You are on page 1of 30

DAFTAR ISI

Daftar Isi ........................................................................................................................................1 Bab I Bab II Bab III Pendahuluan ..................................................................................................................2 Laporan Kasus ....................................... ........................................................................3 Pembahasan .................................................................................................................5

Bab IV Tinjauan Pustaka...........................................................................................................23 Bab V Kesimpulan ...................................................................................................................28 Bab VI Penutup dan Ucapan Terimakasih ..............................................................................29 Daftar Pustaka .............................................................. .............................................................30

BAB I PENDAHULUAN

Diskusi modul EMG kasus keempat ini dengan judul Seorang laki-laki yang tiba-tiba kesadarannya menurun. Diskusi sesi 1 dilaksanakan pada hari Senin, 25 Maret 2013 pukul 08.00-10.00, dilanjutkan dengan sesi 2 yang dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Maret 2013 pukul 10.00-12.45. Diskusi sesi 1 dipimpin oleh Ocisa Zakiah dengan Oryza Ajani sebagai sekretaris dan jalannya sesi 2 dipimpin oleh Ocisa Zakiah dengan Oryza Ajani sebagai sekretaris. Kedua diskusi ini dibimbing oleh dr. Azwardi Roezin sebagai tutor. Kedua diskusi berjalan lancar dengan partisipasi seluruh anggota kelompok 7 yang berjumlah 12 orang. Pada kasus pertama ini, dibahas mengenai seorang laki-laki bernama Tn. Halim, berusia 55 tahun yang tiba-tiba kesadarannya menurun. Baik hari pertama maupun hari kedua, diskusi kelompok 7 dapat berjalan lancar dan tepat waktu. Semua anggota yang berjumlah 12 orang ikut berpartisipasi dengan memberikan pendapatnya masing-masing sehingga kami dapat menyelesaikan kasus tersebut. Demikianlah makalah ini kami susun sebaik-baiknya dengan segala kekurangan dan kelebihan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.

BAB II LAPORAN KASUS

Tn. Halim, 55 tahun diantar keluarganya ke IGD RS tempat saudara bekerja sebagai dokter Instalasi Gawat Darurat karena tadi pagi ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri di tempat tidurnya. Tn. Halim tidak menikah dan tinggal serumah dengan ibunya. Ayahnya meninggal dunia 3 tahun yang lalu karena stroke. Menurut keterangan ibunya, Tn. Halim selama ini jarang berobat ke dokter. Walaupun akhir-akhir ini sering terdengar batuk-batuk.Tetapi sejak 2-3 minggu terakhir Tn. Halim mengeluh tanggannya gatal hingga hingga sering digaruk-garuk. Akibatnya tangannya menjadi lecet-lecet, 2 hari sebelum ditemukan pingsan, Tn. Halim pergi ke sebuah klinik 24 jam dan diberi obat glibenklamid, amoxicylin, amlodipine dan salep kulit. Tn. Halim menceritakan kepada ibunya bahwa dokter klinik itu mengatakan bahwa ia menderita tekanan darah tinggi dan mungkin menderita kencing manis. Ia dianjurkan jangan banyak makan, terutama gula, garam dan nasi. Ia pun diberi surat pengantar untuk melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium tetapi hingga hari ini belum dilakukannya. Pada pemeriksaan awal didapatkan: Tn. Halim dalam keadaan spoor koma (GCS 7), kulitnya lembab dan dingin. Suhu: 36,3C P : 18x/m. regular N : 100x/menit TD : 150/80mmHg TB : 168 cm BB : 74 kg

Sesi II Dari anamnesis lanjutan bahwa Tn. Halim malam sebelumnya menelan gkibenklamid 4 tablet, amoxycilin 4 tablet, amlidipine 2 tablet. Saat ditemukan, Tn. Halim dalam keadaan mengorok dan tidak dapat dibangunkan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Kelenjar tiroid dan kekenjar getah bening leher tidak membesar. Kaku kuduk (-). Jantung tidak ada kelainan. Paru Abdomen : terdenger ronkhi badah halus di paru kanan atas : hepar dan lien tidak ada kelainan.

