You are on page 1of 17

SHIGELLOSIS I PENDAHULUAN Bangsa Indonesia seperti bangsa yang sedang berkembang lainnya mempunyai lingkungan serta perilaku masyarakatnya

yang kurang menguntungkan, sehingga dapat menyebabkan tingginya kejadian penyakit menular yang masih merupakan salah satu masalah di bidang kesehatan. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan anak-anak di negara berkembang. Diperkirakan sekitar 1000 juta kejadian diare tiap tahun anak balita dengan perkiraan 5 juta kematian tiap tahun. (1) Faktor penyebab diare sangat beragam, salah satunya karena infeksi virus, bakteri, ataupun infeksi parasit. Di negara berkembang, Shigella spp. merupakan salah satu bakteri penyebab diare pada anak begitu pula E. Coli dan Campylobacter jejuni. Di Indonesia Shigella menyebabkan kira-kira 10% diare akut pada anak sedang pada dewasa sekitar 2%. Kuman ini merupakan penyebab disentri yang paling sering pada anak. Shigella hanya ditemukan pada manusia dan beberapa jenis binatang primata. Penyebaran shigellosis sering terjadi secara kontak orang ke orang karena dosis infeksiusnya rendah (10-100 organisme) sudah dapat menyebabkan sakit. Penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi bisa juga terjadi. Infeksi Shigella mungkin menyebabkan demam dan diare cair atau menimbulkan sindrom disentri. Kematian paling tinggi terjadi pada anak yang menderita kurang gizi. Golongan Shigella yang sering menyerang manusia ialah S.dysenteri, S.flexnewri, S.boydii dan S.sonnei. Di daerah tropis yang sering tersering ditemukan ialah S.dysenteri dan S.flexneri, sedangkan S.sonnei lebih sering dijumpai di daerah sub tropis atau daerah industri.(1,2) Shigellosis adalah suatu penyakit peradangan akut oleh kuman genus Shigella spp. yang menginvasi saluran pencernaan terutama usus sehingga menimbulkan

kerusakan sel-sel mukosa usus tersebut.Penyakit ini biasa kita kenal dengan disentri.(1,2,3)

II.INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI Shigellosis atau disentri merupakan penyakit yang sangat sering kita jumpai di masyarakat. Umumnya penyakit disentri ini menyerang masyarakat menengah ke bawah dimana tingkat pengetahuannya tentang sanitasi dan kebersihan lingkungan sangatlah terbatas. Shigellosis atau disentri adalah suatu infeksi akut dari traktus gastrointerstinal akibat bakteri genus Shigella yang menimbulkan luka di colon ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: sakit di perut yang sering disertai dengan berak-berak, dan tinja mengandung darah dan lendir. Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab shigellosis/disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya. (4) Wabah umumnya terjadi ditempat-tempat dimana sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan rendah seperti di penjara, tempat penitipan anak, panti asuhan, rumah sakit jiwa dan pada tempat pengungsi yang padat. Shigellosis endemis pada daerah iklim tropis maupun iklim sedang, kasus-kasus yang dilaporkan hanyalah sebagian kecil saja dari kasus, yang sebenarnya terjadi. Shigella adalah bakteri yang dapat menginfeksi saluran pencernaan dan menyebabkan gejala mulai dari diare, nyeri perut, muntah, dan mual, sampai komplikasi yang lebih serius. Infeksi ini disebut Shigellosis, terkadang dapat menghilang dalam perjalanan penyakitnya, antibiotik dapat mempersingkat perjalanan penyakit. Shigellosis, yang paling umum terjadi dalam musim panas, umumnya mengenai anak-anak usia 2-4 tahun, dan jarang menginfeksi bayi kurang dari 6 bulan. Infeksi ini sangat menular dan dapat dicegah dengan cuci tangan yang baik.(4,5)

Penularan secara orofaecal dengan ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease). Ada empat spesies Shigella, yaitu Shigella flexneri, Shigella dysentriae, Shigella boydii dan Shigella sonnei. Pada umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia. Sebaliknya S. sonnei paling sering ditemukan dan S. dysentriae paling sedikit ditemukan di negara maju(4,5) III.ETIOLOGI Shigellosis disebabkan oleh kuman Shigella spp. Kuman ini tergolong genus Shigella yang merupakan bakteri gram negatif, bentuk batang, non motil, anaerobik fakultatif dan tidak bertangkai serta secara biokimia meragikan laktosa sangat lambat bahkan tidak sama(2,3,6) Dibagi 4 kelompok serologik yaitu S.dysenteri (12 serotipe), S.flexnewri (6 serotipe), S.boydii (18 serotipe) dan S.sonnei (1 serotipe). Di daerah tropis yang tersering ditemukan ialah S.dysenteri dan S.flexneri, sedangkan S.sonnei lebih sering dijumpai di daerah sub tropis/daerah industry.(3,6,7) Infeksi kuman shigella terjadi karena invasi bakteri shigella ke tinja ataupun tangan seseorang yang disebarkan ke mulut orang lain, dan juga menyebabkan makanan terkontaminasi.Makanan ini biasanya tampak sebagaimana makanan

