You are on page 1of 6

Penelitian dilakukan di Dusun Taman Sari Desa Sei Sahut Kecamatan Tabir Selatan Propinsi Jambi.

Di Dusun ini, terdapat 25 warga yang sudah lanjut usia. Jumlah lansia di Dusun Taman Sari Desa Sei Sahut lebih banyak perempuan yaitu 15 orang. Para Lansia di Dusun Taman Sari ada yang tinggal bersama keluarganya dan ada pula yang tinggal di rumah tanpa keluarganya. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil empat orang dari masing-masing keluarga terdekat yang tinggal bersama lansia untuk dijadikan riset partisipan. Keluarga lansia berusia antara 25 sampai 40 tahun. Mayoritas lansia yang tinggal bersama riset partisipan sudah tidak bekerja. Situasi ekonomi rumah tangga riset partisipan cukup terbatas. Dikarenakan pendapatan keluarga yang terbatas, maka rumah tempat mereka tinggal hanya dibuat seadanya yaitu lantai terbuat dari tanah atau semen, atap rumah dan dinding dari papan, dan ada pula yang rumahnya tidak ada listrik seperti tempat tinggal Y dan A. Adapula keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan kambing atau sapi, yakni keluarga Y. Semua warga Desa Sei Sahut mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari dari sumur. Namun pada bulan Agustus hingga September 2011, air sumur mereka mengering karena musim kemarau yang berkepanjangan dan mereka mengambil air untuk keperluan sehari-hari di sungai yang letaknya cukup jauh dari rumah mereka yakni sekitar satu kilometer dari tempat tinggal mereka. Dengan kondisi ekonomi yang terbatas ini, para lansia yang tinggal bersama riset partisipan tidak dapat menyediakan alat-alat yang menunjang dalam kebersihan diri seperti sabun, shampo, hand body. Selain itu, terdapat Lansia yang tidak dapat memeriksakan kesehatan tubuhnya ke tenaga medis seperti Puskesmas karena tidak mampu membayar uang untuk berobat. Sarana kesehatan yang tersedia berupa Puskesmas Pembantu. Yang bertugas di Puskesmas Pembantu adalah seorang mantri dan seorang bidan, namun mantri dan bidan tersebut apabila pagi hingga sore hari bekerja di Puskesmas Umum, sehingga Puskesmas Pembantu tidak dibuka dan pada sore hari mantri dan bidan tersebut pulang ke rumah masing-masing dan membuka praktek kliniknya di rumah. Dengan demikian keberadaan Puskesmas Pembantu tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena tidak tersedianya tenaga medis yang siap melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang siap membantu, masyarakat Desa Sei Sahut harus menuju ke Puskesmas Umum yang berada di Desa lain dan jaraknya cukup jauh yakni sekitar tiga kilometer. Tenaga medis yang terdapat di Puskesmas Umum adalah Perawat dan Bidan, sedangkan Dokter tidak pernah datang ke Puskesmas, namun mendirikan praktek klinik di rumahnya sendiri yang letaknya di sebelah Puskesmas Umum. Untuk menuju ke Puskesmas Umum, masyarakat Desa Sei Sahut harus menggunakan kendaraan sendiri atau meminjam kendaraan pada tetangga yang lain karena tidak adanya sarana transportasi umum yang menghubungkan Desa Sei Sahut menuju ke Puskesmas Umum. Sedangkan Rumah Sakit terdekat jaraknya sekitar 50 kilometer dari Desa Sei Sahut. Posyandu Lansia saat ini juga sudah tidak berfungsi lagi, karena promosi yang kurang sehingga banyak Lansia yang tidak tahu keberadaan Posyandu Lansia. Para tenaga medis maupun kader Posyandu Lansia juga tidak pernah mengadakan penyuluhan kesehatan. Mereka hanya bertugas memberikan obat jika ada keluhan dari seseorang yang sakit. Beberapa Lansia yang tinggal bersama riset partisipan masih memanfaatkan jasa pengobatan tradisional untuk mengobati penyakit yang mereka derita. Jasa layanan tersebut mereka dapatkan dari dukun yang ada di desa. Ada dua dukun yang dikenal masyarakat, pertama adalah dukun bayi dan kedua adalah dukun orang sakit. Selain itu pengunaan obat-obatan yang berasal dari jenis tumbuh-tumbuhan masih digunakan.

