You are on page 1of 10

ANTHRAK (RADANG LIMPA)

OLEH:
ALFAJRI SAPUTRA 1002101010011 RIKI SUHENDRA ALBAR IRHA SARAYULIS WILIANA 1002101010021 1002101010013 1002101010009 1002101010016

PENDAHULUAN
Antraks atau radang limfa adalah penyakit infeksius pada hewan yang disebabkan oleh kuman Bacillus anthracis. Kuman ini berbentuk batang, termasuk kelompok gram positif, bersifat pathogen dan membentuk spora yang sulit dimusnahkan. Penyakit ini sudah di kenal di Indonesia sejak 1885. Sapi, kerbau, dan domba sangat rentan terhadap kuman ini. Bacillus anthracis meupakan bakteri pathogen penyebab penyakit anthraks.
Penyakit ini biasanya menyerang hewan ternak maupun manusia yang kontak dengan hewan yang sudah terinfeksi. Bacillus anthracis merupakan bakteri berbentuk batang, berukuran 1,6 m, tidak mempunyai alat gerak atau motil, merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob. Bacillus anthracis memiliki dua tahap dalam siklus hidupnya yaitu fase vegetatif dan spora. Dalam mempertahankan siklus hidupnya Bacillus anthracis membentuk dua sistem pertahanan yaitu spora dan kapsul. Dalam menginfeksi sel inangnya spora anthrax mengeluarkan 2 racun yaitu, edema toxin dan lethal toxin. Penyebaran spora anthrax dapat melalui kontak langsung/melalui kulit, melalui saluran pernpasan, dan melalui per oral atau saluran pencernaan, hal ini dapat menyebabkan macam-macam penyakit anthrax,seperti anthrax kulit, anthrax saluran pernapasan, anthrax saluran pencernaan dan dapat sampai ke otak yang disebut anthrax otak/meningitis.

Anthrax disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, suatu bakteri yang mempunyai kemampuan membentuk endospora yaitu suatu bentuk pertahanan diri suatu bakteri, sehingga menyebabkan bakteri ini sulit dieradikasi. Dalam keadaan yang tidak mendukung, kuman Anthraks segera melindungi diri dengan menjadi bentuk spora. Spora ini bisa bertahan berpuluh-puluh tahun tanpa kerusakan yang berarti. Pernah dilaporkan bahwa spora. Anthraks dapat hidup dalam tanah selama 70 tahun. Kemampuan spora Anthraks menghasilkan toksin yang dapat membunuh manusia dan tahan terhadap lingkungan inilah yang menyebabkan bakteri ini sangat potensial menjadi senjata biologis. Beberapa daerah di Indonesia sampai merupakan daerah endemis anthrax diantaranya di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.

ETIOLOGI
Morfologi: Anthrax disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang merupakan bakteri berbentuk batang besar dengan ujung persegi dan sudutnya tajam dengan ukuran panjang 3 5 m dan lebar 1 2 m. Bakteri ini bersifat Gram positif yang akan tampak berwarna biru ungu di bawah mikroskop bila diwarnai dengan Gram. Pemeriksaan di bawah mikroskop terhadap preparat ulas yang diambil dari specimen darah atau jaringan hewan penderita akan tampak bakteri ini tersusun berpasangan, berantai maupun sendiri sendiri dengan gambaran khas seperti ruas pohon bambu / bamboo tree appearance. Bacillus anthracis dapat membentuk endospora yang berbentuk oval dan terletak central , tidak lebih besar daripada diameter bentuk vegetatifnya. Endospora ini hanya terbentuk apabila bakteri berada di luar tubuh hostnya atau pada tubuh host yang telah mati. Endospora juga dapat ditemukan pada kultur / biakan, di tanah Ciri

/lingkungan, pada jaringan atau darah hewan penderita yang telah mati.

morfologis lain dari Bacillus anthracis adalah mempunyai capsul pada saat berada di dalam tubuh host tetapi capsule ini tidak dapat terjadi pada Bacillus anthracis yang dibiakkan secara in vitro kecuali bila dalam medianya diberikan natriumbicarbonate dengan konsentrasi 5% CO2 . Morfologi Antrax Ciri-ciri : Berbentuk batang lurus Ukuran 1,6m Merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob Bersifat Patogen Tidak tahan terhadap suhu tinggi Mempunyai kemampuan membentuk spora Tidak mempunyai alat gerak (motil) Berkapsul dan tahan asam Dinding sel bakteri merupakan polisakarida somatik yang terdiri dari N asetilglukosamin dan D-galaktosa eksotoksin kompleks yang terdiri atas Protective Ag (PA), Lethal Factor (LF), dan Edema Factor (EF)

