You are on page 1of 3

SINDROMA KOMPARTEMEN (958.

8)
1. Batasan Sindroma kompartemen adalah gejala kompleks disebabkan oleh peningkatan tekanan cairan jaringan dalam suatu kompartemen (yang dibatasi oleh suatu jaringan fibro osseus) dari anggota gerak yang mempengaruhi sirkulasi dan fungsi jaringan dalam kompartemen tersebut lebih dari 30 mmHg. Kompartemen terdiri dari otot, arteri, vena dan saraf dalam suatu ruangan yang meliputi (dibatasi) oleh jaringan osseofacial. 2. Diagnostik: a. Nyeri: nyeri yang dalam, terus menerus, dan tidak terlokalisir (pain at rest) serta regangan pasif dari otot-otot yang terkena akan menimbulkan nyeri yang hebat (pain on passive movement). Pemeriksaan ini, lebih-lebih bila disertai parestesia di sepanjang distribusi saraf sensoris yang melalui kompartemen, merupakan tanda kompartemen syndrome yang paling terpercaya. b. Parestesia, sesuai dengan dermatom saraf yang bersangkutan. Dari dermatomnya kita dapat memperkirakan saraf yang lesi sekaligus mengetahui kompartemen mana yang mengalami proses patologis. c. Paresis/paralysis d. Hilangnya denyut nadi (pulselessness), terjadinya lambat kadang tidak terjadi sama sekali e. Kulit di atas kompartemen tegang f. Pengukuran tekanan intra kompartemen Sebenarnya secara klinis sindroma kompartemen sudah dapat ditegakkan, akan tetapi pada penderita-penderita yang tidak kooperatif atau tidak dapat dipercaya (uncooperative/unreliable patient), penderita yang tidak sadar (unresponsive patient) serta pada adanya defisit neurologis.

Secara umum, apabila tekanan intra kompartemen melebihi 30 mmHg penderita harus diobservasi ketat, fasciotomi dilakukan bila tekanan di atas 40 mmHg. 3. Penanganan 1. Anggota gerak yang mengalami trauma, bengkak dan sakit harus terus dievaluasi (setiap 15 menit) ketat. Bila nadi tak teraba dilakukan pemeriksaan Doppler serta lakukan pemeriksaan neurologis yang akurat bila didapatkan juga parestesia /hipestesia. 2. Bila kuat dugaan adanya kompartemen syndrome segera lepaskan gips (bivalved splitting) longgarkan bebat dan ekstensikan sendi yang fleksi. Elevasi anggota gerak sedikit di atas jantung penderita, sebab bila terlalu tinggi justru akan meningkatkan tekanan intra kompartemen. Kemudian lakukan observasi ketat (tiap 15 menit). 3. Jika dalam satu jam tidak ada perubahan lepaskan semua gips, verban dan atau semua bebat yang ada. Jika dengan tindakan tersebut tetap tidak ada perubahan dalam waktu 30 menit, dianjurkan pengukuran tekanan intra kompartemen. 4. Segera lakukan fasciotomi, bila terdapat tanda klinis sindroma kompartemen atau bila tekanan intra kompartemen > 30 mmHg (pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar dan unreliable). 5. Lakukan pemeriksaan ulang setelah fasciotomi. Bila tetap tidak ada perubahan mungkin: fasciotomi tidak adekuat ada kompartemen lain yang belum dekompresi diagnosa salah (memerlukan pemeriksaan arterografi) periksa laboratorium: mioglobinuria, RFT dan urine produksi

Profilaksis fasciotomi dianjurkan pada osteotomi tibia, lengthening dan paska repair arteri dimana sudah terjadi iskemia 4-6 jam. 4. Komplikasi

Volkmans ischemia Volkmans contracture

5. Perawatan paska bedah: a. rawat luka secara basah (dengan PZ) b. ekstensi anggota gerak c. ganjal bantal/elevasi anggota gerak setinggi level jantung d. observasi ketat: nyeri, parestesia, paresis e. delayed closure atau skin graft setelah oedema berkurang (rata-rata pada hari ke 5-7) Kepustakaan 1. Tanjung AS.; IP Sukarna: Sindroma Kompartemen, Paper Seksi Orthopaedi Lab/UPF. Ilmu Bedah FK Unair/RSD Dari. Soetomo, Surabaya, 1992 2. Poggi, JJ.: Compartment Syndrome: Orthopaedic Secret, Brown DE; Neumann RD (Ed). Han Ley & Belfus, Philadelphia, 27-29, 1995

You might also like