You are on page 1of 20

~ PELUANG USAHA Membuka Jasa Service Elektronik ~

Barang-barang elektronik telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia modern. Jenis barang ini sangat beragam, dan barang-barang elektronik ini dapat mengalami kerusakan karena berbagai sebab. Karena harga yang kemungkinan mahal atau masih dapat diperbaiki, kebanyakan orang memilih melakukan servis untuk peralatan elektronik mereka yang rusak.

Kenyataan ini telah membuka PELUANG USAHA yang sangat menjanjikan, yaitu usaha jasa servis elektronik. Pengguna jasa ini sangat banyak, mulai dari individu, rumah tangga, hingga perusahaan atau pabrik besar. S Jadi ketika anda ingin mulai membuka usaha jasa servis elektronik maka sasaran konsumen adalah semua orang yang memiliki barang-barang elektronik. Tahap awal Anda bisa menawarkan jasa servis elektronik ke rekan-rekan Anda di kantor, keluarga, dan tetangga yang ada di sekitar lokasi usaha anda.

Usaha jasa servis elektronik ini bisa dimulai dengan modal kecil yaitu 5-10 juta rupiah, biasanya modal usaha jasa servis elektronik ini lebih ditekankan pada promosi dan membeli beberapa peralatan servis elektronik. Membuka usaha jasa servis elektronik ini sangat prospektif, mengapa.??

Hampir semua alat elektronik memiliki resiko mengalami kerusakan, dari mulai televisi, radio tape, DVD/VCD player, kulkas, kipas angin, AC, magicgar, serta masih banyak lagi lainnya. Tak diragukan lagi, bila peluang bisnis ini memiliki prospek yang cukup menguntungkan. Jika Anda memiliki pengetahuan atau keterampilan dan pengalaman yang memadai mengenai servis barang-barang elektronik, usaha jasa servis ini dapat menjadi usaha yang tepat untuk Anda geluti.

Jika Anda tidak memilik kepandaian menyervis benda-benda elektronik, tetapi tertarik untuk menjalankan usaha jasa servis elektronik, Anda tetap dapat merealisasikan rencana Anda. Anda dapat mempekerjakan orang lain yang memenuhi syarat menjadi pegawai Anda. Misalnya, lulusan STM yang menguasai seluk-beluk elektronik.

Sebagai usaha jasa, klien adalah mitra kerja yang sangat penting bagi keberlangsungan usaha Anda. Oleh karena itu, berusaha mendapatkan klien yang sebanyak-banyaknya dan berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga kesetiaan mereka pada usaha jasa Anda merupakan hal sangat penting untuk Anda lakukan.

Ada beberapa hal yang dapat Anda dan teknisi Anda lakukan untuk membangun reputasi jasa servis Anda sebagai sebuah jasa yang terpercaya sehingga Anda bisa mendapatkan kepercayaan dari banyak klien dalam jangka waktu panjang. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut.

1. Bekerja dengan profesional

Bekerja secara profesional yang targetnya adalah memberikan hasil kerja dengan kualitas terbaik merupakan hal yang sangat penting Anda serta teknisi Anda lakukan. Klien atau pelanggan yang puas akan terbangun kepercayaannya.

Dengan kepercayaan tersebut, mereka akan selalu datang kepada Anda kapan pun membutuhkan jasa servis elektronik. Dan, biasanya mereka akan menyebarkan informasi mengenai kepuasan yang mereka dapat dari bekerja sama dengan Anda kepada orang-orang lain. Promosi dari mulut ke pun otomatis terjadi tanpa Anda harus memintanya.

2. Bekerja dengan jujur

Kejujuran adalah nilai yang sangat dijunjung tinggi. Kejujuran akan menjadi kekuatan yang juga mampu membangun kepercayaan klien. Jangan sampai keperrcayaan klien Anda runtuh karena ketidakjujuran Anda atau teknisi Anda. Jika ini terjadi, usaha Anda tidak akan berjalan dengan baik, bahkan gagal.

