Professional Documents
Culture Documents
HANSISWANY KAMARGA
Pengembangan Kriteria dan Fungsinya Dalam melaksanakan evaluasi harus diperhatikan : 1. Akuntabilitas 2. Peristiwa yang dievaluasi bukan peristiwa sesaat dan tidak mempunyai dampak 3. Kriteria yang dikembangkan Fungsi Kriteria : 1. Agar evaluator dapat memberikan pertimbangan nilai dan harga kurikulum yang sedang dievaluasi 2. Dapat memberi pertimbangan terhadap komponenkomponen kurikulum yang masih memerlukan perbaikan
1. Hubungan antara kurikulum dengan evaluasi posisi sumber kriteria terhadap kurikulum :
Kriteria berasal dari kurikulum Kriteria berasal dari luar kurikulum Kriteria berasal dari keduanya Ditetapkan sejak awal Ditetapkan sejak awal tetapi kemudian berubah pada waktu di lapangan Ditetapkan ketika telah berada di lapangan
3.
4.
Pre-Ordinate Approach
Karakteristik :
1.
2.
Kriteria ditetapkan pada waktu kegiatan evaluasi belum dilaksanakan (sejak awal) dan bersifat mengikat dari awal hingga akhir Kriteria dikembangkan berdasarkan sesuatu yang telah baku (berasal dari luar kurikulum) dan berlaku umum, tidak berdasarkan karakteristik kurikulum yang dievaluasi
Evaluasi kurikulum dengan kriteria pre-ordinate lebih banyak mengevaluasi terhadap hasil, meski tidak tertutup kemungkinan melakukan evaluasi terhadap implementasi Kekuatan : pendekatan ini kriterianya jelas dan baku sehingga hasil evaluasi kurikulum memenuhi standar yang sama Kelemahan :
Tidak seluruh karakteristik kurikulum dievaluasi (hanya yang bersifat umum) Tidak dapat melihat kelemahan kurikulum itu secara utuh
Pre-Ordinate Approach
UCLES (University of Cambridge Local Examination Syndicates) : mengembangkan alat evaluasi melaksanakan ujian memeriksa hasil Menentukan tingkat kemajuan sekolah SEKOLAH : KURIKULUM PROSES
HASIL
Fidelity Approach
Karakteristik :
1.
2.
Kriteria ditetapkan pada waktu kegiatan evaluasi belum dilaksanakan (sejak awal) Kriteria dikembangkan dari kurikulum itu sendiri (kriteria berasal dari kurikulum) ; dapat dikembangkan dari tujuan, materi, proses, semua hal-hal yang diunggulkan dari suatu kurikulum yang dievaluasi
Pendekatan fidelity banyak digunakan karena berhubungan langsung dengan kurikulum yang dievaluasi dan hasilnya terasa terhadap kurikulum tersebut Kosekuensi menggunakan pendekatan ini dalam hal menetapkan kriteria evaluator harus menguasai kurikulum tersebut dan memahami apa yang diinginkan oleh pengembang kurikulumnya Kekuatan :
Hasil yang diberikan benar-benar dapat menggambarkan keadaan kurikulum itu sendiri Informasi yang dikumpulkan evaluator langsung dapat digunakan oleh para pengambil keputusan
Kelemahan : evaluator tidak dapat membandingkan dua kurikulum atau lebih; hanya dapat melakukan evaluasi terhadap satu kurikulum saja
Fidelity Approach
KURIKULUM (intended) Kriteria dikembangkan berdasarkan persepsi pengembang kurikulum
LAPANGAN implementasi
HASIL
2.
Kriteria ditetapkan sejak awal tetapi kemudian berubah pada waktu di lapangan Kriteria dikembangkan dari karakteristik kurikulum itu sendiri dan dari luar kurikulum (lapangan)
Dasar pemikiran dari pendekatan ini adalah suatu kurikulum baru terjadi implementasi apabila apa yang diinginkan oleh kurikulum dan apa yang diinginkan oleh pelaksana kurikulum dapat bertemu Kurikulum bukan berarti tidak boleh berubah modifikasi yang tidak mengubah karakter utama kurikulum; sehingga implementasi memperhatikan :
Kurikulum yang dievaluasi tidak hanya berdasarkan apa yang dimiliki tetapi juga kontribusi terhadap sekitar Evaluator harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai berbagai kriteria Kriteria yang digunakan bersifat umum Informasi berdasarkan kriteria umum dipakai untuk memberi pertimbangan tentang nilai masing-masing kurikulum Kriteria umum baru memperoleh makna bila diperhitungkan dengan fakta masing-masing kurikulum
Persyaratan :
IMPLEMENTASI
kriteria
Pelaksanaan karakteristik utama : CAT (cognitive ability test) WRAT (wide range ability test) MAT (metropolitan achievement test)
LAPANGAN
Modifikasi : Keadaan kelas Pembagian waktu Prosedur pemberian tugas Monitoring Self-pace Kehadiran siswa
Kriteria ditetapkan setelah evaluator berada di lapangan Kriteria dikembangkan dengan kepedulian terhadap masalah yang dihadapi pelaksana kurikulum di lapangan
Pendekatan proses dalam mengembangkan kriteria evaluasi kurikulum berkembang atas dasar tradisi naturalistic inquiry kualitatif
Guru sebagai tolok ukur keberhasilan diukur menurut guru bukan menurut kurikulumnya Secara teknis sukar dilakukan secara besar-besaran case study Merupakan pendekatan yang paling riil di lapangan tapi paling labil Tugas evaluator lebih berat, harus sensitif & banyak berdialog Evaluator menjadi pengamat yang tajam Evaluator menjadi instrumen hidup sebelum kriteria dan alat evaluasi dikembangkan
Konsekuensi :