You are on page 1of 16

DAMPAK ADANYA GULMA PADA TANAMAN BUDIDAYA

Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen Agronomi dalam melaksanakan kegiatan perkuliahan

1. 2. 3. 4.

Disusun Oleh : Gunawan (110321100081) Amrul Setiawan Jodi (110321100013) Rizka Puspita Q (110321100033) Ajie Santoso (110321100019)

Jurusan : Agribisnis A Fakultas : Pertanian

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2011


KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih-Nya , sehingga penyusun dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudulDampak Adanya Gulma Pada Tanaman Budidaya. karya tulis ini ditujukan dalam rangka memenuhi tugas yang

diberikan dosen Agronomi dalam kegiatan perkuliahan. Shalawat serta salam semoga tercurah pula kepada Rasulullah SAW dan para sahabat. Teriring doa dan harap semoga Allah meridhoi upaya yang penyusun lakukan. Karya tulis ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada semua masyarakat agar bisa mengetahui bagaimana dampak adanya gulma pada tanaman budidaya dan bagaimana cara pengendalian gulma sehingga produksi tanaman budidaya bisa memberikan hasil yang maksimal dan memuaskan. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam pembuatan karya ilmiah ini, sehingga bisa diselesaikan sesuai degan apa yang diinginkan. Penyusun berharap karya ilmiah ini bisa bermanfaat baik bagi penyusun maupun bagi pembaca pada umumnya. Bangkalan, 1 Januari 2012

Penyusun

BAB 1 PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Pada saat kita menanam tanaman, sering kali tumbuhan yang kita tanam diikuti dengan tumbuhnya rerumputan atau gulma. Gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah lama menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang telah berkembang sejak timbulnya pertanian. Gulma ini akan merugikan tumbuhan pokok, karena dapat mengambil zat hara dalam tanah sehingga tanaman pokok terganggu. Meskipun gulma tidak mengakibatkan kematian pada tanaman tetapi akan menimbulkan hasil yang kurang memuaskan karena didalam tanah terjadi persaingan pengambilan zat makanan. Untuk mempermudah mengenali jenis-jenis gulma, maka di bentuknya pengklasifikasian. Pengklasifikasian tersebut berdasarkan daur hidupnya, morfologinya, saat berkecambah dan tumbuhnya, serta kepekaannya terhadap macam bekerjanya herbisida. Contohnya gulma tahunan, gulma darat, gulma air, gulma sawah, gulma perkebunan, gulma rerumputan, gulma teki, gulma berdaun lebar, gulma obligat dan lainnya. Yang akan kita bahas dalam makalah ini adalah gulma yang terdapat di areal persawahan (tanah sawah), karena masyarakat disekitar kita mayoritas bekerja di lingkungan persawahan. Macam-macam gulma di areal persawahan antara lain, Echinochola crusgalli, Echinochola colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Marsilea crenata. Dengan membahas satu persatu dari gulma di atas, kita semua dapat mengetahui sacara teori dan fisik dari gulma

tersebut, serta dapat membedakan cara pengendalian yang aman bagi kehidupan di sekitar tanaman persawahan tersebut.

I.2 Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan gulma ? Apa jenis-jenis dari gulma ? Apa saja kerugian yang ditimbulkan akibat adanya gulma ? Bagaimana cara pengendalian gulma ? I.3 Tujuan Masalah Untuk mengetahui pengertian dari gulma Untuk mengetahui jenis-jenis dari gulma Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari adanya gulma Untuk mengetahui bagaimana cara untuk mengendalikan gulma

BAB 2 PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Gulma

Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang dapat menurunkan hasil tanaman yang dibudidayakan bila tidak dikendalikan secara efektif. Selain itu juga gulma merupakan salah satu faktor biotik yang menyebabkan kehilangan hasil panen. Gulma menyaingi tanaman dalam pengambilan unsur hara, air, ruang dan cahaya. Di lahan irigasi, persaingan gulma dengan padi dapat menurunkan hasil padi 10-40 %, tergantung pada spesies dan kepadatan gulma, jenis tanah, pasokan air dan keadaan iklim (Nantasomsaran dan Moody, 1993). Perilaku gulma yang