Tantangan usaha di jasa servis elektronik adalah terkadang kemampuan mereparasi beberapa masalah tertentu yang diakibatkan beberapa komponen elektronik tertentu yang sudah tidak

dijual lagi. Karena itu pastikan di awal menerima order, kita harus jujur dan menceritakan kemungkinan terburuk di awal, sehingga konsumen merasa tidak dibohongi dan merasa nyaman menggunakan usaha jasa servis elektronik milik anda.

Semoga Artikel di atas bisa memberikan inspirasi bagi kita semua dan membuka wawasan dalam menjalankan Usaha.

Salam Sukses WiraUsaha By. Gm.Susanto

2. Tipe Tipe Perilaku PembelianMenurut Wilkie (1990), tipe perilaku konsumen dalam melakukan pembelian dikelompokkan menjadiempat berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat keterlibatan diferensiasi merek, yangdijelaskan sebagai berikut :a. Budget Allocation (Pengalokasian budget)Pilihan konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan ataumenyimpan dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan uang dan apakah perlumelakukan pinjaman untuk melakukan pembelianb. Product Purchase or Not (Membeli produk atau tidak)Perilaku pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen, berkenaan dengan tiapkategori produk atau jasa itu sendiri.c. Store Patronage (Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk)Perilaku pembelian berdasarkan pilihan konsumen, berdasarkan tempat atau di mana konsumen akanmelaksanakan pembelian

produk atau jasa tersebut. Misalnya, apakah lokasi bakery menjadi salah satufaktor yang menentukan konsumen dalam melakukan proses pembelian.d. Brand and Style Decision (Keputusan atas merek dan gaya)Pilihan konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya ingindibeli.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku PelangganAda beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pelanggan. Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi 2bagian yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pribadi seorang konsumen dan faktor-faktor yangberasal dari lingkungan sekitar seorang konsumen.A. Individu penentu CONTOH MAKALAH COST OF CAPITAL

BAB I

PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang pengambilan judul yang akan digunakan oleh peneliti yang meliputi masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, kajian pustaka, dan metode penelitian. 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai kodratnya tidak dapat hidup tanpa berhubungan dengan makhluk di sekitarnya, oleh karena itu, bahasa merupakan sarana yang paling cocok digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Tanpa

bahasa manusia akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat. Fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai alat untuk berkerja sama atau berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, isyarat, simbol, lambang, gambar, atau kode tertentu, juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi, namun dengan menggunakan bahasa maka komunikasi akan lebih sempurna dan efektif. J.D Parera (1993:15) berpendapat bahwa bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer dan bermakna konvensional (kesepakatan umum), yang dengannya satu kelompok masyarakat berkomunikasi antarsesama anggota masyarakat. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memang memakai dua cara berkomunikasi, yaitu secara verbal dan nonverbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan dengan menggunakan alat atau media bahasa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi secara nonverbal dilakukan dengan menggunakan media selain bahasa. Alat komunikasi nonverbal yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi akan bermakna

setelah diterjemahkan ke dalam bahasa manusia. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang terpenting bagi manusia. Chaer dan Leonie Agustina (2004:61) menyatakan bahwa : Setiap bahasa sebenarnya mempunyai ketetapan atau kesamaan dalam hal tata bunyi, tata bentuk, tata kata, tata kalimat, dan tata makna, akan tetapi karena adanya beberapa faktor yang terdapat dalam suatu masyarakat antara lain: usia, pendidikan, agama, bidang kegiatan, profesi, dan latar belakang budaya daerah, maka bahasa itu menjadi beragam. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa. Keragaman ini akan semakin bertambah, seandainya bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas, misalnya bahasa Indonesia yang wilayah penyebarannya dari

Sabang sampai Merauke. Keberagaman bahasa akan tampak jelas dalam dialog yang digunakan oleh anggota masyarakat, misalnya dalam proses berkomunikasi yang dilakukan sehari-hari, selain itu keberagaman bahasa juga dapat dilihat pada dialog antartokoh dalam sebuah film. Film merupakan salah satu bentuk perkembangan kehidupan masyarakat pada zamannya. Dari zaman ke zaman film mengalami perkembangan baik dari segi teknologi, sarana, dan prasarana maupun dari segi tema yang diangkat. Perkembangan film memegang peranan penting dalam merekam sejumlah kejadian atau sejarah yang berupa unsur kebudayaan yang melatarbelakanginya, termasuk salah satunya adalah pemakaian bahasa yang tampak pada penggunaan dialog antartokoh. Pada tahun 1990-an muncul isu bahwa produksi perfilman Indonesia mengalami stagnasi (keadaan terhenti; tidak aktif). Hal ini mungkin benar jika dilihat dari segi kuantitas film yang diproduksi di bioskop selama kurun waktu tersebut. Pada kenyataannya, walau tidak diputar di sebuah bioskop, film Indonesia terus berproduksi.

