You are on page 1of 34

LAPORAN TUGAS MANDIRI II MENOPAUSE

Untuk Memenuhi Tugas Mandiri pada Blok Sistem Reproduksi dibimbing oleh Ns. Fransiska Imavike F, S.Kep. M.Nurs

DISUSUN OLEH : Eky Madyaning Nastiti NIM 0910721004

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

A. DEFINISI
Kata Menopause berasal dari bahasa latin yakni Meno yang berarti bulan dan Pausus yang berarti berhenti / menghilang. Menopause didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenore berturut-turut, periode menstruasi terakhir secara retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause. Menopause adalah bagian dari periode transisi perubahan masa reproduktif ke masa tidak reproduktif. Menopause merupakan suatu gejala dalam kehidupan wanita yang ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi. Menopause adalah fase alami dalam kehidupan setiap wanita yang menandai berakhirnya masa subur. Menopause seperti halnya menarche dan kehamilan dianggap sebagai peristiwa yang sangat berarti bagi kehidupan wanita. Menarche pada remaja wanita, menunjukkan mulai diproduksinya hormon estrogen, sedang menopause terjadi karena ovarium tidak menghasilkan atau tidak memproduksi hormon estrogen. Sejalan dengan proses ketuaan yang pasti dialami setiap orang, terjadi pula kemunduran fungsi organ-organ tubuh termasuk salah satu organ reproduksi wanita, yaitu ovarium. Terganggunya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya produksi hormon estrogen, dan ini akan menimbulkan beberapa penurunan atau gangguan pada aspek fisik-biologis seksual. Penurunan kadar estrogen, menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur, dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada tiga periode menopause, yaitu: 1. Perimenopause (klimakterium) atau transisi menopause didefinisikan sebagai anteseden (pendahuluan) fisiologis yang berhubungan dengan transisi dari fungsi folikular pramenopause ke pascamenopause dan terdiri dari periode waktu (2-8 tahun) sebelum menopause dan 1 tahun setelah menstruasi terakhir. Dengan demikian, tahun terakhir perimenopause bersamaan dengan tahun pertama pasca menopause. 2. Menopause, adalah saat haid terakhir, dan bila sesudah manopause disebut pasca menopause.

3.

Senium, adalah periode sesudah pasca menopause, yaitu ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik

STADIUM MENOPAUSE : 1. Menopause Prematur (Menopause Dini) Kegagalan ovarium prematur adalah menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya tidak diketahui namun mungkin berkaitan dengan penyakit autoimun atau faktor keturunan. Selain itu, menopause dini dapat terjadi karena obatobatan atau operasi. Operasi pengangkatan indung telur (oophorectomy) akan mengakibatkan menopause dini. Apabila dilakukan operasi pengangkatan rahim (histerektomi) tanpa pengangkatan indung telur maka gejala menopause dini tidak akan terjadi karena indung telur masih mampu menghasilkan hormon. Selain itu, terapi radiasi maupun kemoterapi dapat menyebabkan menopause bila diberikan pada wanita yang masih berovulasi (mengeluarkan sel telur). Wanita yang mengalami menopause dini memiliki gejala yang sama dengan menopause pada umumnya seperti hot flashes (perasaan hangat di seluruh tubuh yang terutama terasa pada dada dan kepala), gangguan emosi, kekeringan pada vagina, dan menurunnya keinginan berhubungan seksual. Wanita yang mengalami menopause dini memiliki kejadian keropos tulang lebih besar dari mereka yang mengalami menopause lebih lama. Kejadian ini meningkatkan angka kejadian osteoporosis dan patah tulang 2. Perimenopause Perimenopause adalah masa dimana kondisi tubuh menyesuaikan diri dengan masa menopause yang berkisar antara 2 8 tahun. Ditambah dengan 1 tahun setelah periode terakhir menstruasi. Tidak ada cara untuk mengukur berapa lama perimenopause ini akan terjadi. Stadium ini merupakan bagian dari kehidupan seorang wanita yang menandakan akhir dari masa reproduksi. Penurunan fungsi indung telur selama masa perimenopause berkaitan dengan penurunan hormon estradiol dan produksi hormon androgen. Apabila seorang wanita masih mengalami periode menstruasi pada masa perimenopause, meskipun tidak teratur, dia dapat tetap hamil. Secara singkat dapat dikatakan bahwa menopause merupakan suatu proses peralihan dari masa produktif menuju perubahan secara perlahan-lahan ke masa non produktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan progesteron seiring

dengan bertambahnya usia. Sehubungan dengan terjadinya menopause pada lansia maka biasanya hal itu diikuti dengan berbagai gejolak atau perubahan yang meliputi aspek fisik maupun psikologis yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan si lansia tersebut.

B. EPIDEMIOLOGI
Penelitian ini mengumpulkan data dari beberapa penelitian sebelumnya yang mencakup sekitar 6.000 wanita di Amerika Serikat, Polandia, Turki, dan Iran. Penelitian ini menyebutkan bahwa bagi wanita non-perokok, rata-rata akan mengalami menopause antara usia 46 sampai 51 tahun. Tapi dalam semua studi, kecuali dua studi, wanita perokok akan mengalami menopause di usia yang lebih muda, yaitu antara 43 dan 50 tahun. 80 % wanita mengalami menopause saat usia 45-55 tahun, dan jumlah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor : Rokok Wanita perokok akan mengalami menopause lebih cepat daripada wanita yang tidak perokok rata-rata 1 sampai 2 tahun lebih muda Berat badan Wanita dengan berat badan di bawah normal / kurang akan mengalami menopause lebih cepat daripada wanita dengan berat badan lebih besar Genetic Ibu dan anak perempuannya umumnya akan mengalami menopause pada usia yang sama Siklus menstruasi Siklus menstruasi yang lebih pendek dari 26 hari merupakan salah factor yang menyebabkan menopause dini Pembedahan ginekologis (tanpa ooforektomi) Kemoterapi kanker atau radioterapi Factor yang berhubungan dengan menopause lambat meliputi menarke dini dan paritas tinggi.

Hasil studi dari The Journal of Clinical Epidemiology menunjukkan beberapa fakta yang berhubungan dengan menopause dan wanita, antara lain: 1. Perempuan perokok akan mengalami menopause lebih awal dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok. 2. Perempuan yang tidak memiliki anak, menopausenya satu tahun lebih awal dibandingkan dengan perempuan yang memiliki 3 anak atau lebih. 3. Perempuan gemuk akan mengalami menopause agak lebih lambat apabila dibandingkan dengan perempuan dengan berat badan normal.

