You are on page 1of 21

[BAB I STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien a. Nama/Kelamin/Umur : An. S / perempuan / 3 tahun b. Alamat : RT. 18 Palmerah

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga a. Jumlah Saudara b. Pendidikan orang tua c. Pekerjaan orang tua : 2 orang : SMA : Wiraswasta penghasilan ayah pasien

d. Status Ekonomi Keluarga : Cukup,

Rp.900.000/bulan e. Kondisi Rumah :

f. Kondisi Lingkungan Keluarga : Baik 3. Aspek Psikologis di keluarga : Baik 4. Keluhan Utama : Timbul bercak-bercak kemerahan hampir diseluruh badan sejak 1 hari yll

5. Riwayat Penyakit Sekarang : 2 hari yang lalu ibu pasien mengeluh badan anaknya (pasien) terasa panas, menggigil (-), berkeringat (-), badan terasa tidak enak dan agak lemas, pilek (+), batuk kering (+), mencret (-), kejang (-), nyeri menelan (-), sakit/keluar cairan dari telinga (-), mimisan (-). Pasien belum dibawa berobat, pasien hanya diberi ibunya sirup parasetamol, demam berkurang. 1 hari yang lalu ibu pasien melihat timbulnya bercak-bercak kemerahan di daerah belakang telinga dan leher pasien, pasien masih demam, pilek (+), batuk kering (+),BAB dan BAK seperti biasa. Keesokkan harinya bercak-bercak tersebut bertambah banyak dan meluas hampir di seluruh tubuh terutama pipi, punggung dan dada pasien, dan kadang-kadang terasa gatal,

kedua mata anak juga tampak merah dan sering berair. Karena khawatir ibu pasien membawa pasien berobat ke Puskesmas Pakuan Baru.

6. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal. Riwayat alergi (-)

7. Riwayat Penyakit Keluarga/tetangga 10 hari yang lalu kakak pasien juga menderita keluhan yang sama dan dinyatakan terkena campak, sekarang sudah sembuh. 4 hari yang lalu sepupu pasien juga menderita keluhan yang sama Tidak ada tetangga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien.

8. Riwayat Kehamilan/kelahiran/imunisasi: Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan, tidak pernah mendapat penyinaran selama hamil, tidak ada kebiasaan merokok dan minum alkohol, kontrol ke Puskesmas teratur, hamil cukup bulan.

Riwayat Kelahiran: Lahir spontan ditolong oleh bidan, cukup bulan, saat lahir langsung menangis kuat, berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 49 cm, langsung menangis.

Riwayat Imunisasi: Riwayat imunisasi pasien lengkap

Riwayat Tumbuh Kembang: Perkembangan fisik Tengkurap Duduk Berdiri : 4 bulan : 6 bulan : 8 bulan

Berjalan

: 12 bulan

Perkembangan Mental Isap jempol tidak ada, gigit kuku tidak ada, mengompol sesekali Kesan : Perkembangan fisik dan mental normal.

7. Pemeriksaan Fisik : Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Frekuensi nadi Frekuensi nafas Suhu Berat badan Tinggi badan Status Gizi Kulit : Tampak sakit sedang : sadar : Tidak diukur : 120 x/mnt : 23x / menit : 38,0 C : 15 kg : 86 cm : Baik : Teraba hangat, turgor baik, terdapat kelainan pada kulit yang akan dijelaskan pada status dermatologis Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter pupil 2 mm, refleks cahaya +/+, injeksi konjungtiva ODS (+/+) Hidung Tonsil Leher Dada : : Nafas cuping hidung (-) : T1 T1, tidak hiperemis, faring tidak hiperemis : tidak ditemukan pembesaran KGB Paru I : normochest, simetris kiri kanan, retraksi dinding dada tidak ada Pa : fremitus kiri=kanan Pe : sonor A : napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Jantung I : Iktus tidak terlihat Pa : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V Pe : batas jantung dalam batas normal

A : Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada Abdomen I : tidak membuncit Pa : supel, hepar dan lien tidak teraba. Pe: timpani A: Bising Usus (+) normal Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik, reflek fisiologis +/+, reflekpatologis -/-

8. Status lokalis (Status Dermatologis):

Eritema makulopapuler, multipel, tersebar di muka, leher, punggung, dada dan lengan pasien, ruam hilang dengan penekanan.