bisanya.Makanan yang terkontaminasi biasanya disebabkan karena tersentuh oleh tangan yang kurang bersih setelah dari kamar mandi.Sehingga feses yang mengandung kuman ini dapat menyebar lewat makanan seperti buah dan sayuran.(8) Pada dasarnya pola hidup dan sanitasi yang kurang dapat menyebabkan menyebarnya penyebaran penyakit ini,sehingga anggota keluarga dan anak-anak sangat rentan untuk terkena penyakit ini.(8) Infeksi kuman ini juga dapat diperoleh dari aktivitas minum,berenang, bermain dengan air yang telah terkontaminasi serta aktivitas seks(homoseksual)(8)

IV.PATOFISIOLOGI Manusia merupakan satu-satunya reservoir untuk infeksi Shigella, penularan terjadi paling sering melalui kontak perorangan yang erat atau kontaminasi fekooral(9) Hanya dengan 200 basil Shigella dapat mengakibatkan infeksi dan Shigella dapat bertahan terhadap keasaman sekresi lambung selama 4 jam. Sesudah masuk melalui mulut dan mencapai usus, bakteri invasif ini di dalam usus besar memperbanyak diri.(9) Shigella sebagai penyebab diare mempunyai 3 faktor virulensi yaitu: -Dinding polisakarida sebagai antigen halus -Kemampuan mengadakan invasi enterosit dan proliferasi -Menegeluarkan toksin setelah menembus sel

Struktur kimiawi dari dinding sel tubuh bakteri ini dapat berlaku sebagai antigen O (somatik) adalah sesuatu yang penting dalam proses interaksi bakteri shigella dengan sel enterosit. Dupont (1972) dan Levine (1973) mengutarakan bahwa Shigella setelah menembus enterosit dan berkembang didalamnya sehingga menyebabkan kerusakan sel enterosit tersebut.(9,10)

Organisme dapat melewati sawar gastrik dengan relative mudah dan berploriferasi dalam sel-sel epitel. Peradangan mukosa memerlukan hasil metabolit dari kedua bakteri dan enterosit, sehingga merangsang proses endositosis sel-sel yang bukan fagositosik untuk menarik bakteri ke dalam vakuola intrasel, yang mana bakteri akan memperbanyak diri sehingga menyebabkan sel pecah dan bakteri akan menyebar ke sekitarnya serta menimbulkan kerusakan mukosa usus. Sifat invasif dan pembelahan intrasel dari bakteri ini terletak dalam plasmid yang luas dari kromosom bakteri Shigella. Invasi bakteri ini mengakibatkan terjadinya infiltrasi sel-sel polimorfonuklear dan menyebabkan matinya sel-sel epitel tersebut, sehingga terjadilah tukak-tukak kecil didaerah invasi yang menyebabkan sel-sel darah merah dan plasma protein keluar dari sel dan masuk ke lumen usus serta akhirnya ke luar bersama tinja.(9,10) Shigella juga mengeluarkan toksin (Shiga toksin) yang bersifat nefrotoksik, sitotoksik (mematikan sel dalam benih sel) dan enterotoksik (merangsang sekresi usus) sehingga menyebabkan sel epithelium mukosa usus nekrosis.(9,10) V.DIAGNOSIS A. GAMBARAN KLINIS Gambaran klinik dari Shigellosis (disentri basiler) adalah diare dengan perubahan frekuensi defekasi dan konsistensi feses. Feses biasanya bercampur darah dan lendir serta tenesmus, dimana keadaan ini disebut sindroma disentri. Gejala lainnya dapat berupa kram pada perut. Sedangkan gejala sistemiknya dapat berupa batuk, anoreksia, dan malaise. Gejala diare biasanya muncul dalam satu sampai tujuh hari setelah infeksi kuman ke dalam sel sel usus. Paling sering pada hari pertama sampai ketiga..Penderita dengan kasus ringan gejalanya berlangsung selama 3-5 hari, kemudian sembuh sempurna. Pada tipe fulminant yang berat, penderita dapat mengalami kolaps dan mendadak diikuti dengan menggigil, demam tinggi dan