C. FISIOLOGIS
Transisi ke menopause terjadi karena interaksi kejadian di system saraf pusat, endokrin, dan kejadian di ovarium mengakibatkan peningkatan kecepatan kehilangan folikel ovarium yang menghasilkan siklus reproduksi tak teratur. Walaupun tidak adanya pelepasan esterogen ovarium merupakan inti gejala klimakterium, beberapa penemuan menunjukkan bahwa sebenarnya terdapat interaksi kejadian yang lebih kompleks. FSH mulai meningkat secara intermitten dan tidak dapat diramalkan sejak usia 40 tahun, bahkan apabila kadar estradiol dan progesterone masih normal dan siklus menstruasi teratur. Perasaan kepanasan dan gangguan tidur (terasa lebih berhubungan langsung dengan disfungsi hipotalamus daripada defisiensi esterogen murni) dapaty terjadi sejak usia 40 tahun, meskipun estradiol dan siklus menstruasi masih normal. Desinkronisasi signal neuron dengan perubahan irama kadar hormone harian dan bulanan telah diketahui sebelum terjadinya disfungsi ovarium primer yang bisa terukur. Inhibin A dan inhibin B adalah senyawa ovarium dan hipofisis yang membentuk lingkaran umpan balik negative sekunder pada aksis hipotalamus/ hipofisis yang tidak bergantung pada kadar hormone. Perubahan neuroendokrin yang tampak sebelum terajdinya kegagalan ovarium (missal meningkatnya FSH) terlihat ketika kadar inhibin B menurun yang dimulai pada awal 40-an.

Perimenopause awal Terdapat lebih sedikit oosit pada saat perimenopause (ovarium mengandung 380.000 oosit saat menarke tetapi ada banyak atresia oosit dan hanya satu yang digunakan setiap siklus). Lama siklus sedikit memendek karena memendeknya fase folikular (indikasi pertama perimenopause). Kadar FSH mulai meningkat (indikasi laboratorium pertama perimenopause). Reseptor gonadodropin ovarium menghilang.

Perimenopuse tengah Terdapat perubahan pola menstruasi pola menstruasi dengan lama siklus bervariasi yang tidak dapat diramalkan; wanita sering mengalami interval inter-menstruasi panjang diselingi dengan siklus pendek. Variasi yang tidak bisa diramalkan kemungkinan diakibatkan oleh kesalahan pematangan folikel ovarium yang etrsisa pada beberapa siklus ovulasi (peningkatan esterogen diikuti oleh sekresi LH dan progesteron) dan bercampur dengan siklus nonovulasi (tidak ada gelombang LH dan progesteron). Kadar FSH meningkat secra bermakna (>25mIU/ml). Gejala awal meliputi kemerahan dan perasaan kepanasan, nyeri tekan payudara, dan disfungsi perdarahan uterus. Perimenopuse akhir dan pascamenopuse Tidak ada ovulasi, kadar estradiol menurun. Stroma ovarium terus menghasilakan androgen (androstenedion dan testoseron). Androstenedion dikonversi menjadi estron dan estradiol di dalam sel lemak perifer sehingga masih terdapat efek protektif esterogen sampai akhir kehidupan, terutama pada wanita obese. Sejumlah kecil progesterone dibuat oleh kelenjar andrenal.

Efek defisiensi esterogen Penyakit kardiovaskuler aterosklerotik peningkatan risiko penyakit koroner dan serebrovaskular (mekanisme yang diajukan meliputi penurunan kemampuan penyembuhan cedera vascular, penurunan vasodilator endogen (missal, oksida nitrat), penurunan sensitifitas insulin , penurunan lipoprotein densitas tinggi (HDL) dan peningkatan lipoprotein densitas rendah (LDL)(terutam LDL densitas kecil; penurunan regulasi reseptor LDL di hepar), peningkatan Lp (a).

Defek kognitif, demensia, dan cedera system saraf pusat: mekanisme yang diajukan melipurti disregulasi berbagai neurotransmitter, penurunan factor pertumbuhan neuron, penurunan aliran darah otak, peningkatan kejaian iskemia serebral secraa laten, dan perubahan pola tidur (mis. Tidur yang berhubungan dengan gangguan pernapasan, insomnia).

Osteoporosis: peningkatan aktifitas osteoklas. Atrofi dan disfungsi genitourinaria: vaginitis atropikans, ureteritis, inkontinensia, prolaps utero-vaginal (mekanisme yang diajukan meliputi atrofi dinding vagina, peningkatan pH vagina, penipisan mukosa uretra, penurunan sensitifitas reseptor alfa-adrenergik pada leher kandung kemih, atrofi trigonum kandung kemih).

Instabilitas vasomotor (kemerahan dan perasaan kepanasan): mengenai 80% sampai 85% wanita USA pada perimenopause. 1. Gangguan termoregulasi spesifik dipicu oleh ketidakseimbangan neuroendokrin dari hipotalamus yang dipercaya dimulai oleh defisiensi esterogen. 2. Ditandai dengan gelombang kadar rendah LH yang terjadi beberapa kali setiap jam; pusat LH di hipotalamus terletak dekat dengan area yang mengatur suhu tubuh. 3. 70% dari gelombang LH ini mengakibatkan peningakatan suhu kulit sampai 40 c disertai gejala yang berkaitan. 4. Peningkatan frekuensi episode gejala berhubungan dengan stress. Mungkin di mediasi sebagian oleh kekurangan regulasi esterogen terhadap katekolamin, olahraga tampaknya dapat membantu aspek ini. 5. Vasodilatasi perifer diikuti oleh vasokontriksi dan menggigil. 6. Episode kemerahan dan perasaan kepanasan dikulit, perspirasi, palpitasi, mual dan pusing. 7. Dapat mengganggu siklus tidur. 8. Adanya perasaan kepanasan mungkin berhubungan dengan peningkatan risiko osteoporosis dan abnormalitas metabolic lain, seperti hiperglikemia, tetapi ini masih controversial. Lain-lain : peningkatan lemak intraabdomen, penurunan kontraktilitas otot skeletal, perubahan struktur integument. (Valentina L. Brashers.2008)

Seiring dengan pertambahan usia, sistem neurohormonal tidak mampu untuk berstimulasi periodik pada sistem endokrin yang menyebabkan ovarium tidak memproduksi progesterone dan 17--estradiol dalam jumlah yang bermakna. Estrogen hanya dibentuk dalam jumlah kecil melalui aromatisasi androsteredion dalam sirkulasi. penurunan fungsi ovarium menyebabkan ovarium mengecil dan akhirnya folikel juga menghilang. Tidak adanya estrogen ovarium merupakan penyebab timbulnya perubahan-perubahan pasca menopause, misalnya: kekeringan vagina, yang dapat

menimbulkan rasa tidak nyaman sewaktu berhubungan seks, dan atrofi gradual organorgan genetalia, serta perubahan fisik lainnya. Namun wanita pasca menopause tetap memiliki dorongan seks karena androgen adrenal mereka. Masih tidak jelas apakah gejala-gejala emosional yang berkaitan dengan fungsi ovarium, misalnya depresi dan iritabilitas, disebabkan oleh penurunan estrogen akan merupakan reaksi psikologis terhadap dampak menopause.

