You are on page 1of 14

BAB IV KAJIAN ASUHAN

ASI merupakan malanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi baru lahir. ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi akan energi dan gizi selama 4-6 bulan pertama kehidupannya, sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Selain sebagai sumber energi dan zat gizi, pemberian ASI juga merupakan media untuk menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayinya. Hubungan ini akan menghantarkan kasih sayang dan perlindungan ibu kepada bayinya serta memikat kemesraan bayi terhadap ibunya, sehingga terjalin hubungan yang harmonis dan erat. Namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui bayinya atau menghentikan menyusui lebih dini. Untuk itu dalam Bab pembahasan ini akan dibahas Mengapa ASI Ekslusif tidak diberikan, dan kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi tidak diberikannya ASI Ekslusif. Penelitian dan pengamatan yang dilakukan diberbagai daerah menunjukkan dengan jelas adanya kecenderungan meningkatkannya jumlah ibu yang tidak menyusui bayi ini dimulai di kota terutama pada kelomopk ibu dan keluarga yang berpenghasilan cukup, yang kemudian menjalar ke daerah pinggiran kota dan menyebar sampai ke desa-desa. Banyak hal yang menyebabkan ASI Ekslusif tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh. Antara lain: a. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga. Hubungan kerabat yang luas di daerah pedesaan menjadi renggang setelah keluarga pindah ke kota. Pengaruh orang tua seperti nenek, kakek, mertua dan orang terpandang dilingkungan keluarga secara berangsur menjadi berkurang, karena mereka

itu umumnya tetap tinggal di desa sehingga pengalaman mereka dalam merawat makanan bayi tidak dapat diwariskan. b. Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan Teknologi pembuatan makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu buatan bayi, mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan lain. c. Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi menyebabkan ibu beranggapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik dari ASI d. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-tugas sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan dirumah. e. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai salah satu simbol bagi kehidupan tingkat sosial yan lebih tinggi, terdidik dan mengikuti perkembangan zaman. f. Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang. g. Pengaruh melahirkan dirumah sakit atau klinik bersalin. Belum semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta praktek yang keliru dengan memberikan susu botol kepada bayi yang baru lahir. Berdasarkan hasil penelitian Nutrients ISSN 2072-664

www.mdpi.com/journal/nutrients Breastfeeding Promotion, Support and Protection: Review of Six Country Programmes

Challenges and obstacles to adoption of recommended breastfeeding practices. Levels Main Challenges and Problems Identified Household/ Individual Lack of infant feeding knowledge and skills among caregivers -Lack of knowledge of benefits of breastfeeding and the importance of exclusive breastfeeding. -Assumption that breast milk is not enough to nourish infants. -Lack of infant feeding skills, such as proper positioning and attachment and appropriate complementary feeding. -Lack of understanding that insufficient milk is due to poor suckling techniques and not feeding frequently enough.

Lack of family support -Extended family members encouraging mothers to give other liquids and foods early. -Family members not able to support mothers through help with household tasks or other children. Nutrients 2012, 4 Cultural beliefs and practices Health facility/ Community -Prelacteal feeds, delayed initiation, and discarding of colostrum. -Giving water, herbal teas, watery porridges, and other drinks within the first six months. -Using feeding bottles and various breastmilk substitutes. -Poor complementary feeding practices such as delaying introduction beyond six months of age and/or giving foods with insufficient variety, energy density, or feeding frequency. Unsupportive health facility and community-based services -Health facility practices not conducive to the establishment of good breastfeeding practices. -Limited knowledge on IYCF and lactation management, complementary feeding, and counseling skills among health providers and community volunteers. -Lack of time to provide the needed IYCF support by the health providers and community volunteers. -Poor supervision and monitoring of staff and volunteers trained to provide IYCF support. National/ Sub-National Unsupportive work environment