9. Laboratorium Anjuran : Darah rutin Serologi Campak

10. Diagnosis Banding 1. Morbili 2. Rubella

3. Demam Berdarah Dengue

11. Diagnosis kerja : Morbili

12. Manajemen a. Promotif : Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa morbili adalah penyakit campak yang merupakan penyakit infeksi virus yang sangat menular melalui udara sehingga penderitanya harus diisolasi minimal hingga 5 hari setelah gejala kulit muncul untuk mencegah penularan infeksi kepada orang lain. Rumah harus dicukupi dengan jendela dan ventilasi sehingga pencahayaan

dan penghawaan yang cukup, agar kuman tidak berkembang biak didalam rumah. Kekebalan terhadap penyakit campak ini dapat diperoleh dengan tindakan pemberian vaksin campak (imunisasi campak) pertama saat bayi dan imunisasi campak kedua pada usia 5 tahun. Orang-orang yang rentan terkena campak adalah bayi usia >1 tahun/ balita yang belum pernah mendapatkan imunisasi campak, atau remaja maupun dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi campak kedua.

b. Preventif : Seharusnya dilakukan imuninasasi campak pada saat bayi (9-11 bulan) dan pada usia prasekolah (5-7 tahun) pasien harus diisolasi, dengan memisahkan tempat tidurnya dengan kakak-kakaknya yang lain, maupun kedua orang tuanya, dan mencegah kedua kakak pasien bermain dengannya. Pasien tidak boleh bermain diluar rumah, agar tidak menularkan keteman-temannya yang lain.

c. Kuratif : Nonmedikamentosa Istirahat yang cukup minimal 8 jam sehari. Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh Kompres kepala anak dengan air biasa bila anak demam

Medika mentosa Paracetamol syrup 3x 1 sendok obat Vitamin A 200.000 IU 1x1 tab untuk hari I dan hari II CTM 3 X tablet/hari Vitamin C 3 x tab

Obat Tradisional: Minum jus manggis ditambah rosella, anggur, apel dan madu murni, minum 2-3 kali sehari, atau Minum rebusan daun asam, kunyit, dan gula enau, minum 2-3 kali sehari

d. Disability Limitation: Keterbatasan kemampuan pada kasus ini adalah kurangnya pengetahuan ibu atau keluarga pasien bahwa penyakit campak itu menular, sehingga dalam keluarga pasien sudah ada 2 orang yang terkena penyakit ini.

e. Rehabilitatif : Tidak ada tindakan rehabilitative yang diperlukan pada kasus ini.

13. Prognosis Dubia ad Bonam

Resep: Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Perawatan Pakuan Baru

Nama Dokter : dr. Masriah SIP : 0 1234/2013 STR : 468/ 2003/ 67857

13 Juni 2013

R/ Paracetamol syr S3 dd c.orig 1 p.c R/ Vitamin A 200.000 IU S1 dd fls 1 R/ Vitamin C S3 dd tab p.c R/ CTM S3 dd tab p.c

No. V No. II No V No V

Pro Umur

: An. S : 3 tahun

Note: tidak diperbolehkan menukar obat tanpa sepengetahuan dokter

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Morbili adalah infeksi virus akut yang menular yang ditandai dengan 3

stadium yaitu stadium kataral (prodormal), erupsi dan konvalensi.

2.2

Epidemiologi Kira-kira 30 juta kasus campak dilaporkan setiap tahunnya. Insiden

terbanyak terjadi di Afrika. Biasanya penyakit campak ini terjadi pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Berdasarkan penelitian di Amerika, lebih dari 50% kasus campak terjadi pada usia 5-9 tahun. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita campak akan mendapat kekebalan secara pasif melalui plasenta sampai umur 4-6 bulan, dan setelah itu kekebalan menurun sehingga bayi dapat menderita campak. Bila si ibu belum pernah menderita campak, maka bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan sehingga dapat menderita campak begitu dilahirkan. Bila seorang wanita menderita campak ketika dia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus. Bila menderita campak pada usia kehamilan trimester pertama, kedua atau ketiga maka mungkin dapat melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan, atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

