You are on page 1of 25

134

BAB V DISKUSI HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan pembahasan dalam paparan data, selanjutnya penulis akan melakukan diskusi hasil penelitian proses manajemen sarana dan

prasarana pada sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) di lembaga MAN Kraton Pasuruan. Adapun pemaparan diskusi hasil
penelitian sebagai berikut: A. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana pada Sekolah yang

Menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Manajemen sarana dan prasarana pada hakekatnya merupakan suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah tertentu secara sistematik. Menurut A.Tafsir peralatan sekolah harus dirancang secara menyeluruh dan teliti. Alat-alat yang setiap hari digunakan harus didahulukan kemudian alat-alat yang sering digunakan baru alat-alat yang jarang digunakan.1 Adapun secara sederhana proses manajemen sarana dan prasarana mencakup kegiatan-kegiatan pada pengadaan, pendistribusian, pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan. Sebagaimana pada gambar proses manajemen perlengkapan sekolah berikut ini:

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2002) hlm. 93

134

135

5 Penghapusan

1 Pengadaan: - Analisis kebutuhan - Analisis anggaran - Seleksi - Keputusan - Pemerolehan 2 Pendistribusian: - Pengalokasian - Pengiriman 3 Penggunaan dan Pemeliharaan

4 Inventarisasi

Gambar. Proses Manajemen Perlengkapan Sekolah2 1. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Pengadaan terhadap kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan di MAN Kraton Pasuruan telah berusaha diupayakan dengan perencanaan sebaik dan sematang mungkin. Hal ini dilakukan guna menghindari suatu kesalahan dan kegagalan dalam melaksanakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. Perencanaan atas kebutuhan tersebut telah dituangkan dal am bentuk rencana program kerja 5 tahun MAN Kraton Pasuruan dan juga Rencana Anggaran & Pendapatan Belanja Madrasah (RAPBM) MAN Kraton Pasuruan yang dilakukan setiap satu semester sekali. Berdasarkan hasil temuan yang peneliti peroleh dari analisa data bahwa kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di MAN Kraton Pasuruan didasarkan atas rencana program kerja 5 tahun atas daftar kebutuhan
2

brahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya, seri Manajemen Peningkatana Mutu Pendididkan Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hal. 7

136

yang telah disusun sebelumnya dengan waktu yang telah ditetapkan. Namun dengan perencanaan tersebut adakalanya kegiatan pengadaan sarana dan prasarana di MAN Kraton Pasuruan tersebut terlaksana ada yang belum terlaksana, hal ini tidak terlepas dari adanya bantuan insidental dari Negara, komite madrasah dan juga pihak lain yang peduli dengan pengembangan pendidikan di MAN Kraton Pasuruan. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan, menggantikan barang yang rusak, hilang, dihapuskan, atau sebab lain yang dapat dipertanggung jawabkan. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah oleh Bafadal dijelaskan bahwa pada hakekatnya merupakan upaya merealisasikan rencana pengadaan yang telah disusun sebelumnya. 3 Proses prencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan bukanlah sekedar sebagai upaya pencarian ilham, melainkan upaya memikirkan perlengkapan yang dibutuhkan di masa yang akan datang dan bagaimana pengadaannya secara sistematis, rinci, dan teliti berdasarkan informasi yang realistis tentang kondisi madrasah. Menurut pernyataan Nawawi bahwa usaha pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sehingga dapat digunakan secara tepat

memerlukan dan mengembangkan sejumlah dana, komunikasi yang tepat dan cepat tentang kebutuhan peralatan dapat memungkinkan disusunnya perencanaan yang lengkap.4

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 30 4 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Inti Idayu Press, 1993), hal. 63

137

Sedangkan makna pengadaan itu sendiri yaitu kegiatan untuk menghadirkan sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas-tugas sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan di MAN Kraton Pasuruan dilakukan dengan cara: pembelian, menerima hibah dari yayasan dan menerima bantuan dari pemerintah. Adapun masalah perolehan dana di peroleh dengan 2 cara, yaitu: dana dari DIPA dan dana dari Komite Madrasah. Terkait dengan pengadaan sarana dan prasarana yang pengadaan dananya bersumber dari DIPA mengajukan laporan secara tertulis kepada atasan dengan memasukkan daftar kebutuhan sesuai dengan perencanaan yang direncanakan oleh madrasah. Sedangkan realisasinya ketika pihak MAN Kraton Pasuruan hendak membelanjakan atau menggunakan dana tersebut terdapat 2 tahapan: Pertama, ketika proses pembelian sebelum orang/petugas membelanjakan barang kebutuhan terlebih dahulu ada komunikasi dengan pihak pejabat pembuat komitmen (PPK), kemudian baru belanja. Kedua, setelah pembelanjaan barang kebutuhan atau sarana tersebut baru kemudian sarana didistribusikan kepada masing-masing pihak yang membutuhkan, baik yang dibutuhkan oleh kelas, kantor, laboratorium maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan berdasarkan daftar barang yang telah dibeli. Terkait dengan penggunaan dana yang ada pada komite madrasah dibelanjakan sesuai dengan daftar kebutuhan yang sebelumnya dirapatkan terlebih dahulu bersama anggota komite dan seluruh pihak pengelola sekolah.

