You are on page 1of 30

BAB I PENDAHULUAN Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang kompleks.

Mulai dari ilmu yang digunakan dalam penyelesaian merupakan multidisiplin, sektor yang terkait pun multisektoral, serta subjek yang melaksanankannya pun berasal dari berbagai pihak. Masyarakat memiliki porsi yang perlu diperhitungkan dalam penyelesaian masalah kesehatan dan peningkatan derajat kesehatan. Membicarakan pemberdayaan masyarakat tidak bisa dilepaskan dari fungsi pelayanan kesehatan daerah setempat sebagai fasilitator masyarakat untuk memainkan perannya dalam pembangunan kesehatan di daerahnya sendiri. Selain itu, masalah pemberdayaan masyarakat menjadi hal yang harus dicermati oleh pemerintah mengingat mulai dikembangkannya paradigma sehat di Indonesia. Penerapan paradigma sehat merupakan model pembangunan kesehatan dalam jangka panjang agar mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam memelihara kesehatan, melalui peningkatan pelayanan promotif dan preventif disamping kuratif dan rehabilitatif untuk mewujudkan Indonesia Sehat. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah desa/kelurahan atau dusun (Depkes, 2003). (2)Secara sederhana, Puskesmas merupakan unit pelaksana pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain, puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas adalah penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Berdasarkan adanya bentuk pelayanan maka Puskesmas berada dalam tingkat yang pertama (primary health care) yang mana pelayanan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan (jumlah kelompok ini

merupakan jumlah populasi sekitar 85%). Pada saat ini Puskesmas telah didirikan hampir di seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan Puskemas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Kecuali itu untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian

wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, dengan saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata - rata 30.000 penduduk setiap puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi. Pelayanan Kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan : 1. 2. 3. 4. Promotif (peningkatan kesehatan). Preventif (upaya pencegahan). Kuratif (pengobatan). Rehabilitatif (pemulihan kesehatan).

Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedaan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia. Sebelum ada puskesmas, pelayanan kesehatan di Kecamatan meliputi Balai Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hyegiene Sanitasi Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular, dan lain - lain. Usaha-usaha tersebut masih bekerja sendiri-sendiri dan langsung melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Petugas Balai Pengobatan tidak tahu menahu apa yang terjadi di BKIA, begitu juga petugas BKIA tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh petugas Hygiene Sanitasi dan sebaliknya. Dengan adanya sistem pelayanan

kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat yakni puskesmas, maka berbagai kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan bersama di bawah satu koordinasi dan satu pimpinan. Dalam perkembangannya, batasan - batasan di atas makin kabur seiring dengan diberlakukannya UU Otonomi Daerah yang lebih mengedepankan desentralisasi. Dengan Otonomi, setiap daerah tingkat II punya kesempatan mengembangkan Puskesmas sesuai Rencana Strategis (renstra) Kesehatan Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Bidang Kesehatan sesuai situasi dan kondisi daerah Tingkat II. Konsekuensinya adalah perubahan struktur organisasi kesehatan serta tugas pokok dan fungsi yang menggambarkan lebih dominannya kepentingan daerah tingakt II, yang memungkinkan terjadinya perbedaan penentuan skala prioritas upaya peningkatan pelayanan kesehatan ditiap daerah tingkat II, dengan catatan setiap kebijakan tetap mengacu kepada Renstra Kesehatan Nasional. Di sisi lain daerah tingkat II dituntut melakukan akselerasi di semua sektor penunjang upaya pelayanan kesehatan.

BAB II KONSEP DASAR PUSKESMAS A. Sejarah Puskesmas Dr. J. Leimena mencetuskan gagasan sistem pelayanan kesehatan dasar di tingkat primer yang dikenal dengan Bandung Plann (1951), konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Diyakini bahwa gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit - unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian disebut Puskesmas. Pada era pemerintahan Soeharto, Dr. J. Leimena berperan dalam dimulainya prinsip pendekatan pelayanan kesehatan masyarakat primer berbasis masyarakat yang terintegrasi secara horizontal (antar program - program kesehatan di tingkat primer) dan vertikal (antara Dinas Kesehatan Kabupaten dan Puskesmas Kecamatan). Pada tahun 1969 - 1974 yang dikenal dengan masa Pelita 1, dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi. Hingga awal tahun 1990-an Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas, yang merupakan unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan kabupaten mempunyai 3 fungsi utama yaitu : 1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan wilayah, artinya berfungsi membina dan mengontrol kesehatan wilayah dan rakyatnya, seperti mengawasi (melalui surveillans) dan mencegah penyakit menular serta penyakit lain dalam masyarakat, memperbaiki kesehatan lingkungan seperti pengawasan tempat -tempat umum. 2. Pemberi pelayanan kesehatan dan kedokteran secara menyeluruh (holistic), paripurna, terpadu dan berkesinambungan kepada rakyat di wilayah kerja, seperti pengobatan umum, kesehatan gigi, kesehatan ibu dan anak, KB, perbaikan gizi, penyuluhan kesehatan. 3. Pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan dengan pendekatan PKMD, Posyandu yang terdiri dari ; penimbangan balita secara berkala, penyuluhan dan perbaikan gizi, penyediaan oralit mencegah kematian akibat diare, imunisasi, keluarga berencana untuk tujuan pencegahan kesakitan dan kematian balita dengan

pemantauan yang baik menggunakan KMS, Balok SKDN dan sistem 5 meja agar benar-benar dapat mewujudkan peran serta masyarakat. Ketiga fungsi utama ini harus terlaksana dengan baik, dengan manajemen yang baik serta pembinaan dan pengawasan dari Dinkes Kabupaten.

