You are on page 1of 55

Submit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi termasuk penyakit dengan prevalensi terbesar di seluruh dunia. Kondisi ini menjadi tantangan dalam kesehatan masyarakat, karena tingginya morbiditas dan mortalitas, serta biaya yang harus dikeluarkan pasien. Selama beberapa dekade, walaupun telah dilakukan berbagai penelitian, pelatihan serta edukasi pada masyarakat dan dokter, prevalensi penyakit ini tetap meningkat. Hal ini dikarenakan, belum ada perubahan yang berarti dari gaya hidup di masyarakat saat ini.14 Berdasarkan laporan WHO dan CDC (2002), diperkirakan penderita hipertensi di seluruh dunia berjumlah 600 juta orang, dengan 3 juta kematian setiap tahun. Di Amerika diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi, dan stroke merupakan masalah utama. Oleh sebab itu, Amerika telah mengharuskan penduduk yang berusia di atas 20 tahun untuk memeriksakan tekanan darahnya minimal 1 kali dalam 2 tahun.1 3 ,1 5 Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga RI tahun 2001, data Pola Penyebab Kematian Umum di Indonesia, penyakit jantung dan pembuluh darah 2 dianggap sebagai pembunuh no 1 di Indonesia. Hasil survey juga menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan pria.3 ,9

Di Indonesia, menurut Prof. dr. Syakib Bakri, Sp. PD-KGH dari Universitas Hasanudin dari hasil wawancara tahun 2008, Makassar, secara umum pada orang dewasa di atas 20 tahun, prevalensinya adalah sekitar 15-20%. Tetapi berdasarkan prevalensi perkelompok usia, semakin tua usia, semakin besar risiko hipertensi. Sehingga prevalensi di atas usia 70 tahun itu sekitar 70 %, di atas 60 tahun 50% dan di atas 40 tahun 30%.14 Faktor risiko hipertensi meliputi faktor genetik, karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin dan ras, serta faktor lain seperti asupan natrium, obesitas dan stress. Faktor lingkungan sosiodemografi seperti sosial ekonomi, dan penuaan populasi juga berperan penting terhadap kejadian hipertensi melalui mekanisme pola diet, aktifitas fisik, stress, dan akses pelayanan kesehatan.1 5 Penelitian menunjukkan bahwa sampai saat ini hipertensi masihunde r diagnosis, under treatment, dan belum tercapai pengendalian tekanan darah yang optimal pada penderita yang diberi terapi. Hipertensi disebut juga sebagaisi l ent disease karena tidak menunjukkan gejala; sekitar 32% penderita hipertensi tidak menyadari bahwa mereka mengalami hipertensi. Hipertensi memiliki potensi untuk menimbulkan masalah kesehatan yang lebih besar. Hipertensi dapat dicegah jika faktor-faktor resikonya lebih awal dikendalikan. Pendeteksian dini dan kepatuhan minum obat bagi penderita hipertensi adalah kunci untuk mengendalikan hipertensi.5,9 3 Untuk Puskesmas Aeng Towa sendiri, menurut laporan tahun 2008 hipertensi masuk ke dalam kelompok sepuluh penyakit terbanyak. Hipertensi berada di urutan ke tujuh dengan presentasi sebesar 3,6% dari 7721 angka kesakitan yang ada di puskesmas ini.11 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi penyakit hipertensi di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008. 1.2. Rumusan Masalah Pengendalian terhadap faktor resiko hipertensi dan kepatuhan pengobatan merupakan sentral dari pengendalian kasus hipertensi dan pencegahan terhadap komplikasi yang berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian yang dilakukan di Puskesmas Aeng Towa, Kec. Galesong Utara ini dilakukan untuk mengetahui : 1) Bagaimanakah distribusi penyakit hipertensi menurut golongan umur di Puskesmas Aeng Towa? 2) Bagaimanakah distribusi penyakit hipertensi menurut jenis kelamin di Puskesmas Aeng Towa? 3) Bagaimanakah distribusi penyakit hipertensi menurut derajat hipertensi di

Puskesmas Aeng Towa? 4) Bagaimanakah distribusi derajat hipertensi berdasarkan golongan umur di Puskesmas Aeng Towa? 4 5) Bagaimanakah distribusi derajat hipertensi berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Aeng Towa? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum. Untuk memperoleh informasi mengenai distribusi penyakit hipertensi di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008. Tujuan Khusus. 1) Untuk mengetahui jumlah penderita hipertensi di Puskesmas Aeng Towa. 2) Untuk mengetahui distribusi penyakit hipertensi berdasarkan umur dan jenis kelamin. 3) Untuk mengetahui distribusi penyakit hipertensi berdasarkan pembagian derajat hipertensinya. 4) Untuk mengetahui distribusi derajat hipertensi berdasarkan golongan umur. 5) Untuk mengetahui distribusi derajat hipertensi berdasarkan jenis kelamin. 1.4. Manfaat Penelitian 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah daerah mengenai distribusi penyakit hipertensi di Puskesmas Aeng Towa. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Dinas Kesehatan mengenai distribusi penyakit hipertensi di Puskesmas Aeng Towa 5 dalam pengendalian terhadap faktor-faktor risiko serta pencegahan terhadap komplikasi. 3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi peneliti lain,

mengenai distribusi penyakit hipertensi di Puskesmas Aeng Towa. 4) Hasil penelitian ini bermanfaat dalam penyelesaian studi peneliti dan berguna untuk kemajuan dalam penelitian di bidang kedokteran. 5) Sebagai pengalaman yang berharga bagi peneliti sendiri dalam rangka memperluas wawasan mengenai kesehatan dan pengembangan kemampuan peneliti terutama di bidang penelitian. 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Hipertensi Hipertensi adalah penyakit dimana tekanan darah melampaui tekanan darah normal. BerdasarkanThe Joint National Committee on Prevention, detection, evaluation and treatment ofhigh blood pressure (JNC) VIItahun 2003, tekanan darah disebut normal apabila tekanan sistolik < 120 mmHg dan tekanan diastolik < 80 mmHg.9 Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease karena penderita umumnya tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.9 Hipertensi lama atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan organ pada jantung, otak, ginjal, mata dan pembuluh darah perifer. Hipertensi juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke dan gagal jantung kongestif.9 2.2. Etiologi Hipertensi Berdasarkan penyebabnya, hipetensi dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi essensial/primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial/primer adalah jenis hipertensi yang penyebabnya masih belum dapat diketahui. Sekitar 90% penderita

