You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN l.

1 LATAR BELAKANG Katarak merupakan salah satu penyakit mata penyebab kebutaan dengan jumlah penderita cukup banyak. Penyakit ini ditandai dengan lensa mata keruh sehingga cahaya terhalang masuk ke retina yang mengarah kepada penurunan ketajaman visual dan/ cacat fungsional pada mata yang dirasakan pasien. Berdasarkan penyebabnya, katarak dibagi menjadi empat, yaitu, katarak kongenital, katarak komplikata, katara senilis dan katarak traumatik.(1,2,3,4) Katarak tidak menular dari satu mata ke mata lain, tetapi katarak dapat terjadi pada kedua mata pada waktu yang tidak bersamaan. Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi atau ketuaan (jenis katarak ini paling sering dijumpai), trauma mata, komplikasi penyakit tertentu (Diabetes Mellitus) ataupun Katarak yang terjadi sejak lahir (cacat bawaan), karena itu katarak dapat dijumpai pada usia anak-anak maupun dewasa.1 Penderita katarak akan merasakan berbagai gejala selain penglihatan yang semakin kabur dan tidak jelas, dimana tanda-tanda awal terjadinya katarak antara lain pasien merasa silau terhadap cahaya, perubahan dalam persepsi warna, dan daya penglihatan berkurang hingga kebutaan. Katarak biasanya terjadi dengan perlahan dalam waktu beberapa bulan. Daya penglihatan yang menurun mungkin tidak disadari karena merupakan perubahan yang berperingkat (progresif) (1,2,3,) Menurut Istiantoro, katarak hampir tidak bisa dicegah karena merupakan proses penuaan sel. Meskipun tergolong penyakit menakutkan, operasi katarak membutuhkan waktu relatif singkat yaitu 30-40 menit saja. Bahkan, teknologi kedokteran terbaru memungkinkan pembiusan dilakukan melalui tetes mata saja. Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindari atau menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak. Penelitian menunjukan, penggunaan Aldose reductase inhibitors, yang dipercaya dapat menghambat konversi glukosa mejadi sorbitol menujukkan hasil yang memuaskan. Obat-obatan lain yang sedang diteliti yaitu sorbitol-lowering agents, aspirin, glutathione-raising agents, dan anti oksidan, vitamin C dan E4.(5,6,7) Pada tahun 1997, WHO memperkirakan terdapat 38 juta orang buta di dunia dan 48% disebabkan oleh katarak, yaitu sekitar 18 juta orang dan sekitar 85% dari penderita katarak adalah orang lanjut usia (senile). Prevalensi katarak senilis ini meningkat sesuai usia. Di
Page | 1

Indonesia, pada tahun 2000 diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut sebanyak 15.3 juta jiwa dan 22% diantaranya menjalani operasi katarak dibawah usia 55 tahun. Besarnya jumlah penderita katarak di Indonesia saat ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia lanjut dan masalah gizi masyarakat..(1,2,3,4)

l.2 RUMUSAN MASALAH Referat ini membahas tentang anatomi dan fisiologi lensa mata serta definisi, etiologi, epidemiologi, patogenesis, diagnosis, manifestasi klinis dan penatalaksanaan penyakit KATARAK.

L.3 TUJUAN PENULISAN Memahami anatomi dan fisiologi lensa serta definisi, etiologi, epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis penyakit KATARAK. .

Page | 2

BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA

II.1 Anatomi Lensa

Lensa merupakan struktur bikonveks, avaskular dan hampir transparan sempurna, memiliki tebal 4mm dengan diameter 9mm, tergantung pada zonulla zinn yang berhubunga dengan corpus ciliar. Lensa mengandung 65% air dan 35% protein. Kekuatan refraksi lensa berkisar antara 18-20 D yang berubah sesuai akomodasi.(3,4) Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral hingga membentuk nukleus lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal, dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut kapsula anterior, sedang yang

dibelakangnya disebut kapsula posteior. Nukleus lensa memiliki konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda.(7,8)

Page | 3

II.2 Fisiologi Lensa Secara fisiologik lensa memiliki sifat tertentu, yaitu : Kenyal dan lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung Jernih dan transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan Terletak pada tempatnya yang tergantung pada zonulla zinn (5,11)

