You are on page 1of 7

I. LEARNING OBJECTIVE A. Mengetahui penyebab mastitis berdasarkan: 1. Etiologi 2. Patogenesis 3. Gejala Klinis B. Mengetahui cara pemeriksaan mastitis. C.

Mengetahui cara pencegahan mastitis. D. Mengetahui macam-macam mastitis.

II. PENYEBAB MASTITIS A. Etiologi Mastitis dapat disebabkan karena keradangan biasa atau oleh agen infeksi seperti bakteri dan jamur. Bakteri yang dapat menimbulkan mastitis antara alain adalah : Staphylococcus aureus Merupakan bakteri utama yang paling sering menyebabkan mastitis. Dapat menyebabkan mastitis subklinis maupun klinis. Memiliki protein A pada membrannya sebagai faktor virulensi, yang bersifat antifagositik dengan cara berikatan dengan bagian dari IgG untuk mengacaukan opsonisasi. Selain itu, polisakarida yang ada di kapsulanya juga bersifat antifagositik. Staphylococcus menghasilkan produk ekstraseluler seperti katalase, koagulase, staphylokinase, lipase, dan hyaluronidase. Semuanya berperan untuk menembus membran mukosa, kecuali katalase. Katalase digunakan untuk mengubah oksigen peroksida menjadi oksigen dan air. Selain itu, lipase juga berfungsi untuk melindungi bakteri ini dari asam lemak bakterisisdal pada saluran mammae. Bentukan akut dari Staphylococcus adalah beberapa kebengkakan dan sekresi purulent dan fibrosis. Streptococcus agalactiae Streptococcus dysgalactiae Streptococcus uberis Mycoplasma sp ( Mycoplasma bovis) Corynebacterium bovis Bakteri lain seperti Pseudomonas aeruginosa, Clostiridium perfringens, dan Bacillus sp ( Carter, 2004 ) ; ( Quin et al, 2002 )

B. Patogenesis PATOGENESIS DAN RESPON IMMUN Patogenesis dimulai dengan masuknya mikroorganisme ke dalam kelenjar melalui lubang puting. Kadang-kadang terjadi secara limfogen dan hematogen. Secara akademik, proses radang dapat dibedakan menjadi beberapa fase, yaitu fase invasi, infeksi dan infiltrasi. Fase invasi adalah masuknya mikroorganisme ke dalam puting. Tidak jarang mikroorganisme patogen sudah lama berada di bagian bawah puting. Kebanyakan proses invasi terjadi karena terbukanya lubang saluran puting, terutama sesudah pemerahan. Invasi yang terjadi pada masa kering tidak menyebabkan radang akut, proses kebanyakan berlansung secara sub klinis yang pada suatu saat biasanya sesudah waktu kelahiran berubah menjadi radang subakut, akut atau perakut. Invasi dipermudah oleh keadaan lingkungan yang jelek, populasi bakteri patogen yang tinggi, adanya lesi pada puting atau bila daya tahan sapi baru menurun misalnya sehabis sakit, tranportasi atau stress yang lain. Setelah mikroorganisme berhasil masuk ke dalam kelenjar (infeksi), mikroorganisme akan membentuk koloni yang dalam waktu singkat akan menyebar ke lobuli dan alveoli (infiltrasi). Pada saat mikroorganisme sampai di mukosa kelenjar, tubuh akan bereaksi dengan memobilisasikan leukosit. Mobilisasi sel darah dipermudah kalau diingat bahwa kelenjar susu dialiri darah yang relatif sangat besar untuk tiap satuan waktu. Untuk sapi seberat 100 pound, darah sebanyak 200 pound dialirkan ke dalam kelenjar tiap jamnya. (Schalm, 1971). Bakteri Streptococcus agalactiae merupakan bakteri yang untuk hidupnya memerlukan kelenjar susu. Oleh kerjaan bakteri akan terjadi perubahan air susu yang ada di dalam sinus hingga air susu di dalamnya jadi rusak. Selanjutnya, rusaknya air susu akan meransang timbulnya reaksi jaringan dalam bentuk peningkatan sel di dalam air susu. Oleh jonjot fibrin yang terbentuk akhirnya saluran jadi tersumbat dan kelenjar akhirnya mengalami kerusakan jaringan. ( Subronto, 2003 ) Mekanisme Pertahanan Mammae Saat bakteri telah berada di permukaan kulit mammae, maka orificium teat dan canal teat merupakan mekanisme pertahanan pertama dari infeksi tersebut. Mereka membuat koloni lalu berusaha masuk ke dalam mammae untuk menyebabkan infeksi

intramammary. Pengelupasan sel keratin dari permukaan epitel mengurangi bakteri. Asaml lemak pada lapisan keratim memiliki sifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) bakteri gram negatif. Enzim lysozyme memiliki sifat bakterisidal bagi gram negatif dan positif, meskipun masih belum dipastikan.

