You are on page 1of 15

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Underachiever Dalam pengertian secara umum, underachiever dapat dikatakan sebagai anak yang prestasi belajarnya kurang. Underachiever dapat digolongkan dalam diagnosa kesulitan belajar, para ahli mendefinisikan underachiever sebagai kesenjangan antara potensi belajar dan prestasi yang diraih anak. Underachiever adalah suatu kesulitan belajar yang terjadi pada anak yang memiliki potensi intelektual tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajar yang dicapainya tergolong rendah. Pada umumnya anak yang mempunyai potensi intelektual yang tinggi mempunyai prestasi akademik yang dapat digolongkan membanggakan. Artinya mereka mampu menyeimbangkan kemampuan belajar mereka dengan meraih prestasi akademik yang bagus. Anak yang seperti ini biasanya menonjol di kelas dan dijadikan siswa teladan. Sedangkan adapula anak yang kemampuan belajarnya kurang dan prestasinya dikatakan di bawah normal juga. Umumnya anak yang kurang berprestasi ini adalah anak yang kurang pula dalam belajarnya, misalnya mereka malas dalam belajar, belajar semaunya sendiri, suasana hati yang tidak nyaman, dan lain-lain. Tetapi yang terjadi pada anak yang prestasi akademiknya tinggi tidak selalu memiliki kemampuan intelektual yang tinggi pula. Pada underachiever justru mereka merupakan anak yang berbakat dan berpotensi intelektual di atas normal atau bahkan bisa dikatakan mempunyai IQ dengan skor tinggi, namun prestasi yang diraihnya sangat rendah, bahkan dikatakan sama atau bisa lebih rendah dari anak mempunyai potensi belajar yang kurang. Anak berbakat namun prestasinya kurang (underachiever) umumnya mereka tidak menunjukkan usaha untuk meraih prestasi yang baik. Mereka cenderung belajar di bawah potensi yang sebenarnya mereka mampu melakukannya.

Sehingga dapat dikatakan belajar mereka kurang termotivasi, baik motivasi dari diri mereka sendiri maupun dari lingkungan anak tersebut berada.

B. Faktor Penyebab Underachiever Seperti anak yang mengalami kesulitan belajar yang lain, anak underachiever juga mempunyai sebab-sebab sehingga dapat dikatakan gangguan belajar yang menyebabkan prestasi mereka kurang, antara lain faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri anak itu sendiri, meliputi : a. Motivasi kurang Motivasi kurang yang dimaksud disini adalah motivasi anak dalam belajar. Anak yang berbakat secara potensial sangat memungkinkan untuk meraih prestasi belajar yang baik, namun mereka tidak menunjukkan kemampuan tersebut tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, mereka tidak mampu memaksimalkan belajar mereka. Motivasi yang kurang menyebabkan mereka selalu menunda-nunda pekerjaan mereka, sehingga terkesan mereka ingin menghindari pekerjaan mereka atau dapat dikatakan sebagai pemalas. b. Kondisi psikis anak Kondisi jiwa sangat mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Pada anak underachiever kondisi psikis dapat dikatakan menjadi penyebab mereka sulit meraih prestasi belajar yang bagus. Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor psikis anak underachiever, antara lain :

Bisanya dalam belajar terserah diri mereka sendiri, tidak peduli apakah yang mereka lakukan itu benar atau salah, dalam artian mereka cepat puas dengan apa yang mereka lakukan sehingga tidak peduli dengan prestasinya. Anak seperti ini biasanya susah untuk dinasihati dalam belajar dan mempunyai harapan prestasi yang rendah.

