You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR

PEMBUATAN MEDIA, PENGENCERAN DAN PENANAMAN BAKTERI

BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh : Dicky Aji Ilmawan 125080500111044

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

PEMBUATAN MEDIA, PENGENCERAN DAN PENANAMAN BAKTERI


1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembiakan mikroba dalam laboraturium memerluka medium yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme dan pergerakan. Lazimnya biakan berisi air, sumber energi, zat hara sebagi sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen, seerta unsur-unsur sekelumit/trace elemen.(Waluyo, 2008) Sampai dengan tahun 1930, penyiapan medium sangat memakan waktu serta harus dibuat dari berbagai bahan mentah, dewasa ini tersedianya medium dalam terdehidrasi(bentuk bubuk) penyiapan medium sangat dipermudah dan pada umumnya anda tinggal

menimbangnya,melarutkan air, menyesuaikan pH-nya jika perlu, menempatkannya pada wadahwadah sesuai dari negara-negara maju sekarang hingga harga pada umumnya amat mahal.(Hadioetomo, 1985) Mikroorganisme dibiakkan dalam laboraturium pada bahan nutrien yang disebut medium. Banyak sekali medium yang tersedia. Macamnya yang dipakai bergantung pada banyak faktor. Salah satu diantaranya ialah macam mikroorganisme yang akan ditumbuhkan.(Pelczar dan Chan, 2008) Pengenceran biasanya digunakan untuk mengencerkan konsentrasi nutrisi dan menguraikan koloni mikroorganisme yang bergerombol, sehingga dapat diamati. Sedangakn media merupakan suatu substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh dengan lingkungan yang telah disesuaikan. Penanaman media dilakukan dengan cara menuangkan media terlebih dahulu kemudian sampel, sedangkan metode tuang, menuang sampel terlebih dahulu kemudian media.

1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari praktikum mikrobiologi dasar tentang pembuatan media, pengenceran dan penanaman bakteri adalah agar praktikan dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara pembuatan media, pengenceran dan penanaman bakteri.

Tujuan dari praktikum mikrobiologi dasar tentang pembuatan media, pengenceran dan penanaman bakteri adalah agar praktikan dapat terampil melakukan pembuatan media, pengenceran dan penanaman bakteri.

1.3 Waktu dan Tempat Praktikum mikrobiologi daasar materi pembuatan media, pengenceran dan penanaman bakteri dilaksanakan pada hari Selasa 13 November 2012 pukul 15.00 WIB sampai selesai. Bertempat di laboraturium mikrobiologi, gedung A lantai 1,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Fungsi Media Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi atau zat-zat basa(nutrien) yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau di dalamnya. Selain itu medium dapat digunakan untuk isolasi perbanyakan. Pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroorganisme.(Waluyo, 2008) Media adalh suatu substansi yang komposisinya terdiri dari nutrisi tertentu yang diperlukan untuk menumbuhkan dan mempelajari sifat-sifat bakteri. Komposisi nutrisi media yang komplit mengandung sumber karbon, nitrogen, belerang, fosfat, logam mikro, vitamin, penyabun, NaCl, dan air kristal violet, briken green, bile salt, natrium salenit, antibiotik dan anti jamur. Fungi zone adalah bahan penghambat atau pembunuh bakteri atau jamur yang tidak diinginkan pada waktu isolasi yang sering ditambah ke media.(Sutarmo, 2000)

2.2 Macam-macam Media Menurut Sutedjo (1991) media dapat dibedakan/digolongkan berdasarkan susunan kimianya, sifat wujudnya,dan fungsinya. Media berdasarkan susunanya di golongkan menjadi media orgnaik, anorganik sintetik, dan non-sintetik. Sedangkan sifat wujudnya dibedakan menjadi media padat dan media yang diencerkan. Medium biakan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme dalam bentuk padat, semipadat, dan cair. Medium dapat diperoleh dengan menambahkan agar. Agar berasal dari

ganggang merah. Agar digunakan sebagai pemadat karena tidak dapat diuraikan oleh mikroba, dan membeku diatas suhu 45 C.(Hadioetomo, 1985) Menurut Hartono (1992) media digunakan untuk membiakan bakteri. Adapun jenis-jenis media yang digunkan antar lain yaitu media differensial yang digunakan untuk menunjang pertumbuhan beberapa macam bakteri. Media sintetik untuk menghambat pertumbuhan bakteri tertentu atau isolasi media selektif dan differensial media bakteri anaerob serta penyubur.