Pemeriksaan lab didapatkan: Hb HbA1C Leukosit Trombosit SGOT SGPT Ureum Kreatinin GD sewaktu Na K LED : 16g% : 8.5% : 9.300/mmHg : 212.000/mm3 : 42u/L : 65u/L : 40mg/dl : 1.2mg/dl : 29mg/dl :128meg/l : 3,1meg/dl : 80mm/jam

BAB III PEMBAHASAN

3.1 REKAM MEDIS PASIEN Identitas Nama Jenis Kelamin Usia Pekerjaan Anamnesis Keluhan/ masalah utama
-

: Tn Halim : Laki-laki : 55 tahun :-

Tidak sadarkan diri

1. Riwayat Keluarga

Ayahnya meninggal dunia 3 tahun yang lalu karena stroke

2. Riwayat Pengobatan

Obat Glibenklamide, Amoxicylin, Amlodipine, salep kulit

Anamnesis tambahan Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesis 1. Apakah pasien sering mengeluh sakit kepala? 2. Bagaimana frekuensi buang air kecil pasien ? 3. Bagaimana aktifitas pasien sehari-hari ? apakah berolahraga atau tidak ? 4. Apakah memang ayah dari pasien memiliki penyakit Diabetes juga ?

3.2 PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran : Soporo koma

Interpretasi Pemeriksaan Fisik Penemuan pemeriksaan Tn. Halim dalam keadaaan sopor koma (GCS 7 ) Interpretasi ( Normal GCS : 14-15) Ini menunjukkan adanya penurunan kesadaran. Hal ini disebabkan karena 2 hari sebelumnya tn. Halim pergi ke dokter dan diberi obat glibenklamid. Glibenklamid merupakan salah satu obat diabetik golongan sulfonilurea generasi ke-2 yang memiliki efek samping hipoglikemik. Selain itu, penurunan kesadaran ini juga kemungkinan disebabkan oleh diet

ketat yang dilakukan tn. Halim.

Kulitnya lembab dan dingin

Ini merupakan salah satu tanda-tanda klinis hipoglikemia

Suhu 36, 3 oC Pernapasan 18 x/menit, reguler Nadi 100 x/menit Tekanan darah 150/80 mmHg Tinggi badan 168 cm Berat badan 74 kg

Menurun /subnormal ( normal : 36,5 37,2 ) Normal ( normal : 14-18 x/menit ) Normal ( normal : 60-100 x/menit ) Hipertensi grade I menurut JNC VII BMI pada pasien ini adalah 26,2 Obesitas grade I

Kelenjar tiroid tidak membesar Kaku kuduk (-) Jantung tidak ada kelainan Paru terdengar ronkhi basah halus di paru kanan atas Abdomen : hepar dan lien tidak teraba

Tidak ada masalah hipo/hipertiroid Tidak ada gejala meningitis Tidak ada masalah jantung Kemungkinan ada infeksi pada paru-paru

Tidak ada fatty liver atau pembesaran hati dan lien

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa menurut JNC VII1 : Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistol (mmHg) Normal Pre-hipertensi <120 120-139 Tekanan (mmHg) <80 80-89 Darah Diastol

Hipertensi stage 1 Hipertensi stage 2

140-159 160

90-99 100

Berikut ini klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT/BMI menurut Kriteria Asia Pasifik (WHO, 2000): Nilai <18,5 18,5-22,9 >23 23-24,9 25-29,9 >30 Keterangan Berat badan kurang BB normal BB lebih BB dengan resiko obes Obes I Obes II