138

Perencanaan merupakan proses melakukan sesuatu agar tidak siasia dan mencapai hasil maksimal dan hal ini juga diajarkan dalam islam, sebagaimana dalam sebuah hadits: Artinya: Sesungguhnya Allah senang jika seseorang di antara kamu mengerjakan suatu perbuatan lalu dia mengerjakannya secara sempurna (HR. Thabrani) Menurut A.Tafsir peralatan sekolah harus dirancang secara menyeluruh dan teliti. Alat-alat yang setiap hari digunakan harus didahulukan kemudian alat-alat yang sering digunakan baru alat-alat yang jarang digunakan.5


Artinya: Kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir. (Maqolah Sayyidina Ali).6 Perencanaan yang baik dan teliti akan berdasarkan analisis kebutuhan dan penentuan skala prioritas bagi kegiaan-kegiatan untuk mendapatkan urutan pertama, kedua dan seterusnya agar dilaksanakan sesuai dengan tersedianya dana dan tingkat kepentingannya. 7 2. Pendistribusian Sarana dan Prasarana Pendidikan Pendistribusian atau penyaluran sarana dan prasarana madrasah merupakan kegiatan pemindahan barang dan tanggung jawab dari seorang

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2002) hlm. 93 6 Muhammad Al Baqir, Mutiara Nahjul Balaghoh, Bandung: Mizan 1994) 7 H. Ary Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 117

139

penanggung jawab penyimpanan kepada unit-unit atau orang-orang yang membutuhkan barang itu.8 Di MAN Kraton Pasuruan pendistribusian sarana dan prasarana yang sudah di beli didistribusikan langsung kepada masing-masing yang membutuhkan barang tersebut dan sekaligus sebagai penanggung jawab barang tersebut, sehingga penanggung jawabnya jelas, sebagaimana dalam pengadaan sarana dan prasarana madrasah di MAN Kraton Pasuruan disesuaikan dengan kebutuhan yang di ajukan oleh beberapa Waka dan berbagai Unit yang membutuhkan. Berkaitan dengan pendistribusian barang perlu adanya penyusunan alokasi pendistribusian. Menurut Bafadal menyatakan ada empat hal yang harus diperhatikan dan ditetapkan dalam penyusunan alokasi, yaitu: a. Penerima barang yaitu orang yang menerima barang dan sekaligus mempertanggungjawabkannya sesuai dengan daftar barang yang diterima b. Waktu penyaluran barang c. Jenis barang yang akan disalurkan kepada pemakai d. Jumlah barang yang akan didistribusikan.9 Pada dasarnya ada dua sistem pendistribusian barang yang dapat ditempuh oleh pengelola perlengkapan sekolah, yaitu sistem langsung dan sistem tidak langsung. Dengan menggunakan sistem langsung berarti barangbarang yang sudah diterima dan diinventarisasikan langsung disalurkan pada bagian-bagian yang membutuhkan tanpa melalui proses penyimpanan terlebih dahulu. Sedangkan dengan menggunakan sistem pendistribusian yang tidak langsung,
8

berarti

barang-barang

yang

sudah

diterima

dan

sudah

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), hal. 38 9 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), hal. 41