2.3 Komposisi NA dan PDA Nutrien Agar adalah medium umum untuk uji air dari produk pangan. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikro organisme yang tidak selektif dalam artian mikroorganisme heterotrof. NA merupakan salah satu media umum digunakan dalam bentuk bakteria seperti uji basa dari air produk pangan untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Untuk komposisi nutrient agar adalah ekstrak beef 10 gr, pepton 10 gr, NaCl 5 gr, air diisi filat 1000 ml, dan 15 gr agar per liter.(Nugraheni, 2010) Menurut Amelia, et.al, (2005) PDA atau Potato Dextrose Agar merupakan media yang terkomposisi dari 25 gr agar batang, 1000 ml ekstrak kentang dan 20 gr dextrose. Sedangankan NA atau Nutrien Agar dibuat dari 25 gr agar batang, 1000 ml gr aquades, 3 gr yeast, 5 gr beatupepton yang kemudian disterilisasi dalam autoklaf.

2.4 Pembuatan Media NA, PDA, TCBS Menurut Stanier (1986), pembuatan pembuatan TCBS adalah dengan mengkomposisikan bahan-bahan seperti aquades dan serbuk TCBS lalu dihomogenkan. Menurut Sutedjo (1991), pembuatan PDA yaitu dengan menghomogenkan aquades dan serbuk PDA dimasukan dalam elmeyer lalu ditutup dengan kapas, dibungkus koran diikat lalu direbus selama 15 menit kemudian disterilisasi. Menurut Zubaidah (2006), pembuatan NA yaitu ditimbang NaCl sebanyak yang dibutuhkan dan dimasukkan kedalam beaker glass. Diukur aquades sebanyak yang dibutuhkan. Diaduk NaCl dan aquades sampai homogen dan didapat Nafis 0,9 % diambil Nafis 9 ml dimasukan dalam 5 tabung reaksi dengan kapas, dibungkus dengan koran diikat dengan tali, disterilisasi.

2.5 Pengertian dan Tujuan Pengenceran Pengenceran adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penangannya. Tingkat pengenceran berpengaruh terhadap presentasi motilitas individu. Tingkat pengenceran mampu menghasilkan kualitas semen yang optimal pada suhu kamar. (Winarto dan Isnaini, 2008) Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk menurunkan atau memperkecil konsentrasi laruta dengan menambah zat pelarut, kedalam larutan sehingga volume larutan jadi bertambah. Media percobaan yang digunakan berupa campuran air tawar dan air laut. Sbelum digunakan, air media disterilisasi dengan menggunakan klorin sebanyak 19 PP selama 24 jam kemudian dinetralkan dengan menambahkan thiosulfat dengan dosis yang sama. (Martina, 2011) 2.6 Macam Metode Penanaman Teknik penanaman bakteri menurut Cappucino, et.al, (1983) yaitu : 1) Teknik Cawan Penyebaran Kelebihan : organisme dalam campuran mikroba encer dapat dengan cepat dipisahkan menjadi koloni individu untuk isolasi di kultur murni dengan teknik penyebaran benih. Kekurangan : organisme yang tersebar di permukaan medium agar padat dalam bentuk cawan petri dengan bata steril kurang berbentuk jelas, bengkok. 2) Teknik Cawan Garis Kelebihan : metode beruntun-platie, metode dengan isolasi cepat kualitatif Kekurangan : banyak jenis prosedur yang harus dilakukan Metode cawan tebar, pada metode ini 0,1 ml suspensi bakteri telah di encerkan disebar pada media penyubur steril yang telah disiapkan, selanjutnya suspensi dalam cawan diletakkan dengan batang dari galski agar koloni tumbuh pada cawan tersebut kemudia diletakkan pada inkubator (37 C) selama 1 -2 hari. (Feliatra, et.al, 1999)

2.7 Pengertian Bakteri Vibrio Vibrio adalah suatu jenis bakteri yang tergolong dalam marine bacteri. Bateri ini umumnya memiliki habitat asal di laut. Secara umum bakteri ini bersifat aerob, tetapi ada juga yang bersifat an aerob. Selain itu baketri vbrio besifat martil. Laroncy pergerakan dikendalikan oleh folari.