muntah-muntah disusul dengan penurunan temperatur, toksemia yang berat dan diakhiri dengan kematian penderita(1,3,6) Bakteri Shigella menghasilkan racun yang dapat menyerang permukaan usus besar, menyebabkan pembengkakan, luka pada dinding usus, dan diare berdarah. Keparahan diare pada Shigellosis berbeda dari diare biasa. Pada anak-anak dengan Shigellosis, pertama kali buang air besar besar sering dan berair. Kemudian buang air besar mungkin lebih sedikit, tetapi terdapat darah dan lendir di dalamnya. Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan mengedan dan tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi. Dalam proses penyembuhan, orang yang berhasil sembuh dapat kembali terserang karena tidak ada antibodi spesifik terhadap penyakit tersebut. Selain itu, penderita yang berhasil sembuh juga dapat bertindak sebagai carrier.(3,6) Secara umum, gejala klinis yang didapat pada Shigellosis adalah: 1. Diare cair yang banyak bercampur darah dan lendir. 2. Demam tinggi mendadak sampai mencapai 42 C 3. Nyeri perut, tenesmus Neusea dan vomitus 4. Dehidrasi sesuai derajatnya 5.Takikardi dan takipneu 6. Biasanya berlangsung 5-7 hari

B.PEMERIKSAAN LABORATORIUM Bahan pemeriksaan dapat berupa feces, urine, rectal swab, makanan, minuman, dan air. Dari bahan tersebut kemudian dilakukan pewarnaan gram, perbenihan MacConkey, EMBA, Endo, SSA, HEA, XLD agar dan diinkubasi pada suhu 370 C. Selanjutnya koloni yang tumbuh dilakukan pewarnaan gram kembali, tes biokimia, dan penentuan tipe bakteriofag.(7,8,9) Geo(2001)menyatakan bahwa metode penetapan diagnosis penyakit

Shigellosis dapat dilakukan dengan beberapa cara,antara lain(8): a. Spesimen Untuk diagnosis awal, sampel feces dari penderita dapat diperiksa di bawah mikroskop. Sejumlah besar leukosit anus dan beberapa sel darah merah sering dilihat dengan mikroskop. Selain feces, identifikasi awal dapat dilakukan pengukuran titer antibodi dari serum, dengan cara di inokulasikan pada hewan coba selama 10 hari untuk melihat reaksi titer aglutinasi dari antigen yang meningkat. Pemeriksaan feses ditegakkan dengan b. Kultur Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan bentuk trofozoit dalam tinja Benzidin test Mikroskopis : leukosit fekal (petanda adanya kolitis), darah fecal .

Spesimen ditanam di atas media differensial (Mac Conkeys atau agar Eosin Metylen Blue) dan media selektif (agar Hektoen enteric atau agar Salmonella Shigella) yang dapat menekan enterobakteria dan organism lain. Koloni tak berwarna (laktosa negatif) di tanamkan pada triple sugar iron agar. Organisme yang tidak memproduksi H2S, yang memproduksi asam tetapi tanpa gas dibagian ujung dan bagian miring alkalin pada medium triple sugar iron

agar,dan yang non motil seharusnya dilakukan slide aglutinasi menggunakan anti serum shigella positif c. Serologi Orang normal sering mempunyai aglutinin untuk melawan beberapa spesies Shigella sp. Meskipun begitu, beberapa penentuan titer antibodi

memperlihatkan sebuah reaksi dalam spesifik antibodi. Serologi tidak digunakan untuk mendiagnosa infeksi Shigella karena jarang ditemukan

V.DIAGNOSIS BANDING Untuk mendeteksi penyakit Shigellosis perlu dibedakan dengan penyakit(1,12,13) 1. Kolitis ulseratif Tanda utama ialah perdarahan dari rektum dan diare bercampur darah, nanah, dan lendir. Biasanya disertai tenesmus dan kadang inkontinensia alvi. Biasanya penderita mengalami demam, mual, muntah, dan penurunan berat badan. Terdapat tiga tipe klinis kolitis ulseratif yang sering terjadi, yan dikaitkan dengan seringnya gejala. Kolitis ulseratif akut fulminan ditandai dengan awitan mendadak dan disertai pembentukan terowongan dan pengelupasan mukosa, menyebabkan keilangan banyak darah dan mukus. Jenis kolitis ini terjadi pada sekitar 10% penderita. Prognosisnya jelek dan sering terjadi komplikasi Sebagian besar penderita kolitis ulseratif merupakan jenis yang intermiten (rekuren). Timbulnya kecenderungan selama- berbulan- bulan sampai bertahun- tahun. Bentuk ringan penyakit ditandai oleh serangan singkat yang terjadi dengan interval berbulan-bulan sampai bertahun-tahun dan