-Limited or no maternity leave. -Inflexible working hours and lack of breastfeeding breaks. -No breastfeeding rooms or space for expressing and storing breast milk. Commercial pressures --Widespread advertising of breastmilk substitutes through print media, radio, television, and billboard advertisements. -Provision of gifts and incentives to influence health workers to promote formula products. -Lack of monitoring and enforcement of marketing regulations for breastmilk substitutes. Administrative and political challenges -Weak national commitment to IYCF and nutrition and inadequate resources. -Poor coordination among government offices and partners. Lack of integrated, cost-effective and sustained approaches to address health and nutrition needs. Rapid turnover of administrative, health service, as well as, community staff and volunteers with IYCF skills. Small-scale and fragmented community-based services. Factors for successful programming. Levels Main Programme Success Factors Identified Community - Community outreach and engagement of community leaders. - Interpersonal counselling and problem-solving skills of health providers and community workers to foster trial and adoption of improved feeding practices.

- Formative research to develop a continuous, comprehensive communication strategy on IYCF that uses multiple channels and addresses specific barriers to optimal practices. Health facility - Timed and targeted IYCF counselling by health workers at critical times when mothers make feeding decisions and require support. - Effective implementation of the Ten Steps for Successful Breastfeeding in countries with high levels of institutional deliveries. - Pre-service education on key aspects of IYCF, including adequate clinical practice, to strengthen health workers IYCF-related knowledge and skills. Sub-national/ National - Engagement of a diverse set of partners. - Integration of IYCF into existing programme platforms. - Continuous, effective leadership. - An appropriate balance and coordination of policy/advocacy, health services, and community-based interventions aimed at achieving results, scale, and sustainability. - Respected, dedicated and trustworthy champions of breastfeeding. - Evidence-based advocacy to address lack of awareness, complacency, controversy, and competing priorities. - National codes of marketing of breast milk substitutes with strong monitoring and enforcement mechanisms to diminish the influence of infant formula companies. International - International leadership through policy and programmatic guidance (e.g., Innocenti Declaration on the Protection, Promotion and Support of Breastfeeding, the Baby Friendly Hospital Initiative, and the Global Strategy for IYCF).

Sering juga ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa, baik karena faktor intern dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada putting susu yang sering menyebabkan rasa nyeri, kelainan pada putting susu dan adanya penyakit tertentu seperti tuberkolose, malaria yang merupakan alasan untuk tidak menganjurkan ibu menyusui bayinya, demikian juga ibu yang gizinya tidak baik akan menghasilkan ASI dalam jumlah yang relatif lebih sedikit dibandingkan ibu yang sehat dan gizinya baik. Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti bayi lahir sebelum waktunya (prematur) atau bayi lahir dengan berat badan yang sangat rendah yang mungkin masih telalu lemah abaila mengisap ASI dari payudara ibunya, serta bayi yang dalam keadaan sakit. Memburuknya gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai cara cara pemberian ASI kepada anaknya. Berbagai aspek kehidupan kota telah membawa pengaruh terhadap banyak para ibu untuk tidak menyusui bayinya, padahal makanan penganti yang bergizi tinggi jauh dari jangkauan mereka. Kurangnya pengertian dan pengertahuuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu formula).Kesehatan/status gizi bayi/anak serta kelangsungan hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi. Pada penelitian di Pakisttan dimana tingkat kematian anak pada ibu ibu yang lama pendidikannya 5 tahun adalah 50 % lebih rendah daripada ibu ibu yang buta huruf. Demikian juga di Indonesiabahwa pemberian makanan padat yang terlalu