Tergolong baketri gram negatif dan bentuk bola yang melengkung (seprti tanda koma). (Feliatra, 1999) Fibrio meruakan jenis baketri saprofit dari laut dan tanah. Bakteri ini juga dapat disalinasi yang relatis tinngi. Sebagian bersifat kalofil yang tumbuh optimal pada air laut dengan salinitas 20-40 %. (Sugianto, 2004)

2.8 Klasifikasi Bakteri Vibrio Menurut Albertus (2008), klasifikasi bakteri vibrio yaitu : Filum : Bcteria Classic : Proteobacteria Diviso : Gammo proteobacteria Ordo : Vibrio naceae Genus : Vibrio Species : Vibrio vulnificus Menurut Feliatra (1999), klasifikasi bakteri vibrio yaitu : Filum : Bacteria Classic : Schizometes Divisio : Bacteri Ordo : Eubacteri Genus : Vibrio Species : Vibrio vulnificus

2.9 Morfologi Baketri Vibrio Menurut Mitrani (2008), morfologi baketri vibrio yaitu : a. Mempunyai peptigen yang tebal, lipid, spora rantai yang fleksibel. b. Memiliki spora pada subtrat mycelium, sebagai pamenfaatan garam sitrat. Morfologi atau struktur tubuh dari vibriobila disolir dari facies penderita atau dari bahan yang masih muda didalam batang bengkok, seperti komet tetapi akar bentuk lurus bila diambil atau didapat dari bahan yang sudah tua. (Stanier, 1986) Pada umumnya bakteri vibrio itu kecil sekali, sehingga kita memerlukan mikroskop untuk dapat mengamati. Ada juga yang agak besar dapat kita lihat dengan menggunakan mikroskop. Akan

tetapi untuk mengamati morfologi lebih teliti kita membutuhkanmikroskop. (Dwijoseputro, 2005)

2.10 Macam-macam Bakteri Vibrio Menurut Feliatra (1999), macam-macam bakteri Vibrio adalah sebagai berikut : a. Vibrio angvillarium : berwarna putih-kekuningan, bulat menonjol, dan mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, dll. b. Vbrio aglinolitycus : warna kuning, diameter 3-5 mm. c. Vibrio chodera : warna kuning, diameter 2-3 mm. d. Vibrio salmoriude : warna kuning, diameter kurang dari 1 mm, bulat. e. Vibrio vulnificus : warna kunig sampai hijau, diameter 2-3 mm. f. Vibrio parahaenoliticus : warna biru sampai hijau, diameter 3-5 mm, dipusat koloni warna hijau. Menurut Mitrani (2008), macam-macam bakteri Vibrio adalah : Vibrio algyrolitycus : dicirikan dengan pertumbuhan yang bersifat swarin pada media non selektif. Vibrio algullarum : merupakan spesies yang patogen terhadap air payau. 3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi Alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi dasar materi pembuatan media,pengenceran, dan penanaman bakteri yaitu : Elmeyer 250 ml : sebagai wadah pembuatan media NA dan PDA. Kompor : sebagi sumber panas dalam skala besar. Gelas uku 100 ml : untuk mengukur volume larutan yang diperlukan. Spatula : untuk membantu menghomogenkan larutan. Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam skala kecil. Tabung reaksi : sebagai tempat Nafis dan tempat pengenceran bertingkat. Pipet serelogis : untuk mengambil larutan dalam skala 0,1-1 ml. Rak tabung reaksi : sebagai tempat tabung reaksi. Bunsen : untuk pengkondisian aseptis.

Cawan petri : sebagai tempat media penanaman. Washing bottle : sebagai tempat aquades. Beaker glass 500 ml : sebagai wadah pembuatan media Nafis 0,9 % dan media kaldu. Sprayer : untuk pengkondisian aseptis. Etalase bakteri : untuk inkubasi pada suhu kamar 29-31 C. Pipet volumre : untuk mengambil larutan dalam skala 1-10 ml. Panci : untuk merebus media dan alat yang akan digunakan. Bola hisap : untuk mengambil larutan dengan bantuan pipet volume. Autoklaf : sebagai alat sterilisasi basah. Crustable tang : untuk mengambil alat dalam keadaan panas.