berlangsung selama 1-3 bulan. Mungkin hanya terdapat sedikit atau tidak ada demam atau gejala- gejala konstitusional, dan biasanya hanya kolon bagian distal yang terkena. Demam atau gejala sistemik dapat timbul pada bentuk
8

yang lebih berat dan serangan dapat erlangsung selama 3-4 bulan, kadangkadang digolongkan sebagai tipe kronik kontinyu, penderita dibandingan dengan tipe intermiten, kolon yang terkena cenderung lebih luas dan lebih sering terjadi komplikasi terus menerus diare setelah serangan permulaan. Pada kolitis ulseratif ringan, diare mungkin ringan dengan perdarahan ringan dan intermitten. Pada penyakit yang berat defekasi dapat lebih dari 6 kali seharidisertai banyak darah dan mukus. Kehilangan banyak darah dan mukus yang kronik dapat mengakibatkan anemia dan hipoproteinemia. Nyeri kolik hebat ditemukan pada abdomen bagian bawah dan sedikit mereda setelah defekasi. Sangat sedikit kematian yang disebabkan penyakit ini. 2. Amebiasis Pasien biasanya akan mengeluhkan nyeri perut dan diare,dimana diare yang progressif dapat muncul darah dan lendir seperti pada disentri basiler.Pasien biasanya demam, lemah, mual, muntah dan nyeri perut yang hebat Biasanya gejala dapat timbul setelah 1-4 minggu pasca terpapar,akan tetapi juga terkadang 4 hari setelah terpapar dapat menimbulkan gejala,pada keadaan berat dimana kuman telah menyebabkan abses pada hepar,biasanya pasien akan mengeluhkan nyeri perut disertai demam,kehilangan nafsu makan,berat badan yang menurun dan lemah. 3. Salmonellosis Individu yang berusia di bawah 5 tahun atau di atas 60 tahun sangat beresiko menderita penyakit ini.Terjadi 8-48 jam setelah makan makanan yang telah terkontaminasi.Gejala yang muncul biasanya berlangsung 3-7 hari seperti demam, mual, muntah, nyeri perut hebat disertai kram, disertai diare. Diare bisa disertai dengan adanya darah 4. Irritable Bowel Syndrome Yang membedakan Iritable Bowel Syndrom dengan Shigellosis adalah dari gejala yang ditimbulkan, pada irritable Bowel Syndrom bias saja ada diare atau konstipasi,nyeri perut yang ditimbulkan bias lebih dari satu sisi
9

tergantumg di bagian mana mengalami kerusakan, biasa terdapat distensi abdomen dan juga sakit kepala VI.PENCEGAHAN Cara terbaik untuk mencegah penyebaran Shigella adalah dengan sering mencuci tangan yang bersih dengan sabun, terutama setelah menggunakan toilet dan sebelum mereka makan. Hal ini terutama penting dalam perawatan anak.(9,10) Jika Anda merawat anak yang mengalami diare, cuci tangan sebelum menyentuh orang lain dan sebelum memegang makanan. (Siapa pun dengan diare sebaiknya tidak menyiapkan makanan bagi orang lain.) Pastikan untuk sering membersihkan dan membersihkan toilet yang digunakan oleh seseorang dengan Shigellosis.(9,10) Popok anak dengan Shigellosis harus dibuang dalam tong sampah yang tertutup, dan bekas popok harus dibersihkan dengan disinfektan setelah digunakan. Anak-anak (terutama mereka yang masih menggunakan popok) dengan Shigellosis atau dengan diare dari setiap penyebab harus dijauhkan dari anak-anak lain. Penanganan, penyimpanan, dan persiapan makanan juga dapat membantu mencegah infeksi Shigella. Makanan dingin harus disimpan dingin dan makanan panas harus disimpan panas untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Selain pencegahan yang disebutkan di atas, penyakit disentri basiler ini dapat pula dicegah dengan cara : 1. Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara teratur dan teliti. 2. Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah. 3. Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya tidak menyiapkan makanan. 4. Memasak makanan sampai matang.