Mereka

mencari

identitas,

maksudnya

mereka

ingin

menunjukkan

eksistensi

mereka

sehingga

belajarpun

terabaikan. Anak underachiever ingin orang lain melihat dirinya berbeda dari yang lain, biasanya ditandai dengan kelakuan yang ingin selalu dilihat orang lain (mencari perhatian), karena sibuk dengan hal seperti ini mereka menjadi tidak peduli terhadap belajar dan tugas-tugas sekolah. Merasa rendah diri dan tak pantas untuk meraih prestasi. Anak yang rendah diri akan merasa tidak berharga, tidak mampu melakukan apa-apa, bahkan yang lebih parah anak merasa tidak mampu meraih prestasi yang diinginkannya. Terkadang juga ingin berprestasi lebih baik tetapi mereka tidak punya inisiatif untuk melakukannya. Anak seperti ini tidak mudah untuk diajak belajar yang efektif, mereka lebih cenderung acuh terhadap belajar. Anak underachiever yang memiliki potensi intelektual tidak yang tinggi sebenarnya mampu sehingga untuk hasil mengoptimalkan belajarnya, tetapi karena mereka merasa mampu untuk memaksimalkannya belajarnya jadi anjlok. Rasa rendah diri yang mereka alami sebagian besar mengarah pada ketakutan untuk menghadapi masalah. Kebanyakan dari anak seperti underachiever umumnya takut untuk mengalami kegagalan, sehingga mereka lebih memilih jalan aman yaitu tidak ingin terlalu belajar lebih keras, mereka memilih belajar di bawah standar atau di bawah kemampuan mereka saja.

2. Faktor eksternal Adapun faktor penyebab anak underachiever dari luar antara lain dari keluarga, maupun lingkungan sekolahnya, yaitu : a.Faktor keluarga Keluarga merupakan lingkungan paling sederhana bagi seorang anak, dalam keluarga mereka mendapatkan pendidikan yang paling utama. Lingkungan keluarga yang sehat dan hangat membuat anak merasa nyaman di rumah sehingga mereka merasa terlindungi. Orang tua yang paling bertanggungjawab terhadap perkembangan anak-anak mereka, orang tua yang baik selalu memperhatikan perkembangan anaknya secara luar dalam sehingga orang tua akan mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki anaknya. Terkait problematika underachiever disini faktor yang menjadi penyebab mengapa anak tersebut mengalami gangguan belajar yaitu berbakat namun prestasi belajarnya rendah adalah mengenai orang tua itu sendiri, karena biasanya seorang anak akan meniru atau terpengaruh perilaku orang tuanya di rumah. Penyebab-penyebab itu antara lain: Orang tua terlalu menuntut kesempurnaan Tipe orang tu ini merupakan orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter, dimana orang tua memegang kendali sepenuhnya. Misalnya orang tua terlalu menuntut anak untuk melakukan hal ini itu tanpa mempertimbangkan kemampuan anak untuk melakukannya. Sehingga anak dalam belajar tidak akan dilakukan dengan kemauannya sendiri atau sukarela tetpai karena terpaksa. Hal ini yang menyebabkan prestasi anak rendah walaupun anak tersebut memiliki kemampuan anak yang bagus, tetapi jika belajarnya karena keterpaksaan maka hal itu sama saja dengan mengekang anak, dan pada

umumnya seorang anak tidak suka jika terlalu dituntut dan dikekang. Orang tua yang terlalu permisif Orang tua yang menerapkan pola asuh seperti ini biasanya selalu membolehkan apa saja yang dilakukan anak tanpa melihat baik buruknya akibat yang dilakukan. Pada umumnya orang tua seperti ini adalah orang tua yang sibuk sehingga tidak terlalu memperhatikan anaknya. Anak selalu diperbolehkan melakukan apa saja yang ia mau asalkan orang tuanya tidak diganggu, entah itu boleh belajar atuapun tidak. Hal tersebut meninggalkan kesan bagi anak bahwa belajar bukanlah hal penting. Mungkin pada orang tua tidak ada pengaruh apa-apa, tetapi anak terkena dampaknya yang mungkin akan bisa fatal akibatnya. Anak yang tanpa pangawasan orang tua biasanya akan menjadi anak yang bebas, liar, dan tak terkendali, bahkan anak bisa melakukan perbuatan-perbuatan menyimpang. Hal inilah yang menyebabkan prestasi belajarnya di sekolah rendah. Keluarga mengalami perpecahan (broken home) Ayah ibu yang bercerai bagi anak merupakan suatu ketakutan yang mendalam, karena anak akan menjadi anak yang tidak mempunyai pendirian. Jika orang tuanya berselisih paham anak akan bingung akan memihak siapa, sementara baginya keluaraga adalah satu kesatuan yang tidak mungkin dipisahkan. Sehingga dalam keluarga yang broken home sangat berdampak pada psikologis anak, anak menjadi merasa tidak diperhatikan, karena terjadi konflik dalam keluarganya yang ,menyebabkan anak tidak termotivasi dalam belajar, sehingga perkembangan belajar di sekolah rendah. Perilaku orang tua yang tidak sepantasnya dilakukan

