Available online: http://www.aapsj.org. Simona DG, Manuela DG, Guglielmina NR, Massimo A, Cristina M, Mario R. Morphine metabolism, transport and brain disposition. Metab Brain Dis. 2012[cited 2013 July 2nd]; 27:15. Dwiprahasto, I., 1993, AspekFarmakologikAlkoholdanNarkotokdalam Seminar PenyalahgunaanAlakoholdanNaarkotika, IkatanDokter Indonesia, Yogyakarta HamdanidanNyowito, 1992, IlmukedokteranKehakiman, Edisi Ke-2, PT GramediaPustakaUtama, Jakarta. Jaffe, J.H., 1991, Drug addiction and Drug Abuse In The Farmakolaogical Basis of Therapeutics, 8 th edition, Pergamon Press, New york Knight, B., 1996, Forensic Pathology, Oxford University Press Inc., New York Latief. S. A, Suryadi K. A, danDachlan M. R, PetunjukPraktisAnestesiologi, Edisi II, BagianAnestesiologidanTerapiIntensif FK-UI, Jakarta, Juni, 2001, hal ; 77-83, 161.
2.
3.
4.
5.
6.
7. 8.
9.
10.
11.
12.
13. 14.
18.
19.
A STRONG POSITIVE ATTITUDE WILL CREATE MORE MIRACLES THAN ANY WONDER DRUG. PATRICIA NEAL-