You are on page 1of 34

BAB VI REFORMASI APARATUR NEGARA

BAB VI REFORMASI APARATUR NEGARA


Reformasi Aparatur Negara diuraikan ke dalam dua bagian yaitu: (I) Pendayagunaan Aparatur Negara, dan (II) Program Implementasi Telematika. I. A. PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA Pendahuluan

Aparatur Negara sebagai unsur pelaksana penyelenggaraan pemerintahan negara mempunyai peran sentral dan strategis terhadap keberhasilan pembangunan nasional. Kinerja aparatur negara dari waktu ke waktu terus mengalami penyempurnaan dan peningkatan seirama dengan tuntutan dan perubahan lingkungan strategis yang berkembang begitu cepat, baik nasional, regional maupun global. Namun demikian, berbagai kendala masih harus diatasi.

VI/1

Di bidang peradilan, para hakim dalam menangani perkara sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat masih belum optimal. Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya kemandirian hakim sebagai akibat dari dualisme pembinaan antara yudikatif (Mahkamah Agung) dengan eksekutif (Departemen Kehakiman). Di bidang kelembagaan, masih terdapat kecenderungan pengembangan organisasi dalam Jabatan Struktural yang berdampak kurang efektif dan efisiennya pelaksanaan tugas organisasi. Kecenderungan tersebut jelas tidak didasari atas visi dan misi organisasi tetapi lebih berorientasi pada kekuasaan. Dilain pihak, pengembangan jabatan fungsional yang lebih berorientasi pada profesionalisme masih belum didukung oleh sikap dan perilaku birokrasi karena keterbatasan penyediaan kesejahteraan pegawai. Di bidang kepegawaian, kebijaksanaan sentralisasi kewenangan pembinaan pegawai dalam arti luas menimbulkan berbagai masalah dalam pembinaan kepegawaian. Tidak adanya sinkronisasi antara kebutuhan pegawai dari segi kuantitas dan kualitas sering terjadi pada satuan organisasi pemerintah. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap kinerja organisasi terutama dalam bentuk pelayanan masyarakat yang rendah. Di bidang ketatalaksanaan, pengaturan sistem dan prosedur kerja baik dibidang tugas umum pemerintahan, tugas pembangunan dan tugas pelayanan masyarakat oleh masing-masing lembaga pemerintah belum mencerminkan prinsip efisiensi dan efektifitas, sehingga hasil yang dicapai belum optimal. Di bidang pelayanan masyarakat masih terdapat berbagai kelemahan dan kekurangan. Kinerja aparatur pemerintah di bidang pelayanan masyarakat masih menjadi sorotan masyarakat. Walaupun be r ba ga i l a n gk a h k e a r a h p e r b a i k a n d a n pe ni n gk a t a n ku a l i t a s

VI/2

pelayanan terus diupayakan oleh pemerintah, namun hasilnya belum dirasakan oleh masyarakat. Keluhan dan kritikan masyarakat terutama berkait dengan sistem dan prosedur pelayanan yang masih berbelit-belit (birokratis) yang seolah-olah disengaja untuk memberi peluang terjadinya pungutan-pungutan yang tidak resmi, jangka waktu penyelesaian pelayanan yang tidak berkepastian, informasi pelayanan yang tidak transparan serta sikap dan perilaku aparatur yang masih cenderung sebagai penguasa yang ingin dilayani.

B. 1.

Langkah-langkah yang Dilakukan dan Hasil-Hasil yang Dicapai Pemisahan Fungsi Yudikatif dari Eksekutif.

Sebagai tindak lanjut Ketetapan MPR Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi Pembangunan Dalam Rangka Penyelamatan Dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara, maka perlu dilakukan pengkajian pemisahan kekuasaan yudikatif dari eksekutif sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1999 tanggal 17 Maret 1999 yang menugaskan kepada Tim Kerja Terpadu untuk membantu Presiden dalam melaksanakan pengkajian pemisahan fungsi yudikatif dari eksekutif dan identifikasi konsekuensi pemisahan tersebut. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dinilai sudah tidak memadai lagi. Oleh karenanya perubahan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman perlu diprioritaskan terutama perubahan ketentuan Pasal 11 dan Pasal 22.

VI/3

Saat telah diterbitkan Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 Tentang Perubahan Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 Tentang Kekuasaan Kehakiman. 2. Penataan Organisasi Pemerintah.

Langkah-langkah yang telah dan sedang diambil mengenai organisasi Aparatur Negara yang dikaitkan dengan upaya peningkatan efisiensi dengan adanya rencana pemberian Otonomi Daerah, dukungan program Telematika dan peningkatan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil/ABRI ditempuh dengan menetapkan kebijaksanaan kelembagaan pemerintah yang diarahkan pada perwujudan kelembagaan yang semakin dinamis, cepat dan fleksibel sesuai kebutuhan masyarakat. Organisasi pemerintah itu bercirikan mempunyai visi dan misi organisasi yang jelas, struktur organisasi datar dan ramping, dan diisi jabatan-jabatan fungsional. Selama kurun waktu 1998/1999, penataan kelembagaan telah dilakukan terhadap berbagai instansi pemerintah, antara lain: a. b. c. d. e. Menteri Negara Koordinator; Menteri Negara; Sekretariat Wakil Presiden; Sekretariat Negara; Departemen: Dalam Negeri, Luar Negeri, Kehakiman, Penerangan, Keuangan, Perindustrian dan Perdagangan, Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan, Pekerjaan Umum, Perhubungan, Pariwisata Seni dan Budaya, Koperasi, Pendidikan dan Kebudayaan, Kesehatan, Agama serta Sosial; LPND: BKPM, LAN, BAKN, BPPT, Batan, LIPI, BPS, Bapeten, Lemsaneg, Bappenas, BKKBN, dan Bakosurtanal; Pemerintah Daerah: Setwilda Tingkat I dan II, Rumah Sakit Umum Daerah, Bapedalda Tingkat II, Kantor Arsip Daerah

f. g.

VI/4

h.