140

diinventarisasikan tidak langsung disalurkan, melainkan harus disimpan terlebih dahulu digudang penyimpanan dengan teratur.10 3. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Pemeliharaan merupakan kegiatan mengupayakan penjagaan atau pencegahan kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut selalu dalam kondisi siap pakai dan baik-baik saja. Pemeliharaan barang-barang sarana dan prasarana madrasah ada yang dilakukan secara kontinyu, kondisional dan ada juga berkala. Pemeliharaan barang sarana dan prasarana pendidikan secara kontinyu misalkan kebersihan sekolah (menyapu, kebersihan papan tulis, mengelap kaca jendela, dsb ), meletakkan seluruh barang inventaris pada tempatnya, dan sebagainya. Pemeliharaan barang sarana dan prasarana pendidikan secara kondisional misalkan perbaikan bangku, perbaikan papan tulis, perbaikan printer, perbaikan komputer dan sebagainya. Sedangkan pemeliharaan barang sarana dan prasarana pendidikan ada yg dilakukan setiap hari dan secara berkala, adakalanya pemeliharaan tiap 3 bulan sekali dan ada juga pemeliharaan yang dilakukan tiap 6 bulan sekali, misalkan: pemeliharaan gedung baik itu pengecetan, perbaikan sarana-sarana yang kurang layak, termasuk adanya anggaran di tahun ajaran 2011-2012 nanti MAN Kraton Pasuruan merencanakan mengalokasikan pengadaan sarana berupa meubeler yaitu meja kursi siswa sekitar 40 set, masing-masing kelas 20 set. Ada empat macam pemeliharaan perlengkapan pendidikan. Pertama, pemeliharaan yang bersifat pengecekan. Kedua, pemeliharaan yang bersifat pencegahan. Ketiga, pemeliharaan yang bersifat perbaikan ringan. Keempat,
10

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), hal. 40

141

perbaikan berat. Sedangkan ditinjau dari waktu perbaikannya ada dua macam pemeliharaan perlengkapan sekolah, yaitu pemeliharaan sehari-hari dan pemeliharaan berkala.11 Pemeliharaan barang-barang inventaris kadang-kadang dianggap sebagai suatu hal yang sepele, padahal sebenarnya pemeliharaan ini merupakan suatu tahap kerja yang tidak kalah pentingnya dengan tahap-tahap yang lain dalam administrasi sarana dan prasarana yang telah dibeli dengan harga mahal, akan bertambah mahal apabila tidak dipelihara sehingga tidak dapat dipergunakan lagi dengan semestinya. Sesungguhnya setiap manusia memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan orang lain, sehingga kewajiban menjaga barang milik sekolah juga menjadi tanggung jawab setiap warga sekolah sebagaimana mereka menjaga barang pribadinya. Sebagaimana firman Allah QS al-Anam ayat 104:


Artinya: Sesungguhnya Telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; Maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), Maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (Tidak melihat kebenaran itu), Maka kemudharatannya kembali kepadanya. dan Aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara(mu). (QS. al-An'am:104)12 Pemeliharaan dimulai dari pemakaian barang, yaitu dengan cara berhati-hati dalam menggunakannya. Pemeliharaan yang bersifat khusus harus

11

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara, Jakarta, 2004), hal. 49 12 Departemen Agama, Al-Quran dan terjemah

142

dilakukan oleh petugas professional yang mempunyai keahlian sesuai dengan jenis barang yang dimaksud. 13 Bungai menyatakan bahwa pemeliharaan sarana dan prasarana secara teratur dapat memudahkan penggunaan, enak dipandang dan tidak cepat rusak. Idealnya semua sarana dan prasarana seperti perabot dan peralatan kantor selalu dalam kondisi siap pakai saat diperlukan. Dengan kondisi tersebut maka semua personel dapat dengan lancar menjalankan tugasnya masing-masing. Sarana dan prasarana bukan saja ditata sedemikian rupa melainkan juga dipelihara dengan sebaik mungkin. 14 Penyimpanan merupakan kegiatan pengurusan, penyelenggaraan, dan pengaturan persediaan sarana dan prasarana pendidikan di dalam ruang penyimpanan atau gudang. Penyimpanan hanya bersifat sementara.

Penyimpanan dilakukan agar barang atau sarana dan prasarana pendidikan yang sudah diadakan atau dihadirkan tidak rusak begitu saja sebelum tiba saat pemakaian. Penyimpanan barang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat-sifat barang yang disimpan. Dengan demikian nilai guna barang tidak susut sebelum barang itu dipakai. Temuan penelitian dilapangan menjelaskan bahwa kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan sekolah di MAN Kraton Pasuruan sampai tesis ini ditulis belum memiliki gudang khusus untuk penyimpanan barang-barang milik sekolah. Akan tetapi yang berlangsung sekarang ini yaitu penyimpanan barang sarana pendidikan misalkan sapu,
13 14

Soetjipto, Profesi Keguruan, (Bandung: Rineka Cipta, 1999), hal. 172 Joni Bungai, Analisis Pengaruh Kompetensi Kepala Sekolah, Manajemen Sarana Prasarana Sekolah, Iklim Sekolah dan Keefektifan Mengajar Guru dengan Mutu Akademik Lulusan SMAN di Kalimantan Tengah, (Disertasi, tidak Diterbitkan, Malang: PPS Universitas Negeri Malang, 2005), hal. 61