Pada gambar dapat dilihat perbedaan antara organ reproduksi internal wanita sebelum dan sesudah mengalami menopause. Pada wanita pascamenopause, ovarium dan vagina akan mengalami atrofi karena tidak ada lagi hormone yang dihasilkan.

D. KONSEKUENSI/DAMPAK MENOPOUSE
Jika dilihat berdasarkan jangka waktunya, dampak menopause dibagi menjadi : Jangka pendek : 1. Hot flush yaitu rasa panas di dada yang menjalar ke wajah yang sering timbul pada malam hari disertai dengan keluaranya keringat dan jantung berdebar. Penyebab Serangan panas ini terjadi karena perubahan hormonal. Kadar esterogen yang berkurang pada masa perimenopause akan berpengaruh pada hypothalamus, yaitu bagian dari otak yang berfungsi untuk mengatur nafsu makan, siklus tidur, hormon seksual serta mengatur suhu tubuh(terdapat malfungsi sistem pengaturan panas tubuh di sentral (hypothalamus)). Sementara itu, bagian otak yang lain akan merespon peringatan ini dan kemudian menyebarkannya ke bagian-bagian tubuh seperti hati, pembuluh darah dan sistem saraf agar dapat menyeimbangkan panas tersebut. Ada dua macam hot flush: Hot flush standart. Biasanya berlangsung singkat. Mencapai intensitas panas maksimal dalam beberapa detik dan bertahan selama 2-3 menit, lau menghilang perahan-lahan. Hot flush lambat. Berlangsung selama 30 menit sampai satu jam. Intensitas panasnya lebih rendah tetapi tahan lama. 2. Gangguan psikologis : depresi, mudah tersinggung, mudah marah, kurang percaya diri, gangguan gairah sexsual,perubahan prilaku. 3. Gangguan mata : mata terasa kering dan gatal akibat berkurang produksi air mata. 4. Gangguan saluran kemih dan alat kelamin : mudah infeksi, nyeri sanggama, perdarahan pasca sanggama akibat atropi pada alat kelamin.

Jangka panjang : 1. Osteoporosis yaitu berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat kurangnya hormon estrogen sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis yang terjadi pada pascamenopause disebabkan karena pembentukan tulang baru berkurang, sedangkan reabsorbsi kalsium dari tulang meningkat, dengan kehilangan kalsium kira-kira 15 mg/hari antara umur 50-70 tahun (kehilangan netto 100 gr).

2. Penyakit kardiovaskuler aterosklerotik Peningkatan risiko penyakit koroner dan serebrovaskular (mekanisme yang diajukan meliputi penurunan kemampuan penyembuhan cedera vascular, penurunan vasodilator endogen (missal, oksida nitrat), penurunan sensitifitas insulin, penurunan lipoprotein densitas tinggi (HDL) dan peningkatan lipoprotein densitas rendah (LDL)(terutam LDL densitas kecil; penurunan regulasi reseptor LDL di hepar), peningkatan Lp (a). Penyakit jantung koroner : Berkurangnya hormon estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dan meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) yang meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner pada wanita. 3. Defek kognitif, demensia, dan cedera system saraf pusat: mekanisme yang diajukan melipurti disregulasi berbagai neurotransmitter, penurunan factor pertumbuhan neuron, penurunan aliran darah otak, peningkatan kejaian iskemia serebral secraa laten, dan perubahan pola tidur (mis. Tidur yang berhubungan dengan gangguan pernapasan, insomnia). Kepikunan (Dimensia tipe alzheimer) : Kekurangan hormon estrogen

mempengaruhi susunan syaraf pusat/otak,sehingga menyebabkan kesulitan konsentrasi, kehilangan ingatan pada peristiwa jangka pendek. 4. Atrofi dan disfungsi genitourinaria: vaginitis atropikans, ureteritis, inkontinensia, prolaps utero-vaginal (mekanisme yang diajukan meliputi atrofi dinding vagina, peningkatan pH vagina, penipisan mukosa uretra, penurunan sensitifitas reseptor alfa-adrenergik pada leher kandung kemih, atrofi trigonum kandung kemih). Dengan berjalannya waktu, pembuluh kapiler berkurang dan vagina menjadi pucat, licin dan halus. 5. Payudara: ukuran payudara mengecil secara progresif selama klimaksterium. 6. Instabilitas vasomotor (kemerahan dan perasaan kepanasan): mengenai 80% sampai 85% wanita USA pada perimenopause. a. Gangguan termoregulasi spesifik dipicu oleh ketidakseimbangan neuroendokrin dari hipotalamus yang dipercaya dimulai oleh defisiensi esterogen. b. Ditandai dengan gelombang kadar rendah lh yang terjadi beberapa kali setiap jam; pusat lhdi hipotalamus terletak dekat dengan area yang mengatur suhu tubuh.

c.

70% dari gelombang LH ini mengakibatkan peningakatan suhu kulit sampai 40 c disertai gejala yang berkaitan.

d.

Peningkatan frekuensi episode gejala berhubungan dengan stress. Mungkin dimediasi sebagian oleh kekurangan regulasi esterogen terhadap katekolamin, olahraga tampaknya dapat membantu aspek ini.

e. f.

Vasodilatasi perifer diikuti oleh vasokontriksi dan menggigil. Episode kemerahan dan perasaan kepanasan dikulit, perspirasi, palpitasi, mual dan pusing.

g. h.

Dapat mengganggu siklus tidur. Adanya perasaan kepanasan mungkin berhubungan dengan peningkatan risiko osteoporosis dan abnormalitas metabolic lain, seperti hiperglikemia, tetapi ini masih controversial.