Tingkat I dan II, Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat II, Kantor Perpustakaan Umum Dati II, Kantor Balai Informasi Penyuluh Pertanian, dan Balai Pengujian Kendaraan Bermotor Dati I dan II. Sebagai tindak lanjut usulan Daerah, telah disetujui oleh DPR Undang-undang Tentang Pengembangan Propinsi di Maluku menjadi 2 propinsi dan Irian Jaya menjadi 3 Propinsi serta pembentukan 38 Kabupaten/Kota baru. Sekretariat Komisi Pemilihan Umum; Otorita Batam, Undang-undang mengenai pengelolaan Kawasan Pulau Batam, Rempang, dan Galang (BARELANG) telah disetujui oleh DPR.

Adapun pelaksanaan kegiatan penataan kelembagaan pemerintah, yang juga dalam kerangka perluasan otonomi daerah, dilakukan dengan strategi dan upaya penyempurnaan dan penerbitan peraturan perundang-undangan, penataan kelembagaan, dan pengembangan sistem kelembagaan, yang masing-masing dengan : (a) Peraturan Pemerintah (PP): (1) (2) Nomor 49 Tahun 1998 tentang Perubahan atas PP Nomor 15 Tahun 1994 tentang Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural; Nomor 50 Tahun 1998 tentang Pengalihan Kedudukan, Tugas, dan Kewenangan Menteri Keuangan selaku Pemegang Saham atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Perusahaan Perseroan (Persero) kepada Menteri Negara Pendayagunaan BUMN; Nomor 67 Tahun 1998 tentang Perubahan atas PP Nomor 15 Tahun 1994 tentang Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 49 Tahun 1998. VI/5

(3)

(b)

Keputusan Presiden (Keppres): (1) Nomor 100 Tahun 1998 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Menteri Negara Koordinator yang disempurnakan dengan Keppres Nomor 134 Tahun 1998. Nomor 101 Tahun 1998 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Menteri Negara. Nomor 61 Tahun 1998 tentang Kedudukan, Tugas, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen yang disempurnakan dengan Keppres Nomor 102 Tahun 1998. Nomor 136 Tahun 1998, tentang Pokok-Pokok Organisasi Lembaga Pemerintah Non Departemen. Nomor 63 Tahun 1998 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi Sekretariat Wapres. Nomor 67 Tahun 1999 Tim Koordinasi Tindak Lanjut pelaksanaan UU No. 22/ 1999 dan UU No. 25/ 1999.

(2) (3)

(4) (5) (6)

(c)

Instruksi Presiden (Inpres): (1) (2) (3) Nomor 13 Tahun 1998 tentang Prosedur Pengusulan, Penetapan, dan Evaluasi Organisasi Pemerintah. Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyempurnaan dan atau penerbitan peraturan perundang-undangan tersebut di samping sebagai konsekuensi logis dari penataan kelembagaan seluruh instansi pemerintah, juga merupakan upaya untuk penyederhanaan prosedur, pendelegasian wewenang, dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

VI/6

3. a.

Sumber Daya Aparatur Penyempurnaan Perundang undangan Kepegawaian

Arah pengembangan Sumber Daya Aparatur yang di-perlukan untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis pada dasarnya adalah pembangunan sumber daya Aparatur Negara yang profesional, netral dari kegiatan politik, berwawasan global, bermoral tinggi, berkemampuan sebagai penyangga persatuan dan kesatuan bangsa. Sehubungan dengan arah pembinaan kepegawaian tersebut di atas telah dilakukan revisi atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, menjadi Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. b. Kebijaksanaan Kepegawaian dalam Rangka Pelaksanaan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

Sejalan dengan penataan kewenangan, kelembagaan dan ketatalaksanaan dalam rangka pelaksanaan UU Nomor 22 Tahun 1999, telah dimulai pula upaya penataan di bidang kepegawaian. Dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 telah ditetapkan bahwa kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka desentralisasi harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusianya. Dengan demikian, pemindahan PNS dari Pusat ke Daerah bukan merupakan upaya Pemerintah Pusat untuk membuang kelebihan PNS ke daerah tetapi adalah untuk memberdayakan

VI/7

daerah agar dapat melaksanakan kewenangan yang telah diserahkan. Oleh sebab itu PNS yang akan dilimpahkan ke daerah adalah yang dibutuhkan oleh daerah dalam arti tenaga ahli dan tenaga trampil dalam jumlah tepat untuk menjalankan kewenangan yang diserahkan. Untuk memungkinkan penyelenggaraan penataan pegawai, telah dilaksanakan berbagai kebijaksanaan sebagai berikut : 1) Pertumbuhan PNS untuk tahun 1999/2000 untuk sementara dihentikan bahkan jumlah keseluruhannya secara nasional dikurangi (minus growth) dengan cara tidak mengganti 20% dari penyusutan yang terjadi karena pemberhentian dan pensiun. Secara sektoral, penggantian hanya diprioritaskan untuk pengisian kebutuhan tenaga kependidikan, tenaga kesehatan, dan tenaga penyuluh lapangan. Sehubungan dengan itu, masing-masing daerah akan menyusun rencana penataan formasi kepegawaian di daerahnya dengan memperhatikan kebijaksanaan minus growth dan mempertimbangkan masalah kepegawaian lainnya yang akan dihadapi sehubungan dengan pelaksanaan UU Nomor 22 tahun 1999. Pengalihan PNS di pusat bagi tenaga ahli/trampil dan tenaga kependidikan akan diupayakan dapat merata dan proporsional sesuai kebutuhan daerah. Dalam pertimbangan pengalihan PNS pusat ke daerah terutama untuk pengisian Jabatan Struktural, dipertimbangkan pula kaderisasi SDM putera daerah dengan memberikan prioritas kepada putera daerah untuk mengikuti DIKLAT struktural yang dipersyaratkan. Agar segera dapat dilaksanakannya peningkatan kapasitas PNS daerah, Departemen/LPND akan mendesentralisasikan penyelenggaraan Pendidikan Teknis Fungsional dan

2) 3)

4)

VI/8

Pendidikan Penjenjangan Daerah Otonom. c.