mengganggu tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya meneybabkan tanaman gulma dijadikan sebagai musuh petani karena dengan adanya gulma secara otomatis menurunkan hasil dari produksi pertanian. Persaingan antara gulma dengan tanaman budidaya dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas. Cramer (1975) menyebutkan kerugian berupa penurunan produksi dari beberapa tanaman dalah sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum 17,8 %; jagung 13 %; tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang tanah 11,8 %. Menurut percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada padi terdapat penurunan oleh persaingan gulma tersebut antara 25-50 %. Selain itu juga gulma memiliki sifat mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan. Kemampuan gulma mengadakan regenerasi besar sekali, khususnya pada gulma perennial. Gulma perennial dapat menyebar dengan cara vegetatif. Luasnya penyebaran karena daun dapat dimodifikasikan, demikian pula pada bagian-bagian lain, inilah yang memungkinkan gulma unggul dalam persaingan dengan tanaman budidaya. Disamping itu gulma juga dapat membentuk biji dalam jumlah banyak, ini pulalah yang memungkinkan gulma dapat berkembang biak dengan cepat. Gulma juga ada yang memberikan bau serta rasa yang kurang sedap, bahkan mengeluarkan zat di sekitar tempat tumbuhnya yang dapat meracuni tumbuhan lain (peristiwa Allelopati). Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya untuk ruang, cahaya, dan secara kimiawi untuk air, nutrisi, gas-gas penting, dan dalam peristiwa allelopati. Persaingan dapat berlangsung bila komponen yang dibutuhkan oleh, baik gulma maupun tanaman budidaya, berada pada jumlah yang patut diperebutkan.

2.2 Jenis-jenis Gulma

Karena jenis-jenis gulma jumlahnya sangat banyak, maka gulma dapat dibedakan menjadi beberapa golongan : sesuai dengan bentuk daun (daun lebar atau daun sempit), lama hidupnya (setahun atau semusim, dua tahun atau tahunan), serta berdasarkan morfologi bentuk. 1. Jenis gulma berdasarkan bentuk daun, dibedakan menjadi : a. Gulma berdaun lebar Tumbuhan ini mempinyai bentuk daun lebar, dari jenis dikotil dan pada umumnya mempunyai lintasan C3. Contoh gulma berdaun lebar adalah Sambung rambut (Mikania michranta), dan Putri Malu (Mimosa pudica). b. Gulma berdaun sempit Tumbuhan ini mempunyai daun sempit dan panjang, dari jenis monokotil dan pada umumnya mempunyai lintasan C4. Contoh gulma berdaun sempit adalah jajagoan, bebontengan dll. 2. Jenis gulma berdasarkan lama hidupnya, dibedakan menjadi : a. Gulma semusim atau setahun (annual) Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya dari biji, tumbuhan sampai mati selama semusim atau setahun. Karena banyaknya biji yang dibentuk, maka persisten. Contoh gulma semusim adalah Jekeng atau Teki Rendul (Cyperus iria L.), Urang Aring (Eclipta prostrate L.), dll. b. Gulma dua tahun (biennial) Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya selama antara satu sampai dua tahun. Bunga dibentuk pada tahun kedua. Contoh gulma dua tahun adalah Daun Sendok (Plantago sp.),Sunduk welut (Cyperus difformis L.), dll. c. Gulma tahunan (perennial) Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya selama lebih dari dua tahun. Kebanyakan tumbuhan ini membentuk biji banyak untuk penyebaran dan dapat pula menyebar secara vegetatif. Karena beda penyebarannya, maka tumbuhan ini dibagi perennial sederhana dan perennial merayap. Gulma perennial sederhana, hanya menyebar dengan biji, meskipun dapat