Klasifikasi Kingdom : Bacteria Filum : Firmicutes Kelas : Bacilli Ordo : Bacillales Famili : Bacillaceae Genus : Bacillus Spesies : Bacillus anthracis

Sifat fisiologis dan biokimiawi: Bacillus anthracis dapat tumbuh pada hampir semua media pertumbuhan bakteri pada umumnya tetapi akan sangat baik tumbuhnya dan akan menunjukkan ciri khasnya secara baik apabila dikultur pada Blood Agar Plate dengan kandungan darah bebas antibiotika. Pertumbuhan maksimal diperoleh bila diberikan suasana pH 7 7,4 secara aerob. Suhu optimal yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya adalah 37C walaupun bakteri ini dapat tumbuh pada suhu antara 15C hingga 40C.

Setelah 24 jam masa inkubasi Bacillus anthracis pada media sederhana akan tumbuh sebagai koloni yang besar, menonjol, opaque, berwarna putih keabuan, tepian tidak rata dengan ukuran diameter sekitar 2 5 mm, dan dengan bantuan kaca pembesar permukaan koloni tampak berbulu plumose, berjumbai seperti rambut keriting yang diistilahkan sebagai caput medusae / medusa head/ hairlike curl / fringelike edge. Bakteri ini non motil dan ini berbeda dengan spesies bakteri genus Bacillus yang umumnya motil. Bacillus anthracis memfermentasi glukosa, maltosa dan sukrosa dengan

menghasilkan sejumlah asam tetapi bakteri ini tidak memfermentasi manitol, laktosa dan galaktosa. Sifat biokimiawi lain dari bakteri ini adalah mencairkan gelatin secara perlahan, mereduksi nitrat menjadi nitrit, serta tes Voges Preskauernya / VP positif.

PATHOGENESA
Sebagai penentu patogenitas dari Bacillus anthracis adalah adanya 2 faktor virulensi yaitu capsul dan antigen toxin yang berupa exotoxin complex yang terdiri dari PA /Protective Antigen, LF / Lethal Factor dan EF /Edema Factor yang dapat dihasilkan. Capsul akan menyebabkan gangguan pada proses fagositosis sedangkan exotoxin complex berhubungan dengan gejala yang ditimbulkan. Protective Antigen akan mengikat receptor yang selanjutnya diikuti masuknya Lethal Factor dan Edema Factor ke dalam sel. Sinergi antara PA dengan EF akan menyebabkan edema sedangkan sinergi antara PA dengan LF akan menyebabkan kematian. 5 Anthrax terutama menyerang hewan ternak sapi,kambing, domba / biri-biri, kuda. Endospora dariBacillus anthracis yang mencemari tanah kemungkinan akan menempel pada rerumputan atau tanaman lainnya dan termakan oleh ternak. Manusia umumnya terinfeksi oleh endospora bakteri ini melalui lesi di kulit, inhalasi atau per oral. Setelah infeksi, endospora bakteri ini akan tumbuh menjadi bakteri vegetatif pada jaringan di tempat endospora masuk. Bakteri vegetatif ini akan menyebabkan edema gelatinosa dan congesti. Selanjutnya terjadi penyebaran bakteri ini melalui aliran lymphe menuju aliran darah dan terjadi bakteriemia hingga sepsis.

GEJALA KLINIS
Gejala klinis Anthrax pada hewan diawali dengan suhu tubuh tinggi sekitar 41-42 C, kehilangan nafsu makan yang mengarah kepada terhentinya produksi susu pada sapi perah, edema di sekitar leher, hidung, kepala dan scrotum, selain itu penderita terlihat sempoyongan, gemetar dan dengan segera timbul kematian. Penderita yang lemah biasanya mati dalam waktu 1-3 hari. Pada babi dan kuda umumnya lebih tahan, gejala penyakit berjalan secara kronis dan menyebabkan pembengkakan pada daerah tenggorokan. Hewan dapat tertular antraks melalui pakan (rumput) atau minum yang terkontaminasi spora. Spora yang masuk ke dalam tubuh melalui oral dan akan mengalami germinasi, multiplikasi di sistem limfe dan limpa, menghasilkan toksin sehingga menyebabkan kematian (biasanya mengandung 109 kuman/ml darah) (OIE, 2000). Antraks pada hewan dapat ditemukan dalam bentuk perakut, akut, subakut sampai dengan kronis. Untuk ruminansia biasanya berbentuk perakut dan akut; kuda biasanya berbentuk akut; sedangkan anjing, kucing dan babi biasanya berbentuk subakut sampai dengan kronis. Gejala penyakit pada bentuk perakut berupa demarn tinggi (42C), gemetar, susah bernafas, kongesti mukosa, konvulsi, kolaps dan mati. Darah yang keluar dari lubang kumlah (anus, hidung, mulut atau vulva) berwarna gelap dan sukar membeku. Bentuk akut biasanya menunjukan gejala depresi, anoreksia, demam, nafas cepat, peningkatan denyut nadi, kongesti membran mukosa. Pada kuda terjadi enteritis, kolik, demam tinggi, depresi dan kematian terjadi dalam waktu 48-96 jam. Sedangkan pada bentuk subakut sampai dengan kronis, terlihat adanya pembengkakan pada lymphoglandula pharyngeal karena kumnn antraks terlokalisasi di daerah itu (OIE, 2000). Di Indonesia, kejadian antraks biasanya perakut, yaitu : demam tinggi, gemetar, kejang-kejang, konvulsi, kolaps dan mati .