7 hipertensi menderita jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan pengobatan lebih banyaklagi ditujukan bagi penderita hipertensi essensial.Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, penyakit kelenjar adrenal atau pemakaian obat-obatan seperti pil KB, kortikosteroid, simpatomimetik amin (efedrin, fenilefrin, fenilpropanolamin, amfetamin), siklosporin, dan eritropoetin.9

Berdasarkan hasil dari beberapa randomized clinical drug trials, hipertensi telah didefenisikan dan diklasifikasikan berdasarkan tingkatan tekanan darah. Klasifikasi ini telah ditetapkan oleh The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation andTreatment of High Blood Pressure (JNC VII) pada tahun 2003, yang dapat dilihat pada tabel berikut.2 ,1 0 Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa ( > 18 tahun ) Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Normal Pre Hipertensi Hipertensi Stage 1 Stage 2 <120 120 139 140 159 160 dan atau atau atau <80 80 89 90 99 100 Sumber :T he Joint National Committee VII (JNC)

(dikutip dari kepustakaan : 9) Berdasarkan klasifikasi tersebut maka hipertensi digolongkan berdasarkan salah satu besaran tekanan sistolik atau diastolik. Setiap orang dengan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau diastolic 90 mmHg didiagnosis hipertensi, sedangkan

8 defenisi WHO terdahulu berdasarkan kedua tekanan sistolik maupun diastolik, yaitu jika sistolik 160 mmHg dan diastolik 95 mmHg. Dengan pergantian defenisi ini prevalensi hipertensi menjadi 2 kali lipat.10 Selain berdasarkan penyebab hipertensi dan tingkat tekanan darah, ada juga pembagian hipertensi berdasarkan kerusakan organ, yang dapat terlihat pada tabel di bawah ini.5 Tabel 2.2 Pembagian Hipertensi Berkaitan dengan Kerusakan Organ Stage Sign III III No objective signs af organic of organ damage At least one of the following signs of organ of damage -Left ventricular hypertrophy (X-Ray film, EKG, echocardiogram). - Generalised and focal narrowing of retinal arteries - Proteinuria or slightly raised plasma creatinine concentration (106 177 umol/l) or both. - Ultrasound or radiological evidence of atherosclerosic plaque (carotid arteries, aorta, iliac and femoral arteries). Both symptoms and signs have appeared as result of organ damage including. - Heart : Angina pectoris, myocardial infark, heart failure. - Brain : TIA, Stroke, hypertensive encephalopathy. - Optic fundus : retinal haemorragic and exudates with or without papil oedeme. - Kidney : Plasma creatinine concentration > 177

umol/l, renal failure. - Vessels : dissecting aneurysm, symptomatic arterial occlusive disease. Sumber : Maj. Kedokteran Damianus. Vol. 6. No.2. Mei 2007 9 2.3. Epidemiologi Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama di dunia, mengenai hampir 50 juta orang di Amerika Serikat, dan hampir 1 miliar orang di seluruh dunia. Prevalensi hipertensi meningkat sesuai perkembangan usia. Penelitian Framingham study menunjukkan bahwa pada individu berusia lebih dari 55 tahun, memiliki kemungkinan sebesar 90% untuk menjadi hipertensi.1 7 Menurut WHO (2002), hipertensi sebagai bagian dari penyakit kardiovaskuler (PKV), menjadi pembunuh nomor satu di dunia dengan korban sebesar 12 juta tahun atau 20% - 50% dari seluruh kematian. Hipertensi sering dijumpai pada individu yang menderita DM, dimana diperkirakan prevalensinya mencapai 50% - 70%.1 ,1 3 Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, data Pola Penyebab Kematian Umum di Indonesia, penyakit jantung dan pembuluh darah dianggap sebagai penyakit pembunuh nomor 1 di Indonesia. Penyakit tersebut timbul karena berbagai faktor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi, dislipidemia, diabetes mellitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari faktor risiko di atas yang sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas, dislipidemia, dan diabetes mellitus. Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8,3%. Survei faktor risiko penyakit kardiovaskular (PKV) oleh proyek WHO di Jakarta, menunjukkan angka prevalensi hipertensi dengan tekanan darah 160/90 masing-masing pada pria adalah 13,6% (1988), 16,5% (1993), dan 12,1% (2000). Pada wanita, angka prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 50 tahun berkisar antara 15% - 20%. Survei di pedesaan Bali (2004) menemukan 10 prevalensi pria sebesar 46,2% dan 53,9% pada wanita. (14a) Banyak penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6 15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya.1 ,3 2.4. Patofisiologi Patofisiologi atau mekanisme dari hipertensi merupakan suatu proses yang kompleks . Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi essensial/primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial/primer adalah jenis hipertensi yang penyebabnya masih belum dapat diketahui. Sekitar 90% penderita hipertensi menderita jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan pengobatan terus diarahkan untuk mengatasi hipertensi ini.12

Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor faktor yang mendorong timbulnya kenaikan darah tersebut adalah :12 y Faktor risiko, seperti : diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, genetis ySistem saraf simpatis 11 yKeseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan interstisium juga memberikan kontribusi akhir. yPengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem RAA. Hipertensi Sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain karena kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, penyakit kelenjar adrenal atau pemakaian obat seperti pil KB, kortikosteroid, simpatometik amin (efedrin, fenilefrin, amfetamin), siklosporin, dan eritropoetin.9 Di dalam tubuh terdapat sistem yang mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Berdasarkan kecepatan reaksinya, sistem kontrol tersebut dibedakan dalam sistem yang bereaksi segera, yang bereaksi kurang cepat dan yang bereaksi dalam jangka panjang.8 Refleks kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera. Sebagai contoh adalah baroreseptor yang terletak pada sinus karotis dan arkus aorta yang berfungsi mendeteksi perubahan tekanan darah. Contoh lain sistem kontrol saraf terhadap tekanan darah yang bereaksi segera adalah reflex kemoreseptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan reflex yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos.8 Perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormone angiotensin dan vasopressin termasuk sistem kontrol yang 12 bereaksi kurang cepat. Kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal. Jadi terlihat bahwa sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai oleh sistem yang bereaksi cepat diikuti oleh sistem yang bereaksi kurang cepat dan dilanjutkan oleh sistem yang poten yang berlangsung dalam jangka panjang.8

Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat disebabkan oleh reflex autoregulasi. Yang dimaksud reflex autoregulasi ialah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh karena curah jantung yang meningkat terjadi kontriksi sfingter prekapiler yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer.8 Peningkatan tahanan perifer pada hipertensi primer terjadi secara bertahap dalam waktu lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, diduga terdapat faktor lain selain faktor hemodinamik yang berperan pada hipertensi primer. Secara pasti belum diketahui faktor hormonal atau perubahan anatomi yang terjadi pada pembuluh darah yang berpengaruh pada proses tersebut. Kelainan hemodinamik tersebut diikuti pula dengan kelainan structural pembuluh darah dan jantung, pada pembuluh darah terjadi hipertrofi dinding, sedangkan pada jantung terjadi penebalan dinding ventrikel.8 13 Sistem rennin, angiotensin, dan aldosteron berperan pada timbulnya hipertensi, mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angitensin Iconverting anzyme (ACE). ACE berperan secara fisiologis dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angitensinogen yang dibentuk di hati.1 4 Selanjutnya oleh hormon rennin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II, yang memegang peranan penting dalam menaikkan tekanan darah melalui dua jalur utama.1 4 Pertama adalah dengan meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi oleh kelenjar hipofisis dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang dikeluarkan dari tubuh sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian interseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.14 Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormone steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl dengan cara mereabsorbsi dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.1 4 14 Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer.1 7

Seperti yang telah dikemukakan diawal bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah bukan hanya berasal dari dalam, namun terdapat pula faktor-faktor demografi yang mempengaruhi, antara lain: usia, jenis kelamin, ras, status perkawinan, status pendidikan, riwayat penyakit keluarga, riwayat pekerjaan, kebiasaan, diet, dan obesitas.17 y Usia - Berbagai perubahan fisiologik berlaku seiring dengan peningkatan usia. Pada pasien yang berusia kurang dari 50 tahun yang menderita hipertensi, secara tipikal mengalami hipertensi kombinasi sistolik dan diastolik. Pada hipertensi ini kelainan hemodinamik yang utama adalah vasokonstriksi pada arteriole. Tetapi, pada penderita hipertensi lebih dari 50 tahun biasanya mengalami hipertensi sistolik saja, yaitu tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik <90 mmHg. Kelainan hemodinamik yang berlaku pada kondisi ini adalah penurunan disentibilitas arteriarteri besar.6 y Jenis Kelamin prevalensi hipertensi dibawah umur 50 tahun pada perempuan disbanding dengan laki-laki menunjukkan possibilitas terdapatnya kaitan dengan efek protektif estrogen. Setelah menopause, prevalensi hipertensi meningkat dengan cepat pada perempuan.6 15 y Ras Di Amerika Serikat didapati hipertensi pada orang kulit hitam Amerika pada usia lebih muda dan menyebabkan kerusakan organ yang lebih bermakna.6 y Status Perkawinan dari penelitian ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit tertentu. y Status Pendidikan status pendidikan bisa menggambarkan kelas sosial, dimana tingkat pendidikan yang lebih tinggi menggambarkan tingkat pengetahuan dan ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan. y Riwayat Penyakit Keluarga Kejadian hipertensi didapati lebih tinggi pada

individu yang mempunyai hubungan kekeluargaan dibanding dengan individu tanpa hubungan kekeluargaan dan lebih tinggi di antara kembar monozigot dibanding dengan heterozigot. Kurang lebih 70% dari kejadian hipertensi dalam suatu keluarga dihubungkan dengan faktor genetik dibanding dengan faktor lingkungan.6 y Kebiasaan Yang dimaksud dengan kebiasaan di sini adalah kebiasaan fisik, kebiasaan mengkonsumsi kafein, dan juga kebiasaan merokok. Kebiasaan 16 aktivitas fisik secara umum bisa dibagi kepada kegiatan rumah tangga dan kegiatan olahraga. Inaktivasi fisik secara kuat dan positif diasosiasi dengan hipertensi. Pada suatu penelitian American Journal of Public Health, April 2007, didapati bahwa orang dewasa muda yang berolahraga rata-rata 5 kali seminggu dan membakar kira-kira 300 kalori per sesi olahraga mengalami penurunan risiko hipertensi sebanyak 17%. Dari penelitian yang dilakukan, didapati bahwa individu yang mengkonsumsi kafein mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi. Hal ini karena kafein yang terkandung dalam kopi maupun teh. Dari studi kontrol placebo menunjukkan bahwa kafein dapat menurunkan denyut jantung, meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan katekolamin dan asam lemak bebas dalam plasma.1 6 Kebiasaan yang selanjutnya yang juga berperan dalam kenaikan tekanan darah adalah kebiasaan merokok. Konsumsi nikotin, suatu bahan kimia yang terdapat didalam rokok dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dengan menurunkan oksigen ke jantung, meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, meningkatkan pembekuan darah dan merusak sel-sel pada pembuluh darah.4 y Obesitas hipertensi karena obesitas sering dianggap sebagai salah satu bentuk khusus hipertensi, tetapi berdasarkan kebanyakan bukti mengindikasikan bahwa kelebihan berat badan merupakan penyebab terbesar terjadinya hipertensi esensial pada manusia. Obesitas menyebabkan 17 perubahan hemodinamika dan sistem kardiovaskular pada tubuh manusia. Penambahan berat badan yang cepat meningkatkan aliran darah regional, kadar curah jantung, dan denyut jantung berdasarkan studi eksperimental pada hewan dan manusia. Individu yang mengalami obesitas secara umum mengalami hipertensi karena resistensi insulin dan hiperlipidemia hasil dari peningkatan massa lemak.1 4 2.5. Evaluasi Hipertensi