2.3

Etiologi Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, famili

paramyxoviridae yang merupakan virus RNA. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berbiak pada epitel nasofaring. Pada masa prodormal virus dapat ditemukan pada nasofaring, darah dan urin. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata. Dua sampai tiga hari 8

setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem

retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat edema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan. Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit 2.4 Manifestasi Klinis

1. Inkubasi Biasanya tanpa gejala dan berlangsung 10-12 hari. 2. Prodromal (Kataral) Biasanya berlangsung 2-5 hari. Gejala yang utama muncul adalah demam, yang terus meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,40 40,60C pada hari ke- 4 atau 5, yaitu pada saat ruam muncul. Gejala lain yang juga bisa muncul batuk, koriza, faring hiperemis, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Menjelang akhir fase stadium prodormal dan 24 jam sebelum timbulnya enatema, timbul bercak koplik yang patognomonis untuk morbili. Bercak koplik ini berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dikelilingi eritema yang terdapat pada mukosa bukalis yang berhadapan dengan dengan molar. Jarang ditemukan pada bibir bawah. Bercak Koplik ini menghilang setelah 1-2 hari munculnya rash. Kadang-kadang, fase prodormal dapat

menjadi lebih berat, ditandai oleh adanya demam tinggi mendadak, kadangkadang dengan kejang, dan bahkan pneumonia. Biasanya koriza, batuk dan demam semakin bertambah berat sampai pada waktu ruam telah merata diseluruh tubuh. 3. Erupsi (Rash) Terjadinya eritema berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga kemudian menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya ruam menyebar ke seluruh punggung, abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ruam umumnya saling menyatu sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Ruam ini bertahan selama 5-6 hari. Suhu naik mendadak ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-40,5 C. Penderita saat ini mungkin tampak sangat sakit, tetapi dalam 24 jam sesudah suhu turun mereka pada dasarnya tampak baik. Selain itu, batuk dan diare menjadi bertambah parah sehingga anak bisa mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Tidak jarang pula disertai muntah dan anoreksia. Otitis media, bronkopneumonia, dan gejala-gejala saluran cerna, seperti diare dan muntah, lebih sering pada bayi dan anak kecil. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Dapat pula terjadi sedikit splenomegali. Ketika ruam mencapai kaki pada hari ke 2-3, ruam ini mulai menghilang dari muka. Hilangnya ruam menuju ke bawah pada urutan yang sama dengan ketika ruam muncul. 4. Konvalensi Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas (hiperpigmentasi) yang akan menghilang setelah 1-2 minggu. Hiperpigmentasi merupakan gejala yang patognomonik untuk morbili. Pada penyakit lain dengan eritema atau eksentema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi.

10

2.5

Diagnosis Diagnosis dari morbili dibuat berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis

yang khas. Selain itu diperlukan juga pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis dari morbili. Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu setelah muncul rash. Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Pungsi lumbal pada orang ensefalitis karena morbili menunjukkan kenaikan protein serta sedikit kenaikan limfosit. Glukosa dalam batas normal. 2.6 Diagnosis Banding Diagnosis banding dari morbili a. Eksentema Subitum : pada penyakit ini, ruam baru muncul setelah demam menghilang. b. Rubella : pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, dan belakang telinga. c. DBD, karena penyakit ini juga dapat menimbulkan ruam kemerahan pada hari ke2-3 demam sebagai efek dari reaksi imunitas tubuh terhadap serangan virus sama seperti penyakit campak.

11

2.7

Komplikasi Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga

dapat terjadi anergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini mempermudah terjadinya komplikasi sekunder. Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak yang lebih kecil. Komplikasi yang mungkin muncul, antara lain gangguan respirasi (bronkopneumoni, otitis media, pneumoni, laringotrakeobronkitis), komplikasi neurologis (seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis), juga diare, miokarditis, trombositopeni, malnutrisi pasca serangan campak, keratitis, hemorragic measles (morbili yang parah dengan perdarahan multiorgan, demam, dan gejala cerebral) serta kebutaan. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh pneumococcus, streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun. Sedangkan ensefalitis timbul pada fase erupsi, dengan angka kematian yang rendah dan sisa defisit neurologis sedikit 2.8 Penatalaksanan