Pemutaran film tersebut dapat dilakukan dalam bentuk proyeksi video digital baik di tempat umum atau tempat khusus serta baik yang ditiketkan atau digratiskan. Dari sumber yang sama, Kritanto dalam Kompas (2005:15) menguraikan bahwa kesan lesu dunia perfilman di Indonesia muncul karena masyarakat tidak melihat tampilnya film-film di bioskop dan kualitas film hasil produksi selama kurun waktu tersebut. Padahal, pada tahun yang paling sulit pun sebenarnya tetap ada usaha memproduksi. Ada sekitar 13 film yang langsung beredar dalam bentuk VCD, atau langsung ditayangkan untuk umum dalam bentuk proyeksi video digital di bioskop umum, tempat khusus yang mengadakan pemutaran film dengan membayar tiket masuk, atau festival-festival di dalam negri (JiFFest) dan di luar negeri. Saat ini perkembangan film di Indonesia terkesan dimonopoli oleh film yang bertema seputar remaja. Hal ini terlihat pada keantusiasan para remaja dalam menonton sebuah film terutama di bioskop, misalnya: antrean panjang saat membeli tiket masuk, dan semakin banyaknya jumlah bioskop dalam suatu daerah. Pada

tahun 2001 Petualangan Sherina yang secara komersil begitu membuahkan hasil. Keberuntungan secara komersil juga berlanjut dalam produksi film selanjutnya Ada Apa Dengan Cinta (2002). Selanjutnya pada tahun 2007 Get Married berhasil menduduki peringkat teratas berdasarkan jumlah penonton terbanyak. Skenario Get Married ditulis oleh Musfar Yasin, beliau adalah seorang penulis skenario yang hampir tidak dikenal. Puluhan skenario telah ditulis oleh Musfar Yasin, namun hanya beberapa karyanya yang mendapatkan penghargaan, salah satunya adalah Get Married yang menceritakan kehidupan masyarakat pengangguran kota Metropolitan (Jakarta), dan adat perjodohan yang masih berlaku. Walaupun sebagian ceritanya berasal dari lingkungan kumuh, namun film ini mampu mendobrak keantusiasan penonton, terutama remaja. Film Get Married merupakan salah satu film remaja Indonesia terfavorit. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa penghargaan yang diraih, dan tiket masuk yang selalu habis. Sebagai film terfavorit, Get Married telah merekam sejumlah unsur-unsur budaya baru yang

melatarbelakanginya. Salah satu unsur budaya yang dimaksud adalah perkembangan bahasa gaul remaja Indonesia. Sumarsana dan Partana (2002:150) menyatakan bahwa, jika ditinjau lebih lanjut, masa remaja adalah masa-masa yang paling berkesan dan menarik. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia. Inilah salah satu alasan yang melatarbelakangi para produsen film berlomba-lomba untuk memproduksi film yang bertema seputar remaja. Pada umumnya, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Bahasa remaja tersebut kemudian dikenal sebagai bahasa gaul remaja. Remaja sebagai suatu kelompok dalam masyarakat sering menggunakan bahasa gaul ketika berkomunikasi dengan anggota kelompoknya. Bahasa gaul selain memiliki keunikan tersendiri juga bersifat kreatif, misalnya berupa singkatan atau akronim yang digunakan saat berkomunikasi melalui SMS.