menyebar secara vegetatif bila tumbuhan ini terpotong, akar lunak dan tumbuh meluas. Gulma perennial merayap, menyebar dengan akar yang merayap, stolon (bagian merayap di atas tanah) dan Rizhoma (bagian merayap didalam tanah). Contoh gulma tahunan adalah Kremek (Alternanthera sessilis (L.) D.C.), Jajahean atau lampuyangan (Panicum repens L.), Kakawatan (Cyndon dactylon L. Pres), dll. 3. Jenis gulma berdasarkan morfologi bentuk, dibedakan menjadi : a. Gulma Rumput (Grasses) Umumnya gulma ini termasuk ke dalam famili Gramineae/Poaceae. Tumbuhan tersebut memiliki batang berbentuk bulat kadang-kadang agak pipih, dan kebanyakan berongga. Pada batang menjalar biasanya terjadi pembengkakan batang yang disebut buku. Buku akan muncul secara reguler pada panjang ruasan tertentu. Helai daun akan muncul berselang-seling dari kedua sisi batang pada setiap buku. Daun terdiri dari pelepah daun dan helai daun. Helai daunbiasanya tipis, sempit dan memanjang. Tepi daun umumnya rata sedangkan uraturatdaun sejajar dengan panjang daun. Lidah/ligula yang berbulu muncul padabatas antara pelepah dan helai daun. Contoh: Echinochloa crus-galli, Cynodon dactylon, Leptochloa chinensis dll. b. Gulma Teki (Sedges) Umumnya termasuk golongan Cyperacea. Gulma ini mirip dengan gulma rumput. Batang berbentuk segitiga, kadang-kadang bulat tak berongga. Ligula tidak ada. Pelepah daun menjadi satu membentuk pembuluh pada pangkal batang. Daun-daun tersusun dalam tiga deretan. Teki yang tumbuh tahunan mempunyai umbi atau rizom/rimpang di dalam tanah seperti teki berumbi (Cyperus rotundus). Contoh lain: Cyperus iria, C. difformis, Fimbristylis miliacea, dll. c. Gulma Berdaun Lebar (Broadleaf weeds) Gulma ini tidak tergolong gulma teki dan gulma rumput. Ada yang monokotil dan banyak yang dikotil. Daun melebar sepenuhnya, berbentuk agak bulat atau lonjong dengan urat daun seperti jala tidak teratur. Contoh: Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Ludwigia octovalvis, dll. Karena banyaknya jenis gulma, maka sangat sulit sekali jika harus dikaji secara merinci satu persatu. Pada dasarnya ada beberapa jenis gulma yang sering ditemukan petani, sehinngga para petani mesti mengetahui mengenai beberapa jenis gulma berikut ini: 1. Imperata Cylindrica (Alang-alang)

Alang-alang mempunyai daerah penyebaran yang cukup luas, terutama pada daerah Afrika, India, Cina, Jepang, Afganistan, Indonesia, Australia dan Eropa Selatan. Gulma ini dapat berreproduksi secara vegetatif dan generatif atau dapat tumbuh pada jenis tanah yang beragam. Taksonomi alang-alang adalah sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Kelas : Monokotiledonae Ordo : Glumiflorae Familia : Gramineae

Genus : Imperata Spesies : Imperata Cylindrica

Deskripsi = alang-alang adalah gulma perennial, dengan sistem rhizoid yang meluas serta tinggi batang mencapai 60-100 cm. Daun agak tegak, pelepah daun lembut, tulang daun utama keputihan, daun atas lebih pendek daripada daun sebelah bawah. Ekologi = gulma adalah tersebar luas dan dapat tumbuh pada tanah terbuka yang belum maupun yang sudah diolah. Pengendalian = gulma alang-alang agak sulit karena rhizoma yang padat dan tumbuh cepat (termasuk regenerasinya). Disamping sifat agresif (stolon) dan sebagai pesaing kuat. Namun dibawah naungan gulma ini akan tertekan tumbuhnya, dan Leucaena glauca dapat dipergunakan untuk kebutuhan tersebut. 2. Cyperus Rotundus (Teki) Gulma ini termasuk yang cukup ganas dan penyebarannya luas. Taksonomi teki adalah sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Subdivisio Klas : Angiospermeae : Monokotiledoneae

Ordo : Cyperales Familia : Cyperaceae

Genus : Cyperus Spesies : Cyperus Rotundus

Deskripsi = gulma ini hampir selalu ada disekitar tanaman budidaya, karena mempunyai kemampuan tinggi untuk beradaptasi pada jenis tanah yang beragam. Gulma ini termasuk gulma