10

5. Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara. 6. Mengatur pembuangan sampah dengan baik. 7. Mengendalikan vektor dan binatang pengerat.

VIII.PENATALAKSANAAN 1. Perhatikan keadaan umum anak, bila anak tampak lemah atau terkesan keracunan, status gizi kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai adanya syok sepsis(11,12). 2. Komponen terapi disentri : a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit. b. Diet c. Antibiotika d. Sanitasi e.Terapi Zink Ad. a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit Tingkat keparahan dehidrasi dapat digolongkan sbb:

Dehidrasi ringan (kehilangan cairan sekitar 5% dari berat badan semula). Diare berlangsung sekali tiap 2 jam atau lebih. Gejala lain: rasa haus, gelisah, tapi elastisitas kulit bila dicubit masih baik dan penderita masih sadar.

Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5-10% dari berat badan semula). Diare semakin sering dengan volume lebih besar. Gejala lain terasa haus, gelisah, pusing jika berubah posisi, pernapasan terganggu, ubun-ubun dan mata cekung, elastisitas kulit lambat.

11

Dehidrasi berat (kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan semula). Diare hebat disertai muntah. Gejala lain: mengantuk, lemas, berkeringat dingin, kulit kaki dan tangan keriput, kejang otot, pernapasan cepat dan dalam, ubunubun dan mata sangat cekung, elastisitas kulit sangat lambat. Dalam keadaan darurat, dehidrasi ringan dapat diatasi dengan memberikan

cairan elektrolit/oralit yang cukup dilarutkan dalam air minum. Bila larutan oralit tidak tersedia, kita dapat membuat larutan gula-garam dengan komposisi 1 sendok teh gula pasir + 1/4 sendok teh garam + 200 cc air matang hangat. Atau bisa juga dicoba dengan air beras, air kelapa atau kaldu sayuran (tanpa lemak). Sedangkan pada dehidrasi sedang sampai berat, dalam keadaan darurat juga diberikan oralit sebelum dibawa ke rumah sakit. Penderita perlu segera dilarikan ke rumah sakit terutama kalau penderita muntah terus sehingga oralit tidak bisa masuk, tidak kencing selama 6 jam, tinja telah bercampur darah, terus menerus diare tanpa henti.(11,12) Di rumah sakit biasanya pasien segera diberi cairan rehidrasi parenteral seperti Ringer Laktat atau Darrow Glukosa. Oralit atau garam rehidrasi oral tadi merupakan campuran garam dan gula dalam perbandingan mirip dengan cairan tubuh. Larutan ini penting diberikan pada penderita diare, terutama pada penderita anak-anak atau lansia, guna menggantikan air yang hilang akibat diare, muntah, berkeringat. Pasangan glukosa dan garam Na dapat diserap baik oleh usus penderita diare. Na merupakan ion yang berfungsi allosterik (berhubungan dengan penghambatan enzim karena bergabung dengan molekul lain), dengan kemampuan meningkatkan pengangkutan dan meninggikan daya absorbsi gula melalui membran sel. Gula dalam larutan NaCl (garam dapur) juga berkhasiat meningkatkan penyerapan air oleh dinding usus secara kuat (sekitar 25 x lebih banyak daripada biasanya). Takaran umum oralit, 1 bungkus oralit 200 cc dimasukkan ke dalam 1 gelas belimbing air, diaduk sampai larut.

12

Oralit diberikan ke penderita sedikit demi sedikit dengan sendok, jangan sekaligus banyak. Jika penderita muntah, berikan 1 sendok oralit, tunggu 5- 10 menit, lanjutkan lagi sedikit demi sedikit. Usahakan jumlah yang diberikan 10-15 cc/kg BB/jam. Jumlah ini sesuai dengan kecepatan pengosongan lambung. Efek samping hanya dapat terjadi pada takaran terlalu tinggi atau terlalu pekat yang bisa mengakibatkan rasa kantuk, lidah bengkak, denyut jantung cepat, kulit menjadi merah.(11,12) Untuk menghindari terbukanya luka-luka usus atau perdarahan, hendaknya penderita diare beristirahat total. Perlu juga melakukan diet makanan yang merangsang (asam, pedas) serta makanan yang tidak mudah dicerna (berserat tinggi) dan berlemak.(11,12) Ad. b. Diet Selain pemberian cairan, pemberian makanan juga harus diperhatikan. Terapi diatetik disesuaikan dengan status gizi penderita yang didasarkan pada umur dan berat badan.Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya. Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang diduga mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan preparat seng oral. Dalam pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya risiko untuk memperpanjang masa sakit. Penderita Shigellosis harus istirahat penuh di tempat tidur. Makanan harus kaya akan protein dan vitamin serta mudah dicerna. Obat penenang diberikan apabila diperlukan saja.(10,11,12) Ad. c. Antibiotika