Jenis tanaman yang masih digunakan sebagai obat antara lain pinang untuk daya tahan tubuh, daun jambu untuk mengobati sakit perut, dan daun sirih untuk mengobati sakit mata. Beberapa Lansia lebih memilih pengobatan ke dukun dari pada ke tenaga medis karena ajaran yang turun temurun dari nenek moyang mereka serta nilai-nilai atau pemahaman mereka mengenai pengobatan dengan dukun lebih manjur serta biaya yang dikeluarkan untuk berobat ke dukun atau orang pintar lebih terjangkau daripada ke Puskesmas Pembantu. Dikatakan lebih terjangkau karena warga dapat membayarnya secara sukarela tanpa ditentukan jumlah uangnya atau membayar dengan barang-barang sembako seperti gula dan beras. Adapun biaya untuk sekali berobat di Puskesmas Pembantu, meraka harus mengeluarkan uang minimal 50.000 rupiah. Penyakit yang sering di derita warga Desa Sei Sahut adalah sakit mata. Warga Desa Sei Sahut memiliki pengetahuan lokal untuk menyembuhkannya yakni dengan pengetahuan yang turun-temurun dari nenek moyang yang telah di praktekan untuk mengobati sakit mata. Apabila sakit mata, para riset partisipan tidak perlu ke dokter dan Puskesmas, tetapi cukup dengan mengkedipkan mata pada air rendaman daun sirih. Keadaan ekonomi yang terbatas juga mempengaruhi kebersihan diri Lansia di Dusun Taman Sari, contohnya terdapat Lansia yang tidak dapat membeli sabun, shampo, dan pelembab kulit sehingga Lansia tersebut mandi tanpa menggunakan sabun dan ada pula Lansia yang keramas menggunakan sabun. Pada saat wawancara berlangsung beberapa riset partisipan tidak dapat menjelaskan mengenai kebersihan diri Lansia, seperti cara menjaga kebersihan mulut pada Lansia yang sudah tidak memiliki gigi. Hal ini disebabkan karena mereka tidak pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan. Dalam kenyataannya sehari-hari beberapa riset partisipan tidak mengontrol kebersihan diri Lansia. Hal ini diakibatkan karena pekerjaan yang harus dilakukan riset partisipan di luar rumah sehingga tidak semua Lansia melakukan kebersihan diri secara benar dan teratur. Berdasarkan hasil wawancara juga terdapat Lansia yang mandi tanpa menggunakan sabun, keramas hanya jika gatal, tidak pernah gosok gigi, membersihkan telinga menggunakan jari tangan, dan jarang memotong kuku. Kondisi tersebut terjadi karena riset partisipan sibuk bekerja di luar rumah, sehingga tidak sempat untuk mengingatkan dan membantu lansia dalam menjaga kebersihan diri. Peneliti memberikan pendidikan kesehatan kepada riset partisipan mengenai cara menjaga kebersihan diri Lansia dengan benar mengingat tidak pernah diadakannya penyuluhan kesehatan di sana. Tujuan dilakukannya pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan hidup sehat terutama dalam kebersihan diri Lansia. Para riset partisipan juga merespon secara positif dan mengatakan akan lebih memperhatikan kebersihan diri Lansia. Tabel 4.1. Hasil Observasi Kebersihan Diri Lansia Riset Partisipan I Nama Lansia :M Usia Lansia : 75 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Mantele Hubungan dengan riset Partisipan I : Ibu Kandung Observasi dilakukan pada tanggal 06 Oktober 2011 di rumah Riset Partisipan I. Observasi ini dilakukan dengan cara pemeriksaan head to toe yang terdapat pada indikator kebersihan diri. No. Objek Observasi Deskripsi Objek Observasi 1. Kebersihan Rambut Rambut berketombe dan berkutu

2. 3. 4. 5.