perennial dengan bagian dalam tanah terdiri dari akar dan umbi. Umbi pertama kali dibentuk pada tiga minggu setelah pertumbuhan awal. Umbi tersebut membentuk akar ramping dan umbi lagi, demikian seterusnya (1 m2 sedalam 10 cm = 1.600 umbi). Umbi tidak tahan kering, selama 14 hari dibawah sinar matahari, daya tumbuhnya akan hilang. Batang berbentuk tumpul atau segitiga. Daun pada pangkal batang terdiri dari 4-10 helai, pelepah daun tertutup tanah. Helai daun bergaris dan berwana hijau tua mengkilat. Bunga mempunyai benang sari tiga helai, kepala sari kuning cerah, sedang tangkai putik bercabang tiga, berwarna coklat. Ekologi = Teki dapat tumbuh meluas terutama didaerah tropis kering, berkisar pada ketinggian 1-1000 m dpl, dan curah hujan antara 1500-4000 mm per tahun. Pengendalian = Mengingat sifat ekologimya teki sulit untuk diberantas denagn cara apapun, hanya ada penelitian yang menyatakan alachlor secara pra tumbuh dapat sedikit mengurangi. Kemampuan berkembang umbi-umbi teki menjadi tumbuhan baru inilah yang membuat teki tahn menghadapi penekanan yang sifatnya berupa sentuhan bagian atas tanah saja. namun bila pengendalian dimulai pada saat mulai berkecambah, maka akan diperoleh hasil yng cukup memuaskan. Tetapi kapan saat teki berkecambah, apakah serentak apa tidak. 3. Echinochloa Cruss-Galli ( Jawan ) Taksonomi jawan adalah sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Klas : Monokotiledoneae

Ordo : Graminales Familia : Gramineae

Genus : Echinocloa Spesies : Echinochloa cruss-galli

Deskripsi = Gulma yang sering nampak pada pertanian padi sawah ini kemampuan maupun sifatnya mirip padi. Gulma ini berbatang tegak dan mempunyai ketinggian 30-60 cm serta berkembang biak dengan biji. gulma ini berdaun sempit, bunga tegak dan bertandan (5-10 tandan) kemudian merunduk (5-21 cm). Akar serabut tumbuh pada pankal batang. Buah (kariopsis) bentuk lonjong, tebal dan panjang 2-3,5 mm. Biji yang telah tua berwarna coklat sampai hitam dengan bagian bawah tumpul.

Ekologi = Gulma ini terutama sangat perlu air untuk pertumbuhannya dan perlu media tumbuh yang berlumpur. Pertumbuhan akan cepat bila tersedia cukup air dan akan mati bila jumlah air berkurang. Pengendalian = Gulma ini dapat dikendalikan dengan berbagai cara. Misalnya saja dengan menggunakan zat kimia pembunuh rerumputan (herbisida). Herbisida seperti 2,4- D (0,8-1 lt ha-1 ) dan MCPA (91-1,5 lt ha-1 ) dapat dipergunakan, pada saat dua minggu setelah tanam. Untuk mencegah perkecambahan gulma ini selama tiga bulan dapat digunakan di-feramida. 4. Eleusine Indica (Lulangan) Gulma ini adalah gulma semusim, berumur pendek, dan berkembang biak dengan biji (dapat tumbuh hingga 200 m dpl). Gulma ini dominan pada tanaman kacang-kacangan. Taksonomi Lulangan adalah sebagai berikut : Divisio : spermatophyta Klas : Monocotiledoneae

Ordo : Glummiflorae Familia : Gramineae

Genus : Eleusine Spesies : Eleusine Indica

Deskripsi = Gulma ini khususnya berada disekitar tanaman kacang-kacang, kecipir, padi dan ubi kayu. Ciri khas gulma lulangan ini adalah mempunyai batang yang selalu berbentuk cekungan, menempel pipih,. Pelepah menempel kuat, lidah daun pendek seperti selaput dan tumbuh dalam rumpun, dan batang sering kali bercabang. Daun terdiri dari dua baris, tetapi kasar pada tiap ujung. Pada pangkal helai daun berambut. Bunga, bulir menjari 3-5, berkumpul pada sisi poros yang bersayap dan bertunas, anak bulir berseling-seling, tersusun seperti genting. Ekologi = Gulma lulangan ini akan cepat tumbuh dan berkembang bila memperoleh cahaya cukup banyak dan air pengairan berlimpah. Gulma ini sangat peka pada keadaan lingkunganny. Dengan demikian kondisi yang sedikit saja tak menguntungkan akan membuat gulma ini cepat mati, misalnya menderita penaungan,. Begitu pula pertumbuhan vegetatif sangat teredusir pada musim kemarau atau bila kelembaban tanah sangat rendah. Pengendalian = Untuk pengendalian gulma yang tidak begitu luas, dilaksanakan secara manual. Penggunaan herbisida dimungkinkan untuk pemberantasannya pada tempat-tempat seperti sepanjang tepi jalan, di tepi saluran air, dan sebagainya.