Evaluasi hipertensi bertujuan untuk : 1). Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan. 2). Mencari penyebab kenaikan tekanan darah. 3). Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskular.17 Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien, riwayat penyakit terdahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisis serta pemeriksaan penunjang.17 2.5.1 Anamnesis Anamnesis atau proses wawancara merupakan langkah awal untuk penegakkan diagnosis hipertensi. Anamnesis atau wawancara bertujuan untuk menggali informasi tentang penyakit pasien. Anamnesis ini bisa dilakukan langsung dengan pasien (autoanamnesis) atau dengan keluarga pasien (heteroanamnesis). Hal18 hal yang dapat ditanyakan untuk mendapatkan informasi penyakit hipertensi meliputi:17 1. Sudah berapa lama pasien menderita hipertensi dan berapa tekanan darahnya? 2. Pertanyaan yang menunjukkan adanya indikasi hipertensi sekunder, seperti: a. Apakah ada keluarga dengan penyakit ginjal (ginjal polikistik)? b. Apakah pasien mempunyai penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian obat-obat analgesik dan obat lainnya? c. Apakah ada gejala gejala, seperti episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan dan palpitasi? (gejala tersebut di atas dapat mengindikasikan adanya penyakit feokromasitoma) d. Apakah ada gejala gejala, seperti episode lemah otot dan tetani? (gejala tersebut di atas dapat mengindikasikan adanya penyakit aldesteronisme) 3. Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan faktor faktor risiko penyakit hipertensi, seperti : a. Apakah ada riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien? b. Apakah ada riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya? c. Apakah ada riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya? d. Apakah pasien mempunyai kebiasaan merokok? e. Bagaimana dengan pola makan pasien? 19 f. Apakah pasien mengalami kegemukan dan bagaimana intensitas

olahraga pasien? g. Bagaimana kepribadian pasien ? 4. Pertanyaan pertanyaan yang menunjukkan adanya gejala kerusakan organ, seperti : a. Otak dan mata : Apakah ada gejala-gejala seperti sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, TIA,deficit sensoris atau deficit motoris? b. Jantung : Apakah ada gejala gejala seperti palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki? c. Ginjal : Apakah ada gejala gejala seperti haus, poliuria, nokturia, hematuria? d. Arteri perifer : Apakah ada gejala gejala seperti ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten? 5. Bagaimana riwayat pengobatan antihipertensi sebelumnya? 6. Apakah ada faktor lainnya yang mendukung terjadinya hipertensi, seperti faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan? 2.5.2. Pemeriksaan Fisis Pengukuran di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk di kursi setelah pasien istirahat selama 5 menit. Kaki di lantai dengan lengan pada posisi setinggi jantung. Ukuran dan peletakkan manset (panjang 12 13 cm, lebar 35 cm untuk 20 standar orrang dewasa) dan stetoskop harus benar. Pengukuran dilakukan 2 kali, dengan sela 1 5 menit.17 2.5.3. Hasil Laboratorium Tes yang direkomendasikan antara lain termasuk pemeriksaan hemoglobin, urinalisis dan pemeriksaan fungsi ginjal utnuk mendeteksi adanya hematuria, proteinuria dan sedimen, penyakit ginjal primer atau nefrosklerosis.12 2.6. Terapi Tujuan pengobatan adalah :17 y Target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi <130/80

mmHg yPenurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular y Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria 2.6.1. Terapi Nonfarmakologis Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor risiko serta penyakit penyerta lainnya. Terapi nonfarmakologis terdiri dari :17 yMenghentikan rokok y Menurunkan berat badan yang berlebih

21

yMenurunkan konsumsi alcohol yang berlebih y Latihan fisik yMenurunkan asupan garam yMeningkatkan konsumsi buah dan sayur. 2.6.2. Terapi Farmakologis Tabel 2.3. Tatalaksana Hipertensi menurut JNC 7 Klasifikasi Tekanan darah TDS (mmHg) TDD (mmHg) Perbaikan pola hidup Terapi Obat Awal Tanpa indikasi yang memaksa Dengan indikasi yang memaksa Normal Prehipertensi Stage 1 Stage 2 < 120 120 139 140 159

160 dan/atau < 80 80 89 Atau 90 99 Atau 100 Dianjurkan Ya Ya Ya Tidak ada indikasi obat Tidak ada indikasi obat Diuretic jenis tiazide untuk sebagian besar kasus, dapat dipertimbangkan ACEI, ARB, BB, CCB atau kombinasi 2 obat Kombinasi 2 obat untuk sebagian besar kasus, umumnya diuretic jenis

tiazide dan ACEI atau ARB atau BB atau CCB Obat-obat yang diindikasikan yang memaksa Obat-obat yang diindikasikan yang memaksa Obat anti hipertensi lain (diuretic, ACEI, ARB, BB, ARB, CCB) sesuai kebutuhan (dikutip dari kepustakaan : 17) 22 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan design penelitian retrospektif. Yang dimaksudkan untuk menggambarkan data sebagaimana adanya tanpa adanya campur tangan peneliti dalam kejadiannya. Data yang diperoleh dari data sekunder ini selanjutnya digambarkan berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai. 3.2. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang diteliti adalah pasien di Puskesmas Aeng Towa yang terletak di

Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar. 2. Sampel Pasien hipertensi yang datang berobat di Puskesmas Aeng Towa yang terletak Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar. 23 3.3. Cara Pengumpulan Data y Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui data rekam medik yang terdapat di Puskesmas Aeng Towa. 3.4. Pengolahan dan Penyajian Data Data yang diperoleh diolah dengan alat bantu kalkulator dan komputer menggunakan Microsoft excel, kemudian disusun dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi menurut variable yang sesuai dengan tujuan disertai penjelasan.