7. Kulit: Reseptor esterogen terdapat pada kulit, terutama kulit wajah, paha dan payudara. Dengan penuaan (esterogen menurun), kulit menjadi lebih tipis, elastisitas berkurang sehingga terjadi pengeriputan. Perubahan-perubahan ini paling jelas di bagian tubuh yang terpapar sinar matahari (misalnya wajah, leher, tangan). Penelitian pada binatang menunjukkan bahwa esterogen meningkatkan

pertumbuhan sel kulit, mengubah kandungan kolagen, mengubah variasi kulit dan memperbanyak kandungan air dalam kulit. 8. Rambut: Perubahan rambut (penipisan) mungkin merupakan sebagian akibat rendahnya kadar esterogen sementara kadar testosteron tetap. Rambut halus pada wajah yang ditumbuhi rambut kasar berkurang, terutama pada bibir atas (kumis) dan dagu. Rambut pubis dan aksila berkurang dan dapat tampak kebotakan ringan. 9. Lain-lain : peningkatan lemak intraabdomen, penurunan kontraktilitas otot skeletal, perubahan struktur integument.

Jika dilihat berdasarkan pada keadaan fisik dan psikologisnya, dampak menopause antara lain : FISIK Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami

ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di

sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar (Hurlock, 1992). Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu: a. Ketidakteraturan Siklus Haid Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala haid muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini sering disertai dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang normal. Keadaan ini sering mengesalkan wanita karena ia harus beberapa kali mengganti pembalut yang dipakainya. Normalnya haid akan berakhir setelah tiga sampai empat hari, namun pada keadaan ini haid baru dapat berakhir setelah satu minggu atau lebih. b. Gejolak Rasa Panas Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai berkurang dan berlangsung sampai haid benar-benar berhenti. Sheldon H.C (dalam Rosetta Reitz, 1979) mengatakan kira-kira 60% wanita mengalami arus panas. Arus panas ini disertai oleh rasa menggelitik disekitar jari-jari, kaki maupun tangan serta pada kepala, atau bahkan timbul secara menyeluruh. Munculnya hot flashes ini sering diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini berlangsung selama dua sampai tiga menit yang disertai pula oleh keringat yang banyak. Ketika terjadi pada malam hari, keringat ini dapat menggangu tidur dan bila hal ini sering terjadi akan menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi depresi. c. Kekeringan Vagina Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, Liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, keputihan, rasa sakit pada saat kencing. Keadaan ini membuat hubungan seksual akan terasa sakit. Keadaan ini sering kali menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensi buang air kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan kencing terutama pada saat batuk, bersin, tertawa atau orgasme.

d. Perubahan Kulit Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan. Kulit di bagian bawah mata menjadi mengembung seperti kantong, dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas (Hurlock, 1992) e. Keringat di Malam Hari Berkeringat malam hari, bangun bersimbah peluh. Sehingga perlu

mengganti pakaian dimalam hari. Berkeringat malam hari tidak saja menggangu tidur melainkan juga teman atau pasangan tidur. Akibatnya diantara keduanya merasa lelah dan lebih mudah tersinggung, karena tidak dapat tidur nyenyak. f. Sulit Tidur Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam hari, wajah memerah dan perubahan yang lain. g. Perubahan Pada Mulut Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal. h. Kerapuhan Tulang Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis (kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur, paling banyak menyerang wanita yang telah menopause. Biasanya kita kehilangan 1% tulang dalam setahun akibat proses penuaan (mungkin ini yang menyebabkan nyeri persendian), tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya. John Hutton (1984:35) memperkirakan sekitar 25% wanita kehilangan tulang lebih cepat daripada proses menua. Menurunnya kadar estrogen akan diikuti dengan penurunan penyerapan kalsium yang terdapat dalam makanan. Kekurangan kalsium ini oleh tubuh diatasi dengan menyerap kembali kalsium yang terdapat dalam tulang, dan akibatnya tulang menjadi keropos dan rapuh. i. Badan Menjadi Gemuk

Banyak wanita yang menjadi gemuk selama menopause. Rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan. Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada masa menopause, hal ini disebabkan oleh faktor makanan ditambah lagi karena kurang berolahraga. j. Penyakit Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause. Dari sudut pandang medik ada 2 (dua) perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis). Penyakit jantung dan pembuluh darah dapat menimbulkan gangguan seperti stroke atau serangan jantung. Selain itu penyakit kanker juga lebih sering terjadi pada orang yang berusia lanjut. Semakin lama kehidupan maka semakin besar kemungkinan penyakit itu menyerang. Misalnya kanker payudara, kanker rahim dan kanker ovarium. Kanker payudara lebih umum terjadi pada wanita yang telah melampaui masa menopause. Kanker rahim adalah istilah luas untuk kanker yang terjadi di rahim, ada dua bagian rahim yang dapat menjadi tempat bermulanya kanker. Yang pertama adalah serviks, kanker ini terutama berjangkit pada wanita berusia diatas 30 tahun. Gejala yang harus diperhatikan adalah pendarahan vagina setelah persetubuhan, pergetahan vagina yang tidak biasa dan noda diantara haid. Sementara kanker indometrium (kanker tubuh rahim) terutama menjangkiti wanita diatas usia 45 tahun, yang paling menanggung resiko adalah yang pernah mendapat haid agak lambat, dan yang mempunyai kombinasi antara tekanan darah tinggi, diabetes, dan berat tubuh berlebih. Gejalanya adalah pendarahan tak normal, pendarahan antara haid, keluaran darah yang lebih lama atau lebih kental dibandingkan biasanya, dan pendarahan haid terakhir dalam menopause.

PSIKOLOGIS Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat penting peranan dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun; hilangnya jabatan atau

pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan sang lansia tersebut. Berbicara tentang aspek psikologis lansia dalam pendekatan eklektik holistik, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ-biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dalam kehidupan lansia. Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang. Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu: a. Ingatan Menurun Gelaja ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat. b. Kecemasan Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia merasa menjadi pencemas. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya kalau dulu biasa pergi sendirian ke luar kota sendiri, namun sekarang merasa cemas dan khawatir, hal itu sering juga diperkuat oleh larangan dari ana-anaknya. Kecemasan pada Ibu-ibu lansia yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan semangat/dukungan dari ornag di sekitarnya; namun ada juga yang terus-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya telah memberi dukungan. Akan tetapi banyak juga ibu-ibu yang mengalami menopause namun tidak mengalami perubahan yang berarti dalam kehidupannya. Menopause rupanya mirip atau sama juga dengan masa pubertas yang dialami seorang remaja sebagai awal berfungsinya alat-alat reproduksi, dimana ada remaja yang cemas, ada yang khawatir namun ada juga yang biasa-biasa sehingga tidak menimbulkan gejolak.