5. Portulaca Oleracea (krokot) Suatu gulma yang sukulen, batang penuh berdaging lunak dan tumbuh tegak atau merata yang tergantung cahaya. Gulma ini termasuk golongan semusim, yang berasosiasi dengan 45 jenis pertanaman. Taksonomi krokot adalah sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Klas : Monokotiledoneae

Ordo : Portulacales Familia : Portulaceae

Genus : Portulaca Spesies : Portulaca oleracea

Deskripsi = Krokot dalam gulma semusim yang membentuk biji untuk perbanyakannya dan dapat dari bagian batang bila tumbuh pada tanah yang lembab. Batang berdaging, terbentang dan berwarna kemerah-merahan, bentuk bulat, panjang kurang lebih 10-50 cm, dimana ruas tua tak berambut. Daunsebagian tersebar, berhadapan, bertangkai pendek, ujung daun melekuk kedalam, bulat atau tumpul (0,2-4 cm). Buah berbentuk kotak dan berbiji banyak (4-8 mm). Biji (0,5 mm) berbentuk oval warna hitammengkilat, permukaanya tertutup kulit yang agak berkerut. Ekologi = Gulma ini pada awal pertumbuhannya tumbuh lambat dan menjadi cepat setelah 15 hari dan pada akhir minggu ke-4 terbentuk 10 daun. Bunga terbentuk sepanjang musim didaerah tropis (daur hidupnya 3-5 bulan) di bawah kondisi ternaung akan tumbuh membentang dan tegak, serta membentuk bunga. Suhu optimal yang dibutuhkan ialah antara 150-350 C dimana bunga dan biji dihasilkan dengan baik sekali. Sebaliknya dibawah intensitas cahaya tinggi krokot ini dapat layu. Pengendalian = Penggunaan Oksifluorfen 0,28 kg ha-1 mengakibatkan gejala pada daun menjadi bintik-bintik, permeabilitas jaringan daun diubah dan stomata menjadi tertutup. Disamping itu terjadi defoliasi daun tua, daun muda atau terjadi absisi. Penyiangan secara manual juga digunakan pada gulma jenis ini.

6. Ageratum Conyzoides (wedusan) Gulma dari golongan semusim mempunyai penyebaran cukup luas (tropis dan sub tropis), mampu berasosiasi dengan tanaman biji-bijian, legum tebu, teh dan karet. Penyebaran dengan biji, gulma ini juga dapat mengeluarkan alelopat. Taksonomi Wedusan adalah sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Klas : Dikotiledoneae

Ordo : Asterales Familia : Asteraceae

Genus : Ageratum Spesies : Ageratum Conyzoides

Deskripsi = Wedusan berbatang tegak mencapai ketinggian pada saat berbunga 60-120 cm. Batang tegak, bulat bercabang, berbulu pada buku-bukunya dan bagian rendah. Daunnya

bertangkai cukup panjang, bentuk bulat telur, tepi bergerigi dan berbulu. Duduk daun bawah berhadapan, sedang bagian teratas dan bertangkai pendek. Bunga mengelompok berbentuk cawan, setiap bulir terdiri dari 60-75 bunga. Warna biru muda, putih atau violet. Mahkota dengan tabung sempit, tepi sempit, bentuk lonceng berlekuk lima (1-15 mm), buah berwarna putih (2-3,5 mm), keras bergerigi lima, runcing, rambut sisik ada lima. Ekologi = Gulma ini dapat tumbuh di sembarang tempat yang tak tergenang air didaerah tropis dan subtropis dari ketinggian 1-1.200 m dpl. Suhu optimal untuk tumbuhnya 160-240C, intensitas cahaya tinggi yang dibutuhkan oleh gulma ini sehingga pertumbuhan diredusir bila ternaungi. Gulma ini dapat tumbuh berasosiasi dengan padi gogo, palawija, kopi, tembakau, kelapa sawit dan cengkeh. Pengendalian = Pada luas pertanaman yang sempit pengendalian dengan penyiangan secara manual. Pengendalian dengan herbisida dapat dilaksanakan sebagai pra tumbuh. Bila gulma ini berasosiasi dengan jagung, kacang tanah, atau kedelai, maka dipergunakan Alachlor. Secara umum dapat digunakan dalapon, glifosat, dan paraquat.