24 BAB 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Puskesmas Aeng Towa merupakan salah satu dari dua Puskesmas di Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar.Luasnya 7,99 km2, yang memiliki batas masing-masing: ySebelah Utara : Wilayah Kodya Makassar y Sebelah Timur : Kabupaten Gowa ySebelah Selatan : Wilayah Puskesmas Galesong Selatan y Sebelah Barat : Selat Makassar

Puskesmas Aeng Towa melayani 4 (empat) desa di Kecamatan Galesong Utara, yaitu : Desa Pakkabba, Desa BontoLanra, Desa Aeng Batu-Batu, dan Desa Aeng Towa. Dari keempat desa tersebut, satu diantaranya (Aeng Batu-Batu) merupakan desa pesisir pantai dan 3 desa lainnya, yaitu Pakkabba, Aeng Towa, dan BontoLanra merupakan desa dengan dataran rendah dan sedikit berawa. Jumlah penduduk dalam 4 desa yang dilayani adalah 14.093 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 6667 jiwa, dan perempuan 7426 jiwa. Jumlah penduduk miskin yang dilayani adalah 4422 KK yang terdiri dari 14.093 jiwa. Sebagian besar penduduknya adalah petani dan nelayan, dan sebagian lagi adalah buruh kasar dan buruh tani. Sebagian kecil penduduknya adalah pegawai negeri sipil dan swasta. 25 4.2. Visi Wilayah Kerja Puskesmas Aeng Towa yang sehat dengan masyarakat yang berprilaku sehat dan produktif tahun 2010. 4.3. Misi yMenyelenggarakan pembangunan di kecamatan berwawasan kesehatan. yMenyelenggarakan pembangunan kesehatan menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima, dan terjangkau masyarakat. y Memelihara dan mendorong masyarakat di wilayah Puskesmas Aeng Towa untuk berprilaku hidup bersih dan sehat, serta hidup dalam lingkungan yang sehat. yMendorong dan meningkatkan peran aktif dan kemandirian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Aeng Towa untuk hidup sehat dengan menggunakan hasil pengembangan upaya kesehatan inovatif. 4.4. Sarana Pendidikan Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Aeng Towa tahun 2008 sapat terlihat pada tabel berikut.

26 Tabel 4.1 Sarana Pendidikan yang ada di wilayah Puskesmas Aeng Towa Tahun 2008 TK SD SMP SMA 1 Pakkabba 1 3 0 0 2 Bt. Lanra 1 5 1 0 3 Aeng Batu-Batu 1 1

1 0 4 Aeng Towa 0 1 0 0 JUMLAH 3 10 2 0 NO Desa Sarana Pendidikan Penduduk yang berada di wilayah Puskesmas Aeng Towa adalah suku Makassar, sehingga dalam bahasa sehari-hari menggunakan bahasa Makassar, di samping menggunakan Bahasa Indonesia dan begitu juga dalam acara resmi yang digunakan instansi pemerintah yang juga menggunakan Bahasa Indonesia dan Makassar. Sebagian besar penduduknya beragama islam, yaitu sekitar 98%, dengan saran mesjid 24 buah. 4.5. Sumber Daya Untuk peningkatan pelayanan dan jangkauan pelayanan kesehatan, maka Puskesmas Aeng Towa ditunjang oleh dokter pemeriksa dan tenaga paramedis, yang bertugas sebagai berikut :

27 Tabel 4.2 Jenis endidikan egawaiuskesmas eng Towa2 0 0 8 No PEN I I

N PN PTT MAGANG 1 DokterUmum 1 0 0 2Dokter Gigi 1 0 0 3 M 5 0 1 4D.3 eperawatan 2 0 0

5 D.3 ebidanan 1 0 0 6D.3 esling 2 0 1 7 D.3 Gizi 1 0 1 8D.3Gigi 1 0 1 9 D. 1 ebidanan 5 0 0 10

P 3 0 0 11 SMAK 1 0 0 12 SMF 1 0 0 13 SMA/ Pekarya 1 0 2 Dari data ketenagakerjaan di atasNampak bahwa komposisi tenaga kesehatan untuk Puskesmas Aeng Towa masih belum seimbang dengan tingkat kebutuhan pelayanan yang makin berkembang dan tuntutan masyarakat yang makin besar terhadap tingginya mutu pelayanan kesehatan. Tenaga dokter umum yang ada (satu orang) masih perlu ditambah lagi, mengingat pelayanan rawat inap dan rawat jalan yang sudah berjalan dengan baik. Pembagian poliklinik anak dan dewasa serta KIA dan UGD minimal perlu dilayani oleh tiga orang dokter umum. Tenaga administrasi, tenaga keuangan dan tenaga perawat juga perlu mendapatkan penambahan agar tidak menimbulkan adanya petugas yang merangkap tugas. Puskesmas Aeng Towa adalah puskesmas perawatan dan dilengkapi dengan tempat tidur dan kegiatan puskesmas ditunjang pula beberapa fasilitas kesehatan.