Adapun simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn and Davidson (1990 :9) adalah sebagai berikut :
Suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis,

seperti: mudah marah, perasaan sangat tegang.


Pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir, sukar

konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya.
Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari

situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan.
Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup,

kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi.


Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar,

pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering. Gangguan kecemasan dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanann diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan berbahaya. Kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu memberi isyarat kepada makhluk hidup agar melakukan tindakan mempertahankan diri untuk menghindari atau mengurangi bahaya atau ancaman. Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bagaimana juga, bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis. c. Mudah Tersinggung Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak menggangu. Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orangorang di sekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya. d. Stress

Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para lansia menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Kalau tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit, artinya kalau dibiarkan dapat menggerogoti tubuh secara diam-diam. Namun demikian stress tidak hanya memberikan dampak negatif, tapi bisa juga memberikan dampak positif. Apakah kemudian dampak itu positif atau negatif, tergantung pada bagaimana individu memandang dan mengendalikannya. Stress adalah suatu keadaan atau tantangan yang kapasitasnya diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stress sangat individual sifatnya. Respon orang terhadap sumber stress sangat beragam, suatu rentang waktu bisa tiba-tiba jadi pencetus stress yang temporer. Stress dapat juga bersifat kronis misalnya konflik keluarga. Reaksi kita terhadap pencetus stress dapat digolongkan dalam dua kategori psikologis dan fisiologis. Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi kita dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai dari hanya ekspresi marah sampai akhirnya ke hal-hal lain yang lebih sulit untuk dikendalikan. Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress ini tergantung pada beberapa faktor, termasuk keadaan emosi pada saat itu dan sikap orang itu dalam menanggapi stress tersebut. e. Depresi Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan 9% s/d 26% wanita dan 5% s/d 12% pria pernah menderita penyakit depresi yang gawat di dalam kehidupan mereka. Setiap saat, diperkirakan bahwa 4,5% s/d 9,3% wanita dan 2,3% s/d 3,2% pria akan menderita karena gangguan ini. Dengan demikian secara kasar dapat dikatakan bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan akan menderita depresi daripada pria.

Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya. Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi merupakan respon terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan tertentu, akan tetapi beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam yang tidak sesuai atau proporsional dengan lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit dihindarkan. Simton-simton psikologis adanya depresi bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Marie Blakburn dan Kate Davidson (1990:5) adalah sebagai berikut :
Suasana hati, ditandai dengan kesedihan, kecemasan, mudah marah. Berpikir, ditandai dengan mudah hilang konsentrasi, lambat dan kacau dalam

berpikir, menyalahkan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri rendah.


Motivasi, ditandai dengan kurang minat bekerja dan menekuni hobi,

menghindari kegiatan kerja dan sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan tinggi pada orang lain.
Perilaku gelisah terlihat dari gerakan yang lamban, sering mondar-mandir,

menangis, mengeluh.
Sintom biologis, ditandai dengan hilang nafsu makan atau nafsu makan

bertambah, hilang hasrat sesksual, tidur terganggu, gelisah.

E. PENATALAKSANAAN MENOPAUSE
Nonfarmakologis Olahraga telah terbukti menghasilkan perbaikan dalam perasaan kepanasan, sasana hati, kekuatan otot, densitas mineral tulang, dan kualitas hidup keseluruhan sementara mengurangi risiko jantung pasca menopause. Berhenti merokok dapat emnghasilkan perbaikan esterogen dan

menurunkan risiko kardiovaskular. Bantu pasien mengidentifikasi dan menghindari stimulus yang mencetuskan luapan gejala vasomotor, termasuk alkohol, kafein, dan makanan berbumbu pedas; pakaian berlapis dapat membantu mengontrol suhu. Modifikasi diet dengan memasukkan Penggunaan bahan makanan yang mengandung unsur fito estrogen (Kedelai, tahu, tempe, kecap,pepaya) Penggunaan bahan makanan sumber kalsium L-tryptophan untuk membantu tidur (susu, youghurt, keju, dll). Menghindari makanan yang banyak mengandung lemak, kopi dan alkohol. Ajarkan pasien mengenai penggunaan pelumas vagina. Ciptakan lingkungan yang aman dan menyenangkan untuk pasien sehingga dapat terjadi diskusi terbuka mengenai kekhawatiran tentang gejala, penuaan, dan hubungan, dan memberi penjelasan yang menyenangkan bahwa semua wanita mengalami sedikit kesulitan dalam melakukan transisi kehidupan menua bisa sangat membantu. Melakukan berbagai pemeriksaan diantaranya: Pemeriksaan ginekologi secara rutin Pemeriksaan kesehatan umum secara rutin, misalnya tensi, timbang berat badan, rekam jantung Pemeriksaan Bone Mass Densitometri Pemeriksaan Laboratorium (Gula Darah, Kolesterol) Pemeriksaan pap smear secara rutin Perabaan payudara (sadari).

Farmakologis : 1. Terapi Sulih Hormon (TSH)atau Gormon Replacement Therapy/HRT DEFINISI TSH atau HRT (Hormon Replacement Terapy) merupakan pilihan untuk mengurangi keluhan pada wanita dengan keluhan atau sindroma menopause dalam masa premenopause dan postmenopause. Selain itu, TSH juga berguna untuk menjaga berbagai keluhan yang muncul akibat menopause, seperti keluhan vasomotor, vagina yang kering, dan gangguan pada saluran kandung kemih. Penggunaan TSH juga dapat mencegah perkembangan penyakit akibat dari kehilangan hormon estrogen, seperti osteoporosis dan jantung koroner. Jadi, tujuan pemberian TSH adalah

sebagai suatu usaha untuk mengganti hormon yang ada pada keadaan normal untuk mempertahankan kesehatan wanita yang bertambah tua. SYARAT MINIMAL SEBELUM PEMBERIAN ESTROGEN DIMULAI Tekanan darah tidak boleh tinggi. Pemeriksaan sitologi uji Pap normal. Besar uretus normal ( tidak ada mioma uterus ). Tidak ada varises di ekstremitas bawah. Tidak terlalu gemuk / tidak obesitas. Kelenjar tiroid normal. Kadar normal : Hb, kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium,fungsi hati. Nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes militusperlu dikonsulkan terlebih dahulu ke spesialis penyakit dalam. BEBERAPA CARA PEMBERIAN TSH 1. Regimen I (mengandung estrogen saja) Regimen ini bermanfaat untuk perempuan yang telah diangkat rahimnya estrogen diberikan tiap hari tanpa terputus (kontinyu) 2. Regimen II (estrogen dan progestogen) Kombinasi sekuensial; estrogen diberikan kontinyu, dengan