3.2 Bahan dan Fungsi Bahan yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi dasar materi pembuatan media,pengenceran, dan penanaman bakteri yaitu : NaCl : sebagai bahan yang diamati. Kertas label : untuk memberi tanda pada setiap perlakuan. Aquades : sebagai pelarut. Spirtus : sebagai bahan bakar bunsen. Kapas : sebagai penutup tabung reaksi dan elmeyer. Alkohol 70% : sebagai pengkondisian aseptis. Koran : untuk membungkus alat yang diinkubasi. Tanah : sebagai sampel yang diamati. Tali : untuk mengikat alat-alat ayng akan diinkubasi. Pepton 7.5 gr : sebagai protein dalam pembuatan media kaldu. Air laut: sebagai larutan yang diamati. Daging sapi : sebagai bahan dalam pembuatan media kaldu. Ikan asin : sebagai bahan yang diamati. NA : sebagai media pertumbuhan bakteri. PDA : sebagai media pertumbuhan jamur yang akan diamati. TCBS : sebagai media pertumbuhan bakteri Vibrio yang akan diamati. Agar 5 gr : sebagai pengental dalam pembuatan media kaldu.

Nafis 0,9 % : untuk larutam pengenceran (membuat kondisi isotonis)

3.3 Cara Kerja TCBS Ditimbang sebanyak yang dibutuhkan Diukur aquades sebanyak yang dibutuhkan Dimasukan elemeyer Diaduk hingga homogen Elmeyer dengan kapas Dibungkus koran dan diikat Direbus 15 menit Ditunggu hangat-hangat kuku Digunakan untuk penanaman bakteri vibrio HASIL

Nafis 0,9 % NaCl ditimbang sebanyak yang dibutuhkan Diukur aquades sebanyak yang dibutuhkan Diaduk hingga homogen Didapat Nafis 0,9 % Diambil Nafis 0,9 % @ 10 ml dimasukkan kedalam 5 tabung reaksi Tabung reaksi dtutup dengan kapas Dibungkus dengan koran dan diikat Disterilisasi Didapat Nafis 0,9 % steril HASIL

PDA Ditimbang sebanyak yang dibutuhkan Media NA Ditimbang sebanyak yang dibutuhkan Dimasukan elemeyer Diukur aquades sebanyak yang dibutuhkan Diaduk hingga homogen Elmeyer dengan kapas Dibungkus koran dan diikat Direbus 15 menit Disterilasasi HASIL Dimasukan elemeyer Diukur aquades sebanyak yang dibutuhkan Diaduk hingga homogen Elmeyer dengan kapas Dibungkus koran dan diikat Direbus 15 menit Disterilasasi HASIL

Media Kaldu Daging 0,5 kg Dibuang lemak dipotong kecil-kecil Dimasukan ke dalam beaker glass Dimasukkan lemari es selama 24 jam Disaring dengan kain basah Dapatkan filtrat Ditambahkan aquades 100 ml Ditambah 5 gr pepton Ditambah 7,5 gr agar Ditutup kapas Dibungkus koran diikat Direbus 15 menit Disterilisasi HASIL Pengenceran Sampel ditimbang Dimasukkan tabung reaksi 1 Dihomogenkan Diambil 1ml dimasukkan tabung 2 Dihomogenkan Diambil lagi 1 ml dimasukan tabung 3 Dihomogenkan Dilakukan lagi sampai sesuai dengan kebutuhan HASIL

Metode Penanaman Metode Tebar Cawan Petri Diberi media 20 ml Ditunggu beku Diberi sampel 0,1 ml Diratakan dengan triangle Ditutup dibalik Dibungkus koran diikat Masukkan etalase bakteri HASIL Metode Tuang Cawan Petri Diberi sampel 1 ml Diberi media 20 ml Digoyangkan angka 8 Ditunggu beku Ditutup dibalik Dibungkus koran diikat Masukkan etalase bakteri HASIL

4. PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur Dalam praktikum Mikrobiologi Dasar mengenai pembuatan media, pengenceran dan penananman bakteri vibrio, langkah pertama yang diperlukan adalah menyiapkan alat dan bahan antara lain kompor, panci, timbangan, tabung reaksi, autoklaf, rak tabung reaksi, cawan petri, elemeyer, bunsen, gelas ukur, pipet volume, pipet serelogis, in case, timbangan digital, daging sapi, air destilata, kain saring, pepton 5 gr, agar 7,5 gr, PDA, NA, aguades, sampel ikan asin, tali, kapas, dan kertas koran. Pembuatan Media NA

Pertama-tama, NA ditimbang menggunakan timbangan digital, untuk mendapatkan NA seberat 5,6 gr. Setelah itu dimasukan kedalam elmeyer 250 ml dan ditambahkan aquades 200 ml sebagai pelarut. Kemudian NA dan aquades dihomogenkan dengan menggunakan spatula hingga homogen. Setelah homogen, leher elmeyer ditutup kapas untuk mencegah kontaminasi dari luar. Langkah selanjutnya elmeyer dibungkus dengan koran karena koran mampu menyerap uar air saat perebusan. Setelah terbungkus koran, elmeyerdiikat dengan tali agar kertas koran tidak lepas. Setelah itu agara NA dan Aquades direbus supaya tercampur dengan rata. Kemudian dilakukan sterilisasi didalam autokolaf agar didapatkan media steril. Saat proses sterilisasi selesai,elmeyer dimasukan ke dalam waterbath, dengan tujuan untuk mengendapkan suspensi yang ada dalam larutan media NA. Pembuatan Media PDA

Dalam pembuatan media PDA yang dilakukan adalah menimbang PDA sebanyak 3,12 gr, kemudian dimasukan elmeyer dan ditambahkan aquades 250 ml lalu dihomogenkan dengan bantuan vortex mixer. Setelah tercampur mulut elmeyer ditutup dengan kapas dan dibungkus dengan koran dengan tujuan untuk mengurangi penguapan dan mencegah masuknya kotoran. Setelah dibungkus diikat dengan tali agar koran tidak lepas. Selanjutnya dimasukkan dalam autoklaf untuk disterilisasi dengan tujuan mencegah adanya mikroba saat piaraan. Bila sudah 20 menit sterilisasi elmeyer dikeluarkan dari autoklaf manual dan didapat media steril. Pembuatan Media Na Fis

Dalam pembuatan media Na fis langkah yang harus dilakukan adalah menimbang NaCl sebanyak 0,45 gr dengan timbangan digital dan kemudian dimasukan kedalam beaker glass 250

ml. Ditambahkan aquades sebanyak 50 ml dan dihomogenkan dengan cara diaduk dengan spatula. Dihasilkan Nafis sebanyak 0,9 %. Selanjutnya nafis dimasukan pada5 tabung reaksi masing-masing 9 ml, kemudian mulut tabung reaksi ditutup dengan kapas, untuk mengurangi penguapan. Kemudian 5 tabung reaksi dibungkus dengan koran untuk menghindari adanya mikroba yang tidak diinginkan dan diikat dengan tali agar kertas koran tidak lepas. Setelah dibungkus koran dimasukan dalam autoklaf untuk disterilisasi dengan tujuan mencegah adanya mikroba saat pembiakan. Pengenceran

Pertama tabung reaksi 1 diambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet serelogis,kemudian dituangkan ke dalam tabung reaksi 2 yang berisi Nafis. Setelah itu dihomogenkan dan dicatat sebagai 10-2 . Lalu dari tabung reaksi 2 diambil 1 ml dengan pipet serelogis, kemudian dimasukan dalam tabung reaksi 3 yang berisi Nafis. Setelah itu dihomogenkan dan dicatat sebagai tabung 10-3 dan dilakukan secara berulang hingga tabung reaksi 5. Kemudian diambil larutan dalam tabung reaksi 3,4,5 dengan pipet serelogis. Diambil mulai dari tabung reaksi ke 3 karena diperkirakan pada tabung tersebut jumlah mikrobanya lumayan sedikit. Lalu diambil 1 ml dari masing-masing tabung reaksi , kemudian dimasukan dalam cawan petri . pemindahan larutan dari tabung reaksi ke cawan petri dilakukan dekat bunsen untuk pengkondisian aseptis. Perlakuan inidilakukan dengan metode duplo. Dilakukan dengan metode duplo untuk mencegah apabila terjadi kesalahan atau ternyata pada salah satu cawan tidak tumbuh mikroba,masih ada cawan lain,lalu didapatkan hasil. Penanaman