II.3 Embriologi Lensa Lensa berpindah pada posisi intraokuler pada bulan pertama pertumbuhan fetus sebagai permukaan ektoderm yang berinvaginasi menjadi suatu primitive optic vesicle. Lensa sebagai suatu struktur ektodermal murni berdiferensiasi menjadi serat lensa geometris sentral, yang merupakan lapisan anterior dari sel epitel dan kapsul hyalin aseluler. Arah pertumbuhan yang normal dari struktur epitelial adalah sentrifugal. Sel epitelial yang telah berkembang sempurna bermigrasi ke permukaan dan mengelupas. Pertumbuhan serat lensa primer membentuk nukleus embrionik. Pada equator, sel epitel berdiferensiasi menjadi sel serat lensa. Serat yang baru terbentuk ini kemudian menggantikan serat primer pada pusat lensa. (5,11)

II.4 Fungsi Lensa Alat Refraksi Berguna untuk memfokuskan bayangan sehingga jatuh di retina (tepat pada macula lutea). Kekuatan refraksinya adalah +20D. Kekuatannya dapat bertambah pada saat lensa bertambah cembung. (4,9,12) Akomodasi Kemampuan untuk menambah kecembungan lensa supaya bisa menambah kekuatan refraksi. Biasanya, pada saat bayangan jatuh dibelakang retina. Proses akomodasi biasanya disertai dengan 2 proses lainnya yaitu miosis dan konvergensi (trias penglihatan dekat)
(4,9,12)

BAB III

Page | 4

KATARAK

Definisi Katarak Kata katarak berasal dari bahasa Yunani, katarraktes yang berarti air terjun karena dulu dianggap bahwa katarak adalah cairan beku atau kental dari otak yang mengalir di depan lensa. Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. (5,8,9) Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut : 1 2 3 4 Katarak perkembangan (developmenta) dan degeneratif. Katarak kongenital, juvenil, dan senil. Katarak komplikata. Katarak traumatik. (5,8,9)

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam : 1. katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun 2. katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun 3. katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun 4. katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun (5,8,9)

STADIUM Katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu: 1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal) a. Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien

Page | 5

b. Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi

2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder

3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.

4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur Bila proses katarak berlajut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni. (3,7)

Ada tiga jenis katarak, diantaranya adalah : 1. Nuclear Katarak terjadi tengah lensa. Pada tahap awal akan ada perubahan pada fokus cahaya. Untuk sementara waktu anda akan mengalami kemajuan penglihatan khususnya dalam membaca.
Page | 6

Tetapi kemudian penglihatan akan mejadi menguning dan terbentu noda putih pada lensa. Lebih lanjut lagi daya lihat akan memburuk dengan penglihatan menjadi coklat. Pada tahap yang parah akan sulit membedakan warna karena pandangan akan menjadi biru atau ungu.

2. Cortical Katarak ini dimulai dengan terbentuknya noda pada lapisan luar mata. Proses ini berjalan dengan lambat. Kemudian noda ini dapat menjalar ke bagian tengah lensa dan mengganggu aliran cahaya ke pusat lensa. Orang dengan katarak jenis ini akan mengalami silau ketika melihat cahaya.

3. Subcapsular Katarak jenis ini dimulai dengan terbentuknya area buram dibawah lensa. Katarak ini biasanya terbentuk di belakang lensa yang merupakan jalan cahaya ke retina mata. Katarak ini sering mempengaruhi kemampuan baca, mengurangi kemampuan melihat dalam cahaya terang dan menyebabkan silau atau lingkaran cahaya ketika melihat sinar di malam hari. (3,7)

Etiologi Katarak adalah mengeruhnya lensa. Katarak bisa disebabkan karena konginental atau dapatan (acquired). Penyebab acquired cataract yang paling umum adalah pertambahan usia, meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui. Congenital cataract terjadi pada infeksi rubella pada periode kehamilan. Katarak terjadi pada kedua mata, namun biasanya satu lensa lebih parah dibandingkan yang lain. (6,9)

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. (6,9)

Page | 7

Penyebab katarak lainnya meliputi : Faktor keturunan. 1. Cacat bawaan sejak lahir. (congenital) 2. Masalah kesehatan, misalnya diabetes. 3. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid. 4. gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus) 5. gangguan pertumbuhan, 6. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama. 7. Rokok dan Alkohol 8. Operasi mata sebelumnya. 9. Trauma (kecelakaan) pada mata..(6,9)