Beberapa faktor yang bersifat bakterostatic pada bakteri gram positif dan bersifat bakterisidal bagi bakteri negatif adalah sistem Lactoperoxidase-thiocyanate-hydrogen peroxide. Lactoperoxidase dihasilkan oleh epitel sel mammae, thiocyanate level ditentukan oleh konsumsi pakan hijau tertentu, sedangkan hydrogen peroxide dihasilkan dari aktivitas enzimatik susu dan aktivitas metabolik bakteri. Selain itu, komplemen juga dapat mempertahankan tubuh dari infeksi bekteri gram negatif. Neutrofil merupakan sel utama yang mengeliminasi bakteri dari glandula mammae. Neutrofil menuju mammae melalui reaksi radang malalui mediator seperti sitokin dan prostaglandin. Neutrofil memfagosit bakteri dan membunuh mereka dengan menggunakan 2 metode, yaitu oxygen dependent dan independent makanism. Yang menggunakan oksigen dan magalami kerusakan oksidatif biasanya adalah bakteri gram negatif, kecuali Staphylococcus aureus yang menghasilka enzim katalase. Mekanisme oksigen independent dimediasi oleh enzim hidrolitik dalam lisosom. Selain itu, sel-sel leukosit yang berperan dan terlihat dalam mastitis adalah sel limfosit T. immunologi humoral-nya adalah immunogloulin G1 (ditransfer dari serum ke susu) yang mengopsonisasi bakteri menuju makrofag. IgG2 juga meningkat pada jaringan dan berfungsi untuk opsonisasi fagositosis ke neutrofil, begitu juga IgM. IgA mengaglutinasi bakteri, mencegah penempelan bakteria ke epitelium, dan menetralkan toksin bakteri. Sitokin meregulasi aktivitas dari sel immun. ( Quinn et al, 2002 )

C. Gejala Klinis 2

GEJALA MASTITIS Perubahan atau gejala yang ditimbulkan oleh mastitis terhadap mammae : Degenerasi sel parenkim di saluran air susu (pengelupasan dan regresi sel epitel) Dalam interstitium pembuluh darah dipenuhi oleh eritrosit Leukosit polimorfonukleat di lumen alveoli Di lumen terjadi penimbunna sel radang Pada kasus yang lebih lanjut, terdapat eksudat, dan hanya sedikit sel radang di lumen Terdapat abses, di sekitar abses ada jaringan ikat yang mengganti sel-sel parenkim, adanya jaringan ikat ini menyebabkan atropi di ambing dan ambing teraba keras. ( Ressang, 1974 )

III. CARA PEMERIKSAAN MASTITIS TES KUALITAS SUSU Standard Plate Count (SPC) Tes ini digunakan untuk memperkirakan adanya populasi bakteri dalam susu mentah dan produksi susu adalah metode refernsi resmi untuk menspesifikasi ordonansi susu terpasteurisasi Grade A. Grade A menunjukkan SPC < 100,000 cfu/ml, Grade B menunjukkan SPC < 300,000 cfu/ml. SPC yang tinggi mengindikasikan masalah kualitas susu yang biasanya disebabkan oleh kesalahn pendinginan peralatan kebersihan susu. Laboratory Pasteurized Count (LPC) Tes ini digunakan apabila hasil SPC tinggi. LPC adalah hasil yang ditampakkan pada SPC yang telah dipanaskan sampai 145F (62,8 C) dan berlangsung selama 30 menit (suhu rendah-lama pasteurizasi). LPC berfungsi untuk mengetahui bakteri yang tahan terhadap suhu pasteurisasi (bakteri termoduric). Tingginya LPC dihubungkan dengan peralatan yang kurang bersih, penanganan sanitasi yang kurang baik, dan deposit milkstone. Mastitis tipikal menyebabkan organisme tidak tahan terhadap pasteurisasi. Bakteri termoduric antara lain Micrococcus, Microbacterium, Lactobacillus, Bacillus, Clostridium and occasional Streptococci. Coliform Count Tes ini dilakukan dengan mengkultur dilusi susu mentah pada media selektif seperti violet red bile agar. Coliform count mengindikasikan keefektivan prosedur persiapan sapi selama laktasi dan kebersihan dari lingkungan sapi. Coliform juga bisa 3

menginkubasi pada film residu dari peralatan milking. Plat diinkubasi pada 90F (32C) selama 24 jam. Hasil tes coliform count < 10 cfu/ml. Preliminary Incubation Count (PI) Digunakan untuk mengukur dan menjaga kualitas susu mentah dan juga memonitor keahlian sanitasi di peternakan. PI adalah hasil SPC yang diinkubasi pada 21C selama 18 jam (simulasi referigation yang buruk). PI tidak terkait dengan pathogen mastitis dan digunakan untuk mengukur bakteri Psychrotrophic. Bakteri tersebut selalu dikaitkan dengan rasa susu yang hambar, milk spoiling dan mengurangi shelf life. Angka yang direkomendasikan adalah <10,000 cfu/ml up to 50,000.