143

kapur tulis dan barang kecil lainnya dialokasikan dengan disediakan book yaitu kotak kecil yang diletakkan di kantor guru guna menyimpan dan mengamankan barang-barang milik sekolah tersebut dan juga di ruang kelas masing-masing. Gunawan menyatakan bahwa pemeliharaan sarana dan prasarana adalah kegiatan rutin untuk mengusahakan agar barang tetap dalam keadaan baik dan berfungsi baik pula (running well).15 Gunawan juga menambahkan bahwa pada umumnya pemeliharaan atau servis ini tidak mengganti suku cadang atau mengubah kontruksi, tetapi terbatas pada penyetelan, pembersihan dan pemeriksaan seperti penyetelan platina, mencuci, pemeriksaan tekanan ban, mengganti oli, dan lain sebagainya. Pemeliharaan yang dilakukan menurut keadaan barangnya dilakukan terhadap barang habis pakai dan barang tidak habis pakai seperti pemeliharaan terhadap kertas dan kapur dengan penyimpanan yang baik (aman, tidak lembab, bebas hama) sebelum barang tersebut dipakai atau dalam penyimpanan. Terhadap barang tidak habis pakai seperti mesin tulis, kendaraan dilakukan servis bila keadaan pemakaiannya ternyata sudah kurang enak atau kurang lancar secara rutin dan berkala. Pemeliharaan terhadap tanah dan gedung dilakukan dengan pembersihan, pengecetan, menyapu, mengepel, dan sebagainya.16

15

H. Ary Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 146 16 H. Ary Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 146

144

4. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan Salah satu aktivitas dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di madrasah adalah mencatat semua perlengkapan yang dimiliki oleh madrasah. Lazimnya kegiatan pencatatan semua perlengkapan itu disebut dengan istilah inventarisasi perlengkapan pendidikan. Secara definitif, inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang milik Negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku.17 Terkait dengan kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan di MAN Kraton Pasuruan sudah dilakukan pengkodean barangbarang milik madrasah dan juga pencatatan terhadap daftar barang madrasah yang sudah dibeli dan dimiliki oleh MAN Kraton Pasuruan, akan tetapi kegiatan tersebut belum sepenuhnya terlaksana secara baik dan tertib. padahal mengadministrasikan barang-barang inventaris dengan sebaik-baiknya dengan memberi kode maupun pencatatan secara tertib mengenai daftar barang inventaris yang dimiliki, yang telah di beli maupun mendapat hibah ataupun pinjaman dan hadiah sangat mempermudah pihak madrasah dalam pembuatan laporan serta pengawasan terhadap sarana dan prasarana di MAN Kraton pasuruan. Kode barang adalah sebuah tanda yang menunjukkan pemilikan barang. Kode tersebut ditulis pada barang yang sekiranya mudah dilihat dan dibaca. Tujuan pembuatan dan penulisan kode adalah untuk memudahkan semua pihak dalam mengenal kembali semua perlengkapan pendidikan di
17

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), hal. 63

145

sekolah, baik ditinjau dari kepemilikan, penanggung jawab, maupun jenis dan golongannya.18 Secara sederhana Bafadal menjelaskan kegiatan inventarisasi perlengkapan pendidikan meliputi dua kegiatan utama, yaitu: 1) kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode barang perlengkapan pendidikan, dan 2) kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan barang-barang perlengkapan.19 Dalam hubungannya dengan pencatatan barang perlengkapan, ada enam macam buku yang perlu disediakan, yaitu: a. Buku Penerimaan Barang b. Buku Pembelian c. Buku Induk Inventaris d. Buku Golongan Inventaris e. Buku Bukan Inventaris, dan f. Buku (Kartu Stok Barang).20 Pencatatan perlengkapan pendidikan di sekolah yang tertib dan teratur dapat digambarkan sebagaimana pada gambar berikut:

18

19

20

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara, Jakarta, 2004), hal. 59 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), hal. 64 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), hal. 64

146

Ada barang baru Pencatatan di dalam Buku Penerimaan Pengelompokan barang baru

Pencatatan di dalam Buku Induk Inventaris Pencatatan di dalam Buku Golongan Inventaris

Pencatatan di dalam Buku Induk Bukan Inventaris Pencatatan di dalam Kartu (Buku) Stok Barang

Gambar. Tata cara Pencatatan perlengkapan sekolah21 5. Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan Kepala sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan

penghapusan terhadap perlengkapan pendidikan disekolahnya. Namun, perlengkapan yang akan dihapus harus memnuhi syarat-syarat penghapusan. Demikian pula prosedurnya harus mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan pengahapusan sarana dan prasarana madrasah di MAN Kraton Pasuruan masih belum pernah dilakukan, hal ini karena mengingat barang-barang yang digunakan oleh MAN Kraton Pasuruan 90% masih pinjam milik yayasan terkait dengan madrasah ini baru proses penegrian, sehingga masih membutuhkan waktu cukup lama.