progestogen diberikan sekuensial hanya 10-14 hari setiap 1 siklus dengan tujuan untuk mencegah terjadinya hiperplasia endometrium

lebih baik diberikan kepada perempuan di usia pra atau peri menopause karena mereka masih menginginkan siklus haid yang teratur Estrogen dan progestogen diberikan bersamaan secara kontinyu tanpa terputus. Cara ini akan menimbulkan keluhan tidak haid (amenorea) Pada 3-6 bulan pertama dapat saja terjadi perdarahan bercak. Tepat diberikan pada perempuan pasca menopause, karena tidak

menginginkan datangnya haid CARA PEMBERIAN TSH Regimen I. Estrogen saja Estrogen Kontinyu Progestogen Tidak perlu Catatan Tanpa rahim

II. Kombinasi Estrogen dan Progesteron (standar untuk perempuan yang memiliki rahim. a. Kombinasi sekuensial b. Estrogen progesteron kontinyu Kontinyu Kontinyu Sekuensial (10-14 Perdarahan hari per siklus) Kontinyu lucut Tidak atau perdarahan bercak JENIS JENIS OBAT Jenis-jenis sedian estrogen Jenis estrogen dapat dibagi berdasarkan komposisi kimiawinya; 1. Estrogen Alamiah adalah estrogen konyugasi, 17 beta estradiol ( dalam bentuk mikrones atau bukan mikrones), estron dan estriol 2. Estrogen sintetik adalah etinil estradiol, mestranol, dan dietil stilbesterol, Saat ini hanya etinil- estradiol yang aman untuk dipergunakan sebagai obat kontrasepsi haid

Preparat estrogen sintetik merupakan estrogen yang kuat, sehingga sangat tidak dianjurkan untuk dipergunakan sebagai terapi hormon pengganti pada perempuan menopause Namun untuk daerah terpencil dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat yang rendah Pil kontrasepsi yang mengandung estrogen dengan dosis kecil 20 -30 igram etinil estradiol masih dapat dipergunakan sebagai Terapi pengganti hormon asal dilakukan dengan pengawasan yang ketat Cara pemberian obat sedian estrogen yang ada di Indonesia saat ini adalah per oral, krim vagina atau plester (path perkutanius)

Jenis Estrogen Yang Dianjurkan Jenis Estrogen Konyugasi Cara (kontinyu) Oral Dosis per Hari 0,3 - 0,625 mg

Oral 17 Estradiol Transdermal Subkutan Estradiol Valerat Estradiol (etron sulfat piperasin) Oral Oral

1 - 2 mg 50 - 100 mg 25 mg 1 - 2 mg

0,625 mg - 1,25 mg

Jenis Persedian Progesteron Terdapat dua jenis progesteron yaitu turunan ; 1. Progesteron (C-21) yang bersifat alamiah Seperti ; medroksi - progesteron asetat (MPA, didrogesteron, siproteron asetat, medrogestone, mikrones progesterone)

2. Progesteron 19 - nortestosteron yang bersifat Sintetik Seperti ; 0,7 1 mg noretisteron, 150 gram norgestrel, 75 gram levonorgestrel, desogestrel, gestoden, norgestimate

Untuk Keperluan THP dipilih progesteron yang bersifat alamiah, karena proses metabolisme obat ini tidak terlalu membebani hati

Manfaat pemberian progesteron bersamaan dengan estrogen terutama adalah untuk mencegah timbulnya hiperplasia endometrium akibat penggunaan estrogen tunggal

Lam pemberian 10 hari dan lebih baik jika diberikan selama 12 14 hari dalam setiap bulannya

Progesteron tidak perlu diberikan pada perempuan menopause yang rahimnya telah diangkat (post Histrektomi)

Pemberian Progesteron yang ada di Indonesia adalah per oral

Jenis Dan Dosis Progesteron Yang Dianjurkan JENIS TERAPI SEKUENSIAL (per hari) Progesteron Medroksi Progesteron Asetat (MPA) Siproteron asetat Disrogesteron 1 mg 10- 20 mg 1 mg 10 mg 300 mg 10 mg TERAPI KONTINYU (per hari) 100 mg 2,5 5 mg

Sedian yang Memiliki sifat Estrogenik, Progestogenik dan androgenic Sediaan steroid sintetik yang memiliki sifat Estrogenik, Progestogenik dan androgenik sekaligus adalah Tibolon Obat ini dapat memperbaiki keluhan klimakterik dan mengatasi masalah keropos tulang, tanpa menimbulkqn efek hiperplasia endometrium

Penggunaan sediaan ini tidak memerlukan pemberian sedian progesteron lagi Tibolon bermanfaat diberikan bagi perempuan menopause yang tidak menginginkan adanya perdarahan haid lagi Efek sampingnya adalah rasa mual di awal-awal terapi dan hanya kurang 10 persen pemakai yang mengeluh timbul perdarahan pervaginam Dosias awal yang dianjurkan adalah 2,5 mg/per hari per oral

JENIS OBAT HRT/THP/TSH YANG ADA DI INDONESIA

Cara

Kandungan Oral 17 Estradiol 1-2 mg

Nama Dagang

Estrofem Premarin

Esttrogen saja

Estrogen konyugasi 0,3 mg 0,625 mg ; 1,25 mg Estropipat 0,625 - 1,25 mg Estradiol Valerat 1 -2 mg 17 Estradiol Medroksi Progesteron asetat (MPA) 5 - 10 mg Didrogesteron 10 mg

Ogen Proginova Femseven Provera

Duphaston Primolut N Norelut

Progesteron saja

Noretisteron 5 mg

Linesterenol 5 mg Alilestrenol 5 mg

Endometril Premaston Pregnolin

Estradiol Valerat 2 mg + Medroksi Progesteron asetat (MPA) 10 mg Kombinasi E +P Sekuensial Estradiol Valerat 2 mg + Siproteron asetat 2 mg 17 Estradiol 1 - 2 mg + Noretisteron asetat 1 mg Kombinasi E +P Kontinyu E + P +A (Khusus) Kontinyu Testosteron andekonoat 40 mg Androgen saja Mesterolon 25 mg Fluoksimestron 5 mg Krim vagina Esttrogen saja Estriol 17 Estradiol 2 mg + Noretisteron asetat 1 mg Tibolon