Pada pemeriksaan pasien terdapat peningkatan tekanan darah yang mungkin diakibatkan karena genetic atau memang diakibatkan karena dugaan diabetes mellitus pasien dan nantinya bisa menyebabkan masalah kepada pembuluh darah dan yang berbahaya ika hal tersebut teradi diotak karena bisa menyebabkan stroke, oleh karena itu perlu dimonitor tekanan darah pasien dan juga di pikirkan pengobatan pasien selanjutnya. Bagan tentang nilai normal berat badan ini meruuk pada rata-rata berabt badan dibandingkan dengan tinggi badan orang asia dan pada psien ini menunjukkan obesitas I, yang mungkin terjadi akibat dari pola hidup pasien yang jarang berolahraga ataupun juga banyak mengkonsumsi makan-makanan.

3.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hb : 16 g% Hba1c : 8.5 %

Nilai Normal Normal : 12 16 g% Normal : 4 - 6.7 % Normal

Keterangan

Meningkat. Ini menunjukkan pasien pernah mengalami hiperglikemia 2 - 3 bulan ebelumnya

Leukosit : 9300 / mmHg

normal : 5000 - 10000 / mmHg

Normal

Trombosit : 212000 / mm3

normal : 150000 - 450000 / mm3

Normal

SGOT : 42 u/L SGPT : 65 u/L Ureum : 40 mg/dl Kreatinin : 1.2 mg/dl Gula darah sewaktu : 29 mg/dl Na : 128 meg/l

Normal : 0 - 37 u/L Normal : 0 - 42 u/L normal : 20 40 mg/dl normal : 0.6 - 1.2 mg/dl normal : < 110 mg/dl

Meningkat Meningkat Normal Normal menurun. Ini menunjukkan adanya hipoglikemia

normal : 135 145 meg/l

menurun. Adanya hiponatremia mungkin disebabkan oleh karena pasien suspek DM terjadi poliuria sehingga elektrolit darah berkurang

K : 3.1 meg/l

normal : 3.5 - 5 meg/l

menurun. Adanya hipokalemia, mungkin disebabkan oleh karena pasien suspek DM terjadi poliuria sehingga elektrolit darah berkurang

LED : 80 mm/jam

normal : 0 - 10 mm/jam

Meningkat. Ini menunjukkan adanya penyakit kronis

Dari hasil pemeriksaan penunjang ini hal yang perlu digaris bawahi ialah kadar glukosa yang sangat rendah, sedangkan menurut referensi ketika gula darah < 60 mg/dl itu sudah dikatan hipoglikemia, dan pada pemeriksaan pasien didapatkan gula darahnya 29 mg/dl itu menunjukan memang betapa drastisnya penurunan gula darah pasien, sedangkan pasien ini diduga memiliki penyakit DM dan menurut kelompok kami mengapa pasien bisa sampai koma itu disebabkan akibat dari gula darah yang menurun ini diakibatkan oleh konsumsi obat yang berlebihan.

Hal kedua yang perlu dilihat ialah mengenai kadar elektrolit pasien yang berkurang, hal ini berkesinambungan dengan sugaan penyakit pasien yang menderita DM maka akan terjadi hiperglikemia sehingga terjadi glukosuria dan akibatnya ialah kehilangan elektrolit sehingga nantinya pasien bisa dehidrasi.

10

3.4 DAFTAR MASALAH

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan penunjang pada kasus ini didapatkan masalah-masalah sebagai berikut :
NO 1 Masalah Koma hipoglikemi Dasar Penetapan Masalah Konsumsi obat glibenklamid 2 3 Obesitas class 1 Hipertensi grade 1 Pola diet Kulit lembab dan dingin GDS 29 mg/dl Lifestyle 4 Pruritus Mengeluh tangannya gatal sehingga sering di garuk-garuk ( lecet ) 5 Batuk-batuk Alloanamnesis Infeksi saluran pernafasan Genetik Atherosklerosis Hipotesis penyebab masalah Pemakaian obat glibenklamid Pola makan