Pertama-tama hal yang harus dilakukan pada proses penanaman adalah menyiapkan cawan petri yang telah di sterilisasi. Kemudian dimasukan sebanyak sampel 1 ml, setelah itu dimasukan media NA sebanyak 15-20 ml yang telah terlebih dahulu telah didingninkan. Tujuannya agar media NA tidak menggumpal. Setelah itu NA yang berada dalam cawan Petri didinginkan sampai beku, lalu dibalik agar uap air tidak mengenai media. Kemudian cawan petri dibungkus dengan kertas koran agar dapat menyerap uap air dan diikat dengan tali agarkertas koran tidak lepas. Setelah itu diinkubasi selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk menghindari tumbuhnya mikroba yang tidak diinginkan, lalu didapatkan hasil.

Menurut Tantillo, et.al, (2004) dan Wony, et.al, (2000) dalam Marlina, et.al, (2008) vibrio paranaemolyticus merupakan bakteri halofilik yang mempunyai habitat air, terutama air dengan konsentrasi tinggi seperti air laut. Menurut Muliani, et.al, (2008) bakteri penyebab vibnosis v haveyi ditumbuhkan pada medium TCBSA (Thiosulfat Citrate Bile Sucrose Agar) selama 24 jam.

4.2 Analisa Hasil Adapun hasil dari pengamatan praktikum Mikrobiologi Dasar tentang Pembuatan Media, Pengenceran, dan Penanaman Bakteri vibrio diperoleh komposisi NA (Nutrient Agar) sebagai berikut : Ekstrak Yeast Pepton Agar Sodium Cloride Lablemco Powder

Sedangkan komposisi PDA (Potato Dextrose Agar) diperoleh pengamatan sebagai berikut : Agar Potato Ekstrak Glukose

Hasil visualisasi media NA sebelum dilakukan perebusan berwarna kuning keruh. Setelah direbus larutan NA berubah menjadi warna kuning jernih, kemudian setelah disterilisasi NA berwarna kuning ,sedikit lebih jernih daripada sebelumnya. Sementara itu larutan media PDA sebelum direbus berwarna putih keruh, setelah direbus berwarna bening dan begitu juga stelah proses sterilisasi. Kemudian untuk media kaldu daging sapi sebelum direbus berwarna merah bening, terdapat endapan daging. Setelah direbus berwarna coklat keruh dan terdapat lemak. Setelah proses sterilisasi, media kaldu berwarna putih tulang keruh,terdapat leburan-leburan daging sapi dan endapan lemak. Pada tabung reaksi pertama yang merupakan faktor pengenceran (FP 10-1) warna larutan sangat keruh karena pada tabung reaksi tersebut daging dimasukan. Pada tabung reaksi ke 2 (FP 10-2) warna larutan keruh meskipun tak sekeruh FP 10-1. Kemudian pada tabung reaksi ke 3 (FP

10-3) warna larutan sudah mulai bening. Tabung reaksi ke 4 semakin bening dan tabung reaksi ke 5 (FP 10-5) adalah yang paling bening diantara kelima tabung reaksi lainnya. Sedangkan untuk hasil penanaman bakteri jumlah koloni bakteri yang ditanam dari FP 10 -3 paling banyak. Kemudian cawan petri yang berisi media dengan FP 10-4 jumlah koloni berkurang dan pada media dengan FP 10-5 jumlah koloni paling sedikit diantara FP yang lain. Dua hal penting untuk pencacahan bakteri adalah nomor yang paling mungkin (MPN) dan plating langsung ke media agar-based (pour,menyebar,dari plating sementara lempeng penurunan metode ekonomis ini dan digunakan dalam mikrobiologi penelitian laboraturium diseluruh dunia, tidak ada standar prosedur untuk ukuran tetes(10-70 Al per drop ; Hoben dan Somasegaran, 1982) ; Barbosa, et.al, 1995) jumlah ulangan sektor (Pengenceran) yang digunakan perpiring. Sebaliknya ,menuangkan ,spread (spiral) plating, dan MPN teknik memiliki standar prosedur untuk menghitung bakteri dalam berbagai sampel. Karena penyebaran/spiral plate metodemelibatkan penggunaan sejumlah besar media ( biasanya 3-5 piring per dilasi), pencacahan membutuhkan inkubator yang lebih besar (Chen, et.al, 2003).