tingkat menengah ke bawah ke

Peningkatan Gaji Pegawai Negeri

Sistem pemerintahan yang efektif sangat tergantung pada perbaikan kinerja aparatur pemerintah. Salah satu faktor utama penyebabnya adalah sistem penggajian yang tidak adil dan layak yang selanjutnya menjadi pendorong bagi tindak korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Sehubungan dengan sistem penggajian PNS yang sekarang berlaku terdapat 3 permasalahan yang harus segera diselesaikan sebagai berikut : 1) Struktur Gaji yang terdiri dari Gaji Pokok yang rendah dengan berbagai macam tunjangan yang sering tidak relevan dengan kinerja dan me-nimbulkan masalah ketidakadilan. Besaran Gaji yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup layak, bahkan pada tingkat tertentu lebih rendah dari Upah Minimum Regional (UMR). Kemampuan anggaran Negara yang terbatas. Hambatan utama untuk meningkatkan gaji Pegawai Negeri adalah besarnya tambahan anggaran negara yang dibutuhkan, sementara pengurangan Pegawai Negeri dalam jangka pendek tidak dimungkinkan karena pertimbangan politik dan ekonomi. Ketatalaksanaan Masyarakat dan Peningkatan Pelayanan Kepada

2)

3)

d.

Aspirasi reformasi yang berkembang dewasa ini telah mengangkat suatu isue pokok, yaitu: perlunya memperbaiki kinerja aparatur, agar mampu melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat

VI/9

secara baik, yaitu pelayanan yang cepat, mudah, murah, berkeadilan, berkepastian, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel). Mengingat tuntutan terhadap perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan dinamika masyarakat, maka pemerintah secara terus menerus dan konsisten mengambil langkah-langkah nyata untuk menata sistem dan mekanisme pelayanan di berbagai sektor pemerintahan dan pembangunan. Beberapa langkah strategis yang ditempuh pemerintah dalam upaya memperbaiki kualitas pelayanan masyarakat tersebut, antara lain : 1) Mendorong seluruh jajaran aparatur pemerintah baik di pusat maupun di daerah untuk segera mengambil langkah-langkah nyata memperbaiki kinerja pelayanan di lingkungan masingmasing, misalnya dengan cara menyederhanakan sistem dan prosedur, memberikan informasi secara transparan mengenai kepastian biaya dan waktu penyelesaian pelayanan, membentuk sistem pelayanan dengan pola terpadu bagi jenisjenis pelayanan yang terkait untuk lebih memudahkan masyarakat serta berbagai langkah teknis lainnya. 2) Mengkaji dan menyempurnakan berbagai peraturan perundang-undangan yang melandasi penyelenggaraan pelayanan di berbagai Instansi Pemerintah untuk lebih disesuaikan dengan aspirasi reformasi. 3) Mempublikasikan berbagai kebijakan perbaikan pelayanan tersebut secara transparan kepada masyarakat luas, agar masyarakat dapat mengetahui dan memahaminya dan selanjutnya menjadi alat pengawasan yang efektif bagi masyarakat (social control).

VI/10

Salah satu contoh kebijakan yang telah diambil Pemerintah dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat adalah pemberian otonomi kepada Perguruan Tinggi Negeri melalui Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri Sebagai Badan Hukum. Dengan dikeluarkannya PP tersebut, kepada Perguruan Tinggi Negeri yang memenuhi syarat dapat ditetapkan statusnya menjadi badan hukum yang otonom, sehingga diharapkan dapat melaksanakan fungsi tri dharma perguruan secara lebih berdayaguna dan berhasilguna. C. Tindak Lanjut yang Diperlukan 1. Pemisahan Fungsi Yudikatif dan Eksekutif

Kajian dan telaahan dari Tim Kerja Terpadu dalam pemisahan fungsi yudikatif dan eksekutif telah menghasilkan rekomendasi sebagai berikut: Agar kekuasaan Yudikatif dan eksekutif dapat benar-benar terpisah, diperlukan jaminan kekuasaan kehakiman yang mandiri, agar dapat menjalankan fungsinya secara utuh dan merdeka di bawah Mahkamah Agung. Dalam rangka mencapai tujuan kekuasaan kehakiman yang merdeka tersebut, diperlukan pelaksanaan sebagai berikut: a. Perubahan beberapa peraturan perundang-undangan secara menyeluruh yang berkaitan dengan pemisahan kekuasaan yudikatif dari eksekutif, yaitu: Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung;

VI/1 1

Undang-undang Nomor Umum; Undang-undang Nomor Tata Usaha Negara; Undang-undang Nomor Agama; Undang-undang Nomor Militer.

2 Tahun 1986 tentang Peradilan 5 Tahun 1986 tentang Peradilan 7 Tahun 1989 tentang Peradilan 31 Tahun 1997 tentang Peradilan

b.

Perubahan dan penataan kembali struktur kehakiman yang meliputi bidang-bidang organisasi, administrasi, keuangan, dan personalia akan dilakukan secara bertahap paling lama dalam jangka waktu 5 (lima) tahun oleh Pemerintah/Kabinet hasil Pemilu 1999. Untuk itu, diperlukan adanya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang menugaskan kepada Pemerintah/Kabinet hasil Pemilu 1999 guna melaksanakan perubahan dan penataan organisasi, administrasi, keuangan, dan personalia

c.

Untuk meningkatkan checks and balances terhadap lembaga peradilan harus dibentuk Dewan Kehormatan yang berwenang Mengawasi perilaku hakim;

d.

Memberikan rekomendasi dalam rekruitmen, promosi, dan mutasi hakim;


Menyusun code of conduct bagi para hakim.

Meningkatkan kewenangan Mahkamah Agung untuk melaksanakan hak uji materiil (judicial review), baik terhadap semua peraturan perundang-undangan dibawah UndangUndang Dasar maupun semua tindakan pemerintahan.

VI/12

e.

Perlu adanya perubahan Undang-Undang Hukum Acara yang membatasi jenis-jenis perkara yang dapat diajukan kasasi kepada Mahkamah Agung Penataan Organisasi Pemerintah

2.