21

brahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya, seri Manajemen Peningkatana Mutu Pendididkan Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hal. 57

147

Barang-barang

perlengkapan

pendidikan

di

sekolah

yang

memenuhi syarat penghapusan adalah barang-barang yaitu: a. Dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi. b. Tidak sesuai dengan kebutuhan c. Kuno yang penggunaannya tidak sesuai lagi d. Terkena larangan e. Mengalami penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang f. Barang yang biaya pemeliharaannya tidak seimbang dengan

kegunaannya g. Barang berlebihan yang tidak digunakan lagi h. Dicuri, diselewengkan dan musnah akibat adanya bencana alam.22 B. Kontribusi Komite Madrasah terhadap Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Secara umum pengelolaan perlengkapan sekolah adalah untuk

memberikan layanan secara professional di bidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Paling tidak terdapat tiga tujuan manajemen perlengkapan sekolah, yaitu: 1) mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan saksama, 2) mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana pendidikan secara tepat dan efisien, 3) mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai.23

22

23

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara, Jakarta, 2004), hal. 62 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara, Jakarta, 2004), hal. 8

148

Adapun beberapa hal pokok kontribusi komite madrasah dalam proses pencapaian manajemen sarana dan prasarana pendidikan di madrasah diantaranya adalah pengadaan sarana dan prasarana madrasah, pendistribusian sarana dan prasarana madrasah, pemeliharaan sarana dan prasarana madrasah, inventarisasi sarana dan prasarana madrasah, dan penghapusan sarana dan prasarana madrasah. Semua proses manajemen sarana dan prasarana tersebut sebelum disusun menjadi program kerja di bidang sarana dan prasarana kepala sekolah maka harus dimusyawarahkan dengan berbagai pihak di dalam madrasah atau dengan komite madrasah sehingga ketika proses pelaksanaan di lapangan menimbulkan semangat kerja, rasa saling mendukung dan turut aktif mensukseskan semua program kerja yang telah ada. Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar merupakan hal yang sangat penting bagi sekolah. 1. Pengadaaan Sarana dan Prasarana Kebutuhan berbagai sarana dan prasarana madrasah sebagai sarana penunjang kegiatan belajar sangat penting sekali bagi madrasah sehingga kebutuhan tersebut harus dicukupi dengan proses pengadaan sarana dan prasarana madrasah, hal ini dilakukan agar kegiatan belajar mengajar yang merupakan hal vital madrasah dapat terlaksana dengan baik, berjalan tertib dan lancar. Di sisi lain, dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah (PMPBS), atau dalam kerangka manajemen berbasis sekolah (MBS), pengadaan perlengkapan sekolah harus dilakukan sendiri oleh sekolah, baik dengan menggunakan dana bantuan pemerintah maupun dana sekolah sendiri.

149

Artinya, dalam kerangka MPMBS atau MBS semua bentuk penyerahan perlengkapan pemerintah ke sekolah harus diubah dari bentuk pemberian dana ke dalam bentuk block grand kepada sekolah, kemudian kepala sekolah bersama guru dan bila perlu pengurus komite madrasah merencanakan dan melakukan pengadaan sendiri perlengkapan yang dibutuhkan secara efektif dan efisien.24 Kontribusi komite madrasah terhadap proses pengadaan sarana dan prasarana madrasah sangat besar sekali, misalkan dalam pengadaan pengadaan meubeler kelas baru, perlengkapan kaca jendela, pemenuhan sarana ekstrakurikuler, pengadaan alat-alat peraga pendidikan, pembangunan pos satpam, penambahan unit layar LCD projector, pengadaan koperasi dan kantin madrasah, pengadaan almari kelas, dan lain sebagainya. Komite madrasah juga selalu terlibat aktif dan ikut serta dalam menyusun program kerja madrasah dan tidak terkecuali di bidang sarana dan prasarana madrasah sehingga semua kebutuhan sarana dan prasarana madrasah bisa terakomodir dengan baik. Dari beberapa cuplikan wawancara yang telah dipaparkan sebelumnya dan beberapa data yang telah diperoleh dari lapangan, telah diketemukan bahwa dalam proses pengadaan sarana dan prasarana madrasah, pihak madrasah selalu berusaha melibatkan secara aktif seluruh komponen untuk ikut serta menyusun dan merumuskan suatu program kerja dalam periode tertentu berdasarkan musyawarah mufakat tentang segala keperluan dan