Interpretation of Bulk Milk Bacterial Counts Ketika melakukan sampling, harus hati-hati untuk menghindarkan kontaminasi. Sampel dikerjakan tanpa kontaminasi (jangan pernah mengambil sampel langsung dari aliran bulk tank) dan disimpan dibawah 4C sampai diproses.

TES MASTITIS (Somatic Cell Counts) California Mastitis Test Merupakan satu-satunya screening test untuk mastitis subklinis yang bisa digunakan di luar tubuh sapi. Susu segar yang belum direferigator bisa di tes menggunakan CMT sampai 12 jam., pembacaan yang nyata bisa dilakukan sampai 36 jam. Jika susu disimpan, sampel susu harus dicampur dengan baik untuk pengujian karena sel somatic bisa terjadi gumpalan dengan lemak susu. Reaksi CMT harus dinilai selama 15 detik pencampuran karena reaksi lemah akan menghilang setelah itu. Reagen CMT adalah detergen plus bromcresol purple (sebagai indicator pH). Derajat rekasi antar detergen dan nucleus sel DNA adalah pengukuran dari jumlah sel somatic di susu. Individual Cow Cultures Bulk Tank Culture ProStaph ( Ruegg, 2002 )

IV. CARA PENCEGAHAN MASTITIS

V. MACAM-MACAM MASTITIS Jenis-jenis Mastitis dapat dibagi menjadi : a. Menurut Bentuknya 1. Mastitis catarralis adalah mastitis yang paling ringan. Disini ditemukan radang dan degenerasi dan degenerasi pada parenchym (epitel) saluran-saluran air susu besar. 2. Mastitis parenchymatosa Adalah radang yang meluas hingga asinus pembentuk air susu, jadi hingga parenchym yang mementuk air susu. 3. Mastistis interstitialis Radang terutama ditemukan di dalam interstisium (jar.ikat). b. Menurut pembagian patologik anatomik mastitis Mastitis catarrhalis, yakni radang pada saluran susu yang halus. Mastitis parenchymatosa, radang parenchym pembentuk air susu. Mastitis Phlegmonosa , dimaa radang ini meluas dalam jaringan ikat. Oleh karena itu dinamakan jg mastitis interstitialias. Terlihat pada perlukaan dan infesi ambing . Mastitis purulenta (apestomatosa) , disertai pembentukkan abses-abses. Mastitis necriticans memperlihatkan regresi luar biasa dengan nekrosa kering (necrosa koagulasi) Mastitis indurativa , dimana kelenjar digantikan oleh jaringan ikat. Sekresi air susu berhenti . ambingnya akan terasa keras, lingkarannya bertambah atau berkurang. Mastitis ini dapat terjadi pada 3 kuartir. Mastitis specifica disebabkan oleh tuberculosis dan aktimikosis.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Pneumonia pada Sapi. http://www.vet-klinik.com. Diakses tanggal 5 April 2009 Baratawidjaja, K.G. 2004. Imunologi Dasar. Edisi Ke-6. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Burrows, william. 1950. Bacteriology 15th edition. Philadelphia: W.B Saunders Company Made, Dewa N. 1997. Penyidikan Penyakit Hewan. Denpasar : CV.Bali Media Adhikarsa OIE. 2004. Manual Standards for Diagnostic Test and Vaccines for Terrestrial Animals : Bovine Brucellosis. http ://www.oie.int/eng/normes/mmanual/a_summry.htm. Quinn, P.J. 1994. Clinical Veterinary Microbiology. Elsevier Health Sciences Quinn, P.J. 2002. Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Blackwell Science Partodihardjo, S., 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara. Jakarta Prihatno, S. A. 2006. Kontrol Sterilitas Pada Ternak.Yogyakarta: Bagian Reproduksi dan Kebidanan. Ressang, AA. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Bogor: IPB Press Soeharsono. ______. Zoonosis. Yogyakarta : Kanisius Subronto. 2004. Ilmu Penyakit Ternak II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Carter, G.R and Darla J. Wise. 2004. Essentsials of Veterinary Bacteriology and Mycology Sixth Edition. Iowa State Press. Iowa. Quinn, P.J et al. 2002. Veterinaty Microbiology and Microbial Disease. Blackwell Science. Iowa. Ressang, aAbdul Aziz. 1984. Patologi Khusus Veteriner. IPB Press. Bogor. Ruegg, Pamela L. 2002. Milk Quality and Mastitis Tests. [22-04-

http://www.uwex.edu/MilkQuality/PDF/milk%20quality%20tests01.pdf 2009]. Schalm. 1971. Veterinary Hematology. Iowa State Press. Iowa. Subronto. 2004. Ilmu PenyakitTernak I. UGM Press. Yogyakarta.

You might also like