2.3 Kerugian Akibat Gulma Gulma adalah tanaman pengganggu yang merugikan para petani, tanaman ini sering tumbuh disekitar tanaman yang dibudidayakan. Akibatnya, kehadiran gulma dapat menghambat pertumbuhan, dan pada akhirnya menurunkan hasil produksi. Selain itu juga dampak dengan adanya gulma disekitar tanaman budidaya menimbulkan berbagai dampak, diantaranya sebagai berikut : 1. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya. 2. Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi 3. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup. 4. 5. Hasil produk pertanian menjadi kotor karena terkontaminasi oleh biji-bijian gulma Beberapa jenis gulma bisa menjadi perantara hama, misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi. 6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan alergi. 7. Gulma air mngurangi efisiensi sistem irigasi 8. Biaya untuk produksi semakin meningkat karena adanya gulma

2.4 Cara pengendalian Gulma Jika dilihat dari beberapa dampak yang ditimbulkan dengan adanya gulma disekitar tanaman budidaya, maka sangat jelas sekali bahwa tanaman gulma memang sangat merugikan sekali, baik bagi tanaman budidaya maupun bagi manusia sendiri. Apabila gulma pada tanaman budidaya tidak segera diatasi, maka hasil produksi akan mengalami penurunan. Adapun beberapa cara yang digunakan untuk mengendalikan gulma bisa dengan beberapa cara, diantaranya pengendalian secara mekanik, biologis, kimia, dan pengendalian gulma secara terpadu. 1. Pengendalian gulma secara Mekanik

Pengendalian gulma dengan cara ini hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik, baik dengan tangan biasa, alat sederhana maupun alat berat. Adapun beberapa cara melalui pengendalian secara mekanik ini adalah sebagai berikut : 1.1 Pencabutan dengan tangan (Penyiangan) Cara semacam ini sangat praktis, efisien, dan terutama murah jika diterapkan pada suatu area yang tidak luas, seperti di halaman, dalam barisan dan guludan dimana alat besar sulit untuk mencapainya dan didaerah yang cukup banyak tenaga kerja. 1.2 Pengolahan tanah Suatu usaha yang cukup praktis pada pengendalian gulma annual, biennial, dan perennial, ialah cara pengolahan tanah. Dalam pengendalian gulma annual cukup dibajak dangkal saja. dengan cara ini gulma tersebut dirusakan bagian atas tanah saja. sedang untuk biennial bagian atas tanah dan mahkota, dan bagi perennial kedua bagian dibawah dan diatas tanah dirusakkan. 1.3 Penggenangan Pelaksanaan penggenangan biasanya berhasil pada gulma perennial. Penggenangan dibatasi dengan galanagan, dengan tinggi sekitar 15-25 cm selama 3-8 minggu. Sebelumnya dibajak terlebih dahulu dan tak dibenarkan ada tumbuhan yang mencuat diatas permukaan air. Gulma ganas yangt perennial dan tumbuh dengan padi sawah pada umumnya diberantas dengan cara ini dan sangat berhasil pada tanah ringan, sedanga pada tanah berat tidak dianjurkan. 1.4 Pembubuhan mulsa Untuk menghalangi sampainya cahaya matahari pada gulma dan menghalangi pertumbuhan bagian atas, maka selapis bahan mulsa yang ditutupkan diatas gulma akan sangat berhasil. 2. Pengendalian gulma secara biologis Pengendalian secara biologis didefinisikan sebagai upaya pengendalian gulma dengan menggunakan organisme hidup, seperti serangga, ikan pemakan tanaman dan hewan lainnya, organisme penyakit, dan tanaman pesaing untuk membatasi infestasi gulma (Gupta, 1984). Telah diketahui bahwa insekta dan jamur merupakan hama dan penyakit bagi pertanaman. Dilain pihak bila ada insekta yang memakan gulma, maka masalahnya jadi lain. Insekta tersebut jadinya dapat memberantas gulma sebagai contoh klasik ialah setelah diperkenalkan sejenis penggerek argentine (cactoblastis cactorum) di Queensland, maka kaktus (opuntia) yang menghuni lahan sekitar 25 juta ha selama 12 tahun dapat ditekan sampai 95%. Demikian pula pengenalan insecta pemakan daun (chryssalnia spp) di Kalifornia dapat menekan sejenis gulma. Namun perlu

diingat bahwa penggunaan musuh gulma tersebut harus hati-hati, jangan sampai setelah gulma dimangasa tanamanpun dapat pula diganggu. Pada dasarnya pengendalian gulma secara biologis mempunyai tiga pendekatan, yaitu: 1. Penggunaan organisme selektif, yaitu organisme yang menyerang satu atau hanya beberapa spesies gulma 2. Penggunaan organisme nonselektif, yaitu organisme yang menyerang semua spesies gulma, dan 3. Penggunaan spesies tanaman pesaing, yaitu tanaman yang bersaing dengan spesies gulma untuk satu faktor atau lebih, misalnya tanaman ubi jalar untuk mengurangi pertumbuhan teki berumbi (C. rotundus) atau alangalang (Imperata cylindrica) yang peka naungan (Rijn, 2000).