dan Kulit Kepala Kebersihan Mata, Telinga dan Hidung Kebersihan Mulut dan Gigi Kebersihan Kulit Kebersihan Kaki, Tangan dan Kuku

Mata bersih, telinga tampak ada kotoran, hidung bersih Gigi tampak banyak yang tanggal, mulut bau Kulit kering Kuku kaki dan kuku tangan pendek, namun tampak hitam dan kotor

Masalah kesehatan yang dialami M (75 tahun) adalah pendengaran yang sudah berkurang, bau mulut, mata merah karena debu dan darah tinggi. Pada saat observasi, peneliti melakukan pengukuran tekanan darah M yaitu 210/100 mmHg. Selain itu M juga mengatakan bahwa kakinya sering sakit. Beliau berasumsi bahwa sakit yang Ia derita adalah asam urat. Upaya yang telah M lakukan untuk menyembuhkan penyakitnya adalah dengan berobat ke Dukun, namun sampai sekarang penyakit tersebut belum sembuh. Kemudian peneliti menyarankan M untuk berobat ke Puskesmas. Riset Partisipan II Nama Lansia : Di Usia Lansia : 65 tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki Alamat : Jl. Mentawai Hubungan dengan riset Partisipan II : Ayah Observasi dilakukan pada tanggal 08 Oktober 2011 di rumah Riset Partisipan II. Observasi ini dilakukan dengan cara pemeriksaan head to toe yang terdapat pada indikator kebersihan diri. No. Objek Observasi Deskripsi Objek Observasi 1. Kebersihan Rambut Rambut hitam, berminyak, kulit dan Kulit Kepala kepala kotor dan berketombe. 2. Kebersihan Mata, Mata tampak terdapat kotoran Telinga dan Hidung pada kantus, telinga tampak ada kotoran, hidung bersih. 3. Kebersihan Mulut Gigi banyak yang tanggal, bibir dan Gigi kering, mulut bau. 4. Kebersihan Kulit Kulit kotor dan banyak debu yang menempel di tubuh, terdapat panu di punggung 5. Kebersihan Kaki, Kuku kaki dan kuku tangan Tangan dan Kuku panjang serta tampak hitam. Masalah kesehatan yang dialami Di (65 tahun) adalah mata merah karena debu dan penyakit kulit seperti panu. Upaya yang telah Di lakukan untuk menyembuhkan penyakit mata adalah dengan mengobati mata sendiri menggunakan air rendaman daun sirih. Riset Partisipan III Nama Lansia :I Usia Lansia : 75 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jalan Samosir Hubungan dengan riset Partisipan III : Ibu Mertua Observasi dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2011 di rumah Riset Partisipan III. Observasi ini dilakukan dengan cara pemeriksaan head to toe yang terdapat pada indikator kebersihan diri. No. Objek Observasi Deskripsi Objek Observasi 1. Kebersihan Rambut Rambut panjang, kulit kepala dan Kulit Kepala kotor karena debu.

2. 3. 4. 5.

Kebersihan Mata, Telinga dan Hidung Kebersihan Mulut dan Gigi Kebersihan Kulit Kebersihan Kaki, Tangan dan Kuku

Mata tidak merah, telinga tidak ada kotoran, hidung tidak kotor. Gigi banyak yang tanggal, bibir kering. Kulit kering. Kuku kaki dan kuku tangan panjang dan tampak hitam kotor.

Masalah kesehatan yang dialami I (75 tahun) adalah mata merah karena debu. I juga mengatakan mengalami sesak napas dan pernah sekali berobat ke Puskesmas namun Ia tidak menanyakan diagnosa medis dari penyakit yang Ia derita dan hingga saat ini penyakit I belum sembuh. Oleh karena itu peneliti menyarankan untuk memeriksakan penyakit ke tenaga medis kembali. Riset Partisipan IV Nama Lansia : Da Usia Lansia : 75 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Pagai Hubungan dengan riset Partisipan IV : Ayah Kandung

Observasi dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2011 di rumah Riset Partisipan IV. Observasi ini dilakukan dengan cara pemeriksaan head to toe yang terdapat pada indikator kebersihan diri. No. Objek Observasi Deskripsi Objek Observasi 1. Kebersihan Rambut Rambut pendek, kulit kepala dan Kulit Kepala berketombe, kumis panjang. 2. Kebersihan Mata, Mata tampak terdapat kotoran Telinga dan Hidung pada kantus, telinga tampak ada kotoran, hidung bersih.