Terapi pada campak bersifat suportif, terdiri dari: a. Pemberian cairan yang cukup, misal air putih, jus buah segar, teh, dll untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang karena panas dan berkeringat karena demam. b. Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan adanya komplikasi c. Suplemen nutrisi d. Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder e. Anti konvulsi apabila terjadi kejang f. Anti piretik bila demam g. Pemberian vitamin A

12

Terapi vitamin A untuk anak-anak dengan campak di negara-negara berkembang terbukti berhubungan dengan penurunan angka kejadian morbiditas dan mortalitas. Dosis 6 bulan 1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal > 1 tahun : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal Ulangi dosis hari berikutnya dan minggu ke-4 bila didapatkan keluhan oftalmologi sehubungan dengan defisiensi vitamin A h. Antivirus Antivirus seperti ribavirin (dosis 20-35 mg/kgBB/hari i.v) telah dibuktikan secara in vitro terbukti bermanfaat untuk penatalaksanaan penderita campak berat dan penderita dewasa yang immunocompromissed. Namun penggunaan ribavirin ini masih dalam tahap penelitian dan belum digunakan untuk penderita anak. 2.9 Prognosis Prognosis morbili ini baik apabila anak memiliki keadaan imun yang baik, tetapi prognosis buruk bila keadaan umum buruk atau anak sedang menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi. 2.10 a. Pencegahan Imunisasi Aktif Termasuk dalam Program Imunisasi Nasional. Dianjurkan pemberian vaksin campak dengan dosis 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml secara subkutan pada usia 9 bulan. Imunisasi ulangan diberikan pada usia 6-7 tahun melalui program BIAS.

b.

Imunisasi Pasif (Imunoglobulin)

Indikasi : Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak mempunyai resiko yang tinggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit ini, maka harus diberikan imunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7 hari

13

paparan. Setelah itu vaksin MMR diberikan sesegera mungkin sampai usia 12 bulan, dengan interval 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin. Dosis anak : 0,2 ml/kgBB IM pada anak sehat 0,5 ml/kgBB untuk pasien dengan HIV maksimal 15 ml/dose IM

14

BAB III ANALISIS KASUS

Seorang pasien, laki-laki bernama An. S, umur 3 tahun, TB: 86 cm, BB: 15 kg bertempat tinggal di RT. 18 Palmerah, dibawa ibunya berobat ke Puskesmas Pakuan Baru dengan keluhan timbulnya bercak-bercak kemerahan hampir di seluruh badan sejak 1 hari yang lalu.

2 hari yang lalu ibu pasien mengeluh badan anaknya (pasien) terasa panas, menggigil (-), berkeringat (-), badan terasa tidak enak dan agak lemas, pilek (+), batuk kering (+), mencret (-), kejang (-), nyeri menelan (-), sakit/keluar cairan dari telinga (-), mimisan (-). Pasien belum dibawa berobat, pasien hanya diberi ibunya sirup parasetamol, demam berkurang. 1 hari yang lalu ibu pasien melihat timbulnya bercak-bercak kemerahan di daerah belakang telinga dan leher pasien, pasien masih demam, pilek (+), batuk kering (+),BAB dan BAK seperti biasa. Keesokkan harinya bercak-bercak tersebut bertambah banyak dan meluas hampir di seluruh tubuh terutama pipi, punggung dan dada pasien, dan kadang-kadang terasa gatal, kedua mata anak juga tampak merah dan sering berair. Karena khawatir ibu pasien membawa pasien berobat ke Puskesmas Pakuan Baru. Pasien memiliki riwayat imunisasi lengkap. Riwayat kontak dengan pasien campak (+) dimana 10 hari yang lalu kakak pasien juga menderita keluhan yang sama dan dinyatakan terkena campak, sekarang sudah sembuh, 4 hari yang lalu sepupu pasien juga menderita keluhan yang sama Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang pada status generalis, pada pemeriksaan kulit terdapat maculopapular eritem multiple yang tersebar hampir keseluruh badannya. Status gizi baik : berat badan 15 kg dengan tinggi badan 86 cm. Mata pasien tampak injeksi konjungtiva dan sering berair. Diagnosa diteggakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik tersebut ditambah riwayat kontak dengan penderita campak sebelumnya. Adapun diagnosa bandingnya adalah rubella (campak jerman) dan demam berdarah

15

dengue, hal ini dikarenakan pada kedua penyakit tersebut juga dapat ditemukan ruam yang sama dan disertai demam. Yang membedakannya khas pada rubella adalah ditemukan pembesaran KGB leher yang nyeri tekan dan bercak merah dimulai dari muka dan saat bercak timbul ditangan maka bercak dimuka akan menghilang, sedang kan untuk DBD bercak merah timbul pada saat demam mulai turun,dan tidak menghilang dengan penekanan sedangkan pada rubella dan morbili bercak merah hilang dengan penekanan.