Dilena

Climent

Trisequens

Kliogest

Livial

Andriol Proviron Halotestin

Ovestin

Lama Dan Saat Pemberian THP/TSH Lama pemberian THP pada perempuan menopause selama mungkin sampai usia lanjut karena banyak manfaatnya THP dapat mulai diberikan sejak perempuan mengalami sindrom klimakterik yaitu sejak usia pra menopause Tidak ada kata terlambat untuk pemberian THP ini, sehingga boleh diberikan pertama kali pada perempuan pasca menopause yang telah berusia 60 tahun atau lebih

Penyembuhan sindrom klimakterik dalam THP memerlukan waktu sekitar 3 bulan, setelah 6 bln pengobatan keluhan belum menghilang harus dicari faktor penyebab lain

Selama THP Perlu Kontrol dengan Jadua Setelah 1 Bulan Amati adanya keluhan yang biasanya berhubungan dengan dosis dan cara pemberian THP Bila tak ada keluhan maka dosis, cara dan jenis terapi dapat diteruskan Setelah 3 Bulan Ukur tekanan darah, bila tinggi dapat diberikan obat anti hipertensi dan bila tetap sukar dikendalikan ganti dengan cara lain sep; plester Bila terdapat bercak perdarahan pervaginam, ganti cara pemberian obat, ganti jenis laiannya Bila ada efek samping berupa mual, sakit kepala, bertambah BB, payudara kencang, keputihan, rasa gatal pada vagina, turunkan dosis estrogen atau pilih cara lain seperti krim atau plester Setelah Itu, untuk setiap 6-12 bulan Periksa organ ginekologi; lihat serviks, atau lakukan papsmir, bila memungkinkan Amati efek samping yang timbul Amati keberhasilan terapi Lakukan perabaan payudara Setelah 12 bulan Lakukan perabaan payudara, mammografi bila ada Ulangi mammografi setiap 1 tahun kalau ada risiko kanker payudara kalau tidak dilakukan setiap 2 tahun

F. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENOPAUSE


Pengkajian meliputi Identitas Klien dan Identitas penanggung jawab Keluhan utama Keluhan utama klien adalah mengeluh tidak haid Keluhan saat ini Klien mengeluh tidak haid disertai dengan perasaan tidak enak seperti rasa terbakar (hangat) yang menyebar dari badan ke wajah (Hot Flushes), sulit berkonsentrasi, sakit kepala, berdebar-debar, tangan dan kaki dingin, gelisah, merasa nyeri di sekitar vagina bila berhubungan. Biasanya sebelum tidak dapat haid, haidnya tidak teratur. Berikut merupakan tanda dan gejala menopause : Hot flush, kecemasan, depresi, perunabahan mood, insomnia, kelelahan, peningkatan gejala IMS, penurunan lubrikan vagina, perubahan deposit lemak (Morgan dan Hamilton, 2009) Riwayat Kesehatan masa lalu (Riwayat Obstetri) Tanyakan apakah klien pernah mengalami kelainan haid sepert dysmenarhoe, menoraghi, metrorhagia dll ? Tanyakan kepada klien pada usia berapa klien memperoleh haid pertama? Tanyakan apakah klien pernah melakukan abortus atau keguguran, semua persalinan di bantu siapa, normal atau SC? Pernah melakukan tindakan pembedahan, kemoterapi? Tanyakan jenis kontrasepsi yang digunakan? (Brashers, 2008). Riwayat kesehatan keluarga Tanyakan kepada klien apakah ada keluarga yang menderita penyakit kelamin, tumor pada organ genitalia? Riwayat psikospiritual Klien seringkali merasa cemas . Tanyakan hubungan dengan keluarga bagaimana? Hubungan dengan masyarakat bagaimana? Kegiatan spiritualnya bagaimana? Kebiasaan Hidup sehari-hari a. Kebutuhan dasar 1. Pola makan

Tanyakan pada klien frekuensi makan dalam sehari, komposisi nasi, sayur, lauk, buah serta nafsu makannya bagaimana (biasanya nafsu makan menurun) 2. Pola minum tanyakan berapa banyak konsusmsi air dalam sehari. 3. Pola eliminasi Tanyakan berapa sering frekuensi buang air besar dan kecil, beserta konsistensi, warna dan bau. Ada keluhan sakit ketika buang besar dan buang air kecil. Biasanya pada pasien menopause terdapat gejala inkontinensia stress urine. 4. Pola tidur Tanyakan pada Klien tidur malam pukul berapa bangun jam berapa? TanyakanKlien tidur siang pukul berapa sampai jam berapa Tanyakan apakah Klien mengalami kesulitan tidur ? ( biasanya2 bulan terakhir klien susah tidur, karena merasa tidak enak badan.) 5. Tambahan : kebiasaan merokok PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum - biasanya terdapat Perubahan mood terjadi karena merasa tidak enak badan - Vital sign: T: N: P: Suhu:

2. Kulit: pada wanita menopause kulit mulai keriput, tidak ada lesi, kemerahan. Perubahan kulit pada wanita menopause adalah sebagai berikut : penipisan dan penurunan lapisan lemak subkutan, kekeringan, kerontokan rambut (Brashers, 2008). 3. Kepala: Kaji kesimetrisan kepala, apakah tegak lurus dengan garis tengah tubuh, kulit kepala bersih atau tidak, rambut mulai rontok, rambut mulai beruban. 4. Muka: ekspresi wajah pada wanita menopause tampak cemas, kemerahan, hangat, tumbuh bercak-bercak kecoklatan. 5. Mata: kaji ada tidaknya ikterus, pupil isokhor kiri dan kanan atau tidak, perhatikan tanda-tanda anemis

