You are on page 1of 7

Kerajaan Kalingga/Holing

Nama Kelompok: 1) Ardy Kurniawan 2) Eka Surya S. 3) Muh. Wildan

Kerajaan Kalingga/Holing adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang terletak di utara Jawa Tengah. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara (sekarang). Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan Barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.

Menurut buku sejarah baru Dinasti Tang (618-906 M), mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi Negeri Holing/Kaling/Kalingga yang juga disebut Jawa/Japa dan diyakini berlokasi di Keling, Kawasan Timur Jepara sekarang ini. Dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas. Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti Sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah.

Di Kerajaan Kalingga/Holing sendiri banyak ditemukan barang-barang yang bercirikan kebudayaan Dong-Song dan India. Hal ini menunjukkan adanya pola jaringan yang sudah terbentuk antara Kerajaan Kalingga/Holing dengan bangsa luar. Wilayah perdaganganya meliputi Laut China Selatan sampai Pantai Utara Bali. Tetapi perkembangan selanjutnya sistem perdagangan di Kerajaan Kalingga/Holing mendapat tantangan dari Sriwijaya, yang pada akhirnya perdagangan dikuasai oleh Sriwijaya. Sehingga Sriwijaya menjadi kerajaan yang menguasai perdagangan pada pertengahan abad ke-8. Ratu Shima, Parwati, menikah dengan putra mahkota Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh. Ratu Shima memiliki cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa. Sanaha dan Bratasenawa memiliki anak yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M). Setelah Ratu Shima meninggal di tahun 732 M, Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram, dan kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno. Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara putri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan/Bumi Sambara, dan memiliki putra yaitu, Rakai Panangkaran.

BERITA CINA
Berita keberadaan Kalingga/Holing juga dapat diperoleh

dari berita yang berasal dari:

&

Catatan dari Zaman Dinasti Tang


Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M - 906 M) memberikan tentang keterangan Kalingga/Holing sebagai berikut: a. Kalingga/Holing atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah utaranya terletak Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau Bali) dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatera. b. Ibukota Kalingga/Holing dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu. c. Raja tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading. d. Penduduk Kerajaan Kalingga/Holing sudah pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa e. Daerah Kalingga/Holing menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah. Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Kalingga/Holing diperintah oleh Ratu Shima. Ia adalah seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Kalingga/Holing sangat aman dan tentram.

Catatan I-Tsing
Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M)

menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Budha Hinayana. Di Kalingga/Holing ada pendeta Cina bernama Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Budha. Ia bekerjasama dengan pendeta Jawa bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu antara lain memuat cerita tentang Nirwana.

PRASASTI
Prasasti peninggalan Kerajaan Kalingga/Holing

adalah Prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan di Desa Dakwu daerah Grobogan, Purwodadi di lereng Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.

You might also like