MANAJEMEN 1. Promosi: Memberikan informasi kepada keluarga pasien bahwa morbili adalah penyakit campak yang merupakan penyakit infeksi virus yang sangat menular melalui udara sehingga penderitanya harus diisolasi minimal hingga 5 hari setelah gejala kulit muncul untuk mencegah penularan infeksi kepada orang lain.

Menginformasikan bahwa rumah yang sehat itu adalah rumah yang pencahayaan dan penghawaan cukup (yaitu dengan pengadaan jendela & lubang angin), agar kuman tidak mudah berkembang biak didalam rumah. Kekebalan terhadap penyakit campak ini dapat diperoleh dengan tindakan pemberian vaksin campak (imunisasi campak) pertama saat bayi dan imunisasi campak kedua pada usia 5 tahun. Orang-orang yang rentan terkena campak adalah bayi usia >1 tahun/ balita yang belum pernah mendapatkan imunisasi campak, atau remaja maupun dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi campak kedua.

2. Preventif : Lakukan imuninasasi campak pada saat bayi (9-11 bulan) dan pada usia prasekolah (5-7 tahun) Pasien diharapkan tidur terpisah dari keluarga untuk mencegah penularan terhadap anggota keluarga yang lain. Dan untuk sementara jangan biarkan pasien bermain dengan kakak-kakaknya. Alat makan dan minum penderita terpisah dari anggota keluarga lainya karena penularannya dapat melalui secret (cairan) dari hidung dan tenggorokan pasien.

16

Menjaga kebersihan rumah seperti menjemur kasur dan bantal, dan mengusahakan agar sinar matahari bisa masuk kekamar misalnya dengan membuat sepetak seng transfaran diatap kamar.

Jika terdapat anggota keluarga satu rumah dengan keluhan yang sama dengan pasien sebaiknya memeriksakan diri ke puskesmas/rumah sakit.

3. Kuratif

Non medikamentosa Istirahat yang cukup minimal 8 jam sehari. Jadi anak jangan dibiarkan main keluar rumah dulu, suruh anak untuk tidur siang dirumah atau bermain dirumah saja. Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan memakan makanan cukup nasi, lauk pauk, sayur, buah, dan susu.

Medikamentosa Paracetamol syrup 3x1 sendok obat diberikan sebagai terapi simptomatik untuk penatalaksanaan demam pada anak Vitamin A 200.000 IU 1x1 fles untuk hari I dan hari II untuk mencegah terjadinya xeropthalmi yang sering terjadi sebagai komplikasi dari penyakit campak ini CTM 3 X tablet/hari biberi untuk mengurangi gatal-gatal pada ruamruam yang terjadi dan membantu anak beristirahat dengan cukup Vitamin C 3x tab untuk mempercepat penyembuhan luka akibat ruamruam yang digarut anak. Untuk memudahkan memakan obat, ajarkan orang tua pasien untuk menggerus obat tablet dengan sendok terlebih dahulu sebelum diberikan ke pasien. Obat Tradisional Minum jus manggis ditambah rosella, anggur, apel dan madu murni, minum 2-3 kali sehari. Cara membuatnya : ambil buah manggis secukupnya lalu cuci bersih dan buang bijinya, ambil buah apel dan

17

anggur secukupnya lalu potong kecil-kecil, tambah madu secukupnya, lalu hancurkan dengan ditambah sedikit air masak, atau Minum rebusan daun asam, kunyit, dan gula enau, minum 2-3 kali sehari. Cara membuatnya: siapkan 1 genggam daun asam, 7 jari kunyit, dan gula enau secukupnya. Lalu, rebuslah daun asam dan kunyit sampai mendidih 10 menit, matikan api lalu kemudian tambahkan gula enau secukupnya, setelah dingin disaring dan siap diberikan pada pasien.

