Professional Documents
Culture Documents
Ada dua kategori yang termasuk dalam pelanggaran / kejahatan kesusilaan, yaitu ; perkosaan dan penyimpangan seksual. Umumnya Negara Negara maju mendefenisikan perkosaan sebagai perbuatan senggama yang dilakukan dengan menggunakan kekerasan (force), menciptakan ketakutan (fear) atau dengan cara memperdaya (fraud). Untuk visum perkosaan ciri khasnya adalah pemeriksaan pada tubuh perempuan, terutama mengenai alat kelaminnya. Oleh karena itu, pengetahuaan yang baik tentang alat kelamin perempuan sangat diperlukan.
DEFENISI
Percabulan ; Ini merupakan perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan nafsu seksual di luar perkawinan. Perkosaan ; Ini merupakan persetubuhan yang terjadi antara laki laki terhadap wanita yang bukan isterinya, dan tanpa izin serta dengan ancaman dan kekerasan. Perstubhan; Adalah penetrasi (masuknya) alat kelamin laki laki kedalam alat kelamin perempuan, baik secara lengkap maupun tidak lengkap serta adanya ejakulasi maupun tidak ejakulasi. Perawan ; Adalah seorang wanita yang belum pernah disetubuhi.
Tanda-tanda Keperawanan bisa dibagi menjadi : A. Tanda-tanda pada payudara B. Tanda-tanda pada genitalia
Perkosaan adalah istilah hukum bukan istilah medis, oleh karena itu yang menentukan terjadi perkosaan adalah hakim. Dokter tidak dapat menggunakan istilah perkosaan di dalam visum, karena ia tidak dapat menentukan apakah persetubuhan dilakukan tanpa persetujuan perempuan atau dilakukan secara paksa.
KETENTUAN HUKUM
KUHP pasal 285
Barang siapa yang dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia karena perkosaan, dihukum dengan hukuman penjara selama lamanya 12 tahun.
KUHP pasal 89
Yang disamakan melakukan kekerasan itu, membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya lagi ( lemah ).
Secara keseluruhan terlihat bahwa bantuan yang diharapkan dari dokter dalam kasus perkosaan adalah:
Menentukan adanya persetubuhan Menentukan adanya tanda tanda kekerasan Menentukan perempuan disetubuhi dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya Memperkirakan umur korban Menentukan pantas tidaknya perempuan dikawini.
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dan laporan hasil pemeriksaan mengandung unsur :
Persetubuhan
Umur
Adanya ejakulat laki laki dalam liang senggama perempuan yang diambil dengan sedotan maupun kapas lidi, merupakan tanda pasti adanya persetubuhan
Dewasa dalam pengertian hukum adalah diatas 21 tahun atau belum 21 tahun tetapi sudah atau pernah kawin. Perempuan yang belum cukup umur adalah perempuan yang belum cukup umur adalah perempuan dibawah 15 tahun. Menurut Undang undang Perkawinan No. 1/1974 atau PP No.9/1975 batas umur perempuan yang boleh menikah adalah 16 tahun.
Panjang sperma bervariasi 52 55 micron Sperma terdiri dari kepala, leher dan ekor Kepala terdiri dari inti yang dilapisi akrosome. Sperma akan mati pada suhu ruangan dalam waktu 3 jam. Dalam vagina sperma akan mati dalam waktu 6 8 jam. Kepala dan ekor dalam keadaan mati dapat dijumpai dalam vagina selama 7 10 hari sedangkan dalam cervix dan uterus 12 14 hari. Sperma dapat dijumpai dalam mulut dalam waktu 9 jam. Dalam anus selama 2 hari
Perhatikan kulit sekitar alat genital Perhatikan alat genitalia bagian luar
Adanya robekan pada perineum dan muara alat kelamin merupakan bukti yang nyata terjadi perkosaan. Biasanya robekan pada bagian posterolateral. Pemeriksaan himen mempunyai arti bila didapati robek baru, bengkak, berdarah, nyeri sentuh dan tanda inflamasi lain.
Vagina
Diambil sekret dari fornik posterior dengan swab atau dengan pipet dan dilihat dibawah mikroskop apakah ada sperma. bila ditemukan spermatozoa yang masih bergerak berarti persetubuhan baru , terjadi 3-4 jam sebelum pemeriksaan. Bila ditemukan spermatozoa yang tidak bergerak berarti persetubuhan terjadi lebih dari 4 jam sebelum pemeriksaan.
Menurut Nichols sperma masih dapat ditemukan 5 6 hari pasca persetubuhan. Menurut Voight, sperma masih bergerak kira kira 4 jam pasca persetubuhan dan masih ditemukan 66 jam pasca persetubuhan, Bila sperma tidak ditemukan, penentuan cairan mani diperiksa dengan pewarnaan malachite green atau christmas tree. Sperma dalam vagina masih dapat ditemukan 2-7 hari pasca persetubuhan. Dalam serviks s/d 12 hari post coitus.
Bila tidak ditemukan sperma, belum berarti tidak terjadi persetubuhan, bisa terjadi pada pelaku yang azoospermia atau telah divasektomi.
Uji fosfatase asam.
Fosfatase asam dihasilkan oleh kelenjar prostat. Hasil positif: warna merah ungu terjadi dalam waktu <30detik.
Pemeriksaan DNA pada kasus perkosaan ditemukannya pita-pita DNA dari benda bukti atau korban yang ternyata identik dengan pita-pita DNA tersangka menunjukkan bahwa tersangkalah yang menjadi donor sperma tadi. Ditemukannya metode penggandaan DNA secara enzimatik (metode Polymerase Chain Reaction atau PCR) oleh kelompok Cetus, membuka lebih banyak kemungkinan pemeriksaan DNA.
Di Indonesia perkosaan digolongkan sebagai tindak pidana yang hanya dilakukan oleh laki laki (male cime) terhadap wanita yang bukan istrinya (extra marital crime) dan persetubuhannya pun harus bersifat intra vagina coitus. Jadi bila persetubuhannya dilakukan secara oral atau anal serta dengan ancaman kekerasan maka ini tidak dapat digolongkan sebagai perkosaan, melainkan disebut perbuatan yang mencoreng kehormatan kesusilaan (pasal 289 KUHP)
Cara lugol: Pemeriksaan pada pelaku hanya untuk membuktikan bahwa laki laki tersebut baru bersetubuh
Caranya kepala dan leher penisnya dibilas dengan larutan NaCl. Air cucian ini diperiksa ada tidaknya sel epitel secara mikroskopik dan jika ada maka pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan DNA dengan metode PCR (polymerase chain reaction). Adanya sel epitel vagina yang berwarna coklat dianggap merupakan bukti baru terjadi persetubuhan.