Professional Documents
Culture Documents
Fenomena alam yang berupa gelombang pasang yang mencapai tinggi 3-7 meter di 14
propinsi di pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa hingga selatan Nusa Tenggara
beberapa hari sejak tanggal 17 Mei 2007, menurut para ahli, disebabkan paduan tiga
fenomena, yaitu: (1) gelombang Kelvin yang berasal dari Samudra Hindia menjalar di
sepanjang garis ekuator terkait dengan perputaran periodik bumi ke arah timur pada
pergantian musim (Mei-Juni), terpecah saat bertemu dengan daratan Sumatera; (2)
adanya alun (swell) yang disebabkan oleh akumulasi angin, bermula dari semburan
angin muson timur dari bagian tenggara Australia berkecepatan 21-25 knot menuju
barat daya ke pesisir selatan Pulau Jawa sehingga menimbulkan gelombang; dan (3)
peristiwa astronomi, gravitasi matahari ketika posisi matahari-bulan-bumi sejajar yang
menyebabkan gaya tarik maksimum.
Kejadian ini telah menyebabkan kerusakan dan kerugian di wilayah pesisir yang
sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan.
Dampak langsung yang terjadi akibat dari gelombang pasang adalah sebagai berikut:
(1) terganggunya kegiatan ekonomi masyarakat pesisir yang selama ini mengandalkan
kehidupannya menangkap dan membudidayakan ikan; (2) kerugian secara langsung
yang diderita oleh masyarakat pesisir akibat rusak dan hilangnya sarana dan
infrastruktur; (3) kerusakan lingkungan biofisik; dan (4) kurangnya suplai ikan di pasar
sebagai sumber gizi masyarakat.
2. Dampak Kerusakan
Di Pekon Pardasuka, Kecamatan Bengkunat, tidak kurang dari 11 rumah warga rusak
dengan perincian 7 rumah rusak total dan 4 lainnya rusak parah. Selain itu, gelombang
Gambar 1.
SDN 2 Waymuli yang Rusak Parah
Diterjang Gelombang Pasang
(Sumber: Radar Lampung, 19 Mei 2007)
Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah untuk membantu korban
gelombang pasang antara lain dengan menginventarisir kerugian warga dan
memberikan santunan untuk membenahi kerusakan dan kerugian yang diderita warga.
Pemerintah Kabupaten Tanggamus bahkan menyediakan lahan untuk merelokasi 33
orang kepala keluarga (KK) korban gelombang pasang ke lokasi lahan tanah yang jauh
dari bibir pantai. Masing-masing KK mendapatkan bantuan tanah pekarangan untuk
rumah seluas 10 x 15 meter. Bantuan tersebut diberikan kepada 12 orang warga RT
10 dan 21 orang warga RT 14.
Hantaman gelombang pasang yang dialami oleh masyarakat yang tinggal di kawasan
pesisir Lampung telah menggugah kesadaran para stake holders akan pentingnya
upaya-upaya mitigasi bencana di wilayah pesisir. Sehubungan dengan kerawanan
wilayah pesisir terhadap bencana alam maka perlu upaya untuk meminimalisir dampak
yang ditimbulkannya. Mitigasi adalah rangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana. Pemahaman bahwa bencana di
kawasan pesisir tidak dapat dihindari, namun dapat dikelola sehingga tidak
menimbulkan kerusakan dan korban jiwa dalam jumlah besar, perlu secara terus
Pemerintah pusat, antara lain melalui Departemen Kelautan dan Perikanan, telah
berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Lampung untuk mengambil beberapa
tindakan yang perlu segera dilakukan. Sejak tanggal 17 Mei 2007, Departemen
Kelautan dan Perikanan (DKP) telah melakukan komunikasi dengan Dinas Kelautan
dan Perikanan kabupaten/kota melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi
Lampung mengenai inventarisasi data kerusakan sarana/prasarana dan masyarakat
pesisir yang terkena dampak gelombang pasang. Disamping itu, tim DKP juga
ditugaskan ke beberapa lokasi untuk koordinasi dengan Pemerintah Daerah
melakukan observasi kerusakan dan verifikasi data.
(b) saran agar Pemda mengusulkan operasi pasar beras kepada Dolog
setempat.
(e) memantau terus ramalan cuaca laut yang dikeluarkan kantor BMG setempat
dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat nelayan.
Langkah lebih lanjut DKP ke depan antara lain: (1) bersama Pemda melakukan
verifikasi data, (2) mendukung Pemda melakukan langkah tanggap darurat berupa
bantuan sembako untuk masyarakat, (3) membantu Pemda menyusun rencana
rehabilitasi/rekonstruksi disesuaikan dengan ketersediaan anggaran tahun 2007.
Prioritas pertama adalah membantu Pemda agar masyarakat nelayan kembali melaut
dan masyarakat pesisir lainnya kembali melakukan kegiatan ekonomi sehari-hari. Dana
pemulihan/rehabilitasi bertahap menggunakan APBN 2007 dan APBD I/II disesuaikan
dengan tingkat masalahnya, pembiayaan APBN dapat berupa revisi APBN 2007 atau
bila diperlukan APBN perubahan (ABT). Mengantisipasi terjadinya bencana yang lebih
serius, DKP juga telah melakukan koordinasi dengan Badan Koordinasi Nasional
(Bakornas) Penanggulangan Bencana.
(3) meningkatkan kerjasama dengan BMG dan sosialisasi data ramalan cuaca
kepada masyarakat sehingga mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh
gelombang pasang/bencana pesisir.