dini.Sebahagian besar dilakukan oleh ibu- ibu yang berpendidikan rendah , agaknya faktor ketidaktauanlah yang menyebabkannya. Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap ibu terhadap lingkungan sosialnya dan kebudayaan dimana dia dididik. Apabila pemikiran tentang menyusui dianggap tidak sopan dan memerlukan , maka let down reflex (reflex keluar) akan terhambat. Sama halnya suatu kebudayaan tidak mencela penyusunan, maka pengisapan akan tidak terbatas dan du demand (permintaan) akan menolong pengeluaran ASI. Selain itu kemampuan ibu yang seusianya lebih tua juga amat rendah produksi ASInya, sehingga bayi cendrung mengalami malnutrisi. Alasan lain ibu ibu tidak menyusui bayinya adalah karena ibu tersebut secara tidak sadar berpendapat bahwa menyusui hanya ibu merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk potongan dan ukuran tubuhnya. Kendala lain yang dihadapi dalam upaya peningkatan penggunaan ASI adalah sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Konsep baru tentang pemberian ASI dan mengenai hal hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersaliin, ibu menyusui dan bayi baaru lahir. Disamping itu juga sikap sementara penaggung jawab ruang bersaliiin dan perawatan dirumah sakit,rumah bersalinn yang berlangsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau mengusahakan agar iibu mampu memberikan ASI kepada bayinya, serta belum diterapkannya pelayanan rawat disebagian besar rumah sakit /klinik bersalin.

Semua faktor faktor terebut diatas yang dianggap sebagai penyebab semakin melorotnya kegiatan meminumkan air susu ibu ke kalangan para ibu ibu saat ini. Oleh sebab itu upaya yang dapat dilakukan antara lain : a. Motivasi untuk menyusui. Di daerah pedesaan menyusui anak terlihat sebagai suatu proses yang normal, dan tidak dilakukan sembunyi-sembunyi. Ibu-ibu tidak malu menyusui bayinya. Kebiasaan itu adpat diciptakan suatu kondisi dan gairah bagi para gadis yang melihatnya, sehingga ada kemauan naluriah melakukan hal yang sama. Bila tumbuh menjadi besar dan punya anak meeka ingin melakukan hal yang serupa. Sebaliknya, kebiasaan ibu-ibu di kota yang malu-nalu serta sembunyi-sembunyi menyusui bayinya, tentu akan banyak mempengaruhi tabiat gadis-gadis disekitarnya untuk berbuat sama, dan menyusui anak merupakan sesuatu hal yang harus dihindarkan. Ibu-ibu harus dibangkitkan kemauan dan kesediannya untuk menyusui anaknya, terutama sebelum melahirkan. Dan bila menyusui, hendaknya ditingkatkan pada masyarakat, pengertian tersebut harus ditanamkan pada anak-anak gadis sejak masih usia muda, bahwa menyusui anak merupakan bagian dari tugas biologis seorang ibu. Didaerah perkotaan, sasaran yang harus diberi pendidikan adalah para gadis remaja. Didaerah pedesaan, pendidikan harus diarahkan untuk tujuan mencegah marasmus. Perkembangan teknologi yang telah dapat menciptakan humanized milk menyebabkan nilai ASI dan kebiasaan menyusui yang pada hakekatnya memberikan fasilitas kemudahan pengadaan susu, murah serta praktis semakin kurang diminati dan dihindari. Kemajuan dibidang kesehatan lingkungan dan industri makanan sapihan membuat segalanya menjadi sangat praktis sehingga para ibu lebih cenderung menggunakan susu botol. Untuk mengatasi masalah tersebut, ibu-ibu yang mampu harus