Antraks pada manusia dibedakan menjadi tipe kulit, tipe pencernaan, tipe pulmonal dan tipe meningitis. Pada tipe kulit, B. anthracis masuk melalui kulit yang lecet, abrasi, luka atau melalui gigitan serangga dengan masa inkubasi 2 sampai 7 hari. Gejala klinis yang terlihat adalah demam tinggi, sakit kepala, ulcus dengan jaringan nekrotik warna hitam di tengah dan dikelilingi oleh vesikel-vesikel dan oedema. Jika tidak diobati tingkat kematian dapat mencapai 10 - 20% dan jika diobati kurang dari 1% (DEPARTEMEN KESEHATAN, 2003 ; WHO, 1998 ; APIC, 2005). Pada tipe pencernaan (gastrointestinal anthrax), B. Anthracis dapat masuk melalui makanan terkontaminasi, dan masa inkubasinya 2 sampai 5 hari. Mortalitas tipe ini dapat mencapai 25 - 60% dan dibedakan menjadi antraks intestinal dan antraks oropharingeal. Pada antraks intestinal, gejala utama adalah demam tinggi, sakit perut, diare berdarah, asites, dan toksemia. Antraks oropharingeal, gejala utamanya demam tinggi, sakit tenggorokan, pembesaran limfoglandula regional, dan toksemia (DEPARTEMEN KESEHATAN, 2003; WHO, 1998 ; APIC, 2005) . Tipe pernafasan (Pulmonary anthrax) terjadi karena terhirupnya spora B. Anthracis dengan masa inkubasi 2 - 6 hari . Jalannya penyakitperakut sulit bernafas, sianosis, koma dan mati. Tingkat kematian bisa mencapai 86% dalam waktu 24 jam(DEPARTEMEN KESEHATAN, 2003; WHO, 1998; APIC, 2005). Tipe meningitis, merupakan komplikasi gejala demam tinggi, sakit kepala, sakit otot, batuk, susah bernafas atau lanjutan dari ke-3 bentuk antraks yang telah disebutkan di atas . Tingkat kematian dapat mencapai 100% dengan gejala klinik pendarahan otak (WHO, 1998). Manusia dapat terinfeksi melalui salah satu dari ketiga kemungkinan yaitu melalui kulit, melalui inhalasi atau melalui ingesti. Manifestasi klinis pada manusia tergantung dari jalan masuknya endospora Bacillus anthracis ke dalam tubuh host. Cutaneous anthrax merupakan manifestasi klinis terbanyak pada manusia, dinyatakan sekitar 95% dari kejadian anthrax.

AGEN PENYEBAB Penyakit ini disebabkab oleh B. anthracis, bakteri berbentuk batang, gram positif, ukuran (I - 1,5) sm X (3 - 5) pm, non motil, non hemolitik, membentuk spora, dapat membentuk kapsul dan menghasilkan toksin (OIE, 2000). Spora akan terbentuk jika terekspos oksigen (02), spora ini relatif tahan terhadap panas, dingin, pH, radiasi dan desinfektan sehingga sangat sulit untuk dihilangkan jika terjadi kontaminasi . Spora mungkin akan germinasi, multiplikasi dan resporulasi kembali di luar tubuh hewan jika kondisinya memungkinkan, yaitu : suhu 8 - 45C, pH antara 5 - 9, kelembaban di atas 95% dan adanya zat makanan yang cukup (WHO et al., 1998; POBomws I, 2004) . Secara parenteral, Lethal Dose50 (LD50) antraks untuk tiap hewan berbedabeda, yaitu : marmot (< 10 spora), primata (3 x 103 spora), tikus (106 spora), mencit (5 spora), babi (10 spora) dan anjing (5 x 1010 spora), sedangkan LD50 untuk Antraks pernafasan pada manusia kira-kira 8.000-10.000 spora.