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pada praktikum Mikrobiologi Dasar materi Pembuatan Media, Pengenceran, dan Penanaman Bakteri vibro diperoleh beberapa kesimpulan antara lain : Media adalah suatu bahan yang terdiri daricampuran nutrient, yang bertujuan untuk membiakkan mikroba. Bakteri yang tumbuh pada media sangat tergantung pada komposisi nutrisi media itu sendiri. Komposisi Nutrient Agar (NA) antara lain ekstrak yeast, pepton, agar sodium cloride, lablemco powder. Komposisi Potato Dextrose Agar (PDA) antara lain Agar, potato ekstrak, glukose. Rumus perhitungan Media : o NA = 23/1000 x cawan x 20 ml o PDA = 39/1000 x cawan x 20 ml o TCBS = 88/1000 x cawan x 20 ml o NaCl = 0,9/100 x tabung x 10 ml Pengenceran media bertujuan untuk mengurangi kepadatan bekteri yang ditanam Metode penanaman bakteri itu terdiri dari dua metode tuang (pour plate) dan metode tebar (spread plate). Meode yang digunakan dalam praktikum adalah metode gores (zig-zag) Jumlah koloni paling banyak terdapat pada media dengan FP 10-3

5.2 Saran Dalam praktikum Mikrobiologi Dasar tentang materi Pembuatan Media, Pengenceran, dan Penanaman Bakteri vibro praktikan harus dapat memahami tata cara dan perlakuan pada setiap alat dan bahan serta lebih hati-hati karena jika terjadi kontaminasi hasil yang didapat tidak akan sesuai yang didinginkan. Dan diharap praktikan belajar sebelum praktikum agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA Albertus. 2008. Microbiology of food. Mc Grow Hills Company Cappucino, James. G dan Sherman Natalie. 1983. Microbiology a labotary Manual. Rockland Community College. State University. New York Chen, Chin-yi; Garry W. Nace, Peter I Irwin. 2003. A 6x6 drop plat method for simultaneous colony counting and MPN enumeration of campylo bacter jejuni listeria monocytogenes and Escherisia Coli. United State Department of Agriculture : USA Dwijoseputro. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan Feliatra. 1999. Mikrobiologi Tanah. Jakarta : Adi Jaya Cipta Hadioetomo, Ratna S. 1985. Mikrobiologi dalam Praktek. Jakarta : PT. Gramedia Hartono. 1992. Mikrobiologi. Jakarta : Rajawali Press Martina, Eulis. 2011. Oktinasi Osmolaritas Media dan Hubungannya dengan Respon Fisiologis Benih Ikan Baung. Bogor : IPB Mitrani, Erni. 2008. Mikrobiologi Umum. Malang : Universitas Brawijaya Nugraheni, Ratna. 2010. Laporan Magang di Bagian Pengujian Mikrobiologi Abon Ikan Tuna dan Kakap. Surakarta : Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas 11 Maret Stanier, R. 1986. Dunia Mikrobiologi I. Bogor : Bumi Aksara IPB Sugianto, Ari. 2004. Mikrobiologi dalam Kehidupan sehari-hari. Bandung: Angksa Sutarmo. 2000. Kultur Media Bakteri. Balai Penelitian Vitaliner Sutedjo. 1991. Biologi jilid 3. Surabaya : Graha Yogya Waluyo, lud.2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Malang : Universitas Muhammadiyah Winarto, A dan Isnain, N. 2008. Pengaruh Tingkatan Pengenceran terhadap Kualitas Spermatozoa Kambing setelah penyimpanan pada suhu kamar. Malang : FPIK. Universitas Brawijaya Zubaidah, Elok. 2006. Mikrogiologi Umum. Malang: Universitas Brawijaya

You might also like