24

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara, Jakarta, 2004), hal. 30

150

kebutuhan madrasah khususnya di bidang pengadaan sarana dan prasarana madrasah. Sedangkan kontribusi komite madrasah dalam pencapaian proses pengadaan sarana dan prasarana madrasah yang dapat diketahui misalkan pengadaan buku-buku perpustakaan, pembangunan gedung-gedung baru yang dipersiapkan untuk perpustakaan, laboratorium dan juga kelas, melengkapi meubeler kelas, penyediaan sarana dan prasarana olahraga, pembangunan masjid dan beberapa sarana dan prasarana madrasah lainnya. Dalam kaitannya dengan pengadaan perlengkapan sekolah ada beberapa cara yang dapat ditempuh oleh pengelola perlengkapan sekolah untuk mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan sekolah, antara lain dengan cara membeli, mendapatkan hadiah atau sumbangan, tukar menukar, dan meminjam.25 2. Pendistribusian Sarana dan Prasarana Pendistribusian sarana dan prasarana madrasah sangat bergantung dengan keberadaan perangkat pendidikan yang dimiliki oleh madrasah. Semakin banyak sarana dan prasarana madrasah atau perangkat pendidikan di madrasah, maka akan semakin banyak pula komponen yang akan terlibat dalam pendistribusian sarana dan prasarana madrasah. Segala jenis dan bentuk sarana dan prasarana madrasah yang telah didistribusikan kemudian diinventarisasi dan setelah kebenarannya diperiksa

25

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara, Jakarta, 2004), hal. 32

151

berdasarkan daftar yang ada pada surat pengantar maka sarana dan parasarana tersebut perlu di atur sedemikian rupa untuk memudahkan pengawasan dan pertanggung jawabannya. Pendistribusian sarana dan prasarana madrasah yang tidak teratur sebaiknya dihindari supaya tidak mengalami kesulitan dalam membuat laporan pertanggung jawaban serta untuk menghindari terjadinya suatu hal yang tidak diharapkan sebelumnya. Keberadaan komite madrasah dituntut untuk selalu proaktif dalam melihat kebutuhan-kebutuhan sarana dan prasarana madrasah yang diperlukan sehingga kegiatan atau proses pendistribusian sarana dan prasarana madrasah sesuai dan tepat sasaran. Adapun dalam proses pendistribusian sarana dan prasarana madrasah, kontribusi komite madrasah secara nyata dan nampak diketahui dari proses pendistribusian dengan memberikan bantuan pemenuhan perlengkapan madrasah dan menyerahkan kepada yang berhak atau penanggung jawab umum secara struktural dan tidak terjun langsung mendistribusikan sendiri ke lapangan. Sistem apapun yang digunakan oleh pengelola perlengkapan pendidikan tidak perlu dipersoalkan, asalkan memenuhi asas-asas dalam pendistribusian yang efektif. Ada beberapa asas pendistribusian ini yang perlu diperhatikan, yaitu (1) asas ketepatan; (2) asas kecepatan; (3) asas keamanan; (4) asas ekonomis.26

26

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara, Jakarta, 2004), hal. 40

152

Berdasarkan uraian tentang pendistribusian sarana dan prasarana madrasah, pada dasarnya ada dua sistem pendistribusian yang dapat ditempuh oleh madrasah, yaitu sistem langsung dan sistem tidak langsung. Dengan menggunakan sistem langsung berarti barang-barang yang sudah diterima dan diinventarisasikan langsung disalurkan pada yang membutuhkan tanpa melalui proses penyimpanan terlebih dahulu. Sedangkan dengan menggunakan sistem pendistribusian tidak langsung berarti barang-barang yang sudah diterima dan sudah diinventarisasikan tidak langsung disalurkan, melainkan harus disimpan terlebih dahulu di gudang penyimpanan barang dengan baik dan teratur supaya tetap bagus dan layak serta tidak lebih cepat aus.27 3. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pemeliharaan menurut ukuran waktu dapat dilakukan setiap hari (setiap akan atau sesudah memakai) dan secara berkala atau dalam jangka waktu tertentu sesuai petunjuk penggunaan atau setelah jarak tempuh tertentu. Pemeliharaan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh penanggung jawabnya (juru ketik, sopir dan sebagainya) atau dengan cara memanggil tukang atau ahli servis untuk melakukannya atau membawanya ke bengkel servis. Kontribusi komite madrasah dalam pencapaian proses manajemen sarana dan prasarana madrasah dan segala dukungan dalam pemeliharaan sarana dan prasarana madrasah memang sangat dibutuhkan. Kondisi dan keadaan sarana dan prasrana yang lengkap serta memadai dan terawat dengan baik juga tidak terlepas dari campur tangan komite madrasah. Pihak madrasah
27

