Professional Documents
Culture Documents
No
Pilar Partisipan
Jumlah
1
2 3 4 5
185.984
61.062 25.591 19.180 67.301
PEMERINTAH
MASYARAKAT
DUNIA USAHA
PROVINSI JABAR Perlunya membangun JATENG Perlunya dukungan DIY Perlunya pemahaman JATIM Perlunya penguatan BALI Perlunya redefinisi
kembali
pemahaman tentang pilar partisipan masyarakat
prasarana
dan pemahaman peran pilar partisipan masyarakat
kembali
tentang peran dan kedudukan
kebijakan
melalui pengaturan dan praturan daerah
terkait
dengan peran dan kedudukan
WKSBM
PSM
PENGUATAN KELEMBAGAAN
KARANG TARUNA
PP 38 / 2007
KOMPLEKSITAS MASOS
ORSOS / LSM
REGULASI
TAGANA
SOSIALISASI
WKSBM
EVALUASI KEBIJAKAN
a. Pekerja Sosial Masyarakat (Keputusan Menteri Sosial R.I. Nomor 14/HUK/KEP/II/1981). b. Karang Taruna (Keputusan Menteri Sosial RI No 13/HUK/KEP/I/1981). c. Organisasi Sosial/Lembaga Swadaya Masyarakat (Keputusan Menteri Sosial R.I. Nomor 40/HUK/KEP/X/1980). d. Taruna Siaga Bencana (Keputusan Menteri Sosial No. 82/HUK/2006). e. Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat. PERLU DILAKUKAN KAJIAN TERHADAP EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MENTERI SOSIAL TERKAIT DENGAN PILAR-PILAR PARTISIPAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL TERKAIT DENGAN PP NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ( PENGGANTI PP NOMOR 25 TAHUN 2000 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH DAN PROVINSI SEBAGAI DAERAH OTONOMI)
ALTERNATIF KEBIJAKAN
1. Regulasi Perda tentang pilar partisipan.
Perlunya Ketetapan yang mewajibkan pihak Pemerintah Daerah mengeluarkan payung hukum atas keberadaan pilar-pilar partisipan masyarakat di era otonomi daerah ini. Dengan demikian pilar-pilar partisipan dapat melaksanakan aktivitasnya dalam rambu hukum yang ada. Selain itu, mereka secara hukum dapat merasa terlindungi dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat.
ALTERNATIF KEBIJAKAN
3. Sosialisasi tentang peran dan fungsi pilar partisipan
Masyarakat perlu memahami arti dari pembangunan kesejahteraan sosial, bahwa tanggung jawab pembangunan dimaksud adalah merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Oleh karenanya kontribusi masyarakat sangat diharapkan, yang dapat dilakukan melalui pilar-pilar partisipan masyarakat. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
REKOMENDASI KEBIJAKAN
Program-program kebijakan yang terkait dengan pilar partisipan masyarakat sejak diberlakukanya pelaksanaan otonomi daerah melalui pendekatan pembangunan desentralisasi yang diarahkan pada peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat setempat, dalam pelaksanaannya justru memperlemah peran dan tugas pilar partisipan masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan sosial.
OLEH KARENA ITU DIPERLUKAN ADANYA DUKUNGAN KEBIJAKAN YANG TERKAIT DENGAN EKSISTENSI PERAN PILAR-PILAR PARTISIPAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL SETELAH DIBERLAKUKANNYA PP NOMOR 38 TAHUN 2007.
REKOMENDASI KEBIJAKAN
SUBSTANSI KEBIJAKAN MEMUAT :
1. 2. 3. 4.
Regulasi Perda tentang pilar partisipan. Penguatan Kelembagaan pilar partisipan masyarakat. Sosialisasi tentang peran dan fungsi pilar partisipan Meningkatkan kualitas dan kuantitas koordinasi dengan instansi terkait dan stakeholders 5. Pengawasan dan pemantauan terhadap pilar partisipan. 6. Peningkatan pendanaan pilar partisipan.