13

Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan risiko komplikasi dan kematian.(11) Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimoksazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol

50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari. Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian kotrimoksazol dibandingkan plasebo10. Kotrimoksasol pada orang dewasa dapat diberikan dengan dosis 160 mg/kali per oral sedangkan untuk anak dibawah 2 bulan tidak dianjurkan. Untuk anak dosisnya 8-10 mg/kg/ kali per oral diberikan selama 5 hari. Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita anemia megaloblastik dan defisiensi G-6PD. Obat golongan Sefalosporin generasi ketiga seperti Cefriaxone ataupun Cefixime bagi pasien yang mempunyai kontraindikasi terhadap pemberian Kotrimoksasol. Obat golongan Quinolone generasi pertama (Nalidixic acid) juga efektif bagi pasien yang alergi terhadap Sulfas dan Sefalosporin. Alternatif yang dapat diberikan : Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis o Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM o Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis selama 5 hari. Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain.

14

Terapi antiamebik diberikan dengan indikasi : Ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja. Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler. Terapi yang dipilih sebagai antiamebik intestinal pada anak adalah Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3 hari terapi. Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti anti spasmodik/spasmolitik tidak dianjurkan untuk dipakai, karena akan memperburuk keadaan. Obat ini dapat menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi usus, gangguan digesti dan absorpsi lainnya. Obat ini hanya berkhasiat untuk menghentikan peristaltik usus saja tetapi justru akibatnya sangat berbahaya. Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat. Obat-obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pectin, norit, dan sebagainya, telah terbukti tidak bermanfaat. Obat-obat stimulans seperti adrenalin, nikotinamide dan sebagainya, tidak akan dapat memperbaiki syok atau dehidrasi beratnya karena penyebabnya adalah kehilangan cairan (hipovolemik syok), sehingga pengobatan yang paling tepat yaitu pemberian cairan secepatnya. Ad. d. Sanitasi Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.(3)

15

Ad.e. Terapi Zink Zink merupakan mikronutrien yang sedikit diperlukan dalam tubuh akan tetapi memiliki peranan yang cukup penting.Karena fungsinya yang penting dalam tubuh sehingga Zink merupakan salah satu terapi yang diberikan untuk mengobati diare yang terjadi pada anak(3) Zink berfungsi untuk memperbaiki regenerasi epitel usus yang rusak akibat proses pengrusakan pada epitel-epitel usus termasuk akibat Shigella sp.(3) < 6 bulan:10 mg/hari > 6 bulan:20 mg/hari selama 10 hari

IX.KOMPLIKASI Komplikasi Saluran Cerna(7,8) 1. Perforasi 2. Megakolon toksik

Komplikasi Sistemik 1. Hipoglikemi 2. Hiponatremia 3. Sepsis 4. Sindrom Ureum Hemolitik 5. Kurang Energi Protein 6. Kejang dan Ensefalopati 7. Pneumonia

16

Dapat pula timbul komplikasi shigellosis yang lain(7,8): 1.Ekstraintestinal terutama oleh S. dysenteriae tipe 1, S. flexneri 2.Bakteremia pada AIDS 3.Artritis: masa penyembuhan, sendi besar (lutut) 4.Neuritis perifer, iritis, iridosiklitis, peritonitis jarang. Hemolytic Uremic Syndrome (HUS) dapat dysenteriae tipe 1, dengan gejala:(7,8) timbul akibat infeksi oleh S.

1.Oligouria, anuria yang progresif, gagal ginjal 2.Penurunan hematokrit, anemia progresif 3.Reaksi leukomoid, trombositopenia 4.Hiponatremia, hipoglikemia 5.Gejala susunan saraf pusat, ensefalopatia, perubahan kesadaran. X.PROGNOSIS Pada kebanyakan anak sehat, Shigellosis merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-limiting) dan biasanya sembuh spontan. Kadang-kadang organisme tersebut dapat dibiakkan hingga 3 bulan setelah suatu periode shigellosis akut. Peningkatan morbiditas dan mortalitas tampak pada populasi tertutup seperti rumah sakit jiwa, atau pada negara-negara yang belum berkembang dimana malnutrisi sering ditemukan.(10)

17

You might also like