BMI ( BB/TB2 = 26,2 Pada pemeriksaan TD 150/80mmHg

Suspect DM

11

Suspect DM

drug induced

Penggunaan obat glibenklamid 4tablet, amoxicilin 4 tablet dan amilodipine 2 tablet

7 8

Hiperglikemi Hipokalemi

HBA1C 8,5% K+ : 3,1 meg/l

Suspect DM type II Kemungkinan Poliuria pada pasien, kehilangan elektrolit tubuh

Hiponatremi

Na : 128 meg/l

Kemungkinan Poliuria

Koma hipoglikemia ini merupakan masalah utama yang sedang dialami oleh Tn Halim dikarenakan pasien yang diduga mengidap penyakit DM mengkonsumsi obat Glibenklamid yaitu obat anti diabetes yang termasuk golongan sulfonylurea yang bekerja menginduksi produksi insulin sehingga dapat mengikat glukosa dan menstimulasi ke berbagai jaringan tubuh, namun obat ini memiliki efek samping hipoglikemik jika digunakan berlebihan dan juga pada kasus didapatkan pasien mengkonsumsi obat yang berlebihan diluar dosis OAD normal, karena biasanya glibenklamid dikonsumsi 3 kali sehari dengan dosis 5 mg per tablet. Disinilah awal mengapa pasien sampai mengalami hipoglikemia dilihat juga dari pemeriksaan gula darah yang dibawah normal. Pasien juga memiliki masalah dalam berat badan dihitung dari Indeks berat badan pasien bernilai 26,2 yang menurut asia-pasifik itu sudah termasuk kedalam obesitas I dan ini mungkin

12

diakibatkan karena pola hidup pasien yang kurang baik dan ini bias menjadi masalah yang sangat berarti jika tidak ditatalaksana. Masalah selanjutnya yang dialami oleh pasien adalah adanya batuk-batuk yang diduga pada pasien ini diakibatkan karena adanya infeksi saluran napas, dan memang pada pasien DM hal itu mudah sekali terjadi juga kadar gula darah yang meningkat 2-3bulan lalu merupakan akibat dari dugaan penyakit DM pasien. Manifestasi lainnya yang terlihat disini ialah adanya pruritus yang dterjadi ditangan dan menjadi luka karena pasien terus menggaruknya, hal ini merupakan sesuatu yang terjadi akibat dari angiopati ataupun neuropati, pada angiopati pasien bias mengalami gangguan mikrovaskular terjadi thrombosis dan gangguan pembuluh darah yang jika memang tak di tatalaksana bias menjadi gangrene, dan pada neuropati terdapat gangguan otonomik pasien sehingga berkurangnya keringat sehingga kulit menjadi kering dan terasa gatal dan jika digaruk itu akan membuat lesi-lesi kecil yang membuat pasien sangat mudah terinfeksi mikroorganisme sehingga meningkatkan resiko yang akan terjadi yaitu gangrene yang luas.

13

Pathogenesis Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan gula darah sewaktu adalah 29 mg/dl yang menandakan pasien mengalami hipoglikemia, dimana hipoglikemia tersebut dapat dicetuskan oleh pemberian obat anti diabetik , dimana dalam kasus ini adalah Glibenkamid dan juga oleh diet ketat yang dilakukan oleh pasien berupa pembatasan konsumsi gula dan nasi. Glibenkamid merupakan obat hiperglikemik oral yang diberikan pada pasien diabetes mellitus, bekerja dengan cara meningkatkan sekresi insulin sehingga kadar gula darah menjadi menurun dan berpotensi mengakibatkan terjadi hipoglikemia apabila pemberian dalam dosis yang besar. Hipoglikemia tersebut selanjutnya mengakibatkan pasokan glukosa ke otak berkurang sehingga otak kehilangan sumber energinya, maka terjadilah penurunan kesadaran. Glibenkamid dimetabolisme di hepar, oleh karena itu jika dosis yang diberikan terlalu besar dapat mengakibatkan gangguan fungsi hepar, dimana pada kasus ini ditandai dengan peningkatan SGOT dan SGPT pasien. Ronki basah halus pada lapang atas paru pasien dapat disebabkan karena imunitasnya yang menurun diakibatkan oleh diabetes mellitus yang menyebabkan defek pada makrofag sehingga meningkatkan resiko infeksi, dimana dalam kasus ini adalah infeksi saluran pernapasan.

