You are on page 1of 2

KONJUNGTIVITIS BAKTERI Inflamasi konjungtiva bubi atau konjungtivitis, dapat disebabkan oleh alergi, virus, atau bakteri.

Konjungtivitis bakteri pada umumnya disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, Chlamydia, dan Gonococcus. Konjungtivitis akut biasanya tidak berbahaya dan terbatas serta dapat diberi antibiotic dengan mudah. Konjungtivitis kronis yang dapat disebabkan oleh Gonococcus dapat menyebabkan kebutaan serta dapat menjadi tanda adanya suatu penyakit sistemik yang sudah ada sebelumnya. Permukaan jaringan mata dan adneksanya memiliki koloni flora normal seperti streptococcus staphylococcus, dan berbagai strain Corynebacterium. Alterasi pada sistem imun host atau pada spesies bakteri dapat mengacu pada terjadinya infeksi klinis. Perubahan pada flora dapat terjadi secara kontaminasi eksternal (eg. pemakaian kontak lens, berenang), atau penyebaran dari tempat yang infeksius (eg. mengucek mata). Pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel konjungtiva. Jika epitel mengalami perubahan maka dapat memicu terjadinya infeksi. Pertahanan sekunder termasuk mekanisme imun hematologis yang dibawa oleh pembuluh darah konjungtiva, immunoglobulin tear film dan lysozim, serta aksi membilas dari lakrimasi dan mengedip. Konjungtivitis bakteri pada umumnya dapat terjadi pada orang sehat, yang memiliki faktor resiko terkena pajanan terhadap individu yang terinfeksi, menggunakan lensa kontak, sinusitis, status imunodefisiensi, dan pajanan terhadap agen STD saat kelahiran. Umur merupakan faktor yang relevan dalam konjungtivitis bakteri, seorang klinisi harus mempertimbangkan STD akibat Neisseria gonnorhoeae dan Chlamydia pada kelompok yang aktif secara sexual dan neonatus yang mungkin terpajan saat partus. Selama kornea tidak terkena, konjungtivitis bakteri jarang mengalami komplikasi. Hal yang harus diperhatikan di antara lain adalah ulserasi kornea saat epitel tidak intact dan simblefaron dari inflamasi kronis. Endoftalmitis dapat terjadi pada mata yang baru mengalami operasi intraocular. Pewarnaan gram dapat dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik bakteri, pewaarnaan Giemsa dapat dilakukan untuk menemukan badan inklusi intrasel Chlamydia. Kultur dapat dilakukan untuk agen virus, Chlamydia, dan bakteri. Kultur untuk jamur tidak biasa

dilakukan kecuali pada kasus ulserasi kornea atau kontaminasi dari solutio kontak lens yang diketahui, seperti yang terjadi pada tahun 2006. Reaksi inflamasi terlihat dari respon selular, dimana limfosit memberi predominasi pada infeksi virus, neutrofil pada infeksi bakteri, dan eosinofil pada reaksi alergi. Medscape Reference. Bacterial conjunctivitis. [Online]. Updated November 3, 2011. Available at http://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview. Accessed September 4, 2012.

PTERYGIUM Pterygium merupakan massa ocular eksternal yang terelevasi dan superficial yang biasanya terbentuk dari konjungtiva perilimbal menuju permukaan kornea. Pterygium dapat bervariasi dari lesi kecil dan atrofi sampai lesi fibrovaskular besar, agresif dan tumbuh secara cepat yang dapat mendistorsi topografi kornea, dan pada kasus lanjut dapat menghalangi pusat optic di kornea. Patofisiologi pterygium memiliki ciri degenerasi elastisitas kolagen dan proliferasi fibrovaskular, dan ditutup oleh epitel. Histopatologi kolagen abnormal pada area degenerasi elastisitas menunjukkan basofilia dengan pewarnaan hematoxylin dan eosin. Jaringan ini juga dapat diwarnai dengan pewarnaan jaringan elastis namun karena bukan jaringan elastic murni, tidak terdigesti oleh elastase. Secara mortalitas maupun morbiditas, pterygium dapat mengakibatkan alterasi signifikan dalam fungsi visual pada kasus lanjut. Pterygium mudah terinflamasi sehingga mata terlihat hiperemis dan teriritasi. Kasus antara pria dan wanita adalah 2:1, dimungkinkan karena pajanan sinar UV yang lebih besar atau sering. Prevalensi tertinggi terdapat pada pasien umur >40 tahun dan insiden tertinggi pada pasien dengan umur 20-40 tahun. Faktor resiko termasuk sering terkena pajanan sinar ultraviolet, termasuk tinggal di iklim subtropis dan tropis, serta memiliki pekerjaan yang bertempat di luar ruangan. Predisposisi genetic terhadap perkembangan pterygium terdapat pada keluarga tertentu. Medscape Reference. Pterygium. [Online]. Updated November 11, 2011. Available at http://emedicine.medscape.com/article/1192527-overview. Accessed September 4, 2012.

You might also like