4. Disability Limitation: Keterbatasan kemampuan pada kasus ini adalah kurangnya pengetahuan ibu atau keluarga pasien bahwa penyakit campak itu menular, sehingga dalam keluarga pasien sudah ada 2 orang yang terkena penyakit ini.

5. Rehabilitatif : Tidak ada tindakan rehabilitative yang diperlukan pada kasus ini. 6. Dukungan Keluarga Jelaskan kepada keluarga pasien, terutama orang tuanya bahwa penyakit campak ini dapat menyebabkan kebutaan akibat kerurakan pada kornea mata akibat komplikasi campak, bahkan kematian akibat kuman nya menjalar keotak sehingga dapat menyebabkan radang otak, sehingga orang tua harus mau merubah kebiasaan hidup dan menjalani cara hidup sehat, serta bila ada anggota keluarga yang terkena campak harus segera bawa ke puskesmas atau ketempat pelayanan kesehatan. Bila pada anak ini (pasien) ditemukan kejang, sesak napas, sakit/keluar cairan dari telinga segera bawa anak ke puskesmas.

7. Dukungan Masyarakat Diharapkan bantuan dari pejabat-pejabat RT, para kader kesehatan dan tenaga kesehatan untuk mendata kasus campak yang terjadi diwilayahnya, agar KLB dapat dicegah secara dini. Dan tingkatkan kegiatan pendataan bayi dan balita serta data imunisasi di posyandu-posyandu yang ada untuk memperkecil kemungkinan adanya anak yang tidak mendapat imunisasi campak.

18

8. Edukasi Campak adalah suatu penyakit yang disebabkan virus campak yang bersifat akut yang sangat menular dengan gejala awal berupa demam, mata merah (konjungtivitis), pilek, batuk dan binti-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah pipi bagian dalam. Tanda khas bercak kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh; dimulai di daerah muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang-kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan. Komplikasi dapat terjadi sebagai berupa telinga bernanah/torekkan (otitis media), penyakit saluran napas, diare, dan radang otak (ensefalitis). Cara penularan melalui udara dengan penyebaran droplet yaitu dari percikan ludah saat batuk, kontak langsung, melalui sekret/cairan yang berasal dari hidung atau tenggorokan dari orang-orang yang terinfeksi dan bisa juga melalui benda-benda yang terkena sekret hidung atau sekret tenggorokan (agak jarang). Masa penularan berlangsung mulai sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam sampai 4 hari setelah timbul ruam; minimal setelah hari kedua timbulnya ruam. Teman satu kamar maupun satu rumah serta teman di lingkungan rumah mempunyai risiko untuk tertular oleh karena itu dianjurkan agar pasien beristirahat di rumah sampai dinyatakan sembuh oleh dokter. Dianjurkan kepada ayah dan ibu untuk mendukung proses penyembuhan pasien dan mencegah terjadinya penularan dengan cara menjaga kebersihan rumah dan diri sendiri, serta meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi yang mengandung gizi seimbang dan kurangi kontak langsung dengan pasien. Rumah yang penderita tempati harus cukup pencahayaannya (sinar matahari masuk kedalam rumah) dan penghawaan agar tidak dapat media pendukung infeksi seperti debu, keadaan lembab yang memudahkan tumbuhnya bakteri lain serta mudahnya tertular virus campak melalui udara. Serta jangan biarkan pasien membuang ingus dan air ludah di sembarangan tempat.

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarmono P, dkk. Campak. Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Edisi kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. 2. Fennely, Glenn J. Measles. 2012. (online: http://www.emedicine.com/ PED/topic1388.htm, diakses tanggal 16 Juni 2013) 3. Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI. Ilmu kesehatan anak 2. Jakarta: Bagian ilmu kesehatan anak FKUI. 1985. 4. SMF Ilmu kesehatan anak Unair. Pedoman diagnosis dan terapi. Surabaya: Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/ RSU dr. Soetomo. 2006. 5. Cronan, Kate. Measles. 2005 (online: http://www.kidshealth.org/parent/ infections/lung/measles.html. diakses tanggal 16 Juni 2013) 6. Anonymous. Measles. 2011. (online: http://www.cdc.gov/nip/publications/ pink/measles.pdf diakses tanggal 16 Juni 2013)

20

LAMPIRAN

21

You might also like