Seorang anak akan selalu meniru perilaku orang tuanya karena mereka menganggap orang tuanya sebagai panutan yang harus ditiru. Sehingga perilaku anak merupakan cerminan perilaku orang tuanya, apapun yang orang tua lakukan, anak akan menganggap bahwa itu juga pantas dilakukan oleh anak. Perilaku orang tua yang tidak sepantasnya dilakukan misalnya saat jam belajar d rumah orang tua malah mengajak anaknya untuk ikut menonton televisi, bermain, atau disuruh membantu pekerjaan atau melakukan hal apa saja yang tidak ada hubungannya dengan belajar. Biasanya orang tua yang seperti ini menganggap bahwa sekolah tidak penting, sehingga perilaku seperti ini akan berdampak juga terhadap anak bahwa belajar itu tidak penting. Peristiwa seperti ini umumnya terdapat pada keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan yang menganggap bahwa hidup itu hanya untuk bekerja dan tidak perlu sekolah. b. Faktor dari sekolah Sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah, dimana mereka mendapatkan pengalaman belajar dan pergaulan selama di sekolah, siswa juga mendapat kesempatan yang sama dalam belajar. Namun, cara belajar siswa yang satu dengan yang lain meyebabkan prestasi mereka pun berbeda-beda. Seperti yang diketahui anak underachiever adalah anak yang berbakat namun prestasi akademiknya rendah, sekolah pun juga dapat menjadi penyebab mengapa anak bisa mengalami gangguan belajar seperti ini, karena umumnya anak mengahbiskan waktu belajar di sekolah. Faktor yang menjadi penyebab antara lain : -Kurangnya perhatian dari guru Hal ini dapat dilihat manakala seorang guru hanya asal mengajar saja tanpa memperdulikan kemampuan anak dalam menerima materi pelajaran. Sehingga bagi anak yang prestasi

belajarnya rendah akan kesulitan dalam menerima pelajaran jika sama sekali tidak ada perhatian dari guru. -Model pembelajaran yang salah Seorang guru yang baik adalah yang dapat memahami karakter peserta didiknya, sehingga dalam mengajar maupun mendidik disesuakaikan dengan karakter siswanya. Anak underachiever sangat perlu bantuan dan perhatian lebih dalam belajarnya, agar lebih maksimal lagi anak tersebut dalam meningkatkan belajarnya. -Minimnya kegiatan yang mengasah potensi anak Kegiatan ekstrakurikuler sekolah sangat penting untuk

menambah maupun mengembangkan potensi siswa, tetapi jika sekolah tidak memiliki fasilitas untuk menumbuhkan kegiatan ekstrakurikuler maka bagi anak yang memiliki bakat akan menjadi tidak tersalurkan bakatnya. Selain kegiatan ekstrakurikuler, hal lain yang menjadi penyebab siswa berprestasi rendah adalah kurang atau tidak adanya program sekolah untuk anak yang berprestasi rendah. Misalnya sekolah tidak mengikuti program lomba yang dapat menyalurkan atau mengasah bakat dan potensi belajar siswa. Bagi anak yang berbakat akan sangat kesulitan dalam menyalurkan bakatnya, atau jika anak berbakat tersebut tidak diikutkan dalam lomba maka ia akan merasa tidak dipercaya sehingga semangat belajarnya pun menurun. c. Faktor lingkungan Seperti kita ketahui bersama bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak selain faktor dari keluarga. Lingkungan memiliki andil yang besar terhadap perkembangan perilaku anak. Faktor lingkungan yang menyebabkan anak berprestasi rendah antara lain :

