Professional Documents
Culture Documents
BAB 7 DESAIN TATA LETAK A. Pendahuluan Lahan kosong di Indonesia semakin tahun berkurang dan harganya semakin tahun meningkat. Sedangkan pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun bertambah. Oleh karena itu tidak jarang kita menemui masyarakat yang tidak mempunyai tempat tinggal segingga mereka membanggun rumah di tepi sunggai, bawah jembatan dan tidur di emperan toko. Minimnya lahan kosong dan mahalnya lahan saat ini menyebabkan masyarakat tega menebanggi hutan dan menjadikan lahan persawahan sebagai pemukiman. Bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, adalah akibat dari ditebangnya pohon-pohon sehingga kurangnya tempat tadah hujan. Bahan makanan harus impor dari luar negeri semua itu juga akibat dari kurangnya lahan pertanian, sehingga hasil tanaman tidak bisa mencukupi kebutuhan masyarakat. Semua itu berimbas lagi pada rakyat kecil. Dalam hal ini desain tata letak sangat dibutuhkan bagi seluruh golongan. Bagi Pemerintah desain tata letak sanggat dibutuhkan untuk menata tata letak kota sehingga tidak akan ada lagi pemukkiman kumuh, pemukiman tepi sungai dan lain-lain. Bagi para Arsitek, desain tata letak berguna untuk membuat suatu bangunan mewah tanpa memerlukan lahan yang banyak. Para Penggusaha memerlukan desain tata letak untuk efesiensi bisnis dan dapat mengurangi biaya operasional.
~ 73 ~
75
77
78
Manajemen Operasional
79
3. Metode SLP oleh Richard Muther Metode SLP (Systematic Layout Planning) yang dikembangkan oleh Richard Muther, yakni: dapat dilihat pada Gambar 7.3 berikut ini. a. Input data (pengumpulan data masukan dan aktivitas). b. Flow of material (aliran material). c. Activity relationship (analisa hubungan aktivitas kerja). d. Relationship diagram (menyusun diagram hubungan).
80
Manajemen Operasional
2. Aliran Material
3. ARC
4. ARD
5. Kebutuhan Ruang
6. Kesediaan Ruang
8. Pertimbangan Modifikasi
9. Pertimbangan Praktis
11. Evaluasi
81
82
Manajemen Operasional
83
84
Manajemen Operasional
85
87
88
Manajemen Operasional