14

Obesita s Resistensi Insulin Hiperten si

Diabetes mellitus tipe 2 Gatal pada tangan

Imunitas Menurun

Infeksi pada paru

Luka akibat digaruk

Ke dokter, diberi obat: Glibenkamid

Pembatasan intake gula dan nasi Hipoglikem ia Penuruna n kesadara 15

Skema patofisiologi penurunan kesadaran akibat hipoglikemia


3.5 UPAYA DIAGNOSTIK Dari beberapa masalah yang sudah diraikan diatas,perlu pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnostik secara pasti. Berikut pemeriksaan lanjutan yang dianjurkan :

Pemeriksaan tambahan yang perlu diajukan : 1. Rontgen thorax Untuk mengetahui secara pasti penyakit apa yang terjadi pada pasien, karena kelompok kami menduga adanya infeksi saluran pernapasan.
2. Gula Darah Puasa dan Gula Darah 2 jam Post Prandial : Pemeriksaan ini dilakukan untuk menegakkan diagnosis Diabetes Mellitus pada pasien yang sebelumnya telah ditandai dengan peningkatan HBA1C

3. Profil lipid Pada pasien ini terjadi obesitas I ada kemungkinan profil lipid yang meningkat untuk mengatasinya kita perlu mengetahui apakah memang terjadi gangguan lipid pada pasien ini. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium kelompok kami menetapkan diagnosis kerja Tn Halim adalah Koma hipoglikemia, hipertensi , Infeksi saluran napas, Obesitas dan Suspek DM tipe II , diagnosis kera ini diambil dari beberapa gejala klinis dan pemeriksaan yang ditemukan yaitu , penurunan kesadaran disertai kadar glukosa darah yang menurun, serta ditemukan ronkhi basah halus di paru-paru, juga dari nilai HbA1c yang meningkat memungkinkan pasien suspek DM.

16

3.6

PENATALAKSANAAN

Medikamentosa A. Pasien dirawat B. Periksa Airways, Breathing, Circulation C. Lakukan tindakan sebagai berikut untuk memulihkan kesadaran pasien : 1. Tidak sadar Suntik 50 cc Dextrose 40% bolus Infus Dextrose 10% 6 jam/kolf (Pantau gula darah tiap jam)

2. Jika belum sadar : GD masih < 100 mg/dl,

ulangi suntik 50 ml Dx 40% (Pantau GD tiap jam)

3.

Belum sadar

: Ulangi suntik 50 ml Dx 40% (Pantau GD tiap jam)

17

4. Belum sadar

: GD

200 mg/dL

Suntik Hidrokortison 100 mg per 4 jam selama 12 jam Dan manitol iv 1 - 2 g/kgBB setiap 6-8 jam 5. Jika pasien telah sadar : Beri larutan gula murni 20-30 g Minuman gula-gula (Bukan pemanis pengganti gula) Obat DM stop sementara Pantau Glukosa darah 1-2 jam

Pertahankan GD

200 mg/dL

D. Koreksi K+ - karena pasien ini menderita DM dan kalium berkurang itu bias menyebabkan hipokalemia dan memiliki resiko buruk terhadap pasien, oleh karena itu pengkoreksian kalium penting untuk pasien ini. Diberikan : - Infus K+ 50 mEq/6 jam

18

Terapi lanjutan : A. Setelah pasien sadar kita berikan edukasi tentang tatacara diet yang sebaiknya dilakukan, untuk itu kita perlu mengetahui kebutuhan kalori dari pasien ini :
Terapi Gizi Medik

Terapi ini pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi dan melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan individual. Terapi gizi medik ini dapat bermanfaat untuk menurunkan berat badan, menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memperbaiki sistem koagulasi darah.