dihimbau dan diberi motivasi agar kembali pada praktek menyusui anak sendiri. Karena hal itu mendatangkan keuntungan bagi hubungan ibu dan anak dan terutama karena hal itu memenuhi ciri dan kodrat manusia. Keterampilan Menyusui Banyak permasalahan dalam menyusui seperti (nyeri pada puting susu, susu yang jumlahnya sedikit, atau ibu tidak nyaman dalam menyusui) bisa dipecahkan dengan meningkatkan teknik dasar dalam menyusui, khususnya dalam memposisikan ibu dan bayi dengan benar. Posisi Ibu : Duduklah dengan nyaman dan carilah posisi yang paling nyaman ketika duduk diatas kursi, atau kursi goyang, kursi berlengan atau bahkan duduk diatas kasur dengan bersandar pada dinding atau sandaran kasur. Letakkan bantal dibelakang punggung, dan dibawah lengan yang akan memberikan tumpuan ketika ibu menggendong bayi. Gunakan tumpuan kaki atau pijakan bila ibu duduk, khususnya bila menggunakan kursi yang cukup tinggi. Bisa juga ibu bersandar pada sandaran kasur dengan posisi menghadap bayi dengan menggunakan bantal sebagai penyangga kepala, leher, punggung dan kaki bagian atas. Posisi bayi : Disarankan untuk memulai persiapan pemberian ASI dengan mengenakan pakaian yang sederhana pada bayi atau bahkan tidak mengenakan pakaian, untuk meningkatkan kontak dengan ibu.

Baringkan bayi dalam dekapan ibu, dengan posisi menghadap payudara. Posisi leher pada lipatan lengan, badan terbaring disepanjang lengan dan pantat dipegang oleh tangan.

Setelah itu putarlah tubuh bayi sedemikian rupa sehingga posisi bayi berhadapan dengan badan ibu.

Posisi tubuh bayi harus dalam kedaan tegak lurus menghadap tubuh ibu, jangan memutar leher bayi untuk mencapai putting susu ibu.

Jika posisi bayi kurang tinggi, gunakan bantal untuk menyangga lengan. Posisikan lengan bayi dengan baik, lengan bawah diposisikan di bawah payudara dan lengan yang atas bila mengganggu bisa ditahan dengan menggunakan ibu jari lengan yang menggendong.

Posisi payudara : Hal yang pertama perlu dilakukan dalam persiapan payudara menjelang menyusui. Secara manual pijatlah payudara untuk mendapatkan beberapa tetes ASI pada puting ibu, hal ini akan melembabkan payudara ibu. Tahanlah payudara, beban payudara ditahan dengan telapak tangan dan jarijemari di bawahnya dan ibu jari di atasnya. Jauhkan jari dari daerah areola, sehingga menjauhi daerah tempat bayi menghisap susu, hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi. Memulai menyusui : Dekatkan mulut bayi pada puting yang sudah lembab tadi, lalu pijatlah bibir bayi dengan lembut untuk merangsang refleks menghisap pada bayi. Ketika mulut bayi terbuka, segeralah melekatkan mulut bayi di tengah payudara dan dekatlah bayi dengan erat ke tubuh ibu.

Pastikan bayi menghisap hingga areola payudara bukan puting susu ibu, dengan ini nyeri pada payudara selama menyusui bisa dihindari.

Buatlah penyesuaian dengan irama pernafasan bayi. Ketika bayi sudah menghisap ASI dengan baik maka pastikan kita mengatur posisi payudara dengan baik, tahan berat payudara dengan tangan sehingga berat payudara tidak seluruhnya membebani mulut dan bibir bayi.

Hal terakhir yang cukup penting adalah, ketika kita akan menghentikan pemberian ASI, jangan menarik mulut bayi dari payudara ketika bayi masih menghisap. Maka hentikan dahulu hisapan bayi lalu jauhkan bayi dari payudara dengan perlahan-lahan, hal ini bertujuan agar penghentian menyusui ini tidak melukai payudara, yang bisa berakibat nyeri hingga infeksi payudara.

TANDA CUKUP ASI Banyak ibu yang kurang memperhatikan apakah bayinya sudah cukup mendapatkan ASI, atau bahkan banyak juga ibu yang bingung dengan berapa banyak atau berapa sering pemberian ASI yang baik itu. Oleh karena itu, berbagai tanda dibawah ini dapat dijadikan pedoman untuk mengevaluasi kecukupan pemberian ASI, yaitu : Bayi menunjukan keinginan dan gairah yang kuat untuk bangun secara teratur untuk menyusui. Irama hisapan yang ritmis dan teratur, bagian depan telinga bayi akan terlihat sedikit bergerak dan ibu bisa mendengar bayinya menghisap dan menelan ASI yang diberikan. Berikan ASI selama rata-rata 15-20 menit pada masng-masing payudara setiap menyusui.