28 Tabel4 . Jenis a

ana Puskesmas Aeng Towa

o Jenis

ana Jumlah

obil Puskesmas

eliling

o ! 3 3 Puskesmas Pemban

u (Pus

u) 3 4 Ruang Pe ! awa

an

" Rumah # inas 2 6 Pos $ an

u 19 Dari segi jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada cukup memadai, namun dari segi mutu sarana dan prasarana yang tersedia belum cukup optimal untuk mendukung pelayanan kesehatan. Saat ini sedang diupayakan pembentukan 2 Desa Siaga Sehat di Aeng Batu-Batu dan BontoLanra. Dengan demikian sudah ada 2 desa dalam wilayah Puskesmas Aeng Towa yang saat ini dibina sebagai desa siaga. 4.6. Kegiatan Beberapa kegiatan yang berhasil dilakukan dan sedang dijalankan di Puskesmas Aeng Towa, antara lain : Promosi Kesehatan, Imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak, KesehatanLingkungan, Gizi, Perawatan Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Pemberantasan Penyakit Menular,Laboratorium, dan Aseskin. 4.7. Derajat Kesehatan Angka Kematian di daerah kerja Puskesmas Aeng Towa belum tercatat berapa besar jumlahnya. Angka kesakitannya sendiri meliputi 10 penyakit terbanyak di wilayah kerjanya, yaitu ISPA, Influenza, Penyakit Kulit Alergi, Diare, Gastritis, Rematik, Hipertensi, Penyakit Infeksi Kulit, Ruda Paksa/Kecelekaan, dan Tonsilitis. 29 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5November 12November 2009 di Puskesmas Aeng Towa, dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor risiko dan terapi yang diberikan pada penyakit hipertensi di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008.

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik Puskesmas Aeng Towa dari Januari sampai dengan Desember 2008 terdapat 219 pasien penderita hipertensi. Dari jumlah tersebut 31,1 % adalah laki-laki dan 68,9 % adalah perempuan. Data yang diambil merupakan data sekunder yang berasal dari data rekam medik Puskesmas Aeng Towa. Selanjutnya hasil penelitian ini, akan kami sajikan dalam bentuk tabel dan grafik, yang kemudian dilengkapi dengan penjelasan.

30 1. Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Golongan Umur di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 Tabel 5.1 Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Golongan Umur di Puskesmas Aeng Towa Periode Januari Desember 2008 Golongan Umur (tahun) Total N % 20 29 0 0

30 39 16 7,3 40 49 39 17,8 50 59 71 32,4 60 93 42,5 Jumlah 219 100 Sumber : Data Sekunder Tabel di atas menunjukkan distribusi penderita hipertensi menurut golongan umur. Dari data di atas untuk golongan umur 60 tahun menempati urutan pertama, yaitu sebanyak 42,5 %. Sementara yang paling sedikit adalah golongan umur 20 29 tahun, yaitu sebanyak 0%. Selanjutnya berturutturut untuk golongan umur 30 39, 40 49, dan 50 59 tahun adalah 7,3%, 17,8%, dan 32,4%.

31 2. Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 Tabel 5.2 Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Aeng Towa Periode Januari Desember 2008 Jenis Kelamin Total N % Laki Laki 68 31,1

Perempuan 151 68,9 Jumlah 219 100 Sumber : Data Sekunder Tabel di atas menunjukkan distribusi penderita hipertensi menurut Jenis Kelamin. Dari data di atas terlihat bahwa penderita hipertensi yang terbanyak berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 68,9%. Dari total 219 penderita hipertensi, sebanyak 31,1% adalah laki-laki. 3. Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 Tabel 5.3 Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi di Puskesmas Aeng Towa Periode Januari Desember 2008 Derajat Hipertensi Total N % Pre Hipertensi 12 5,5 Stage 1 131 59,8 Stage 2 74 33,7 Krisis Hipertensi

1 0,5 Hipertensi Malignan 1 0,5 Jumlah 219 100 Sumber : Data Sekunder

32 Tabel di atas menunjukkan distribusi penderita hipertensi menurut derajat hipertensi. Didapatkan bahwa sebanyak 59,8% berada pada stage 1, dan terdapat masing-masing 0,5 % kasus krisis hipertensi dan hipertensi malignan. 4. Distribusi Derajat Hipertensi Berdasarkan Golongan Umur di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 Tabel 5.4 Distribusi Derajat Hipertensi Berdasarkan Golongan Umur di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008

Golongan Umur Derajat Hipertensi Pre Hipertensi Stage 1 Stage 2 Krisis Hipertensi Hipertensi Malignan N % N % N % N % N % 20 29 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 30 39 2 16,7 11 8,4 3 4,1 0 0 0 0 40 49 3 25 22 16,8 14 18,9 0 0 0 0

50 59 4 33,3 45 34,3 22 29,7 0 0 0 0 60 3 25 53 40,5 35 47,3 1 100 1 100 Jumlah 12 100 131 100

74 100 1 100 1 100 Sumber : Data Sekunder Tabel di atas menunjukkan distribusi derajat hipertensi berdasarkan golongan umur. Didapatkan bahwa untuk Pre Hipertensi terbanyak pada golongan umur 50 59, yaitu sebanyak 33,3%. Untuk hipertensi stage 1 terbanyak pada golongan umur 60, yaitu sebanyak 40,5%. Untuk hipertensi stage 2 terbanyak pada golongan umur 60, yaitu 47,3%. Dari data juga didapatkan masing-masing satu kasus hipertensi malignan dan krisis hipertensi pada golongan 60.

33 5. Distribusi Derajat Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 Tabel 5.5 Distribusi Derajat Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 Golongan Umur Derajat Hipertensi Pre

Hipertensi Stage 1 Stage 2 Krisis Hipertensi Hipertensi Maligna N % N % N % N % N % Laki Laki 5 41,7 95 72,5 50 67,6 0 0 1 100

Perempuan 7 58,3 36 27,5 24 32,4 1 100 0 0 Jumlah 12 100 131 100 74 100 1 100 1 100 Sumber : Data Sekunder Tabel di atas menunjukkan distribusi derajat hipertensi berdasarkan jenis kelamin. Didapatkan bahwa untuk pre hipertensi terbanyak berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 58,3%. Untuk hipertensi Stage 1 terbanyak berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 72,5%. Untuk hipertensi stage 2 terbanyak berjenis kelamin laki-laki. Didapatkan juga 1 kasus krisis hipertensi dengan jenis kelamin perempuan, dan 1 kasus hipertensi maligna dengan jenis kelamin laki- laki. 34 BAB 6 PEMBAHASAN

Telah dilakukan penelitian tentang Distribusi Penyakit Hipertensi di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008. Penelitian ini bertempat di Puskesmas Aeng Towa yang berada di wilayah Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan menggunakan design penelitian retrospektif. Data yang diambil merupakan data sekunder yang berasal dari rekam medik pasien tahun 2008. Subjek penelitian ini adalah pasien hipertensi yang datang berobat di Puskesmas Aeng Towa tahun 2008. Dalam proses pengumpulan data penulis memiliki beberapa hambatan. Puskesmas Aeng Towa merupakan puskesmas yang tergolong masih baru, sehingga data - data yang ada pada puskesmas tidak lengkap dan tidak tersusun dengan baik. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari jumlah 7712 angka kesakitan di puskesmas ini pada tahun 2008 terdapat 219 orang diantaranya menderita hipertensi.