TB : 168 cm BB : 74 kg BB Idaman 168 -100 = 68 kg 68 x 10% = 6,8 kg 68 6,8 = 61,2 kg Laki-laki Usia > 40 tahun Aktifitas sedang 61,2 x 30 = 1836

1836 x (-5%) = - 91,8 1836 x 20% = + 367,2


19

BB gemuk Total kebutuhan kalori per hari

1836 x (-20%) = - 367,2 = 1744,2 kalori

Ketika kita telah mengetahui total kebutuhan kalori pasien perhari dan pasien telah bisa kembali beraktifitas maka kita bisa mengatur jumlah jenis dan jadwal makan pasien, pasien tetap mengontrol makanan yang berkarkarbohidrat dan pasien menyesuaikan makanan setisp harinya, jenis nutrient yang dapat dikonsumsi pasien menurut konsensus nasional berupa 60% karbohidrat, 20% lemak, 15% protein., Karbohidrat yang dikonsumsi bisa berupa ketela atau beras tumbuk, dan jangan terlalubanyak mengkonsumsi gula perharinya, gunakan jenis gula bagi orang DM.

B.

Latihan Jasmani Pasien ini sangat dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga agar

memaksimalkan kerja tubuh untuk mengolah karbohidrat. Namun sebelumnya harus dilakukan Exercise test untuk mengetahui kemampuan dari pasien ini sendiri mengingat usianya yang telah lebih dari 40 tahun. Untuk menyesuaikan intake makanan dengan penggunaan energi yang harus seimbang. Pasien ini harus dianjurkan latian jasmani dengan menggunakan prinsip CRIPE system yaitu Continous Rhytmical Interval Progressive Endurance. Continous : jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan teratur minimal 3-

5x/minggu, dengan durasi 30-60 menit Rhytmical gerakan : melakukan jenis olahraga yang berirama agar tubuh tetap melakukan

20

Interval Progressive Rate)

: olahraga dilakukan tetap ada jeda : dengan intensitas dimulai dari ringan hingga sedang (60-70% Maximum Heart

Endurance

: dipilih jenis latihan yang aerobik untuk meningkatkan kemampuan

kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda. C. Karena pada pasien ini sebelumnya mengkonsumsi obat Glibenklamide yang bisa berefek samping hipoglikemia maka kelompok kami lebih memilih untuk mengganti obat pasien dengan metformin yang tidak meyebabkan hipoglikemia dan dapat bmenurunkan berat badan pasien yang sudah termasuk kedalam obesitas

D.

Edukasi pasien untuk tetap berolahraga dan beraktifitas, dianjurkan untuk mengikuti program CRIPE dengan jogging namun sebelum itu harus dilakukan exercise test terlebih dulu mengingat usia pasien ini 55 tahun.

3.7 PROGNOSIS Ad vitam : Dubia Ad Bonam

Karena tanda-tanda vital pada pasien masih bisa diatasi dengan baik, terutama untuk tekanan darahnya. Ad sanationam : Dubia Ad Bonam

Dengan menerapkan pola hidup sehat, dan mengikuti anjuran dokter dalam pengobatan diharapkan pasien akan dalam kondisi yang baik .
21

Ad functionam

: Dubia Ad Malam

Diakibatkan oleh karena pasien mengalami koma hipoglikemik yang pada keadaan ini otak akan mengalami supply energi dan dikhawatirkan akan mengalami masalah pada otak Tn Halim