Penataan kelembagaan terus dilakukan, di samping karena dibentuknya Kabinet Reformasi Pembangunan, juga karena telah bergesernya misi beberapa instansi pemerintah sejalan dengan perkembangan lingkungan strategis yang terjadi. Selain itu, dengan telah diterbitkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, telah menyebabkan perlunya penataan kelembagaan pemerintah di tingkat pusat dan daerah, baik di lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat I (Pemerintah Daerah Propinsi) maupun Pemerintah Daerah Ting-kat II (Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota). Berkenaan dengan rencana pemberian Otonomi kepada daerah tersebut, dewasa ini telah disiapkan, pedoman: a. b. c. Organisasi Pemerintah Pusat, disertai meningkatkan efisiensi aparatur negara. upaya untuk

Organisasi Perangkat Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota. Peningkatan efisiensi dan efektivitas organisasi aparatur negara pada tingkat Nasional, Propinsi dan Kabupaten/ Kota akan dipacu dengan pelaksanaan program telematika (multi media) dengan pemanfaatan jaringan multi media dengan dukungan komputer, yang diha-rapkan operasional pada tahun 2001-2003 yang akan datang.

VI/13

3. a.

Sumber Daya Aparatur Penyempurnaan Perundang undangan Kepegawaian

Dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 yang telah disebut di atas terdapat beberapa perubahan penting yang perlu tindak lanjut yaitu : 1) Lingkup Manajemen Kepegawaian adalah nasional, berlaku untuk seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS), baik di Pusat maupun di Daerah. Kebijaksanaan manajemen PNS yang mencakup norma, standar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan kualitas, pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan, pemberhentian, hak, kewajiban, dan kedudukan hukumnya berada pada Presiden sebagai Kepala Pemerintahan. Untuk membantu Presiden dalam merumuskan kebijaksanaan tersebut Presiden membentuk Komisi Kepegawaian Negara yang kedudukannya independen. Ketegasan tentang kedudukan dan tugas PNS yang netral. PNS harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu, PNS dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pendayagunaan PNS, diatur tentang adanya status Pegawai Tidak Tetap yaitu pegawai yang statusnya kontrak dan digunakan untuk melaksanakan tugas yang sifatnya. tidak terus menerus ada/diperlukan. Pegawai Tidak Tetap yang telah selesai kontraknya apabila tidak dibutuhkan dapat diberhentikan tanpa perlu diberikan hak-hak kepegawaian pada umumnya.

2)

3)

VI/14

4)

Untuk meningkatkan kualitas profesional dan akuntabilitas individual PNS, manajemen PNS dilaksanakan berdasarkan sistem karir dan sistem prestasi kerja dengan prinsip "sistem karir dipertimbangkan, namun sistem prestasi kerja diutamakan Senantiasa diutamakan pembinaan jiwa korps, kode etik dan disiplin PNS untuk membentuk sikap dan perilaku PNS sebagai unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang bermoral tinggi, bersih dan bertanggung jawab. Untuk meningkatkan kesejahteraan, PNS berhak memperoleh gaji yang adil dan layak yang mampu memacu produktivitasnya. Untuk itu sistem penggajian PNS dikaitkan dengan sektor swasta pada tataran menengah ke atas sesuai kemampuan anggaran Negara. Disamping itu diatur pula penyelenggaraan kesejahteraan melalui program Pensiun dan Tabungan Hari Tua, Asuransi Kesehatan, Tabungan Perumahan dan Asuransi pendidikan bagi Putera/Puteri PNS. Kebijaksanaan Kepegawaian Dalam Pelaksanaan UU No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah

5)

6)

b.

Untuk meningkatkan pendayagunaan PNS dalam rangka pelaksanaan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah antara lain, perlu dilaksanakan upaya-upaya berikut: 1) Pendayagunaan Guru Masalah kelebihan dan kekurangan Guru adalah masalah yang sangat mengganggu terselenggaranya Pendidikan Nasional, namun telah lama dihadapi dan sampai sekarang belum dapat diselesaikan dengan tuntas. Disamping kelebihan dan

VI/15

kekurangan, tercatat pula sejumlah besar Guru yang sudah tidak bekerja lagi sebagai Guru. Diharapkan pada kesempatan penerapan UU Nomor 22 tahun 1999, dapat dilaksanakan program relokasi Guru sehingga permasalahan kekurangan dan kelebihan Guru dapat teratasi dan tidak akan timbul lagi karena pembinaan Guru telah menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. 2) Pengalihan Status PNS yang bekerja di BUMN dan BUMD Dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas dan profesionalisme pengelolaan BUMN/BUMD, maka kepada BUMN/BUMD diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengelola usahanya tanpa melibatkan PNS di dalamnya. Sejalan dengan kebijaksanaan tersebut telah ditetapkan kebijaksanaan untuk mengalihkan PNS yang bekerja pada BUMN/BUMD menjadi Pegawai Perusahaan yang bersangkutan. Kepada PNS yang dialihkan diberikan sepenuhnya hak-haknya sebagai PNS sesuai ketentuan yang berlaku. Agar tidak menimbulkan keresahan maka program pengalihan tersebut dilaksanakan bertahap dan diharapkan dapat diselesaikan tuntas pada tahun 2001. c. Peningkatan Gaji Pegawai Negeri

Tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka peningkatan gaji Pegawai Negeri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Penyempurnaan struktur penggajian Pegawai dengan cara menyederhanakan komponen tunjangan dan meningkatkan besaran gaji pokok sampai 80 % dari take home pay. 2) Menyempurnakan besaran gaji pokok sebagaimana diatur dalam PP nomor 6 tahun 1997, dengan cara meningkatkan sampai 80

VI/16

% dari gaji pokok Sektor Swasta/BUMN pada tataran menengah ke atas. 3) Untuk memungkinkan perbaikan gaji dan meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri pada umumnya serta sekaligus mengurangi ketergantungan akan hutang luar negeri, diharapkan dalam lima tahun mendatang dapat diintensifkan upaya privatisasi BUMN agar dapat dihimpun dana US $ 70 - 90 milyar, dan upaya secara bertahap meningkatkan ratio pajak menjadi 16% dari Penghasilan Domestik Bruto (PDB) yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan penerimaan Negara sebesar US $ 5-7 milyar. Upaya ini secara bertahap dapat terus ditingkatkan untuk mencapai 28% dari PDB. Ketatalaksanaan Masyarakat dan Peningkatan Pelayanan Kepada

d.