35 1. Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Golongan Umur di Puskesmas Aeng

Towa, Periode Januari Desember 2008 Hasil temuan pada penelitian ini didapatkan bahwa untuk golongan umur 60 tahun menempati urutan pertama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bustan, bahwa tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya umur, dimulai sejak umur 40 tahun. Menurut Burt, seperti yang dikatakan dalam laporan JNC 7, prevalensi hipertensi meningkat sejajar dengan usia sehingga lebih dari setengah kelompok usia 60 69 tahun dan kurang lebih dari kelompok usia lebih dari 70 tahun akan menderita hipertensi. Banyak perubahan yang terjadi seiring dengan pertambahan usia, lumen pembuluh darah menjadi menyempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku dan kurang fleksibel, penurunan kadar rennin karena menurunnya Gambar 6.1. Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Golongan Umur di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60

36 jumlah nefron, peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium, dan perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan sitokin dan substansi kimiawi lainnya yang menyebabkan resorbsi natrium di tubulus ginl serta meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain yang berakibat pada kenaikan tekanan darah.7 Peningkatan risiko hipertensi oleh usia ini disebabkan oleh adanya interaksi dengan faktor risiko lainnya. 2. Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 Distribusi frekuensi pada jenis kelamin yang didapatkan pada penelitian ini, menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Menurut pernyataan Armilawati dan Cecil, prevalensi hipertensi di bawah umur 50 Gambar 6.2. Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari

Desember 2008 Laki-laki Perempuan

37 Gambar 6.3. Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 PreHipertensi Stage1 Stage2 tahun lebih tinggi pada laki-laki karena wanita relative terlindungi oleh adanya horomon estrogen yang mana kadar estrogen menurun setelah menopause.1 ,6Namun, dalam penelitian ini

perempuan lebih banyak terkena hipertensi mengingat kebanyakan usia dari pasien adalah usia menopause. 3. Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 Dari penelitian didapatkan bahwa derajat hipertensi terbanyak berada pada stage 1. Dimana pada hipertensi stage 1 kebanyakan penderitanya berusia di atas 40 tahun. Hal ini kembali bertolak pada proses aging yang mulai terjadi. Menurut Hadi dan Martono, insidensi dan prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan makin

38 05 10 15 20

25 30 35 40 45 50 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60 PreHipertensi Stage1 Stage2 bertambahnya usia harapan hidup. Di Amerika Serikat dikatakan bahwa pada populasi orang kulit putih usia 50 59 tahun prevalensinya sekitar 35% yang meningkat menjadi 50% pada usia di atas 69 tahun.7 4. Distribusi Derajat Hipertensi Berdasarkan Golongan Umur di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 Gambar 6.4. Distribusi Derajat Hipertensi Berdasarkan Golongan Umur di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 Berdasarkan grafik yang terlihat, peningkatan angka penyakit hipertensi bertambah sesuai dengan pertambahan usia. Pada usia 50 59 tahun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara prehipertensi, stage 1, dan stage 2.Namun, pada usia 60 tahun perbedaan yang berarti terlihat antara prehipertensi, stage 1 dan stage