B. Pengertian Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.

C. Visi Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi -tingginya.

Adapun indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai merangkumi 4 indikator utama yakni : 1. Lingkungan sehat. 2. Perilaku sehat. 3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu. 4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan. D. Misi Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah seperti berikut : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. 3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan. 4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. E. Tujuan Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi -tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010. F. Fungsi, peran dan kedudukan Fungsi Puskesmas: 1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya. 2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat. 3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara : a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri. b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien. c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan. d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat. e. Bekerja sama dengan sektor - sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program Puskesmas. Peran Puskesmas:

Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realisize, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Rangkaian material di atas bermanfaat dalam penentuan skala prioritas daerah dan sebagai bahan kesesuaian dalam menentukan RAPBD yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Adapun ke depan, Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu. Kedudukan Puskesmas: 1. Kedudukan secara administratif : Puskesmas merupakan perangkat teknis Pemerintah Daerah Tingkat II dan bertanggung jawab langsung baik teknis maupun administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. 2. Kedudukan dalam hirarki pelayanan kesehatan : Dalam urutan hirarki pelayanan kesehatan, sesuai SKN maka Puskesmas berkedudukan pada Tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pertama. Yang dimaksud Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah fasilitas, sedangkan dalam hal pengembangan pelayanan kesehatan, puskesmas dapat meningkatkan dan mengembangkan diri ke arah modernisasi sistem pelayanan kesehatan di semua lini, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif sesuai kebijakan Rencana Strategis daerah tingkat II di bidang kesehatan. Sebagai contoh : di bidang promotif, puskesmas dimungkinkan menggunakan LCD proyektor sebagai sarana penyuluhan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi terkini yang bersifat interaktif menggunakan perangkat audiovisual multimedia. Di bidang penunjang kuratif, Puskesmas dapat mengembangkan Laboratorium modern menggunakan Elektro Fotometri, USG, EEG dan lain -lain secara bertahap, agar mutu pelayanan meningkat dan masyarakat dapat menikmati berbagai pelayanan kesehatan di Puskesmas. Di bidang pengembangan SDM petugas, pimpinan Puskesmas dapat mengupayakan medical review dan prosedur tetap pelayanan medis, agar upaya kuratif lebih bermutu dan dapat dipertanggung jawabkan.

Di bidang preventif, puskesmas dapat mengembangkannya dalam bentuk pembuatan brosur semisal brosur jadwal imunisasi, brosur DBD (Demam Berdarah Dengue), diare dan lain - lain sesuai skala priotitas dan kondisi tiap Puskesmas. Di bidang rehabilitatif, juga dapat dikembangkan transfer pengetahuan kesehatan kepada khalayak berupa brosur, semisal brosur jadwal makan diabetes saat puasa dan lain lain. G. Manajemen Puskesmas Manajemen puskesmas berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor : 128/Menkes/SK/II/2004. Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien. Dalam rangka peningkatan menejemen di tingkat Puskesmas, maka unsur -unsur manejemen yang terdiri atas perencanaan, penggerakan pelaksanaan dan pengawasan, pengendalian dan penilaian telah dikernbangkan. 1. Perencanaan. Secara umum perencanaan dapat dikatakan sebagai suatu proses penyusunan yang sistematis mengenai kegiatan - kegiatan yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah masalah yang dihadapi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan di tingkat Puskesmas atau yang disebut juga Microplanning dikeluarkan pada tahun 1986. Microplanning atau perencanaan mikro di tingkat Puskesmas adalah penyusunan rencana di tingkat Puskesmas untuk lima tahun termasuk rincian tiap tahunnya. Mikroplanning ini dirasakan kurang bersifat operasional karena kurun waktu rencana yang disusun berjangka waktu lima tahunan. Disamping itu dijumpai permasalahan bahwa belum semua Puskesmas melaksanakan mikropalanning dan kurang dimanfaatkannya hasil mikroplanning oleh Dinas Kesehatan II. Oleh karena itu dikembangkan Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) yang akan memuat petunjuk dalam menyusun rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun. Diharapkan hasil penyusunan rencana tingkat Puskesmas ini dapat seragam sehingga dapat mempermudah dalam pengolahan selanjutnya di tingkat Kabupaten menjadi suatu rencana tahunan kesehatan di daerah tingkat II. Di samping itu dengan adanya Perencanaan Tingkat Puskesmas ini diharapkan adanya nilai tambah berupa meningkatnya kemampuan menejemen Puskesmas dalam merencanakan kegiatan - kegiatan yang akan dilakukannya yang meliputi seluruh