Kebijakan Pemerintah yang diperlukan dalam rangka tindak lanjut dalam bidang ketatalaksanaan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat meliputi: (1) langkah-langkah perbaikan kualitas pelayanan, dan (2) akuisisi arsip Orde Baru dan Kabinet Reformasi.

1)

Langkah-langkah Perbaikan Kualitas Pelayanan. Langkah-langkah nyata perbaikan kualitas pelayanan tersebut secara bertahap mulai diupayakan menjadi gerakan di lingkungan masing-masing. Di berbagai Instansi Pemerintah mulai dilakukan identifikasi permasalahan di bidang/sektor pelayanannya masingmasing untuk dilakukan perbaikan/penyempurnaan. Di jajaran Pemerintah Daerah, khususnya Kabupaten/Kota dan beberapa instansi pusat mulai menerapkan pola pelayanan terpadu dengan menggabungkan beberapa jenis pelayanan dalam satu gedung/kantor

VI/17

dengan mekanisme yang sederhana, mudah dan cepat. Sementara itu beberapa instansi pusat telah mengambil langkah-langkah nyata berupa pendelegasian kewenangan pemberian pelayanan aparataparat vertikal di daerah untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Di samping langkah-langkah teknis di atas, pemerintah telah mempertimbangkan pula langkah-langkah strategis lain dalam upaya memperbaiki kualitas pelayanan masyarakat tersebut, yaitu melalui pemberian kewenangan otonomi kepada unit kerja/kantor pelayanan tertentu dari instansi pemerintah. Kebijaksanaan tersebut dimaksudkan agar unit pelayanan tersebut dapat lebih mandiri dan otonom dalam menyelenggarakan manajemen sumber daya yang dimiliki untuk kepentingan pelayanan kepada masyarakat tanpa dipengaruhi unsur birokrasi. Kebijaksanaan pemberian kewenangan otonomi tersebut akan dikembangkan pula untuk berbagai unit kerja tertentu dari instansi pemerintah lainnya, misalnya pelayanan kesehatan (Rumah Sakit/Puskesmas), pelayanan di bidang pendidikan dan latihan, penelitian dan pengembangan dan lain-lain. Untuk maksud tersebut, pemerintah sedang mengkaji dan merumuskan rancangan peraturan perundangan yang akan menjadi landasan bagi kebijaksanaan pemberian kewenangan otonomi manajemen dimaksud. 2) Akuisisi Arsip Pembangunan. Orde Baru dan Kabinet Reformasi

Dengan persiapan yang telah dilakukan, mulai bulan Desember 1999 akan dilaksanakan kegiatan nasional akuisisi arsip Orde Baru dan Kabinet Reformasi Pembangunan yang diharapkan dapat selesai bulan Maret 2002.

VI/18

Akuisisi arsip pemerintah Orde Baru merupakan upaya nasional agar arsip tersebut dapat ditata dan digunakan secara efisien sebagai bukti akuntabilitas dan informasi obyektif kepada generasi bangsa Indonesia masa datang mengenai bagaimana para pendahulunya mengelola negara dan bangsa. Oleh karena itu akuisisi ini hendaknya tidak saja sebagai dokumen sejarah tetapi lestari sebagai memori bangsa yang dapat dikaji oleh para ahli dan dimanfaatkan bagi pembangunan nasional dimasa mendatang. Guna melaksanakan akuisisi arsip Orde Baru dan Kabinet Reformasi Pembangunan ini telah diupayakan agar: a) Menteri Kabinet Reformasi Pembangunan, Jaksa Agung, Gubernur Bank Indonesia, Pimpinan LPND dan para Gubernur Kepala Daerah Tk. I, melakukan kegiatan akuisisi terhadap arsip-arsip Orde Baru yang mencakup seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah. b) Kegiatan akuisisi arsip ini mencakup ruang 1ingkup yang luas yaitu Akuisisi Arsip Orde Baru dan Kabinet Reformasi Pembangunan.

VI/19

II. A.

PROGRAM IMPLEMENTASI TELEMATIKA Pendahuluan

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi aparatur negara pada tingkat nasional, propinsi dan kabupaten/kotamadya serta untuk mengantisipasi rencana pemberian otonomi kepada daerah, Pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan dan langkah strategis untuk meningkatkan Telekomunikasi Informatika (Telematika), melalui koordinasi dan mensinergikan telekomunikasi dan informatika secara terpadu di semua sektor, baik di tingkat nasional maupun internasional. Menyadari pentingnya teknologi informasi tersebut, maka sebagai tindak-lanjut dari Keppres Nomor 30 Tahun 1997 telah dikeluarkan Keppres Nomor 186 Tahun 1998 tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia. Tim Koordinasi Telematika Indonesia yang diketuai oleh Menko Wasbangpan dan beranggotakan para Menteri terkait tersebut, antara lain bertugas: 1. Merumuskan kebijaksanaan pemerintah di bidang telematika. 2. Menetapkan pentahapan dan prioritas pembangunan serta pemanfaatan teknologi informasi di Indonesia. 3. Melakukan pemantauan dan pengarahan atas penyelenggaraan telematika di Indonesia. 4. Melaporkan perkembangan telematika di Indonesia kepada Presiden

VI/20

B.