Ranah bahasa Indonesia semacam ini merupakan bahasa sehari-hari penduduk Jakarta. Oleh karena itu, banyak kalangan yang menyebutnya ragam santai dialek Jakarta (Badudu dalam Indari, 2008:38). Kalangan remaja di pedesaan pun tampaknya semakin banyak yang menggunakan kosakata yang diambil dari ranah bahasa ini, akibat gencarnya siaran televisi, radio dan sebagainya, yang sebagian besar tema dan latar berkiblat ke Jakarta. Dengan kata lain, bahasa gaul sudah memberikan konstribusi dalam perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa gaul inilah yang kemudian ditangkap oleh penulis skenario untuk menghidupkan suasana atau atmosfer remaja dalam film remaja Indonesia, kemudian penulis skenario menuangkan dalam bentuk dialog. Dengan kata lain, film mampu menjadikan salah satu sarana untuk mensosialisasikan bahasa gaul yang kini banyak digunakan oleh remaja Indonesia baik yang berada di kota maupun di pelosok desa. Pemakaian bahasa gaul juga mencerminkan sebuah budaya yang tampak pada dialog yang digunakan antartokoh dalam sebuah film. Bahasa ini digunakan untuk

menghidupkan suasana sehingga penonton tidak merasa bosan. Dialog-dialog yang digunakan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia baku. Bahasa gaul memiliki kecenderungan memakai bahasa prokem/slang yang memiliki kesan santai dan tidak kaku. Kesan santai tersebut tercermin dalam kosakata, struktur kalimat, dan intonasi yang digunakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Lumintaintang dalam Indari (2008:38) yang menyatakan bahwa bahasa gaul adalah dialek nonformal baik berupa slang atau prokem yang digunakan oleh kalangan remaja (khususnya perkotaan), bersifat sementara, hanya berupa variasi bahasa dan penggunaannya meliputi: kosakata, ungkapan, intonasi, pelafalan, pola, konteks, serta distribusi. Distribusi bahasa gaul (Laman Pusat Bahasa dan Sastra,2004) sering tidak memperhatikan konteks yang tepat. Beberapa film remaja Indonesia menampilkan adegan seorang siswa SMA menggunakan bahasa gaul ketika berkomunikasi dengan guru ataupun dengan kepala sekolah. Dalam kalimat berikut (Indari, 2008:39) dapat dilihat, bagaimana bahasa gaul dibuat begitu singkat

namun tetap komunikatif. lagi mabok kali tu anak Dari contoh kalimat di atas jelas sekali bahwa susunan kalimat yang digunakan sangat berbeda dengan kaidah bahasa Indonesia baku, sehingga dapat disimpulkan bahwa bahasa gaul sebagai tutur remaja dilihat dari segi distribusinya atau penyebarannya dapat dikatakan telah berhasil menjadi bahasa identitas remaja. Sebaliknya, bahasa remaja menjadi dampak negatif apabila dilihat dari segi ketidakmampuan remaja menempatkan bahasa dalam konteks sosialnya (Nyoman Riasa: 2002). Morfologi merupakan suatu disiplin ilmu, sebagai cabang tata bahasa yang mengupas permasalahan-permasalahan dan pembentukannya. Menurut Ramlan (1985:46) dalam bahasa Indonesia terdapat proses morfologik yaitu proses pembubuhan afiks, proses pengulangan, dan proses pemajemukan. Kajian Morfologi digunakan dalam penelitian ini, karena pembentukan-pembentukan kata sangat banyak ditemukan, sedangkan pada penelitian ini, membatasi pembentukan kata yang berupa afiksasi dan reduplikasi, karena untuk membentuk kata kerja transitif