kegiatan pokok Puskesmas. Penyusunan Rencana Tingkat Puskesmas dilakukan dalam 4 tahap yaitu tahap persiapan, tahap analisis situasi, tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). a. Tahap persiapan. Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan pihak - pihak atau petugas yang akan terlibat dalam proses perencanaan agar memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan dalam melaksanakan langkah - langkah Perencanaan Tingkat Puskesmas. Tahap ini dilaksanakan melalui pertemuan, pembahasan atau pelatihan sesuai keperluannya. b. Tahap analisis situasi. Pada tahap ini diperoleh data dan informasi untuk mengetahui keadaan dan masalah operasional Puskesmas yang perlu ditanggulangi. Yang dimaksud dengan masalah operasional adalah tidak tercapainya target pelayanan kesehatan seperti yang diharapkan dan penyebabnya. Data yang perlu dikumpulkan adalah data situasi umum (data kependudukan, data wilayah, data sekolah) dan data pencapaian target program. c. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK). Tahap ini meliputi tiga langkah yaitu perumusan masalah dan penyebabnya, langkah perumusan pendekatan pemecahan masalah dan langkah penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK). d. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) yang disebut pula dengan Plan Of Action (POA) adalah penyusunan rencana yang mencakup rincian kegiatan, volume kegiatan, lokasi pelaksanaan, tenaga pelaksana, sumber biaya dan penjadwalannya. 2. Penggerakan pelaksanaan Dalam rangka menejemen Puskesrnas yang terdiri atas perencanaan (PI), penggerakan pelaksanaan (P2) dan Pengawasan, pengendalian dan penelitian (P3), maka Lokakarya Mini Puskesmas merupakan pedoman penggerakan pelaksanaan. Lokakarya Mini Puskesmas terdiri atas 4 komponen yaitu penggalangan kerja sama lintas sektoral, dan rapat kerja tribulanan lintas sektoral. a. Penggalangan kerja sama dalam tim

Yaitu lokakarya yang dilaksanakan sebulan sekali di dalam lingkungan puskesmas sendiri, dalarn rangka meningkatkan kerja sama antar petugas puskesmas untuk meningkatkan fungsi Puskesmas. b. Penggalangan kerja sama lintas sektoral Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor - sektor yang bersangkutan diperlukan penggalangan kerja sama lintas sektoral serta dilaksanakan dalam satu pertemuan lintas sektoral setahun sekali. Untuk itu perlu dijelaskan manfaat bersama pembinaan upaya peran serta mayarakat dalarn bidang kesehatan bagi sektor - sektor yang bersangkutan. Sebagai hasil pertemuan adalah kesepakatan rencana kerja sama lintas sektoral dalam membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. c. Rapat kerja bulanan Puskesmas Sebagai tindak lanjut rapat penggalangan kerja sama dalam tim setiap akhir bulan diadakan pertemuan antar tenaga puskesmas untuk membandingkan rencana kerja bulan yang lalu dengan hasil kegiatannya. Apabila dijumpai masalah akan dibahas bersama untuk dipecahkan bersama dan kernudian menyusun rencana kerja bulan berikutnya. d. Rapat kerja triwulan lintas sektoral Sebagai tindak lanjut pertemuan penggalangan kerja sama lintas sektoral dilakukan pertemuan lintas sektoral setiap 3 bulan sekali untuk mengkaji hasil kegiatan kerja sama lintas sektoral selama 3 bulan yang lalu dan memecahkan masalah yang dihadapi kemudian disusun rencana kerja sama lintas sektoral bulan berikutnya. 3. Pengawasan, pengendalian dan penelitian. Dalam menejemen diperlukan adanya data yang akurat, tepat waktu dan kontiniu serta mutakhir secara periodik. Berdasarkan SK Mentri No. 63/Menkes/II/1981, berlaku Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). SP2TP adalah tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan Puskesmas meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh Puskesmas. Dengan melakukan SP2TP yang baik maka akan didapat data dan informasi yang diperlukan untuk perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pemantauan, pengawasan, pengendalian dan penilaian penampilan Puskesmas serta situasi kesehatan masyarakat umumnya. SP2TP dilakukan oleh semua

Puskesmas termasuk Puskesmas Perawatan, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Pencatatan dan pelaporan mencakup data umum dan demografi wilayah kerja Puskesmas, data ketenagaan, data sarana yang dimiliki Puskesmas yang dilakukan secara periodik (bulanan, tribulan, semester dan tahunan) dengan menggunakan formulir yang baku. Dalam upaya peningkatan fungsi Puskesmas telah dikembangkan suatu pola pembinaan Puskesmas melalui stratifikasi Puskesmas. Penilaian prestasi kerja Puskesmas dilakukan dengan menggunakan pedoman Stratifikasi Puskesmas dimana Puskesmas dikelompokkan dalam 3 strata yaitu : a. b. c. Strata Puskesmas dengan prestasi kerja baik. Strata Puskesmas dengan prestasi kerja cukup. Strata Puskesmas dengan prestasi kerja kurang.