-Lingkungan tempat tinggal Misalnya lingkungan kumuh seperti yang terdapat di kota-kota besar umumnya terdiri dari keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan, yang sebagian besar mata pencahariannya sebagai pemulung dan pengemis. Anak yang sempat bersekolah biasanya setelah pulang sekolah mereka langsung membantu pekerjaan orang tuanya untuk ikut menjadi pemulung atau pengemis dan tidak sempat untuk belajar. Contoh lain lingkungan tempat tinggal yang suasananya tidak mendukung anak untuk belajar misalnya tetangga atau orangorang di sekitar rumah yang tidak mempunyai anak yang sebayanya dalam setingkat sekolahnya. Hal ini menghambat anak untuk belajar, karena dia tidak mempunyai teman yang setingkat untuk diajak belajar bersama. Sehingga anak yang tidak mempunyai tetangga atau teman sebayanya di dekat rumah akan kesulitan saat mendapat tugas sekolah yang tidak dapat dikerjakan sendiri. Sehingga walaupun anak tersebut memiliki potensi intelektual di atas normal tetapi jika lingkungannya tidak mendukung untuk belajar sama saja dengan menghambat cita-cita anak. -Teman sepermainan yang tidak mendukung Seorang anak biasanya akan selalu berkumpul dengan teman sebayanya (peer group) agar mereka mudah untuk bersosialisasi. Tetapi jika seorang anak yang mempunyai potensi akademik bagus berkumpul dengan teman-temannya yang dapat digolongkan sebagai anak yang malas belajar maka anak yang mempunyai potensi akademik bagus tersebut akan mengikuti apa saja yang dilakukan kelompoknya. Karena perlu diketahui bahwa seorang anak yang berkumpul dengan temannya maka anak tersebut akan melakukan hal sama seperti yang dilakukan temannya dalam kelompoknya.

Misalnya saja saat jam belajar di sekolah maupun di rumah temannya selalu mengajak bermain saja tanpa memperdulikan belajar dan tugas sekolah. Hal ini dapat menyebabkan waktu belajar anak kurang sehingga berpengaruh terhadap prestasinya.

C. Ciri-ciri Underachiever Anak underachiever memiliki karakteristik-karakteristik tertentu sehingga dapat digolongkan sebagai kesulitan belajar, yaitu antara lain : 1. Mempunyai IQ yang tinggi tetapi prestasinya rendah Anak underachiever mempunyai potensi kognitif di atas normal, mereka mempunyai kemampuan logika yang baik dan biasanya dalam mata pelajaran matematika ataupun menghitung anak ini bisa dikatakan pandai. Tetapi karena afaktor-faktor tertentu membuat prestasi belajarnya rendah, sehingga terlihat sekali kesenjangan yang nyata anatara potensi intelektual dan prestasi akademiknya. 2. Cenderung tidak mematuhi aturan Anak underachiever memiliki kecenderungan untuk untuk tidak teratur atau dengan kata lain tidak suka aturan. Mereka lebih menyukai mengerjakan sesuatu menurut diri mereka sendiri atau semaunya. Anak yang berprestasi rendah biasanya sering melawak, suka melamun di kelas dan kurang konsentrasi. Anak seperti ini memiliki kemampuan belajar yang kurang baik, karena mereka dalam belajarpun atas semaunya sendiri, dan biasanya mereka menganggap telah belajar jika hanya belajar sekilas. Maka tidak aneh jika anak yang berbakat secara intelektual prestasinya rendah, karena mereka belajar hanya sekilas saja. 3. Asal mengerjakan tugas