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara, Jakarta, 2004), hal. 39

153

selalu aktif melibatkan komite madrasah untuk membantu pemeliharaan sarana dan prasarana madrasah, khususnya dalam perawatan dan pemeliharaan periodik fasilitas madrasah dalam waktu tertentu. Sedangkan untuk gedung madrasah supaya selalu bersih, indah, menarik dan nyaman maka perlu diperhatikan tata aturan dalam pemeliharaan. Pemeliharaan sarana dan prasarana madrasah yang melibatkan komite madrasah yaitu pemeliharaan dan renovasi gedung atau kelas yang mengalami kerusakan, pengecatan gedung sekolah, menetapkan tenaga pemeliharaan dan teknisi untuk instalasi listrik, peralatan IT, laboratorium, dan lain sebagainya serta penataan keindahan gedung-gedung madrasah. Kondisi sarana dan prasarana madrasah yang terpelihara dengan sangat baik juga nampak dari keadaan ruang kelas yang kering, tidak lembab serta jendela kelas yang cukup bersih dan menerangkan. Selain itu, bangku-bangku di kelas tidak ada yang rusak, berserakan dan kotor oleh debu. Papan tulis, jam dinding, taplak meja, gambar-gambar juga tertata rapi. Perabotan kelas selalu tersusun sedemikian rupa dan terpelihara dari kerusakan sehingga terlihat indah dan menarik. Ada empat macam pemeliharaan perlengkapan pendidikan. Pertama, pemeliharaan yang bersifat pengecekan. Kedua, pemeliharaan yang bersifat pencegahan. Ketiga, pemeliharaan yang bersifat perbaikan ringan. Keempat, perbaikan berat. Sedangkan ditinjau dari waktu perbaikannya ada dua macam

154

pemeliharaan perlengkapan sekolah, yaitu pemeliharaan sehari-hari dan pemeliharaan berkala.28 Menurut Abdul Fattah Allah telah menempatkan segala apa yang ada dimuka bumi ini dibawah kekuasaan manusia, baik daratan maupun lautan, sehingga kemungkinan manusia untuk mengelola keduanya dan bergerak di dalam menggunakan ilmu dan akal.29 Sebagaimana firman-Nya: dalam surat Al Jaatsiyah ayat 13:


Artinya: Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. Al-Jatsiyah: 13)30 Setiap personil harus menyadari bahwa semua barang atau sarana dan prasarana pendidikan milik organisasi adalah barang milik bersama yang harus dipergunakan untuk meningkatkan efisiensi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. 4. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Inventarisasi sebenarnya proses pencatatan dengan pemberian kodekode tertentu agar sarana dan prasarana madrasah yang dimiliki mudah dalam pengawasan, teratur dan sistematis sehingga mudah dalam

pertanggungjawabannya. Proses inventarisasi sebenranya adalah pencatatan


28

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara, Jakarta, 2004), hal. 49 29 Abd. Fattah Jalal, Azaz-Azas Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1988) hlm. 49 30 Departemen Agama, Al-Quran dan terjemah

155

dan penyusunan daftar barang milik Negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku. Kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana madrasah diharapkan akan menciptakan ketertiban administrasi barang, penghematan keuangan,

mempermudah dalam pemeliharaan dan pengawasan segala bentuk dan jenis sarana dan prasarana madrasah yang dimiliki. Selain itu, kegiatan inventarisasi juga mampu menyediakan data dan informasi secara akurat untuk perencanaan tentang kebutuhan sarana dan prasarana di masa yang akan datang. Perencanaan pengadaan barang perlengkapan atau sarana dan prasarana madrasah yang baik selalu berdasarkan pada kebutuhan sehingga dalam membuat rencana pengadaan sarana dan prasarana pendidikan harus berdasarkan pada inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan yang telah tercatat dan tersusun dengan baik. Manfaat atau nilai guna lain dari pada kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan data dan informasi dalam rangka proses manajemen sarana dan prasarana yang lainnya seperti apda pendistribusian, pemeliharaan, pengawasan dan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan. Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang baik sesungguhnya tidak akan sempurna tanpa adanya proses inventarisasi sarana dan prasarana yang baik pula. Secara fisik di MAN Kraton pasuruan nampak bahwa sarana dan prasarana yang ada cukup memadai dan terpelihara dengan cukup baik. Madrasah selalu memperhatikan kondisi sarana dan prasarana