Aspek yang dinilai dalam Stratifikasi Puskesmas meliputi 4 aspek atau kelompok variabel yaitu hasil kegiatan Puskesmas dalam bentuk cakupan dari masing - masing kegiatan, hasil dan cara pelaksanaan menejemen Puskesmas, sumber daya yang tersedia di Puskesmas serta keadaan lingkungan yang mempengaruhi pencapaian hasil kegiatan Puskesmas. Kegiatan stratifikasi mencakup pengumpulan data, pengolahan data, analisis masalah dan penentuan langkah penanggulangannya yang dilakukan mulai dari tingkat Puskesmas, Kabupaten, Propinsi sampai ke tingkat Pusat. Stratifikasi Puskesmas dilaksanakan setahun sekali secara menyeluruh dan serentak di semua Puskesmas dan bertahap sesuai dengan jenjang administrasi sampai ke Pusat.

BAB III STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS Struktur organisasi adalah rencana formal untuk menciptakan pembagian kerja yang efisien dan koordinasi yang efektif dari kegiatan-kegiatan anggota organisasi. Struktur organisasi mengandung pengertian tentang bagaimana tugas kerja akan dibagi,

dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal. Secara teoritis, struktur organisasi merupakan kaitan sistemik antarberbagai komponen. Komponen sumber daya manusia (SDM) adalah komponen yang paling dominan. Struktur mengacu ke Kepmenkes 128/2004 A. Organisasi Puskesmas Susunan organisasi Puskesmas terdiri dari: a. Unsur Pimpinan : Kepala Puskesmas b. Unsur Pembantu Pimpinan : Urusan Tata Usaha c. Unsur Pelaksana : 1. Unit yang terdiri dari tenaga / pegawai dalam jabatan fungsional 2. jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas tiap daerah 3. Unit terdiri dari: unit I, II, III, IV, V, VI dan VII [ lihat bagan ] Struktur Organisasi Puskesmas
Kepala Puskesmas

Urusan Tata Usaha

Unit I III Pelaksanan Teknis

Puskesmas Pembantu

Unit IV VII Pelaksana Teknis

Bagan 1: Struktur Organisasi Puskesmas secara Umum B. Ringkasan Uraian Tugas: Kepala Puskesmas: Mempunyai tugas pokok dan fungsi: memimpin, mengawasi dan mengkoordinir kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional.

Kepala Urusan Tata Usaha: Mempunyai tugas pokok dan fungsi: di bidang kepegawaian, keungan, perlengkapan dan surat menyurat serta pencatatan dan pelaporan. Unit I: Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan Kesejahteraan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana dan Perbaikan Gizi. Unit II: Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan laboratorium. Unit III: Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan Kesehatan Gigi dan Mulut, Kesehatan tenaga Kerja dan Lansia ( lanjut usia ). Unit IV: Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Sekolah dan Olah Raga, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Mata dan kesehatan khusus lainnya. Unit V: Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan di bidang pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan masyarakat dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Unit VI: Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan pengobatan Rawat Jalan dan Rawat Inap ( Puskesmas Perawatan ). Unit VII: Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan pengelolaan Farmasi. penyakit, khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan

C. Ringkasan Tata Kerja Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Puskesmas maupun dengan satuan organisasi di luar Puskesmas sesuai dengan tugasnya masing-masing. Kepala Puskesmas bertanggung jawab memimpin, mengkoordinasi semua unsur dalam lingkungan Puskesmas, memberikan bimbngan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas masing-masing petugas bawahannya. Setiap unsur di lingkungan Puskesmas wajib

mengikuti dan mematuhi petunjuk dari dan bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas. Hal-hal yang menyangkut tata hubungan dan koordinasi dengan instansi vertikal Departemen Kesehatan RI (akan diatur dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan RI) Catatan: Dalam realisasi pelaksanaan penyusunan Struktur Orgaanisasi dan Penempatan petugas dapat dilakukan secara fleksibel, bergantung kepada jumlah dan jenis tenaga, kegiatan dan fasilitas di masing-masing Puskesmas atau Daerah Tingkat II. Selain itu, juga dapat dimodifikasi sesuai kemudahan koordinasi dan integrasi personal maupun program serta akses layanan. Contoh: Unit V yang mestinya melaksanakan Rawat Jalan dan Rawat Inap, dapat ditambahkan Lab, mengingat kemudahan akses dan alur pelayanan, dan Rawat Jalan sebagai koordinator. Berarti di Unit II tanpa Laboratorium karena sudah disubstitusi. Setiap modifikasi sistem unit hendaknya disertai narasi atau keterangan agar tidak berulangkali ditanyakan oleh Tim Supervisi Dinas kesehatan Dati II. Bentuk dan tampilan Struktur organisasi juga fleksibel dan tidak mengikat, yang penting dapat dilihat oleh petugas maupun pengunjung. Perlu diingat, adakalanya Supervisor atau staf SubDin Dinas Kesehatan Dati II, kurang memahami keterkaitan Struktur sistem Unit dengan Renstra Daerah maupun kondisi setiap Puskesmas ( dikarenakan mungkin pandangan yang kaku atau kurangnya koordinasi di SubDin Dinas Kesehatan Dati II ), untuk itu diperlukan penjelasan dalam bentuk tertulis yang termuat dalam narasi Rencana Kerja dan Evaluasi Puskesmas. D. Fasilitas Penunjang a. Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu yang lebih sering dikenal sebagai Pustu atau Pusban, adalah unit pelayanan kesehatan sederhana dan berfungsi menunjang serta membantu