Anak underachiever kadang tidak cekatan dalam mengerjakan tugasnya, mereka hanya ingin santai-santai saja karena mempunyai harapan prestasi yang rendah. Bahkan mereka sering menghindar dan tidak menyelesaikan tugas-tugasnya. Namun, kadang-kadang juga sangat cepat dalam mengerjakan tugas-tugasnya tetapi tidak peduli apakah tugas yang ia kerjakan baik atau tidak secara kualitas. 4. Cenderung introvert Orang yang introvert pada umunya kurang gembira, kurang energi, kurang antusias, kurang kreatif, dan lebih memilih untuk menyendiri atau menarik diri dari keramaian. Anak seperti ini tidak ada antusiasnya dalam dunia sosial, dan lebih memilih dunianya sendiri. Mereka takut untuk menghadapi kegagalan dan lebih menghindar dari kesuksesan. Seorang anak yang mempunyai perilaku seperti ini biasanya dalam belajarpun tidak ada semangat dan antusiasnya, apalagi jika mendapat tugas secara berkelompok, mereka cenderung diam, tidak kreatif, dan tidak ikut mengerjakan tugasnya. 5. Agresif dan mudah marah Anak underachiever biasanya terkesan angkuh, karena mereka ingin menunjukkan eksistensinya atau identitasnya. Pada umumnya anak seperti ini sering terlibat perkelahian, kerena mereka tidak ingin orang lain mengganggunya, masalah lainnya juga karena anak seperti ini kaku dalam bergaul dan tidak mampu mempertahankan hubungan sosial dengan teman sebayanya. 6. Hanya tertarik terhadap mata pelajaran tertentu Anak underachiever yang menonjol dalam bakatnya biasanya hanya tertarik terhadap mata pelajaran seni maupun olahraga. Sehingga jika sudah menyukai salah satu pelajaran, pelajaran yang lain akan dinomorduakan.

7. Tidak mampu mengungkapkan idenya Anak underachiever mempunyai bakat intelektual yang tinggi sehingga tak heran jika mereka memiliki banyak ide untuk memecehkan suatu masalah. Namun, mereka cenderung menutup diri atau introvert sehingga mereka jarang sekali atau bahkan tidak mampu merealisasikan idenya, hal ini menyebabkan belajar mereka tidak mengalami perkembangan. 8. Percaya diri yang rendah Seorang anak jika tidak memilik rasa percaya diri maka ia akan menutup diri, sehingga terdapat keterkaitan tidak mampu mengungkapkan idenya. Mereka merasa tidak mampu walaupun sebenarnya mereka mampu mengerjakannya, anak seperti ini cenderung mudah menyerah sebelum menyelesaikan tugasnya. 9. Tidak mudah percaya orang lain Pada umumnya anak yang introvert lebih menutup diri dari orang lain, mereka tidak mudah percaya begitu saja pada orang lain. Anak underachiever sulit untuk diajak bekerja sama, sehingga dalam belajarpun mereka tidak mau bekerja dalam kelompok. Anak seperti ini tidak mampu untuk membuka diri dan memahami orang lain. Mereka menganggap orang lain akan merusak apa yang dilakukannya. Hal ini juga dipengaruhi karena sulitnya mereka untuk bersosialisasi sehingga mereka kurang mendapat komunikasi dan bergaul. 10. Mempunyai kemampuan komunikasi yang rendah Anak underachiever yang cenderung introvert atau menutup diri dari orang lain menyebabkan mereka tidak suka bersosialisasi dan bertemu orang lain. Hal ini menyebabkan mereka jarang bergaul dan berkomunikasi kemampuan dengan berbahasa orang yang lain, bahkan mereka jarang memiliki untuk rendah karena

mengasahnya. Sehingga dalam belajarpun mereka tidak mampu berkembang. 11. Termasuk bagian kecil dari minoritas Anak yang sulit untuk bersosialisasi karena menutup diri biasanya mereka tidak suka jika bergaul dengan berkelompok, mereka lebih suka menyendiri atau bahkan hanya berteman dengan teman yang sama dengannya. Hal ini menyebabkan mereka kurang termotivasi dan mengembangkan belajarnya.

D. Cara Mengatasi untuk Mengoptimalkan Belajar Anak Underachiever Underachiever merupakan gangguan dalam perilaku belajar, maka perlu diatasi agar dalam belajar dapat secara optimal untuk menyeimbangkan antara potensi intelektual dan prestasi akademiknya. Berikut cara-cara untuk mengatasi gangguan belajar anak underachiever: 1. Dari keluarga a. Adanya dukungan dari orang tua Dukungan dari orang tua kepada anak dapat diberikan secara moril maupun materiil. Dukungan berbentuk moril antara lain : Orang tua memberikan perhatian pada anak Anak akan sangat merasa dihargai dan disayangi jika orang tuanya memberikan perhatian padanya, kondisi seperti ini menyebabkan anak mudah termotivasi belajarnya. Orang tua mengetahui potensi yang dimiliki anak Anak akan merasa bangga jika orang tuanya mengetahui bahwa dia mempunyai bakat yang baik, apalagi jika orang tua mendukung dan memberikan fasilitas untuk mengembangkan bakatnya.