Patofisiologi Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis.Pada zona sentral terdapat nucleus,diperifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.Dengan bertambahnya usia, nekleus mengalami perubahan warna menjadi cokelat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti cristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa menyebabkan hilangnya transparansi.Perubahan pada serabut halus mltiple (zunula) yang memanjang dari badan silier kesekitar daerah diluir lensa,misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influs air ke dalam lensa.Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.Jumlah enzim akan menurun

Page | 8

dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang tenderita katarak.
(3,6,9,11)

Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemas, seperti diabetes, Namur sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenitaldan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Factor yang paling sering berperan dalam terjadinya katrak meliputi radiasi sinar ultra violet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin anti oxidan yang kurang dalam jangka waktu lama. (3,6,9,11)

Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting.Katarak merupakan kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan ,lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam usuran dan densitasnya.Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi central serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi dikortek, serat lensa ditekan menjadi central. Serat-serat lensa yang padat lama-lam menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan ganguan metabolisme pada lensa mata. (3,6,9,11)

Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna
(3,6,9,11)

Page | 9

Patogenesis Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis: Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yangmenyebabkan kekeruhan lensa. (5,7,10)

Teori sklerosis Lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa. (5,7,10)

Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut: 1. Kapsul a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak) b. Mulai presbiopia c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur d. Terlihat bahan granular 2. Epitel-makin tipis a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat) b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata 3. Serat lensa a. Serat irregular b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah pr otein nukelus lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal d. Korteks tidak berwarna karena i. Kadar asam askrbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi ii. Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. (5,7,10)
Page | 10

Progesifitas Katarak 1. Stadium pemisahan lamelar Proses hidrasi menyebabkan terjadinya pemisahan korteks dari nukleus. 2. Katarak insipien Visus belum terganggu, namun ada keluhan silau pada siang hari. 3. Katarak imatur Kekeruhan sudah mengganggu visus. Lensa berwarna putih keabu-abuan dan shadow test (+). 4. Katarak intumesen Lensa menarik air sehingga menjadi lebih cembung dan bilik mata depan menjadi dangkal sehingga sudut bilik depan tertutup dan menyebabkan timbulnya glaukoma (glaukoma fakomorfik). 5. Katarak matur Seluruh korteks menjadi buram. Visus berkurang menjadi hanya dapat menilai persepsi cahaya. Iris bayangan tidak terlihat ( shadow test (-) ) dan lensa tampak seperti mutiara putih. 6. Katarak hipermatur Terdapat 2 bentuk: a. Morgagnian: Korteks mengalami pencairan dan berwarna seperti putih susu. Nukleus lensa jatuh dan menempel ke bawah. b. Katarak Sklerotik: cairan dari korteks lensa diserap dan lensa menjadi keriput. Mungkin ada endapan bahan calcific pada kapsul lensa. Bilik depan menjadi

lebih dalam dan iris mejadi bergetar/tremulans (iridodonesis). Zonula zinii menjadi lemah, sehingga meningkatkan risiko subluksasi/dislokasi lensa. Korteks yang mencair dapat bocor keluar dari lensa da

mengakibatkan terjadinya uveitis atau glaukoma (glaukoma fakolitik). Visus biasanya menjadi 1/60 (hitung jari). (2,5)

Page | 11

INSIPIEN Kekeruhan Cairan lensa Iris Ringan Normal Normal

IMATUR Sebagian Bertambah Terdorong

MATUR Seluruh Normal Normal

HIPERMATUR Masif Berkurang Tremulans(hanya bila zonula putus0

Bilik mata depan Sudut bilik mata Shadow test Penyulit

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Normal Negatif -

Sempit Positif Glaukoma

Normal Negatif -

Terbuka Pseudopositif Uveitis, glaucoma

Gejala dan Tanda


Gejala yang dapat dikeluhkan pasien yaitu penurunan tajam penglihatan secara berangsurangsur tanpa rasa nyeri dan penglihatan buram seperti berkabut. Kadang-kadang terdapat diplopia monokular, yaitu ketika pasien

melihat dengan 2 matanya akan terbentuk 2 bayangan yang tidak fusi sedangkan ketika pasien menutup salah satu bayangannya maka akan terbentuk 1 bayangan saja. Pasien pun mengeluh silau sehingga pasien merasa lebih baik bila menggunakan topi di luar ruangan dengan sinar cahaya matahari yang menyilaukan. Gejala-gejala ini dapat didahului oleh kelainan refraksi yang lain seperti myopia dalam nuklear skerosis yang secara bertahap meningkat menjadi katarak nuklear kecoklatan. Pasien pun mengeluh sensitivitas penglihatan warnanya berkurang.
(4,9,11)