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Pada akhir Pelita V di wilayah kerja Puskesmas Pembantu diperkirakan meliputi 2 3 desa, dengan sasaran penduduk anatara 2.500 jiwa ( di luar Jawa-Bali ) hingga 10.000 jiwa ( di perkotaan Jawa-Bali ). Puskesmas Pembantu merupakan bagian integral dari Puskesmas, atau setiap Puskesmas memiliki beberapa

Puskesmas Pembantu didalam wilayah kerjanya. Namun adakalanya Puskesmas tidak memiliki Puskesmas Pembantu, khususnya di daerah Perkotaan. b. Puskesmas Keliling Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan Keliling yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda 4 atau perahu bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga dari Puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatankegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Kegiatan Puskesmas Keliling adalah: a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil atau daerah yang tidak atau sulit dijangkau oleh pelayanan Puskesmas atau Puskesmas Pembantu dengan frekuensi 4 kali dalam seminggu, atau disesuaikan dengan kondisi geografis tiap Puskesmas. b. Melakukan penyelidikan tentang Kejadian Luar Biasa ( KLB ). c. Dapat dipergunakan sebagai alat transport penderitra dalam rangka rujukan bagi kasus darurat. d. Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audiovisual. c. Bidan Desa Pada setiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatannya, ditempatkan seorang Bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas. Wilayah kerja bidan desa adalah satu desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3.000 jiwa. Tugas utama bidan desa adalah membina peran serta masyarakat melalui pembinaan Posyandu dan pembinaan kelompok Dasawisma, disamping memberikan pelayanan langsung di Posyandu dan pertolongan persalinan di rumah penduduk. Selain itu juga menerima rujukan masalah kesehatan anggota keluarga Dasawisma untuk diberi pelayanan seperlunya atau dirujuk lebih lanjut ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan terjangkau secara rasional.

E. Program Pokok Puskesmas Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun fasilitasnya, karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang lazim dan seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Kesejahteraan ibu dan Anak ( KIA ) 2. Keluarga Berencana 3. Usaha Peningkatan Gizi 4. Kesehatan Lingkungan 5. Pemberantasan Penyakit Menular 6. Upaya Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Kecelakaan 7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 8. Usaha Kesehatan Sekolah 9. Kesehatan Olah Raga 10. Perawatan Kesehatan Masyarakat 11. Usaha Kesehatan Kerja 12. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut 13. Usaha Kesehatan Jiwa 14. Kesehatan Mata 15. Laboratorium ( diupayakan tidak lagi sederhana ) 16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan 17. Kesehatan Usia Lanjut 18. Pembinaan Pengobatan Tradisional Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa ( PKMD ). Disamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti tersebut diatas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat ( contoh: Pekan Imunisasi Nasional ). Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh Pemerintah Pusat

bersama Pemerintah Daerah. Keadaan darurat mengenai kesehatan dapat terjadi, misalnya karena timbulnya wabah penyakit menular atau bencana alam. Untuk mengatasi kejadian darurat seperti di atas bisa mengurangi atau menunda kegiatan lain. Jangkauan Pelayanan Kesehatan. Sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah, sarana perhubungan dan kepadatan penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mendapatkan akses layanan Puskesmas. Agar jangkauan pelayanan Puskesmas lebih merata dan meluas, Puskesmas perlu ditunjang dengan Puskesmas Pembantu, Bidan desa di daerah yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang sudah ada. Disamping itu penggerakan peran serta masyarakat untuk mengelola Posyandu dan membina dasawisma akan dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan. Dukungan Rujukan. 1. Sistem Rujukan Upaya Kesehatan: Adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horisontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional. 2. Jenis Rujukan: Sistem Rujukan secra konsepsional menyangkut hal-hal sebagai berikut: a. Rujukan Medik, meliputi: Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap. Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan. b. Rujukan Kesehatan. Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan:

Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian Luar Biasa atau berjangkitnya penyakit menular Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah Penyidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan

keracunan dan bantuan obta-obtatan atas terjadinya keracunan masal Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi masyarakat umum Pemeriksaan spesimen air di Laboratorium Kesehatan, dan lain-lain. 3. Tujuan Sistem Rujukan Upaya Kesehatan a. Umum: Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna b. Khusus: Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna. 4. Jenjang Tingkat Pelayanan Kesehatan Jenjang ( Hirarki ) Tingkat Rumah Tangga Komponen / unsur pelayanan kesehatan Pelayanan Kesehatan oleh individu atau oleh keluarganya sendiri Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri oleh Kelompok Paguyuban, PKK, Saka Bhakti Husada, anggota RW, RT dan masyarakat Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Praktek Dokter Swasta, Poloklinik Swasta, dan lain-lain

Tingkat Masyarakat

Fasilitas Peleyanan Kesehatan Profesional Tingkat Pertama

Fasilitas Pelayanan Rujukan Tingkat Pertama Fasilitas Pelayanan Rujukan yang lebih tinggi

Rumah Sakit Kabupaten / Kota, RS Swasta, Klinik Swasta, Laboratorium, dan lalin-lain RS type B dan type A, Lembaga Spesialistik Swasta, Lab. Kes. Daerah, Lab. Klinik Swasta, dll

Table 1: Jenjang Tingkat Pelayanan Kesehatan 5. Alur Rujukan Rujukan medik: Intern antara petugas puskesmas Antara Puskesmas pembantu dengan Puskesmas Antara masyarakat dengan Puskesmas Antara Puskesmas yang satu dengan Puskesmas yang lain Antara Puskesmas dengan RS, Laboratorium, atau fasilitas kesehatan lainnya. 6. Upaya Peningkatan Mutu Rujukan Langkah-langkah dalam upaya meningkatkan mutu rujukan: Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dalam menampung rujukan dari Puskesmas Pembantu dan Pos kesehatan lain dari masyarakat Mengadakan Pusat rujukan antara dengan mengadakan ruangan tambahan untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat di lokasi yang strategis Meningkatkan sarana komunikasi antara unit pelayanan kesehatan Menyediakan Puskesmas Keliling di setiap Kecamatan dalam bentuk kendaraan roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi alat komunikasi Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem rujukan, baik rujukan medik maupun rujukan kesehatan Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan.

BAB IV GAMBARAN UMUM PUSKESMAS LAYANG Keadaan Geografis

Gambar 1. Puskesmas Layang Puskesmas Layang terletak di Kelurahan Layang, Kecamatan Bontoala Kota Makassar dengan luas wilayah 0,21 Km2. Kelurahan Layang berbatasan dengan : 1. 2. 3. 4. Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : : : : berbatasan dengan Kecamatan Tallo berbatasan dengan Kecamatan Maradekaya berbatasan dengan Kecamatan Wajo berbatasan dengan Kecamatan Ujung Tanah

Wilayah kerja Puskesmas Layang Meliputi: Adapun willayah kerja puskesmas layang sebagai berikut : No Wilayah Kerja Puskesmas 1 2 3 4 Kelurahan Layang Kelurahan Bunga Ejaya Kelurahan Parang Layang Kelurahan Bontoala Jumlah RW 6 4 4 2

5 6 7

Kelurahan Bontoala Tua Kelurahan Gaddong Kelurahan Bontoala Parang

5 5 4

Kondisi Demografis Jumlah penduduk Puskesmas Layang sesuai hasil pendataan BPS tahun 2010 dalam wilayah kerja Puskesmas Layang sebanyak 36.776 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :

No Kelurahan 1 2 3 4 5 6 7 Kelurahan Layang Kelurahan Bunga Ejaya Kelurahan Parang Layang Kelurahan Bontoala Kelurahan Bontoala Tua Kelurahan Gaddong Kelurahan Bontoala Parang

Jumlah Penduduk 9088 5849 4830 2433 5060 4831 4685

Sarana Kesehatan Puskesmas Layang terdapat beberapa fasilitas kesehatan yaitu: 1. Puskesmas Pembantu yang terdiri dari 3 : a. Pustu 1 di Kelurahan Layang b. Pustu 2 di Kelurahan Bunga Ejaya c. Pustu 3 di Kelurahan Gaddong 2. 3. 1 Unit Mobil Ambulance 4 Unit Sepeda Motor

Tenaga Kesehatan Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Puskesmas perlu didukung oleh tenaga kesehatan yang cukup. Ada pun tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Layang adalah sebagai berikut : No Fasilitas kesehatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dokter Umum Dokter Gigi Sarjana Kesehatan Masyarakat Sarjana Keperawatan Bidan Perawat Kesehatan (SPK) Perawat Gigi Tenaga Laboratorium (SMAK) Tenaga Farmasi Apoteker Jumlah 3 2 9 2 6 1 1 1 1 1

Gambar 2. Denah Kecamatan Bontoala

Peran Serta Masyarakat Adapun peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Layang, Kecamata Bontoala makassar adalah : Jumlah Posyandu Jumlah Kader Jumlah SD 30 150 19