Langkah-langkah yang Dilakukan dan Hasil-hasil yang Dicapai

Program Telematika dilaksanakan dengan memanfaatkan secara investasi yang sudah dilaksanakan, baik oleh Pemerintah, BUMN, maupun pihak swasta. Dalam bidang prasarana, Pemerintah/BUMN dan dunia usaha swasta telah melakukan investasi untuk mendukung program Telematika, dimana 90% dari dukungan investasi prasarana yang diperlukan telah tersedia, seperti yang dila-kukan oleh: PT Telkom, PT Indosat, KSO antara PT Telkom dengan pihak swasta, dan lainlain. Kemampuan Pemerintah untuk mengadakan investasi sangat terbatas, sehingga dunia usaha, swasta/BUMN, perlu didorong untuk berpartisipasi dalam program Telematika, baik yang mencakup prasarana, aplikasi maupun sumber daya. Partisipasi dunia usaha justru menguntungkan karena keusangan teknologi pemakaian perangkat keras begitu cepat, demikian pula keterikatan prosedur birokrasi yang dapat menghambat dapat dihindari. Dengan mengikutsertakan dunia usaha (BUMN, swasta) kelemahan itu dapat diatasi, termasuk penyediaan dana yang diperlukan. Hasil pembangunan prasarana dan aplikasi yang ada, serta kesiapan sumber daya pendukung yang tersedia, pembangunan Telematika Indonesia untuk jangka pendek, dilaksanakan sebagai berikut dibawah ini.

VI/21

1.

Prasarana Telematika Dalam jangka pendek kegiatan di bidang prasarana difokuskan pada pengembangan Kota Multimedia Jakarta. Saat ini kesiapan jaringan tulang punggung (buck-bone network) kabel tembaga dan serat optis sudah 90 % tersedia dan akan dilengkapi dengan jaringan penyambung (feeder-lines). Dalam mendukung aplikasi telematika lintas wilayah diperlukan jaringan Adi Marga Kepulauan (Archipelagic Super Highway), yang merupakan jaringan lintas informasi berpita lebar yang menghubungkan seluruh propinsi dan kawasan pertumbuhan. Seperti halnya pada Kota Multimedia Jakarta, jaringan Adi Marga Kepulauan memungkinkan penyaluran informasi secara multimedia. Sedangkan untuk mendukung aplikasi pemberdayaan aparatur negara (RI-NET, SIMKRI, APBN-NET), aplikasi pemerkaya hidup masyarakat (Serambi Depan Informasi, Teledukasi dan Telemedik) serta penyebaran informasi dasar seperti INFRA-NET diperlukan jaringan lintas informasi khusus bagi Pemerintah, yang secara bertahap memungkinkan keterhubungan pusat dengan daerah dan antardaerah.

2.

Aplikasi Telematika Dalam batas kemampuan dana yang tersedia, aplikasi pemacu yang bersifat jangka pendek dengan memanfaatkan sebagian besar investasi yang telah ada dapat dilaksanakan dengan mendorong partisipasi dunia usaha, baik BUMN maupun swasta.

VI/22

Aplikasi pemacu tersebut ditujukan untuk kelompok aplikasi pemberdaya aparatur negara (RI-NET, perluasan SIMKRI dan pemantapan APBN-NET), kelompok aplikasi pemerkaya hidup masyarakat, kelompok aplikasi pencipta daya saing bisnis, aplikasi pembentuk informasi dasar dan aplikasi pendukung Hankamneg.

3.

Sumber Daya Telematika.

Sumberdaya Telematika baik software, hardware, dan brainware telah dilaksanakan, namun terbatas pada instansi-instansi seperti antara lain PT PLN, PT Telkom, PT INTI, PT LEN, dan industri elektronik lainnya. 4. Masalah Komputer Tahun 2000 (MKT 2000)

Pada tahun 2000, Pergantian millenium, kemungkinan besar akan menimbulkan masalah nasional bila tidak dipersiapkan langkah-langkah yang tepat. Pada pergantian kalender waktu dari tahun 1999 ke tahun 2000 telah diidentifikasi akan muncul masalah dalam bidang peralatan yang berbasis komputer dan mikro-prosesor yang dikenal dengan istilah Millenium Bug atau Y2K yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan Masalah Komputer Tahun 2000 atau MKT 2000. Dalam sektor industri, dikuatirkan seluruh sistem otomotif dan peralatan produksi yang memakai mikrochips dapat mengalami disfungsi, sehingga menyebabkan terhambatnya aktivitas produksi di semua sektor. Dalam sektor energi, seluruh sistem produksi, transmisi dan distribusi yang saat ini memakai komputer dan mikro-chips yang

VI/23

ditanam dalam berbagai peralatan (embedded system) akan terhenti, sehingga akan mengakibatkan terhentinya suplai listrik (black-out), bahan bakar dan lain-lain. Dalam sistem telekomunikasi yang banyak menggunakan komputer dan mikro-chips akan mengalami gangguan, sehingga dapat memutuskan hubungan telepon, sistem navigasi, satelit, baik dalam lingkup nasional maupun internasional (terisolir). Dalam sektor transportasi, peralatan penerbangan dan fasilitas air traffic control di udara, laut, dan darat yang memakai mikrochips, sebagian besar diperkirakan akan terpengaruh oleh perubahan waktu tersebut. Dalam sektor kesehatan. fasilitas kesehatan di sebagian besar rumah sakit telah menggunakan peralatan modern (ICCU, ICU, alat hemodialisa, cardiologi, dll) sangat dimungkinkan akan terkena resiko akan adanya disfungsi dari komputer dan mikro-chips). Dalam sektor keuangan dan perbankan, kegiatan transaksi perbankan di dalam maupun dari luar negeri akan terganggu, bahkan akan terputus apabila sektor ini tidak secara seksama diatasi. Bidang ini sangat sarat dengan peralatan komputer dan embedded system, serta jaringan telekomunikasi. Dalam sektor pemerintahan, walaupun secara kuantitatif sektor pemerintahan belum secara luas memanfaatkan teknologi informasi, namun banyak layanan publik yang sudah menggantungkan kegiatannya pada peralatan komputer dan embedded system seperti SIMKRI, RI-Net, APBN-Net, EDI, SISKOMDAGRI, dan lain-lain, sehingga masalah Y2K tersebut perlu mendapatkan perhatian tersendiri. Mengingat seriusnya permasalahan Y2K yang timbul, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengingatkan seluruh negara dengan mengeluarkan resolusi Nomor 52/ 233 tentang "Global Implications of The Year 2000 Date Conversions Problem