Berikan ASI setidaknya setiap 1-3 jam selama dua bulan pertama. Disarankan juga untuk membangunkan bayi setiap 2-3 jam untuk memberikan ASI selama beberapa minggu awal. Setelah lebih dari dua bulan bayi akan mampu menghabiskan ASI lebih cepat, maka pemberian ASI dilakukan lebih jarang hingga setiap 3-5 jam dan durasi menyusui menjadi lebih singkat.

Bayi ngompol hingga 6-8 kali menandakan masukan cairan yang cukup. Bayi tubuh dengan kecepatan pertumbuhan yang normal, mengalami peningkatan berat, tinggi badan, dan ukuran lingkar kepala.

Memiliki tonus otot yang baik, kulit yang sehat dan warna kulit yang sehat pula

TIPS SUKSES ASI EKSKLUSIF Ini tips dari aku yang sukses ASI eksklusif sampai 6 bulan walaupun ASI-ku tidak termasuk yang berlimpah dan sukses KB alamiah sampai si kecil 7 bulan. 1. Susui bayi sesering mungkin. Payudara kanan dan kiri. Jangan dijadwalkan. Produksi ASI mengikuti hukum permintaan, semakin sering dihisap, maka semakin banyak berproduksi. 2. Pompa payudara sehabis menyusui. Payudara yang kosong akan mempercepat produksi ASI. 3. Jangan terlalu cepat memindahkan posisi menyusui dari payudara kiri ke kanan, dan sebaliknya. ASI yang keluar setelah 15 menit pertama justru banyak mengandung semakin

lemak yang dapat mengenyangkan bayi. Jangan lakukan posisi menyusui tiduran sampe ketiduran kalau ibus punya kebiasaan tidur pingsan. Bisa2 bayinya ketindihan dan gak bisa bernafas.

4. Makan makanan yang bergizi dan minum cairan yang cukup banyak. Bisa air putih, jus buah, susu rendah lemak, kuah makanan. Makanannya usahakan banyak sayur hijau dan makanan laut. Daun katuk segar lebih cepat menghasilkan daripada suplemen seperti Pro ASI atawa Lancar ASI. Jangan pikirkan diet dulu. Melangsingkan tubuh bisa dilakukan kapan saja sementara menyusui waktunya cuma sebentar sementara manfaat baiknya untuk bayi adalah untuk kecerdasan dan daya tahan tubuhnya. 5. Minum madu juga sangat bermanfaat 6. Ibu harus cukup istirahat dan jangan stres! Stres bikin ASI mendadak kering. 7. Kalau bayi masih tampak kurang puas juga, pompa ASI dan masukkan ke botol untuk diberikan ke bayi. Tapi sebenarnya penggunaan dot tidak dianjurkan paling tidak sampai usia bayi 6 bulan sebab dapat mengganggu perkembangan sistem syaraf dan struktur tulang kepala. 8. Ini yang paling penting, yaitu RASA PERCAYA DIRI bahwa kita MAMPU untuk memberikan yang terbaik untuk bayi kita yaitu ASI. Memberikan ASI eksklusif terutama sangat dianjurkan untuk bayi2 yang dilahirkan dengan cara caesar. Bayi caesar mengalami intensitas kesakitan yang sangat tinggi dibandingkan dengan bayi lahir normal yang sudah mengalami exercise dalam proses kelahiran sebelum khirnya muncul ke dunia dan beradaptasi dengan dunia luar.

Dengan memberikan ASI, maka dapat membantu mencegah infeksi dan mengurangi rasa akit yang diderita bayi.

You might also like