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN Puskesmas Layang merupakan salah satu tempat stase saat menjalani pendidikan di Bagian Ilmu Kedokteran Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas pada minggu III dan IV. Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung selama 2 minggu, mulai tanggal 9 Juli 20 Juli 2012, mulai pukul 07.30-12.00 WITA (Jumat 07.30-11.00 WITA), dengan 6 hari dinas. Program kegiatan yang dilakukan selama 2 minggu stase di Puskesmas Kassi-Kassi adalah Orientasi (Pengenalan) Puskesmas, Poliklinik Umum,Puskesmas pembantu, Posyandu dan Penyuluhan Kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan ini kami mendapat bimbingan/arahan dari Kepala Puskesmas dan para staf dan pegawai puskesmas.

Gambar 3. Kegiatan Dipuskesmas Layang

Gambar 4. Kegiatan posyandu. Pelyanan Gizi Balita Di Puskesmas Layang GIZI merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dengan gizi yang baik, tubuh akan segar dan kita dapat melakukan aktivitas dengan baik. Gizi harus dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena gizi selain penting untuk pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembanganotak. Untuk itu, orang tua harus mengerti dengan baik kebutuhan gizi si anak agar anak tidak mengalami kurang gizi. Selain itu, orang tua juga harus mengetahui apa dan bagaimana kurang gizi itu. Kurang gizi pada anak terbagi menjadi tiga. Pertama , disebut sebagai Kurang Energi Protein Ringan. Pada tahap ini, Sri menjelaskan bahwa belum ada tanda-tanda khusus yang dapat dilihat dengan

jelas. Hanya saja, berat badan si anak hanya mencapai 80 persen dari berat badan normal. Kedua, disebut sebagai Kurang Energi Protein Sedang. Pada tahap ini, berat badan si anak hanya mencapai 70 persen dari berat badan normal. Selain itu, ada tanda yang bisa dilihat dengan jelas adalah wajah menjadi pucat, dan warna rambut berubah agak kemerahan. Ketiga, disebut sebagai Kurang Energi Protein Berat. Pada bagian ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu kurang sekali, biasa disebut Marasmus. Tanda pada marasmus ini adalah berat badan si anak hanya mencapai 60 persen atau kurang dari berat badan normal. Selain marasmus, ada lagi yang disebut sebagai Kwashiorkor. Pada kwashiorkor, selain berat badan, ada beberapa tanda lainnya yang bisa secara langsung terlihat. Antara lain adalah kaki mengalami pembengkakan, rambut berwarna merah dan mudah dicabut, kemudian karena kekurangan vitamin A, mata menjadi rabun, kornea mengalami kekeringan, dan terkadang terjadi borok pada kornea, sehingga mata bisa pecah. Selain tanda-tanda atau gejala-gejala tersebut, ada juga tanda lainnya, seperti penyakit penyertanya. Penyakit-penyakit penyerta tersebut misalnya adalah anemia atau kurang darah, infeksi, diare yang sering terjadi, kulit mengerak dan pecah sehingga keluar cairan, serta pecah-pecah di sudut mulut. Faktor penyebab Kurang gizi pada anak, bisa terjadi di usia Balita (Bawah Lima Tahun). Pedoman untuk mengetahui anak kurang gizi adalah dengan melihat berat dan tinggi badan yang kurang dari normal, jika tinggi badan si anak tidak terus bertambah atau kurang dari normal, itu menandakan bahwa kurang gizi pada anak tersebut sudah berlangsung lama. Faktor Penyebab Kurang Gizi Pertama, jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat ikut mempengaruhi. Dengan demikian, perhatian si ibu untuk si kakak sudah tersita dengan keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak terurus dan tidak diperhatikan makanannya. Oleh karena itu akhirnya si kakak menjadi kurang gizi. Kedua, anak yang mulai bisa berjalan mudah terkena infeksi atau juga tertular oleh penyakit-penyakit lain.