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA

A. ARTEROSKLEROSIS8

I. DEFISINI Arterosklerosis berasal dari bahasa Yunani, sclerosis adalah penebalan di tunika intima arteri dan athere yang berarti pasta atau penimbunan lipid yang menjadi lesi khas arterosklerosis. Arterosklerosis adalah penyakit akibat respon peradangan pada pembuluh darah ( arteri besar dan sedang ), bersifat progresif, yang ditandai dengan deposit massa kolagen, lemak, kolesterol,
22

produk buangan sel dan kalsium, disertai proliferasi miosit yang menimbulkan penebalan dan pengeseran dinding arteri, sehingga mengakibatkan kekakuan dan kerapuhan arteri. Arteri yang biasanya mengalami arterosklerosis adalah arteri poplitea, arteri femoralis, arteri karotis, arteri renalis, dan aorta.

II.

FAKTOR RISIKO Factor risiko biologis yang tidak bisa diubah 1. Usia Usia lebih dari 45 tahun pada laki laki Usia lebih dari 55 tahun pada perempuan 2. Jenis kelamin

Lebih banyak terjadi pada laki laki dibandingkan perempuan, namun setelah menopause, perempuan dan pria kerentanan terhadap arteroskelorosis sama. 3. Riwayat keluarga

Jika dari ayah atau saudara laki laki sebelum usia 55 tahun menderita diabetes, hipertensi, dislipidemia, arterosklerosis. Jika dari ibu atau saudara perempuan sebelum usia 65 tahun menderita diabetes, hipertensi, dislipidemia, arterosklerosis.

23

1.

Factor risiko yang dapat diubah Hiperkolesterolimia Hiperkolesterolemi adalah peninggian kadar kolesterol di dalam darah. Kadar kolesterol

darah yang tinggi merupakan problema yang serius karena merupakan problem yang serius karena merupakan salah satu faktor risiko yang paling utama untuk terjadinya arterosklerosis di samping faktor lainnya yaitu tekanan darah tinggi dan merokok. Kolesterol, lemak dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah arteri, sehingga lubang dari pembuluh darah tersebut menyempit; proses ini disebut aterosklerosis. Penyempitan pembuluh darah ini akan menyebabkan aliran darah menjadi lambat bahkan dapat tersumbat sehingga aliran darah pada pembuluh darah koroner yang fungsinya memberi oksigen (O2) ke jantung menjadi berkurang. Kurangnya O2 ini akan menyebabkan otot jantung menjadi berkurang. Kurangnya O2 ini akan menyebabkan otot jantung menjadi lemah, sakit dada, serangan jantung bahkan kematian.

2. Hipertensi

Mempercepat timbulnya aterosklerosis. Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner (faktor koroner). Hal ini menyebabkan angina pektoris, insufisiensi koroner dan miokard infark lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi dibandingkan orang normal.

24

3. Obesitas Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh >19% pada laki-laki dan > 21% pada perempuan. Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi, DM dan

hipertrigliserdemi. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol. Risiko arterosklerosis akan jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20% dari BB ideal. Penderita yang gemuk dengan kadar kolesterol yang tinggi dapat menurunkan kadar kolesterolnya dengan mengurangi BB melalui diet ataupun menambah exercise.

B. Koma Hipoglikemia Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau kadar glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik). Pada sebagian besar kasus koma hipoglikemik yang ditemukan di tempat pelayanan kesehatan umum (klinik/RS) penyebab utamanya adalah karena terapi pemberian insulin pada pasien penderita diabetes mellitus. Pada penelitian survey yang dilakukan oleh Department of Neurology and Neurological Sciences, and Program in Neurosciences, Stanford University School of Medicine,terdapat setidaknya 93,2% penyebab masuknya seseorang dengan gejala koma hipoglikemik adalah mereka yang menderita diabetes mellitus dan telah menjalani terapi pemberian insulin pada rentang waktu sekitar 1,5 tahunan.
25

Etiologi Hipoglikemia bisa disebabkan oleh: - Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas - Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya - Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal - Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati. Secara umum, hipogklikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat. Hipoglikemia reaktif pada dewasa bisa terjadi setelah mengkonsumsi alkohol yang dicampur dengan gula (misalnya gin dan tonik). Pembentukan insulin yang berlebihan juga bisa menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel penghasil insulin di pankreas (insulinoma).