VI/24

o f C om p u te r" dan telah membentuk Kelompok Kerja Penanganan Y2K International. Keanggotaan Indonesia pada Badan tersebut diwakili Kantor Menko Wasbangpan, yang bertindak sebagai Of fi ci al Y2K C oord i n ator. Untuk menanggulangi masalah tersebut di Indonesia, Menko Wasbangpan selaku Ketua Tim Koordinasi Telematika Indonesia telah mengeluarkan SK No. 68/KEP/MK/WASPAN/12/1998 tentang pembentukan Kelompok Kerja Penanggulangan Permasalahan Tahun 2000 atau Pokja MKT 2000/ Y2K. Penanggulangan Y2K di Indonesia dilakukan terutama untuk 6 (enam) sektor kritis, yaitu.: Sektor Keuangan dan Perbankan; Sektor Sarana Umum (utilitas); Sektor Transportasi; Sektor Kesehatan; Sektor Industri; Sektor Pemerintahan dengan kemajuan penanganan secara signifikan sebagai berikut:

a.

Sektor Perbankan Bank Indonesia telah melakukan verifikasi bagi 170 Bank. Pada bulan Juni 1999 sejumlah 104 Bank telah siap melaksanakan test final (end-to-end test) Pada bulan Agustus 1999, sebanyak 85% Bank telah dinilai siap mengatasi Y2K. Pada akhir Oktober 1999, ditargetkan seluruh perbankan telah siap di audit oleh Bank Indonesia, sehingga secara keseluruhan contingency plan perbankan nasional telah siap. b. Sektor Kesehatan

Departemen Kesehatan telah menugaskan tim untuk memonitor seluruh Rumah Sakit dan laboratorium Kesehatan, serta melakukan sosialisasi dan inventarisasi ke beberapa propinsi, sehingga program remediasi dan contingency plan dapat diselesaikan sesuai jadual.

VI/25

Pada umumnya Rumah Sakit Swasta lebih baik dalam penanggulangan menghadapi dampak MKT-2000. c. Sektor Industri.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan sedang memonitor 170 perusahaan industri dan mempersiapkan pembuatan contingency plan. Dari 16 Perusahaan strategis telah diselesaikan program remediasi sebanyak 90%. d. Sektor Transportasi.

Departemen Perhubungan telah mengambil langkah persiapan yang berkaitan dengan perbaikan sistem transportasi udara, darat dan laut. Masalah penerbangan menjadi prioritas utama karena berkaitan dengan sistem penerbangan internasional. Departemen Perhubungan akan melakukan perubahan ketinggian penerbangan lokal menjadi di bawah 29.000 kaki pada tanggal 31 Desember 1999 mulai jam 21.000. Hal ini dilakukan karena penerbangan internasional melakukan pelebaran jalan satu jalur dua arah (two ways), menjadi dua jalur dengan ketinggian 29.000 kaki.

c.

Sub Sektor Telekomunikasi: Sub-sektor telekomunikasi merupakan tulang punggung aktivitas ekonomi dan perdagangan sehingga layak memperoleh perhatian tinggi. Sampai saat ini telah dicapai tingkat penanganan sampai contingency plan sebanyak 80%.

VI/26

f.

Sub Sektor Energi:

Bulan September 1999 sub sektor ini dapat merampungkan Y2K test dan contingency plan. Dewasa ini telah dicapai kemajuan yang dicapai PLN meliputi 4 hal sebagai berikut: Power plant = 100%. Energy management System = 96%. Proteksi dan sistim meter = 100%. Keuangan dan Accounting = 73%. Penanganan MKT 2000/Y2K secara keseluruhan baik pemerintahan maupun swasta dikoordinasikan melalui Tim Nasional MKT 2000 yang dapat diikuti melalui internet pada Home Page MKT 2000 (http://www.y2k.go.id). Posisi kesiapan (readiness) dan compliances MKT 2000 bagi dunia usaha perlu mendapat kepastian hukum dalam rangka memberikan jaminan kepada masyarakat konsumen, baik dalam negeri maupun dunia internasional tentang kesiapan Indonesia (Pemerintah dan dunia usaha). Jaminan dan pengakuan MKT 2000 compliant dan readiness tersebut akan membantu memperlancar kegiatan usaha dengan mitra kerja terutama yang berhubungan dengan dunia internasional. Pembentukan lembaga sertifikasi kesiapan MKT 2000, selaku pihak ketiga dapat diberikan kepada instansi atau lembaga yang telah mempunyai pengalaman dalam sertifikasi sistem mutu dan diakreditasi oleh KAN-BSN.

V I/27

Proses sertifikasi harus dilakukan melalui pemeriksaan audit terutama pada sektor-sektor kritis terhadap penanggulangan MKT 2000 yang telah berhasil dilakukan. Dalam rangka realisasi pemberian sertifikasi kesiapan MKT 2000, Menko Wasbangpan selaku Ketua Tim Koordinasi Telematika Indonesia tanggal 31 Mei 1999 telah menerbitkan SK Nomor: 23/KEP/MK.WASPAN/5/1999 tentang Tim Teknis Kesiapan MKT 2000/Y2K dan Nomor: 22/KEP /MK.WASPAN/5/1999 tentang Penunjukan Komite Akreditasi Nasional-BSN untuk melakukan penilaian akreditasi kepada pihak ketiga yang ditunjuk sebagai lembaga sertifikasi kesiapan MKT 2000/Y2K. Adapun lembaga sertifikasi yang telah mendapatkan akreditasi oleh KAN-BSN adalah: PT. Sucofindo dan B4T (Balai Besar Bahan Bangunan dan Tehnik).

C. 1.

Tindak Lanjut yang Diperlukan Prasarana Telematika

Pengembangan Kota Multimedia Jakarta diharapkan mulai beroperasi pada akhir tahun 2001, menunggu kesiapan jaringan tulang punggung dan jaringan penyambung. Sedangkan Jaringan Adi Marga Kepulauan yang memungkinkan penyaluran informasi secara multimedia akan dilaksanakan pada tahun 2002.