Selain itu, yang ketiga adalah karena lingkungan yang kurang bersih, sehingga anak mudah sakit-sakitan. Karena sakit-sakitan tersebut, anak menjadi kurang gizi. Keempat, kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu mengenai gizi. Kurang gizi yang murni adalah karena makanan. Si Ibu harus dapat memberikan makanan yang kandungan gizinya cukup. Tidak harus mahal, bisa juga diberikan makanan yang murah, asal kualitasnya baik. Oleh karena itulah si Ibu harus pintar-pintar memilihkan makanan untuk anak. Kelima, kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit. Faktor ini cukup banyak mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang makan, maka otomatis mereka akan kekurangan gizi. Keenam, selain karena makanan, anak kurang gizi bisa juga karena adanya penyakit bawaan yang memaksa anak harus dirawat. Misalnya penyakit jantung dan paruparu bawaan. Upaya yang harus dilakukan Bila kekuangan gizi, anak akan mudah sekali terkena berbagai macam penyakit, anak yang kurang gizi tersebut, akan sembuh dalam waktu yang lama. Dengan demikian kondisi ini juga akan mempengaruhi perkembangan intelegensi anak. Untuk itu, bagi anak yang mengalami kurang gizi, harus dilakukan upaya untuk memperbaiki gizinya. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain adalah meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai gizi, melakukan pengobatan kepada si anak dengan memberikan makanan yang dapat menjadikan status gizi si anak menjadi lebih baik. Dengan demikian, harus dilakukan pemilihan makanan yang baik untuk si anak, makanan yang baik adalah makanan yang kuantitas dan kualitasnya baik. Makanan dengan kuantitas yang baik adalah makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan si anak. Misalnya, memberi makanan si anak berapa piring sehari adalah sesuai kebutuhannya. Dan akan lebih baik jika memberikan vitamin dan protein melalui susu. Bagi keluarga yang tidak mampu, bisa menyiasatinya, misalnya mengganti susu dengan telur. Kemudian, makanan yang kualitasnya baik adalah makanan yang mengandung semua zat gizi, antara lain protein, karbohidrat, zat besi, dan mineral. Upaya yang terakhir adalah dengan mengobati penyakit-penyakit penyerta.

Dari data yang kami peroleh dari bagian gizi puskesmas layang masih banyak didapatkan balita yang mengalami gizi kurang bahkan sudah mencapai gizi buruk sehingga pelayanan dan penyuluhan bagi keluarga di daerah pelayanan puskesmas harus ditingkatkan lagi sehingga angka gizi kurang balita dapatditekan.

Tabel I. Jumlah Pasien Gizi Kurang Di Kecamatan Gaddong RW I No Nama Tanggal lahir 11/2/2008 Nama Orang Tua Berat Badan 12Kg Jenis Kelamin Laki-laki Umur (Bulan) 47 Bulan 39 Bulan 26 Bulan 35 Bulan 32 Bulan 45 Bulan 47 Bulan 17 Bulan 34 Bulan 36 Bulan 9 Bulan 5 Bulan 58 Bulan

Reski

Ronny/Pasi

Sawaliah

10/10/2008

Fery/Halijah

11Kg

Perempuan

Eno

16/11/2009

Jenny/Nani

10Kg

Laki-laki

Aldi

04/02/2009

Jamad/lili

11,7Kg

Laki-Laki

Muh.Risqwan

24/06/2009

Zainal/zaskia

10,5Kg

Laki-Laki

Pratama

18/04/2008

Firdaus/Risma

12,4Kg

Laki-laki

Rasti

26/05/2008

Onenk/Megawati

12,7Kg Perempuan

Maulanma

16/08/2010

Sanusi/Saldiawati

9Kg

Laki-laki

Muh. Syukur

01/03/2009

Safaruddin/Fatma

11,3Kg

Laki-laki

10

Muh. Mulia

05/01/2009

Ansaruddin/irmawati

11,5

Laki-laki

11 12 13

M.Nurhidayah Hasti Rifki

27/07/20111 23/12/2011 04/07/07

Zesi/Halijah Saifuddin/Rahmawati Bernaidius/winarni

7Kg 6Kg 14Kg

Laki-laki Perempuan Laki-laki

14

M.Amin

29/11/2007

Irwan/Asnawati

13,5Kg

Laki-Laki

54 Bulan 11 Bulan 15 Bulan 22 Bulan 42 Bulan

15

Safira

07/08/2011

Adi/Hikmah

6Kg

Perempuan

16

Fajar

19/04/2010

Ossin/Erwin

8,1Kg

Laki-laki

17

Saruni

16/08/2010

Mulyadi/Fausiah

9Kg

Perempuan

18

Makqa

27/01/2009

Suprianto/Falfiah

12Kg

Perempuan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 2. Upaya kesehatan di tingkat Puskesmas dilakukan secara terpadu melalui empat pendekatan pelayanannya, yaitu Promotif (peningkatan kesehatan), (pencegahan), Kuratif (pengobatan) dan Rehabilitatif (perawatan). 3. Pelayanan diperinci dalam basic six program pokok yaitu Upaya Promosi Kesehatan, Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat, Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, serta Upaya Pengobatan. 4. Kegiatan dokter muda bagian IKM/IKK selama stase di Puskesmas Layang adalah mengikuti poliklinik umum, posyandu, penyuluhan kesehatan dan puskesmas pembantu. 5. Angka Gizi kurang pada daerah pelayanan puskesmas Layang masih cukup banyak ditemui sehingga penyuluhandan pelayanan kesehatan masih perlu ditingkatkan SARAN 1. Diharapkan pelaksanaan program - program Puskesmas yang sudah berhasil dapat dipertahankan. 2. Diharapkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada dapat dimaksimalkan. Demikian pula diharapkan adanya pembaharuan sarana dan prasarana yang sudah ada dalam Puskesmas. Preventif

You might also like