Siklus Hidup
Siklus hidup anthrax terdiri atas dua fase, yaitu fase vegetatif dan fase spora. Fase Vegetatif Berbentuk batang, berukuran panjang 1-8 mikrometer, lebar 1-1,5 mikrometer. Jika spora antraks memasuki tubuh inang (manusia atau hewan memamah biak) atau keadaan lingkungan yang memungkinkan spora segera berubah menjadi bentuk vegetatif, kemudian memasuki fase berkembang biak. Sebelum inangnya mati, sejumlah besar bentuk vegetatif bakteri antraks memenuhi darah. Bentuk vegetatif biasa keluar dari dalam tubuh melalui pendarahan di hidung, mulut, anus, atau pendarahan lainnya. Ketika inangnya mati dan oksigen tidak tersedia lagi di darah bentuk vegetatif itu memasuki fase tertidur (dorman/tidak aktif). Jika kemudian dalam fase tertidur itu berkontak dengan oksigen di udara bebas, bakteri antraks membentuk spora (prosesnya disebut sporulasi). Bentuk vegetatif juga dapat terbawa oleh nyamuk atau serangga pengisap darah yang menggigit korban yang berada pada fase akhir. Bisa juga terbawa serangga yang memakan bangkai korban. Serangga ini kemudian dapat menularkan bakteri itu ke inang lainnya, hingga menyebabkan antraks kulit.

Fase Spora Berbentuk seperti bola golf, berukuran 1-1,5 mikrometer. Selama fase ini bakteri dalam keadaan tidak aktif (dorman), menunggu hingga dapat berubah kembali menjadi bentuk vegetatif dan memasuki inangnya. Hal ini dapat terjadi karena daya tahan spora antraks yang tinggi untuk melewati kondisi tak ramah--termasuk panas, radiasi ultraviolet dan ionisasi, tekanan tinggi, dan sterilisasi dengan senyawa kimia. Hal itu terjadi ketika spora menempel pada kulit inang yang terluka, termakan, atau--karena ukurannya yang sangat kecil--terhirup. Begitu spora antraks memasuki tubuh inang, spora itu berubah ke bentuk vegetatif.

Mekanisme Infeksi Sel antrax masuk ke dalam tubuh dalam bentuk spora, spora kemudian diserang oleh sistem kekebalan tubuh, dalam sistem kekebalan tubuh, spora aktif dan mulai berkembang biak dan menghasilkan dua buah racun, yaitu: Edema Toxin meupakan racun yang menyebabkan makrofag tidak dapat melakukan fagositosis pada bakteri dan Lethal Toxin merupakan racun yang memaksa makrofag mensekresikan TNF-alpha dan interleukin-1-beta yang menyebabkan septic shock dan akhirnya kematian, selain itu racun ini dapat menyebabkan bocornya pembuluh darah. Racun yang dihasilkan oleh Bacillus anthracis mengandung 3 macam protein, yaitu : antigen pelindung, faktor edema, dan faktor mematikan. Racun memasuki sel tubuh saat antigen pelindung berikatan dengan faktor edema dan faktor mematikan membentuk kompleks, kompleks lalu berikatan dengan reseptor dan diendositosis. Di dalam sel faktor edema dan faktor mematikan lepas dari endositosis.

KEPUSTAKAAN 1. Bisnis Indonesia. 2000. Sepuluh Propinsi Berbahaya Untuk Lokasi Peternakan. 07 Mei 2000. 2. Brooks GF et al.1996. Mikrobiologi Kedokteran.Ed 20.hal 194-196. 3. Chin J.2006.Manual Pemberantasan Penyakit Menular.Ed 17. hal 23-30. 4. Dharmojono. 2000. Anthrax, Penyakit Ternak Mengejutkan Tetapi Tidak Mengherankan. Infovet Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan; Ed 67, Pebruari 2000. 5. Joklik WK et al. 1996. Zinsser Microbiology.20th Ed. hal 615-620. 6. Pohan HT.2005. Patogenesis, Diagnosis dan Penatalaksanaan Antraks.Majalah Kedokteran Indonesia; vol 55; no 1; hal 23- 29. 7. Todar K.2009. Textbook of Bacteriology : Bacillus anthracis & anthrax. 8. Tortora GJ et al.2009.Microbiology.10thEd.Pearson International Edition. 9. Weyant RS et al.2001.Basic Laboratory Protocols for the Presumptive Identification of Bacillus anthracis.CDC. 10. www.bioterorism.slu.edu. Bioterorism Agent : fact sheet Anthrax /Bacillus anthracis. 11. www.infeksi.com. Pusat Informasi Penyakit Infeksi Rumah Sakit Prof.dr.Sulianti Saroso.

You might also like