3. Pengendalian gulma secara kimia Penegendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimiawi yang dapat menekan atau bahkan mematikan gulma. Bahan kimiawi itu disebut herbisida: herba = gulma dan sida = membunuh; jadi herbisida adalah zat kimiawi yang dapat mematikan gulma. Pengendalian dengan cara ini membutuhkan alat penyebar herbisida serta pengetahuan tentang herbisida itu sendiri, agar pengen dalian yang dilakukan dapat berhasil. 4. Pengendalian gulma secara terpadu Suatu pengendalian yang efektif melibatkan beberapa cara dalam waktu yang berurutan dalam suatu musim tanam. Misalnya saja, stu jenis spesies tanaman kurang mampu menekan pertumbuhan gulma, penegendalian secara mekanik sendiri tidak sempurna dalam mengatasi gulma tertentu. Maka timbulah pemikiran bahwa paduan antara beberapa cara pengendalain dalam satu musim tanam diharapkan dapat mengatasi masalahnya. Seperti perpaduan antara pengendalaian secara mekanik diteruskan dengan pemberian herbisida pasca tumbuh, penggunaan herbisida pra tumbuh diteruskan herbisida pasca tumbuh dan lain lagi perpaduan yang sekiranya dapat menekan investasi gulma yang sulit untuk dibasmi.

BAB 3 PENUTUP 3.1 Simpulan Dari penjelasan mengenai gulma diatas, jelas sekali bahwa tanaman gulma merupakan musuh bagi tanaman sekaligus musuh bagi petani. Musuh bagi tanaman karena tanaman gulma melakukan kompetisi dengan tanaman budidaya sehingga tanaman budidaya akan mengalami kekurangan nutrisi hara, selain itu juga tanaman gulma menjadi musuh bagi petani karena bisa menurunkan pendapatan petani karena hasil dari tanaman budidayanya menurun. Akibat dari adanya gulma ini apabila tidak segera ditangani maka akan berdampak besar terhadap hasil produksi, sehingga hasil dari produksi pertanian akan mengalami penurunan. 3.2 Saran Dalam menghadapi merebaknya gulma di areal pertanian seharusnya kita harus mengetahui atau mengenali apa itu gulma, jenis-jenis gulma, bagimana cara penanganan gulma yang benar, sehingga dalam melakukan pengendalian tidak membuang-buang biaya karena penanganan yang tidak tepat, sehingga walaupun sudah dikendalikan, tetapi gulma tetap saja meraja lela, sehingga semua petani perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai gulma.

Daftar Pustaka Bangun, P. dan M. Syam. 1989. Pengendalian Gulma pada Tanaman Padi. Dalam M. Ismunadi et al. (Ed.), Padi Buku 2. Hlm. 579599. Bogor: Puslitbangtan Moenandir, Jody.1993. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Moody, K. 1989. Weeds Reported in Rice in South and Southeast Asia. Manila; Philippines: IRRI. 442 p. Moody, K dan D.C. Drost. 1981. The Role of Cropping Systems on Weeds in Rice. In Weed control in rice. P. 7388. Manila, Philippines: IRRI. Moody, K. 1990. Postplanting Weed Control in Direct-Seeded Rice. Paper Presented at the Rice Symposium, MARDI, Penang, Malaysia, 2527 September 1990. Moody, K. 1992. Weed Management in Wet-Seeded Rice in Tropical Asia. Ext. Bull. No. 364. Taipeh, Taiwan: Food & Fertilizer Technology Center. Simatupang, S.S. dkk. 1993. Teknologi Pengendalian Gulma pada Pertanaman Padi di Sawah Pasang Surut. Dalam Syam, M. et al. (Ed.), Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Buku 2. Hlm. 624 633. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian.

You might also like