39 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Laki Laki

Perempuan PreHipertensi Stage1 Stage2 2. Hal ini sekali lagi sesuai dengan teori teori yang telah dikemukakan, bahwa proses aging mengambil peranan penting dalam angka kejadian hipertensi. angka kejadian hipertensi ini juga tidak terlepas dari faktor-faktor risiko yang ada. Hipertensi yang terjadi pada usia menengah dapat dikaitkan dengan beberapa faktor risiko seperti obesitas, genetik, dan gaya hidup.1 0 ,13 5. Distribusi Derajat Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 Gambar 6.5. Distribusi Derajat Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 40 Distribusi menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa lebih besar proporsi laki-laki dibanding perempuan. Menurut pernyataan Armilawaty dan Cecil, prevalensi hipertensi dibawah umur 50 tahun lebih banyak pada laki-laki karena wanita relative terlindungi oleh hormone estrogen. Dari grafik yang terlihat untuk hipertensi stage 1 dan stage 2 lebih besar pada laki-laki, dan untuk pre hipertensi lebih banyak didapati pada perempuan.1 ,6 Beberapa temuan data yang ada tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat setempat. Berdasarkan kenyataan di lapangan, perempuan cenderung memeriksakan dirinya di Puskesmas dibanding lakilaki. Hal ini mungkin dapat menjadi pertimbangan mengapa temuan hipertensi di puskesmas ini lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki dan masih berada pada tahap prehipertensi. Sedangkan, untuk laki-laki jarang memeriksakan diri di puskesmas. Mengingat bahwa hipertensi disebut juga sebagai the silent disease, yang dalam artian bahwa penyakit ini pada awalnya tidak menimbulkan gejala, sehingga untuk laki-laki mungkin datang memeriksakan diri ke puskesmas setelah ada komplikasi dari penyakit lain, ataupun tanpa sengaja teridentifikasi pada saat berobat untuk penyakit lainnya. Kebiasaan yang juga memegang peranan adalah kebiasaan merokok dan juga kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalori serta tinggi garam. Jadi, berdasarkan teori yang ada dan bukti di lapangan menunjukkan bahwa angka penderita hipertensi yang ada tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal tubuh tetapi juga dari faktor eksternal berupa kebiasaan hidup masyarakat sekitar wilayah kerja Puskesmas Aeng Towa. 41 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap distribusi penderita hipertensi di Puskesmas Aeng Towa, periode Januari Desember 2008 dapat disimpulkan bahwa:1. Hipertensi merupakan penyakit dengan prevalensi terbesar di dunia. Begitu pula di wilayah kerja Puskesmas Aeng Towa, dimana hipertensi menduduki peringkat ke tujuh 2. Dari 7712 angka kesakitan yang ada di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 terdapat 219 orang penderita hipertensi. 3. Distribusi penderita hipertensi di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 berdasarkan golongan umur terbanyak pada usia 60 tahun. 4. Distribusi penderita hipertensi di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. 42 5. Distribusi penderita hipertensi di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 berdasarkan derajat hipertensinya, terbanyak adalah hipertensi stage 1. 6. Distribusi derajat hipertensi bedasarkan golongan umur di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008 didapatkan bahwa untuk Pre Hipertensi terbanyak pada golongan umur 50 59. Untuk hipertensi stage 1 terbanyak pada golongan umur 60. Untuk hipertensi stage 2 terbanyak pada golongan umur 60. 7. Distribusi derajat hipertensi jenis kelamin di Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari Desember 2008, didapatkan bahwa untuk pre hipertensi terbanyak berjenis kelamin perempuan. Untuk hipertensi Stage 1 terbanyak berjenis kelamin laki-laki. Untuk hipertensi stage 2 terbanyak berjenis kelamin laki-laki. B. Saran 1. Perlunya peningkatan pemahaman masyarakat sekitar wilayah kerja Puskesmas Aeng Towa mengenai hipertensi dengan memberikan penyuluhan kesehatan oleh tenaga kesehatan dan petugas terkait agar pengendalian terhadap hipertensi dan komplikasinya dapat terpenuhi. 2. Bagi pihak puskesmas agar lebih dapat meningkatkan peran aktif terkait masalah hipertensi, dengan mengadakan pemantauan secara berkala bagi kelompok risiko tinggi. 43 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini dalam skala lebih besar yang didukung oleh tenaga peneliti yang lebih banyak, berkompeten dan sarana diagnostik yang lebih memadai untuk mendapatkan hasil yang jauh lebih baik.

44 DAFTAR PUSTAKA 1. Armilawaty, Amalia H., Amiruddin R. Hipertensi dan Faktor Risikonya Dalam Kajian Epidemiologi.New Paradigm Public Health. Posted 08 Dec 2007.? A 2008 , 1 :August cited . Available at : http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/08/hipertensi-dan- faktorrisikonya-dalam-kajian-epidemiologi/ 2. Bustan, M. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Edisi ke-2. Jakarta : Rineka Cipta. 3. Brodish, P.H., The Irreversible Health Effects of Ciggarette Smoking, American Council And Health website.?

A 2008 , 28 :July cited . Available at : http://www.acsh.org/publications/pubID.377/pub_detail.asp 4. Dominguez, J., Tobacco Smoking. dr. Dominguez website. ? A 2008 , 28 :July cited . Available at :ht t p: / / www. r elig io ncults.com/deliverance/smoking.htm 5. Girianto,Leoneed E., Sasonto, M. Mei 2007. Hubungan Antara Pasien Hipertensi dengan Penyakit Stroke di RSUD Koja, Periode 2002 2004. majalah kedokteran damianus. VI (2) :163 168. 6. Goldman, Ausiello. CecilsTextbook of Medicine, 22nd edition.? A ROM CD . Philadelphia:Lipincot Wiliams & Wilkins; 2002.

7. Hadi, Martono. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi Pada UsiaLanjut. Darmojo, R.B., Martono, H. H. (Eds),BukuAjar Geriatri (hlm. 396 - 403). Jakarta : Balai Penerbit, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 8. Harisons Principle of Medicine 15th edition? A ROM CD .New York : McGraw-Hill; 2002. 9. Informasi Produk Terapetik. 2008, 2November.Hi pert ensi . hlm. 3 10.

45 10. Kusmana, D. Mei Juni 2009. Hipertensi : Defenisi, Prevalensi, Farmakoterapi, danLatihan Fisik. cermin dunia kedokteran. 36 (3) : 161 167. 11. LaporanTahunan Puskesmas AengTowaTahun 2008. 2008. Takalar : UPTDINKES. 12. Massie, B.M., 2002. Hipertensi Sistemik. McPhee, S.J., Papadakis, M.A., Tierney,L.M (Eds), Diagnosis danTerapi Kedokteran (hlm. 379 - 419). Jakarta : Salemba Medika 13. Mukhtar, D. September Desember 2007. Faktor Risiko Penyakit Degeneratif Pada UsiaLanjut Sedenter : Studi Kasus Pada Perempuan UsiaLanjut di Panti Wreda Khusnul Khotimah, Tangerang.jurnal kedokteran YARSI. 15 (3): 161 170. 14. Semijurnal Farmasi & Kedokteran Etichal digest. 2009, Juni.Waspadai Dampak Hipertensi. hlm. 20 30. 15. Setiawan, Z. 2006. Prevalensi dan Determinan Hipertensi di Pulau Jawa, Tahun 2004. KESMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, I (2): 57 61. 16. Suleman, A., Siddiq,N.H., Haemodynamic And Cardiovaskular Effets of Cafein. priory.com website.? A 2008 ,

1 :August cited Available at : http://www.priory.com/pharmol/caffein.htm 17. Yogiantoro, M. 2006. Hipertensi Esensial. Alwi, I., Setiyohadi, B., Simadibrata M. K., Setiati, S., Sudoyo A.W (Eds), BukuAjar Ilmu Penyakit Dalam (hlm. 610 614) , Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hipertensi by nita
43336071f4bc80

You might also like