You are on page 1of 5

ORTU di mata Anak-anaknya

(Cerita tentang Dharmawyadha) Pawa masih berada di Dwaitawana.

i Mrkaeya menceritakan sebuah kisah tentang Dharma Wydha (pemburu yang baik). Kauika adalah seorang Brhmaa yang telah mempelajari Weda, yang telah melakukan tapa dan juga melakukan kebenaran. Suatu hari ia duduk di sebuah pohon yang besar membaca Weda. Jatuhnya seekor bangau dari sebuah pohon membuatnya marah. Dengan matanya yang penuh amarah, ia melempar burung itu. Burung itu mati. Brhmaa sangat menyesali kemarahan yang menguasai dirinya. Kemudian ia pergi ke kota terdekat mencari sedekah. Ia berdiri di sebuah rumah dan menunggu diberi sedekah. Nyonya masih sibuk dan menyuruhnya menunggu. Kemudian datanglah suaminya. Ia lapar. Nyonya rumah menyediakan makanan untuk suaminya dan

setelah itu iapun memberi sedekah. Kauika sangat marah dan ia berkata, Apakah benar membiarkanku menunggu begitu lama? Wanita itu berkata, Brhmaa agung, maafkan aku. Aku menyediakan makanan untuk suamiku. Jadi aku agak lama. Dengan lebih marah lagi Kauika berkata, Betapa tidak sopannya dirimu! Apakah suamimu lebih penting daripada seorang Brhmaa? Ia bertambah marah. Wanita itu berkata, Brhmaa, aku tahu engkau telah membunuh seekor bangau. Aku juga menghormati Brhmaa. Tetapi bagiku suamiku adalah Tuhan. Jadi sangatlah benar jika aku melayaninya terlebih dahulu. Engkau seharusnya tidak boleh marah. Seorang Brhmaa harus menaklukkan amarahnya. Kemarahan membawa malapetaka. Nampaknya

walaupun engkau telah mempelajari Weda, engkau belum memahami Weda dengan baik. Terimalah saranku. Pergilah ke Mithil dan temuilah seorang pemburu disana. Engkau akan memahami apa itu Dharma. Kauika terkejut. Kemarahannya mereda. Ia pergi ke Mithil dan menemui pemburu yang dimaksud. Dharma Wydha adalah seorang penjual daging. Beberapa orang membeli daging darinya. Saat itu ia sedang tidak memiliki pelanggan. Kauika menemui Dharma Wydha, Dharma Wydha memberinya hormat dan berkata, Tuan, seorang ibu rumah-tangga menyuruh anda kesini, Aku tahu kenapa engkau kemari. Kita berada di rumah pemotongan hewan. Marilah kita ke rumahku dahulu. Ia membawa Kauika pulang. Kauika bahkan sekarang lebih terkejut lagi. Kemudian ia berkata pada Dharma Wydha,

Pekerjaan yang kau miliki benarbenar tidak baik. Pemburu itu menjawab, Brhmaa yang agung, kenapa engkau berkata begitu? Ini adalah pekerjaan kami turun menurun. Ini adalah kewajibanku. Aku memang membunuh binatang tetapi aku hanya menjualnya. Aku sendiri tidak memakan daging. Aku memberikan sedekah sebisaku. Aku tidak iri pada siapapun. Aku tidak pernah menjelekjelekkan orang. Ia melanjutkan perkataannya, Tuan, tidak seorang pun boleh menyalah-artikan Dharma. Karena akan menyakiti orang itu sendiri. Adharma akan membuat seseorang sulit memahami Dharma. Menurut Kauika apa yang dikatakan oleh Dharma Wydha adalah benar. Dharma Wydha

membawanya ke dalam rumahnya dimana orangtuanya tinggal. Ia berkata, melayani orang-tuaku adalah sebuah tapa bagiku. Wanita yang menyuruhmu kesini menganggap bahwa suaminya adalah Tuhan. Bagiku, orang-tuaku adalah Tuhan. Pulanglah dan jagalah orang-tuamu. Jika engkau mengabaikan orangtuamu, apalah gunanya mempelajari Weda? Orang-tuamu sudah tua. Kesedihan membuat mereka makin menderita. Pergilah dan layanilah mereka. Dengan kata ini Dharma Wydha menyuruh Kauika pulang ke rumahnya.

You might also like