6. Telinga: bentuk kesimetrisan antara telinga pendengaran terganggu.

kiri dan kanan, tanyakan apakah

7. Hidung: kaji bentuk ,kesimetrisan, fungsi penciuman, ada tidaknya polip , darah/cairan keluar dari hidung. 8. Mulut: keadaan bibir agak kering, sianosis (-), 9. Leher: kaji ada tidaknya pembengkakan kelenjar tiroid, apakah leher dapat digerakkan dengan bebas. 10. Dada: kaji kesimetrisan bentuk dan gerakan dada, kaji adanya nyeri tekan, pemeriksaan payudara menyeluruh. 11. Abdomen: pemeriksaan bimanual dengan cermat karena ovarium seharusnya sangat kecil atau tidak dapat di palpasi .kaji adanya pembesaran hati dan limpa 12. Genital: Inspeksi mukosa vagina terhadap pemucatan dan pengurangan ruga. kaji bagian labia, klitoris, vagina (Pada wanita Menopause mengecil, vagina kering, tidak elastis). Pemeriksaan rectum, catat adanya hemoroid. 13. Tungkai/ekstremitas: kesimetrisan kiri dan kanan, apakah klien dapat melakukan aktivitas dengan baik 14. Kuku: Bagaimana keadaan kuku pasien

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Tes kehamilan dengan menggunakan tes HCG (Human Chorionic Gonadotropin): (-) 2. Pemeriksaan darah: kadar progesterone dan estrogen rendah. Kadar progesterone (serum) harus diukur pada hari ke-20 sampai ke-24 sebelum menstruasi. Pasien tidak mengeluarkan ovum bila kadarnya < 300 mg. 3. kadar FSH harus diukur pada hari ke-6 atau ke-7 dari masa minggu bebas pil KB (alat kontrasepsi). Bila kadarnya melebihi 40 mIU/ml, pasien berada pada masa menopause dan mungkin sedang pada masa peralihan. Kadar LH pada masa pertengahan siklus 30150 IU/ml, serta masa pascamenopause 30-120 IU/ml. catat rasio FSH : LH. Bila lebih dari 1 adalah tanda dari menopause. 4. Pemeriksaan mikroskopik: Korteks ovarium menipis dan medulla relatif menebal akibat bertambahnya jaringan ikat fibrosa dan menjadi sklerotik. (Morgan dan Hamilton, 2009).

Masalah Keperawatan Prioritas 1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi seksual 2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan stres psikologis

RENCANA KEPERAWATAN 1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi seksual ditandai dengan: DS: - Klien mengeluh nyeri saat berhubungan - Klien mengeluh sering menolak bila diajak berhubungan. DO: - Alat kelamin luar nampak mengecil - Vagina kering, kurang elastis Tujuan:

setelah diberi tindakan keperawatan 1 x 24 jam, Klien mengungkapkan disfungsi seksual teratasi kriteria: - Nyeri hilang bila berhubungan - Klien tidak menolak bila diajak berhubungan - Vagina lembab dan elastis

Intervensi 1. Ciptakan lingkungan saling

Rasional 1. kebanyakan klien kesulitan untuk berbicara tentang subjek

percaya dan beri kesempatan kepada klien untuk masalahnya

sensitive, tapi dengan terciptanya rasa saling percaya dapat apa yang

menggambarkan

dalam kata-kata sendiri. 2. Beri informasi tentang kondisi individu 3. Anjurkan klien untuk berbagi pikiran / masalah dengan

menentukan/mengetahui yang dirasakan pasien

menjadii kebutuhannya. 2. informasi akan membantu klien memahami situasinya sendiri. 3. komunikasi terbuka dapat

pasangan / orang dekat.

4. Diskusikan tentang cara/teknik berhubungan

dengan

klien

mengidentifikasi

area

penggunaan khusus saat

penyesuaian atau masalah dan meningkatkan resolusi. 4. mengurangi kekeringan vagina yang dapat menimbulkan rasa sakit dan iritasi, sehingga diskusi dan

(misalnya:

penggunaan minyak vagina) 5. Kolaborasi dengan dokter, Beri obat sesuai indikasi :Estrogen pengganti

meningkatkan kenyamanan dalam berhubungan. 5. memulihkan atrofi genetalia,

kekeringan vagina, uretra

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan: DS: - Klien merasa tidak enak/nyaman dengan keadaannya sekarang. DO: - Klien sering bertanya tentang keadaannya - Klien tampak cemas, gelisah Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 40 menit klien mengungkapkan pengetahuannya bertambah dengan kriteria: - Klien tahu penyebab keadaan saat ini - Klien dapat menyesuaikan diri dengan keadaannya - Klien tidak bertanya-tanya tentang keadaannya - Klien tampak ceria

Intervensi 1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang keadaannya 2. Beri penjelasan tentang proses menopause, penyebab, gejala

Rasional 1. menentukan tentang tentang sampai di mana klien proses

pengetahuan keadaannya /

menopause

menopause. 3. Beri penjelasan pada klien tentang proses pengobatan 4. Diskusikan tentang perlunya pengaturan/diet makanan,

2. memberi pengetahuan pada klien tentang menopause 3. terapi pengganti estrogen tidak mengembalikan siklus haid normal tapi menurunkan/menghilangkan gejala penyebab dari menopause seperti: memulihkan atrofi dapat

penggunaan suplemen.

genetalia dan perubahan dinding uretra, menghilangkan hot flushes, dll. Terapi progesterone dan

estrogen diberi secara siklik untuk meniru siklus endometrium 4. meningkatkan kesehatan dan

mencegah osteoporosis. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan stres psikologis DS : Klien mengeluh susah tidur, sering terbangun pada malam hari

DO : Kadar estrogen turun

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, klien mengungkapkan peningkatan kualitas tidur Kriteria hasil : Klien melaporkan perubahan yang baik pada pola tidur Klien mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera atau segar Intervensi 1. Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi 2. Berikan tempat tidur yang nyaman 3. Tingkatkan kenyamanan Rasional 1. mengidentifikasi yang tepat 2. meningkatkan kenyamanan intervensi

tidur serta dukungan fisiologis dan psikologis 3. meningkatkan efek relaksasi 4. memberikan situasi kondusif

waktu tidur, misalnya mandi air hangat, massage

4. Kurangi lampu

kebisingan

dan

untuk tidur 5. perubahan posisi mengubah

5. Dorong posisi yang nyaman

area tekanan dan meningkatkan istirahat

DAFTAR PUSTAKA

Morgan, Geri dan Hamilton, Carole. 2009. Obstetri & Ginekologi Panduan Praktik alih bahasa Rusi M. Syamsi, Ramona P. Kapoh. Jakarta : EGC Brashers, Valentine L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan & Manajemen alih bahasa H. Y. Kuncara. Jakarta : EGC Taber, Ben-Zion . 1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC Wiknjosastro H. 2009. Ilmu Kandungan. Edisi ke-2. Cetakan ke-7. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

You might also like