156

yang efektif dan efisien sehingga dapat digunakan setiap kali dibutuhkan oleh segenap personil sekolah. Sedangkan kontribusi komite madrasah terhadap proses inventarisasi sarana dan prasarana madrasah lebih kepada sebagai pengawas dan pemerhati kelayakan dan ketepatan sarana dan parasarana madrasah sehingga tepat dan layak digunakan oleh segenap personil madrasah. Penginventarisasian perlengkapan pendidikan memiliki nilai guna. Melalui inventarisasi perlengkapan pendidikan diharapkan akan tercipta ketertiban administrasi barang, penghematan keuangan, mempermudah dalam pemeliharaan dan pengawasan. Lebih lanjut, inventarisasi mampu

menyediakan data dan informasi untuk perencanaan. Perencanaan pengadaan perlengkapan yang baik selalu didasarkan pada kebutuhan.31 5. Penghapusan Sarana dan Prasarana Penghapusan sarana dan prasarana madrasah adalah kegiatan meniadakan barang-barang milik lembaga atau bisa juga milik Negara dari daftar inventarisasi dengan cara berdasarkan peraturan yang berlaku. Sebagai salah satu aktivitas dalam pengelolaan perlengkapan pendidikan di madrasah, penghapusan perlengkapan bertujuan untuk: 1) Mencegah atau membatasi kerugian yang lebih besar sebagai akibat pengeluaran dana untuk pemeliharaan atau perbaikan perlengkapan yang rusak 2) Mencegah terjadinya pemborosan biaya pengamanan perlengkapan yang tidak berguna lagi

31

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara, Jakarta, 2004), hal. 56

157

3) Membebaskan lembaga dari pengamanan 4) Meringankan beban inventaris32

tanggung

jawab

pemeliharaan

dan

Sebagai bentuk kontribusi komite madrasah terhadap penghapusan sarana dan prasarana madrasah jika ada yang perlu dihapus, maka hanya lebih kepada sebagai pihak yang memberikan suara setuju atau tidak serta memberikan beberapa alasan-alasan lain jika dibutuhkan dan hendak melakukan penghapusan sarana dan prasarana madrasah. Kepala sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan penghapusan terhadap perlengkapan pendidikan di sekolahnya. Namun, perlengkapan yang akan dihapus harus memenuhi syarat-syarat penghapusan. Demikian pula prosedurnya harus mengikuti perundang-undangan yang berlaku. Barangbarang perlengkapan pendidikan di madrasah yang memenuhi syarat penghapusan adalah: 1) Dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dimanfaatkan lagi 2) Tidak sesuai dengan kebutuhan 3) Kuno, yang penggunaannya tidak sesuai lagi 4) Terkena larangan 5) Mengalami penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang 6) Yang biaya pemeliharaannya tidak seimbang dengan kegunaannya 7) Berlebihan yang tidak digunakan lagi 8) Dicuri 9) Diselewengkan, dan 10) Terbakar atau musnah akibat adanya bencana alam.33

32

33

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara, Jakarta, 2004), hal. 64 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 62

158

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, langkah-langkah penghapusan perlengkapan pendidikan di madrasah, seperti SLTP dan SMU, adalah: 1) Kepala madrasah (bisa dengan menunjuk seseorang) mengelompokkan perlengkapan yang akan dihapus dan meletakkannya di tempat yang aman namun tetap di dalam lokasi madrasah. 2) Menginventarisasi perlengkapan yang akan dihapus tersebut dengan cara mencatat jenis, jumlah dan tahun pembuatan perlengkapan tersebut. 3) Kepala madrasah mengajukan usulan penghapusan barang dan pembentukan panitia penghapusan, yang dilampiri dengan data barang yang rusak (yang akan dihapusnya) ke Kantor Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten. 4) Setelah SK penghapusan dari Kantor Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten terbit, selanjutnya panitia penghapusan segera bertugas, yaitu memeriksa kembali barang yang rusak berat, biasanya dengan membuat Berita Acara Pemeriksaan. 5) Begitu selesai melakukan pemeriksaan, panitia mengusulkan penghapusan barang-barang yang terdaftar di dalam Berita Acara Pemeriksaan. Dalam rangka itu, biasanya perlu adanya pengantar dari kepala sekolahnya. Usulan itu lalu diteruskan ke kantor pusat Jakarta. 6) Akhirnya begitu surat keputusan penghapusan dari Jakarta datang, bisa segera dilakukan penghapusan terhadap barang-barang tersebut, terdapat dua kemungkinan penghapusan perlengkapan madrasah, yaitu dimusnahkan dan dilelang. Apabila melalui lelang, yang berhak melelang adalah kantor lelang setempat. Sedangkan hasil lelangnya menjadi milik Negara.34

34

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 63

You might also like