Patofisiologi Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat

26

memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut. Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

BAB V

27

KESIMPULAN Pada pasien Tn Halim ini diketahui memang mengalami koma hipoglikemik disertai penyakit lainnya yang diduga diakibatkan karena DM dan juga penggunaan obat anti diabetik yang berlebihan, oleh karena itu penatalaksanaan yang tepat dan cepat dibutuhkan pada pasien ini guna menghindari komplikasi yang lanjut karena joma hipohlikemik ini memiliki dampak yang signifikan pada otak dan komplikasi seperti stroke mudah sekali terjadi, pada pasien edukasi yang tepat sangat dibutuhkan karena untuk mengatasi berbagai keluhan pasien yang diakibatkan karena ketidaktauan tentang penggunaan obat dan juga terapi diet yang dilakukan ternayata menimbulkan masalah baru. Dengan menaikan kadar gula darah pasien dan mengoreksi kadar kalium darah di harapkan kesdaran pasien akan meningkat, juga penggantian obat diabetes menggunakan metformin itu lebih aman karena menguragi efek samping dari hipoglikemi itu sendiri, serta olahraga dan aktifitas yang rutin untuk mengurangi berat badan pasien juga menghindari dari komplikasi DM pada Tn Halim

BAB VI PENUTUP DAN UCAPAN TERIMA KASIH

28

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan anugerah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah hasil diskusi kami ini dengan judul Seorang Lakii-laki dengan penurunan kesadaran. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih atas penunjuk, pendapat, bimbingan, saran dan kesempatan yang diberikan selama penulisan makalah ini. Ucapan terima kasih kami tujukan kepada : 1. dr. Hendarto Natadidjaja, MARS, Sp.PD, selaku koordinator dan penanggung jawab modul organ EMG. 2. dr. R. Khairani, Sp.P, selaku sekretaris modul organ EMG. 3. dr. Azwardi Sp.B, selaku tutor. 4. Seluruh dosen yang telah memberi bimbingan kepada penulis dalam penulisan makalah ini. 5. Temanteman yang telah membantu serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat menghargai dan berterima kasih untuk saran dan kritik yang bersifat membangun dan mendorong ke arah pengembangan penulisan makalah ini lebih lanjut. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.

29

DAFTAR PUSTAKA 1. Panggabean MM. Penyakit Hipertensi. In : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 3 rd ed. Jakarta: Internal Publising Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2006. p. 1777.
2. Dugdale

D.

Hypoglycemia

(update:

May

20,

2011).

Available

at:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000403.htm. Accessed: September 30, 2011. 3. Sherwood L. Pembuluh Darah dan Tekanan Darah In: Santoso BI, Editor. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2 ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001. p 298-342.
4. Mayo

clinic

staff.

Obesity

(updated

09

March

2009).

Available

at:

http://www.mayoclinic.com/health/obesity/DS00314. Accessed: 30 September 2011.


5. (Narkiewicz K. Obesity and hypertensionthe issue is more complex than we thought.

Updated November 4, 2005. Available at: http://ndt.oxfordjournals.org/content/21/2/264.full. accessed octobre 1,2011). 6. Adam J. Dislipidemia. In: Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Editors. Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 1985-91.
7. U.S. department of health and human services. Do you know the health risk of being

overweight

(updated

December

2007).

Available

at:

http://win.niddk.nih.gov/publications/health_risks.htm . Accessed: 12 July 2010. 8. A. Price S, M. Wilson L. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Penyakit Arterosklerosi koroner. 6th ed. volume 1. Jakarta : EGC;2005. p.576 88.

30

You might also like