2.

Aplikasi Telematika aplikasi

Langkah tindak lanjut dalam mengembangkan pemacu telematika adalah sebagai berikut:

a. Untuk kelompok aplikasi pemberdaya aparatur negara, pada RINET akan diselenggarakan Surat Elektronis secara terbuka antar VI/28

pejabat negara dan pejabat pemerintah pada tahun 1999. Sedangkan pada APBN-NET akan diselenggarakan pelayanan homepage berisi antara lain informasi yang transparan mengenai pengadaan barang dan jasa pemerintah dan BUMN. b. Untuk kelompok aplikasi pemerkaya hidup masyarakat, aplikasi pemacu yang dikembangkan secara bertahap adalah Serambi Depan Informasi dan Teledukasi.

c. Untuk kelompok aplikasi pencipta daya saing bisnis, diprioritaskan pemantapan aplikasi EDI Perdagangan Internasional. Sedangkan untuk penyelenggaraan aplikasi Perniagaan Elektronis (E-Commerce), dan Pusat Informasi Bisnis akan digerakkan sepenuhnya oleh dunia usaha. d. Pembangunan aplikasi pembentuk informasi dasar diprioritaskan untuk membangun INFRA-NET sebagai bagian dari Sistim Informasi Geografi Nasional (SIGNAS), melalui pengalihan peta-peta tematis infrastruktur dasar menjadi informasi spatial (yang berbasis ruang), antara lain mengenai penataan ruang nasional/propinsi/kabupaten. Sedangkan untuk informasi dasar lain, utamanya Informasi Dasar Penduduk dikembangkan dengan tahap perencanaan umum. c. Untuk aplikasi pendukung Hankamneg, dilakukan pemantapan awal untuk Sistim Informasi Rakyat Terlatih dan Perlindungan Masyarakat, dan Sistim Informasi Sumber Daya.

3.

Sumberdaya Telematika

Sehubungan dengan program jangka pendek prasarana dan aplikasi diatas, perlu dikaji dan dimantapkan secara industri telematika yang diperlukan dalam jumlah yang banyak dan menggunakan teknologi yang terjangkau, misalnya antena dan stasiun kecil komunikasi satelit (Very Small Aperture Terminal atau VI/29

VSAT) serta PC yang sederhana. Seiring dengan kegiatan tersebut, ditingkatkan pula kegiatan riset pengembangan yang men-dorong terciptanya produk unggulan melalui penerapan insentif yang berlaku, dan dukungan perangkat lunak yang mencakup sistem maupun SDM penunjang, sebagai upaya untuk mendorong tumbuhnya industri hulu yang menunjang prasarana dan aplikasi telematika. Sambil menunggu studi keterlaksanaan yang lengkap, berdasarkan kajian sementara atas faktor-faktor pendukung industri, salah satu Kawasan Khusus Telematika yang disiapkan untuk dibangun adalah kawasan di ling-kungan Kawasan Industri Medan (KIM). Sedangkan untuk Pusat Riset Pengembangan Teknologi Telematika dikembangkan di daerah sekitar Bandung, dimana sudah berlokasi ITB, divisi RISTI PT Telkom, PT LEN Industri, PT INTI dan beberapa industri elektronika lainnya. Untuk sumber daya manusia diutamakan peningkatan jumlah tenaga ahli telematika terampil yang berkualitas, termasuk upaya pemanfaatan secara optimal pejabat fungsional pranata komputer pemerintah untuk mendukung aplikasi-aplikasi di lingkungan instansi pemerintah, Demikian pula upaya untuk penyiapan dukungan hukum, standardisasi serta pemberdayaan masyarakat diprogramkan untuk mendukung kegiatan telematika. Dalam jangka menengah dan jangka panjang, ketiga kegiatan tersebut di atas dilakukan untuk memantapkan persiapan dengan melakukan studi keterlaksanaan tahap awal yang diharapkan dapat

VI/30

diselesaikan pada akhir tahun 2000 yang akan datang. Sedangkan untuk aplikasi dan dukungan sumber daya yang berkenaan dengan pelaku bisnis sepenuhnya dipacu kontribusi mereka, dimana Pemerintah akan mendukung aspek pengaturan dan peraturan yang diperlukan. Diperkirakan aplikasi bisnis akan berkembang sangat cepat.

4.

Masalah Komputer Tahun 2000 (MKT 2000)

Mengingat semakin dekatnya hari-H Tahun 2000, dan besarnya resiko yang akan dihadapi, Pemerintah telah mengambil langkah-langkah sebagai berikut : a. Para Menteri, Gubernur, Pimpinan Instansi Pemerintah melakukan inventarisasi permasalahan Y2K serta upaya penanggulangannya di jajaran instansi maupun sektor yang menjadi tanggungjawabnya. b. Melanjutkan sosialisasi kepada masyarakat secara luas akan pentingnya penanggulangan MKT 2000/Y2K, terutama masyarakat industri. c. Penyelenggaraan uji coba (testing) secara berkala di keenam sektor kritis dan hasilnya disebarluaskan kepada masyarakat internasional. d. Mempersiapkan pembuatan dan penerapan Contingency Plan pada masing-masing sektor kritis yang digunakan sebagai reko mendasi penyusunan Contingency Plan Nasional. e. Mempersiapkan sumber daya pendukung dengan melakukan koordinasi dengan penyandang dana dan optimalisasi sumber daya yang diperlukan baik SDM, anggaran dan perangkat peraturan.

VI/31

f.

Unit kerja atau produk (barang dan jasa) yang telah melakukan remidiasi atau solusi Y2K diberikan sertifikasi kesiapan (readiness) Y2K sehingga masyarakat konsumen mendapatkan informasi yang cukup tentang kesiapan Y2K dalam membeli produk atau memanfaatkan jasa yang berbasis komputer atau mikro-prosesor.

VI/32

You might also like