Orang tua menemani anak belajar Seorang anak jika ditemani orang tuanya saat belajar akan merasa bahwa orang tuanya mendukung belajarnya. Perlu juga orang tua mengatur waktu yang tepat untuk belajar anak, sebaiknya disesuaikan dengan kondisi anak, dan tidak berbenturan dengan aktivitas lain seperti menonton televisi, makan, atau bermain.

Orang tua memberi pujian saat anak berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik Anak akan termotivasi dan semangat lagi mengerjakan tugasnya jika mendapat pujian dari orang tuanya, apalagi saat anak mendapat nilai bagus maka anak akan termotivasi lagi untuk lebih baik.

Orang tua mendukung dan mengembangkan cita-cita anak Orang tua perlu mengetahui apa yang menjadi keinginan anak, sehingga anak dapat diarahkan untuk mewujudkan citacitanya.

Menumbuhkan rasa percaya diri anak Motivasi anak akan terbangun jika ia mempunyai rasa

percaya diri yang baik. Orang tua sebaiknya selalu meberikan motivasi kepada anak bahwa anak mampu melakukan dan menyelesaikan tugasnya. Ajarkan anak untuk bersosialisasi Anak underachiever yang cenderung menutup diri perlu ditumbuhkan rasa sosialisasinya untuk menunjukkan bahwa bergaul itu penting dan sling membantu dalam kehidupan, karena tidak mungkin manusia dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Misalnya dengan mengajak anak untuk berkunjung ke rumah tetangga dekat atau ke tempat saudara,

orang tua juga dapat mengajak anak untuk mengunjungi teman sebayanya. Hal ini akan membantu anak dalam mengurangi rasa menutup diri dan terbuka untuk bergaul. Sementara dukungan secara material dapat diberikan secara berkala atau seprlunya saja agar anak tidak terbiasa mengejar materi saja, tetapi benar-benar belajar untuk meraih prestasi. Dukungan tersebut antara lain dapat berupa hadiah barang yang dapat mendukung anak belajar. 2. Dari sekolah Dukungan dari sekolah terhadap anak underachiever pada umumnya lain : terkait mengenai masalah pembelajaran, yaitu pemeblajaran yang dapat membantu siswa belajar maksimal, antara

a. Guru menerapkan metode pembelajaran yang tepat Untuk dapat membantu siswa memahami materi sebaiknya guru menggunakan metode yang tepat dan dapat membantu keseluruhan siswa untuk belajar. b. Guru melakukan pendekatan ke siswa yang prestasinya rendah Sebaiknya guru melakukan pendekatan dan memberikan

perhatian lebih ke siswa agar guru dapat memahami problematika siswa yang kesulitan dalam belajar, sehingga dapat diterapkan metode tertentu untuk membantunya. c. Guru memberi contoh belajar aktif, kreatif dan menyenangkan dalam memecahkan masalah

Guru selalu berinisiatif untuk membuat anak serba ingin tahu, hal ini akan menyebabkan mereka ingin bertanya dan mencari jawabannya. Sehingga anak belajar untuk mandiri secara aktif dalam belajar menemukan pemecahan masalahnya. d. Kembangkan bakat dan kecerdasan peserta didik Seorang guru harus mengetahui bakat dan kecerdasan yang dimiliki tiap siswa, untuk mengetahui dan mengklasifikasikan kemampuan siswanya, sehingga guru dapat memahami jika terdapat siswa yang kurang dalam mata pelajaran tertentu. Mengembangkan bakat dan kecerdasan siswa dapat dilakukan dengan mengikutkan siswa dalam berbagai lomba baik lomba bakat maupun lomba akademik agar siswa termotivasi dalam belajar. e. Menerapkan bimbingan konseling Bimbingan konseling bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan di sekolah, misalnya bagi siswa yang berprestasi rendah dapat dilakukan dengan selalu memberikan motivasi untuk terus belajar, sekolah juga dapat memberikan bantuan berupa beasiswa bagi anak berprestasi agar siswa yang lain pun termotivasi untuk meningkatkan prstasinya.

You might also like