bahasa remaja cenderung menggunakan kedua proses tersebut. Oleh karena pertimbangan tersebut, penelitian yang berjudul Analisis Bahasa Gaul Antartokoh dalam Film Remaja Indonesia Get Married (Kajian Morfologi) menarik untuk diteliti. 1.2 Masalah Penelitian
perilaku konsumen1. Demografis, psikografis, dan kepribadianDemografis berhubungan dengan ukuran, struktur, dan pendistribusian populasi. Demografis berperanpenting dalam pemasaran. Demografis membantu peramalan trend suatu produk bertahuntahunmendatang serta perubahan permintaan dan pola konsumsi.Psikografis adalah sebuah teknik operasional untuk mengukur gaya hidup. Dalam kata lain psikografisadalah penelitian mengenai profil psikologi dari konsumen. Psikografis memberikan pengukuran secarakuantitatif maupun kualitatif. Bila demografis menjelaskan siapa yang membeli suatu produk, psikografismenekankan pada penjelasan mengapa produk tersebut dibeli. Sangat penting untuk meneliti faktorpsikografis termasuk kepercayaan dan nilai karena kesuksesan industri organik akan bergantung padatingkat kemampuan memobilisasi konsumen untuk menerima produk organik (Lea & Worsley, 2005).Kepribadian dalam bidang pemasaran memiliki arti sebagai respon yang konsisten terhadap pengaruhlingkungan. Kepribadian adalah tampilan psikologi individu yang unik dimana mempengaruhi secarakonsisten

bagaimana seseorang merespon 1.2.1

Batasan Masalah

Dalam film remaja Indonesia Get Married banyak terdapat unsur yang dapat diteliti, misalnya: kehidupan sosial, penokohan, dan bahasa, seperti: bahasa Ibu, bahasa asing, bahasa isyarat, bahasa resmi, dan bahasa gaul, akan tetapi peneliti lebih memfokuskan tentang bahasa gaul yang digunakan antartokoh, agar lebih jelas dan spesifik. 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana proses afiksasi bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married? 2. Bagaimana proses reduplikasi bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married? 3. Gejala bahasa apa saja yang terdapat dalam film remaja Indonesia Get Married? 4. Bagaimana penggunaan istilah bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married?

5. Bagaimana penggunaan partikel bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah. 1. Mendeskripsikan proses afiksasi bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married. 2. Mendeskripsikan proses reduplikasi bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married. 3. Mendeskripsikan gejala bahasa apa saja yang terdapat dalam film remaja Indonesia Get Married. 4. Mendeskripsikan penggunaan istilah bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married. 5. Mendeskripsikan penggunaan partikel bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married. 1.4 Manfaat Penelitian Secara operasional, manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian Sosiolinguistik khususnya tentang variasi bahasa, serta dapat menghasilkan deskripsi analisis bahasa gaul, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pendukung dalam pengkajian ilmu bahasa. 1.4.2 Manfaat Praktis a. Menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan ilmu bahasa, khususnya yang telah diperoleh dari bangku kuliah. b. Bagi pihak Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas X, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tolok ukur kemantapan dan pengayaan pengajaran teori linguistik. c. Bagi guru khususnya, bisa digunakan untuk bahan pengajaran, dan bagi peneliti lain hasil ini dapat digunakan sebagai referensi awal dalam penelitian lain khusunya bidang Sosiolinguistik. 1.5 Penjelasan Judul Penjelasan judul sangat penting dalam setiap penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman penafsiran terhadap istilah-istilah yang ada dalam sebuah penelitian. Adapun

penjelasan judul dalam penelitian yang berjudul Analisis Bahasa Gaul Antartokoh dalam Film Remaja Indonesia Get Married (Kajian Morfologi) adalah, 1. Bahasa Gaul menurut Lumintaintang dalam Indari (2008:38) adalah dialek nonformal baik berupa slang atau prokem yang digunakan oleh kalangan remaja (khususnya perkotaan), bersifat sementara, hanya berupa variasi bahasa dan penggunaannya meliputi: kosakata, ungkapan, intonasi, pelafalan, pola, konteks, serta distribusi. 2. Film Remaja, dalam Laman Wilimedia Indonesia Ensiklopedi (2006), film remaja adalah karya seni yang menitikberatkan tema, tokoh dan suasana remaja, yang diangkat dalam sebuah film sekaligus remaja sebagai sasaran utamanya. 3. Get Married adalah sebuah film yang mengangkat tema tentang kehidupan masyarakat pengangguran Jakarta, persahabatan yang terjalin sejak kecil, dan adat perjodohan yang masih berlaku, karya Musfar Yasin. 4. Kajian Morfologi, menurut Ramlan (1985:5) adalah kajian yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta

fungsi perubahan-perubahan bentuk kata, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik.
lingkungannya.

You might also like