Gigi tampak kuning, terdapat sisa-sisa makanan dan gigi ada yang tanggal, bibir kering. 4. Kebersihan Kulit Kulit kotor dan banyak debu yang menempel di tubuh, terdapat panu di punggung dan di dada. 5. Kebersihan Kaki, Kuku kaki dan tangan panjang Tangan dan Kuku serta tampak hitam Masalah kesehatan yang dialami Da (75 tahun) adalah mata merah karena debu dan penyakit kulit seperti panu. Da juga mengatakan bahwa mata sebelah kanannya tidak dapat melihat dengan jelas. Ia juga pernah sekali berobat ke Puskesmas. Namun hingga saat ini penyakit Da belum sembuh juga. Oleh karena itu peneliti menyarankan Da untuk memeriksakan kesehatan kembali ke Puskesmas. 4.1. PEMBAHASAN Pada Lansia ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut, dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan kognitif seperti

3.

Kebersihan Mulut dan Gigi

pikun, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal/ide baru. Selain itu, pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan (degenerasi) sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan mudah terserang penyakit (Maryam, 2008). Pada masa lanjut usia, seseorang berpotensi mempunyai masalah-masalah kesehatan secara umum dan juga masalah dalam kebersihan diri (Nugroho, 2000). Dalam upaya pemeliharaan kebersihan diri Lansia, peranan keluarga akan pentingnya kebersihan diri tersebut sangat diperlukan. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, tempat belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Oleh sebab itu keluarga dipandang sebagai kelompok pertama yang dapat memenuhi kebutuhan manusiawi terutama kebutuhan bagi perawatan. Bentuk peran keluarga dalam pemenuhan kebersihan diri Lansia berupa peran pendorong keluarga (mengingatkan dan menganjurkan) dan peran perawat keluarga (menyediakan fasilitas dan membantu) dalam upaya menjaga kebersihan diri Lansia (Friedman, 1998). Di dalam hasil penelitian ini tampak bahwa keluarga kurang berperan dalam menjaga kebersihan diri Lansia karena hanya sebagian indikator peran keluarga yang dilakukan dalam menjaga kebersihan diri Lansia. Dalam hal peran pendorong keluarga, sebagian besar keluarga cukup berperan dalam mengingatkan dan menganjurkan Lansia untuk merawat kebersihan dirinya, meskipun dalam kenyataan sehari-hari, Lansia sering tidak menghiraukannya karena merasa malas. Beberapa sebab yang membuat Lansia malas untuk melakukan aktivitas seperti merawat kebersihan diri antara lain Lansia lebih sulit untuk dapat berdiri, tidak dapat lagi berjalan jarak jauh, timbul rasa sakit jika ingin bergerak cepat, tidak dapat berdiri lama, bergerak lebih lamban dan memerlukan perhatian lebih banyak dalam penanganan hal-hal tertentu (Stevens, 1999). Keluarga yang sering mengingatkan Lansia untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi, belum menjamin Lansia tersebut mengerjakannya karena keluarga hanya sekedar mengingatkan atau menganjurkan Lansia untuk merawat kebersihan diri tanpa ada suatu tindakan mengontrol Lansia benar-benar mengerjakannya atau Lansia mengerjakannya tetapi tidak benar. Seperti halnya dalam penelitian ini terdapat Lansia yang mandi pagi dan sore hari namun tidak menggunakan sabun. Dalam hal peran perawat keluarga (menyediakan fasilitas dan membantu), sebagian besar keluarga tidak berperan baik dalam membantu Lansia secara langsung dalam memelihara kebersihan diri Lansia dan terdapat keluarga yang tidak menyediakan fasilitas seperti peralatan yang menunjang untuk menjaga kebersihan diri karena keterbatasan ekonomi. Tingkat pendapatan keluarga yang baik dan meningkat, akan mendorong kebersihan diri semakin baik. Seperti yang di ungkapkan Geismer dan La Sorte (dalam Nugroho, 2000) bahwa tingkat ekonomi dalam suatu keluarga dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk kebersihan diri. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang maka orang tersebut akan lebih memperhatikan dirinya supaya tidak sering terserang suatu penyakit yaitu dengan cara merawat diri. Begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat ekonomi seseorang maka orang tersebut tidak memperhatikan kebersihannya. Dalam observasi kebersihan diri Lansia, ditemukan bahwa hampir semua Lansia memiliki rambut yang kotor serta banyak gigi yang tanggal. Dalam observasi kebersihan diri ini tampak adanya kurangnya pemeliharaan kebersihan diri Lansia seperti banyak Lansia yang tidak membersihkan mulut. Mereka beranggapan bahwa seseorang yang sudah tidak memiliki gigi tidak perlu lagi membersihkan mulutnya. Selain itu banyak Lansia yang pernah mengalami sakit mata karena debu di daerah itu yang sangat banyak. Para Lansia laki-laki juga terdapat kulit yang kotor karena debu yang menempel di tubuhnya karena memiliki kebiasaan tidak menggunakan baju. Selain itu Lansia jarang mandi atau mandi tanpa menggunakan sabun sehingga tubuh banyak panu.