Page | 12

Tanda yang didapat ketika pemeriksaan visus yaitu penurunan visus.

Pemeriksaan

katarak imatur dengan menggunakan oftalmoskop direk terlihat fundus yang keruh. Kekeruhan keabu-abuan terlihat pada pemeriksaan Shadow test . Kekeruhan ini terlihat sebagai area gelap seperti bayangan yang dibayangi dengan reflek merah di pupil ketika dilihat dengan oftalmoskop pada jarak 15 cm. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan identifikasi lokasi kekeruhan dengan tepat. Pada katarak yang terletak sentral, pemer iksaan visus di ruangan gelap akan lebih baik daripada pemeriksaan di ruangan dengan penerangan cukup. Pemeriksaan pupil yang paling baik adalah ketika pupil dilatasi. (4,9,11)

Pemeriksaan katarak 1. Visus dasar dan visus koreksi terbaik Pada katarak, visus dapat menurun yang tidak akan diperbaiki dengan pemakaian kacamata. 2. Reflex pupil Pada katarak matur, reflex pupil negative karena cahaya sama sekali tidak masuk ke dalam mata 3. Tekanan intraocular Memeriksa adanya komplikasi glaucoma pada penderita katarak 4. Pemeriksaan fundus, fundus reflex 5. Keadaan umum (1.7) dapat

Komplikasi Katarak 1. Lens induced glaucoma Katarak dapat berubah menjadi glaukoma dalam 3 cara : a Phacomorphic glaucoma Keadaan dimana lensa yang membengkak karena absorbsi cairan. Sudut yang tertutup menghalangi jalur trabekular dan T IO meningkat. Ini merupakan jenis glaukoma sudut tertutup sekunder. b. Phacolytic glaucoma Pada stadium hipermatur, protein lensa mencair ke COA dan dimakan oleh
Page | 13

makrofag. Makrofag yang membengkak akan menyumbat jalur trabekular dan mengakibatkan sekunder. peninggian TIO. Jenis ini merupakan glaukoma sudut terbuka

c. Phacotoxic Glaucoma Lensa hipermatur dapat mengalami pencairan dan dapat meningkatkan TIO karena menutup pupil atau sudut bilik depan.

2. Lens Induced Uveitis Protein lensa merupakan suatu antigen yang tidak terekspos oleh mekanisme imunitas tubuh selama perkembangannya. Saat terjadi pencairan ke bilik depan, pr otein lensa akan dikenali sebagai benda asing dan mengakibatkan terjadinya reaksi imun. Reaksi imun ini akan mengakibatkan uveitis anterior yang ditandai dengan adanya kongesti siliar, sel, dan fler pada humor aqueous.

3. Subluksasi atau Dislokasi Lensa Pada stadium hipermatur, zonula zinii pada lensa dapat melemah dan rusak. Hal ini menyebabkan subluksasi lensa, dimana sebagian zonula zinii tetap utuh dan terdapat bagian sisa lensa, atau dislokasi, dimana seluruh bagian zonula zinii telah rusak dan tidak ada sisa lensa. (3,6.8)

Penatalaksanaan Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E2. (3,7,9)

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahuntahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul
Page | 14

lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). (3,7,9)

Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi. 1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE) Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan

2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE) Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

3. Phakoemulsifikasi Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran

Page | 15

ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih.

Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.

4. SICS Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah. (3,7,9)

Perawatan Pasca Bedah Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat dengan baik melui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ). (5.8)

Selain itu juga akan diberikan obat untuk :

Page | 16

1. Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.

2.

Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak sempurna. (2,3,10)

3. Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah. 4. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah. (5.8)

Hal yang boleh dilakukan antara lain : 1. Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan 2. Melakukan pekerjaan yang tidak berat 3. Bila memakai jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas. (5.8)

Yang tidak boleh dilakukan antara lain : 1. Jangan menggosok mata 2. Jangan membungkuk terlalu dalam 3. Jangan menggendong yang berat 4. Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya 5. Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar 6. Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah (5.8)

Pencegahan 80 persen kebutaan atau gangguan penglihatan mata dapat dicegah atau dihindari. Edukasi dan promosi tentang masalah mata dan cara mencegah gangguan kesehatan mata. sebagai sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Usaha itu melipatkan berbagai pihak, termasuk media massa, kerja sama pemerintah, LSM, dan Perdami2. (2,8)

Page | 17

Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi. (2,8)

Vitamin C dan E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu penyebab katarak. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 3.000 orang dewasa selama lima tahun menunjukkan, orang dewasa yang mengonsumsi multivitamin atau suplemen lain yang mengandung vitamin C dan E selama lebih dari 10 tahun, ternyata risiko terkena katarak 60% lebih kecil2. (2,8)

Seseorang dengan konsentrasi plasma darah yang tinggi oleh dua atau tiga jenis antioksidan ( vit C, vit E, dan karotenoid) memiliki risiko terserang katarak lebih rendah dibandingkan orang yang konsentrasi salah satu atau lebih antioksidannya lebih rendah. (2,8)

Hasil penelitian lainnya yang dilakukan Farida (1998-1999) menunjukkan, masyarakat yang pola makannya kurang riboflavin (vitamin B2) berisiko lebih tinggi terserang katarak. Menurut Farida, ribovlafin memengaruhi aktivitas enzim glutation reduktase. Enzim ini berfungsi mendaur ulang glutation teroksidasi menjadi glutation tereduksi, agar tetap menetralkan radikal bebas atau oksigen. (2,8)

Prognosis Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau

fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart. (5,6,8,)

Page | 18

Page | 19

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan Katarak adalah mengeruhnya lensa. Katarak bisa disebabkan karena konginental atau dapatan (acquired). Penyebab acquired cataract yang paling umum adalah pertambahan usia, meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui. Pemakaian orticosteroid dan thorazine, DM, trauma pada mata adalah penyebab acquired cataract yang lain. Congenital cataract terjadi pada infeksi rubella pada periode kehamilan. Katarak terjadi pada kedua mata, namun biasanya satu lensa lebih parah dibandingkan yang lain. Diagnosa katarak mencakup menurunnya ketajaman penglihatan, hilangnya reflek merah dan terlihat gambaran opaque pada lensa ketika dilakukan pemeriksaan. Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut : a. Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif. b. Katarak kongenital, juvenil, dan senil. c. Katarak komplikata. d. Katarak traumatik.

Page | 20

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton and Hall. Fisiologi Kedokteran . 1997. Jakarta: EGC.

2. H. Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata . 2009. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

3. Hammond, Christ MD. The Epidemiology Of Cataract http:/www.optometry.co. uk .

4. International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB). Vision 2020 The Right to Sight. 23 April 2010. http://www. vision2020. org/main.cfm .

5. James B, Chew C, Bron A. Lensa dan Katarak. Dalam: Lecture Notes Oftalmologi . Edisi 9. 2006. Jakarta: Er langga.

6. Kanski, Jack J. Lens. In: Butterworth-Heinemann.

Clinical Ophtalmology . 4 th

Edition. 2000. Oxford:

7. Lang GK. Lens. In: Ophthalmology-A Pocket Textbook Atlas. 2 nd Edition. 2007. Wemding: Appl Aprinta Druck. p:169-184.

8. Ming ALS,Ian J.C. Lens and Glaukoma. In: Edition.

Color Atlas Ophthalmology . 3 rd

9. Moore K.L.In: Clinically Oriented Anatomy . 5 ed. 2006. Philadelphia: th Lippincoot William & Wilkins Baltimore.p:957-976.

10. Senile catacact. 4 Februari 2011. http://emedicine. medscape.com/ article/1210914overview

11. Vaughan D, Asbur y T, Riodan-Eva P. Lens. In: USA:Appleton &Lange.

General Ophthalmology . 1999.

Page | 21

You might also like