Dalam penelitian ini Lansia jarang sekali memeriksakan diri (check up) ke tenaga kesehatan seperti Puskesmas dan tidak pernah mengikuti Posyandu Lansia. Layanan kesehatan di Desa Sei Sahut juga tidak dapat berjalan optimal karena keberadaan Puskesmas Pembantu dan Posyandu Lansia tidak berfungsi lagi serta jarak Puskesmas Umum yang cukup jauh. Secara umum dalam penelitian ini, keluarga kurang memperhatikan kebersihan diri Lansia. Keluarga menganggap, para Lansia yang masih sehat dan bisa mengerjakan pekerjaan sehari-hari dengan mandiri tidak perlu untuk dibantu merawat kebersihan diri. Mereka tidak mengerti bahwa Lansia mengalami degenerasi serta demensia yang membuat dirinya bergantung pada orang lain terlebih dalam merawat kebersihan diri supaya tidak mudah terserang penyakit. Seperti yang dikatakan Zainuddin (2002), bahwa dalam aspek biologis, Lansia mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan penurunan secara fisik sehingga kebersihannya menjadi kurang terawat. Dan dalam aspek psikologis, pada lanjut usia mengalami penurunan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, dan memori (Maryam, 2008). Menurut Erickson (dalam Maryam, 2008) pada Lansia terdapat tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi, antara lain mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun, mempersiapkan diri untuk pensiun, membentuk hubungan baik dengan orang seusianya, mempersiapkan kehidupan baru, melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/ masyarakat, mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan. Kaitan kondisi internal Lansia dengan tugas-tugas perkembangan Lansia yakni Lansia memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi tugas perkembangannya sehingga apabila tugas perkembangan tersebut berhasil terpenuhi akan membawa kebahagiaan dan membantu penyelesaian tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Sedangkan jika gagal diselesaikan, akan mengakibatkan ketidakbahagiaan, penolakan dari lingkungan, dan kesulitan dalam menghadapi tugas perkembangan selanjutnya. Sejalan dengan kemunduran fisik Lansia, peran keluarga sangat diperlukan dalam menjaga kebersihan diri Lansia karena suatu keluarga terdiri dari anggota yang saling ketergantungan satu sama lainnya dan berpengaruh dengan yang lainnya. Keluarga Lansia merupakan orang terdekat Lansia yang sangat berarti dalam membantu Lansia menemukan rasa percaya diri tentang pentingnya kebersihan diri. Sebagai unit sosial, keluarga seharusnya mampu menunjukkan tata cara kebersihan diri melalui rasa cinta kasih, kasih sayang, kepada orang tua mereka sebagai Lansia, sehingga akan berdampak bagi kesejahteraan hidupnya.

You might also like