You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Permasalahan mengenai bakat pada deawasa ini telah menjadikan suatu pembicaraan yang dapat mengundang berbagai pihak yang terkait. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang mantap tentang atlet berbakat, dan bagaimana cara untuk mendapatkan atlet yang berbakat itu secara dini. Hal ini telah banyak diupayakan oleh berbagai pihak, antara lain dilakukan dengan melalui forum-forum pertemuan. Baik pada pertemuan bersifat ilmiah dalam bidang olahraga, lokakarya, maupun dalam pertemuan dari para wakil organisasi keolahragaan untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan dalam penentuan bakat tersebut. Seluruh jumlah (populasi) mengenai calon atlet berbakat usia dini sebagian besar berada pada lingkungan lembaga pendidikan. Yaitu pada jenjang lembaga dasar, mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah tingkat pertama. Hal ini tidak berarti bahwa diluar lingkup lembaga pendidikan tidak ada calon atlet yang memiliki bakat. Namun jika kita melihat dari segi praktisnya, bahwa pada saat ini untuk mendapatkan bibit-bibit atlet berbakat akan lebih mudah ditemukan disekolah-sekolah. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah bagaimana cara untuk dapat menelusuri, memantau dan menemukan, atau mengidentifikasi terhadap atlet-atlet yang memiliki bakat unggul dalam olahraga pada usia dini. Kemudian setelah kita menemukan bibit-bibit atlet yang berbakat itu bagaimana untuk sekanjutnya dikembangkan atau diadakan pembinaannya terhadap bibit-bibit atlet yang berbakat itu agar nantinya dapat menjadi atlet atau olahragawan yang berprestasi tinggi.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang dimaksud dengan bakat? 2. Apa tujuan mengidentifikasi bakat? 3. Bagaimana proses identifikasi bakat? 4. Apa saja metode identifikasi bakat? 5. Apa saja kriteria pemilihan atlet yang berbakat? 6. Apa saja dan bagaimana fase-fase identifikasi bakat? C. TUJUAN PENULISAN 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan bakat 2. Mengettahui tujuan identifikasi bakat

3. Mengetahui proses identifikasi bakat 4. Mengetahui metode apa saja yang digunakan untuk mengidentifikasi bakat 5. Mengetahui kriteria atlet yang berbakat 6. Mengetahui fase-fase dalam pengidentifikasian bakat

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BAKAT Bakat adalah dasar (kepandaian, sifat dan pembawaan yang dibawa sejak lahir (depdiknas, 1990). Kajian tentang bakat telah mengalami perubahan dan kini pengertiannya selain mencakup kemampuan intelektual tinggi juga merujuk pada kemampuan kreatif (Semiawan, 1997) bahkan kreatifitas merupakan ekspresi tertinggi dari keberbakatan seseorang. Sedangkan bakat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu dasar (kepandaian, sifat, pembawaan) yang dibawa dari lahir Bakat pada umumnya diartikan sebagai suatu kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu untuk dikembangkan lebih lanjut dan dilatih, yaitu agar bakat itu dapat terwujud. Dimaksud dengan kemampuan adalah daya atau kekuatan untuk melakukan sesuatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan latihan. Sedangkan pemanduan adalah proses, cara, atau perbuatan dalam memimpin atau melatih supaya dapat melakukan pekerjaan sendiri. Atau dapat juga dikatakan bakat itu adalah kemampuan yang terpendam yang bersemayam dalam diri seseorang. (Hadisasmita M. Yusuf, 1996:54)

B. TUJUAN IDENTIFIKASI BAKAT Harre (1999) mengemukakan bahwa tujuan mengidentifikasi bakat adalah untuk memprediksikan suatu derajat yang tinggi tentang kemungkinan calon atlet akan mampu menyesuaikan dan menyelesaikan program latihan junior dengan baik dalam olahraga yang dipilih, agar ia dapat dengan layak mengukur secara pasti, melakukan tahap selanjutnya. Tujuan umum dari identfikasi bakat anak dan remaja adalah meningkatkan standar prestasi olahraga, yakni peningkata standar pestasi pada kompetisi nasional dimaksimalkan melalui bakat yang dimiliki atlet pada cabang olahraga tertentu, menjadi sukses dikompetisi tingkat internasional (Yudiana,2007: 5.3).

Sedangkan tujuan khusus dari identifikasi bakat anak dan remaja, antara lain sebagai berikut : 1. Menetakan bakat anak dan remaja dengan kesempatan untuk berkembang pada keterampilan olahraga yang ditekuninya. 2. Optimis terhadap potensi seluruh individu pada kesuksesan prestasi olahraga. 3. Meningkatkan rangsangan yang cukup untuk partisipasi secara berkelanjutan. 4. Mengendalikan ketidaksesuaian cabang olahraga yang ditekuni oleh anak dan remaja sehingga mengurangi kemungkinan cidera saat olahraga.

C. PROSES IDENTIFIKASI BAKAT Untuk mendapatkan calon atlet yang kelak diharapkan dapat meraih prestasi diperlukan upaya dengan beberapa tahapan. Ada beberapa tahapan yang harus disiapkan atlet yaitu : 1. Mencari calon atlet berbakat

2. Memilih calon atlet pada usia muda 3. Memonitori calon atlet tersebut secara terus menerus dan teratur 4. Membantu calon atlet agar dapat meraih prestasi puncak.

D. METODE IDENTIFIKASI BAKAT Bompa (1990: 334) mengemukakan bahwa ada dua metode dalam mengidentifikasi bakat calon atlet, yaitu : 1. Seleksi alam Seleksi alam merupakan pendekatan yang normal, dan merupakan cara pengembangan alam dalam olahraga tertentu. Seleksi ini menganggap bahwa atlet mengikuti olahraga tertentu sebagai hasil dari pengaruh setempat, misalnya tradisi sekolah, harapan orang tua, atau teman sebaya. Dengan demikian evolusi prestasi atlet ditentukan oleh seleksi alam yang tergantung pada beberapa faktor. Oleh karena itu, pendekatan dengan seleksi alam ini seringkali berjalan lambat. Seleksi ilmiah adalah metode yang digunakan untuk memilih calon atlet yang memiliki potensi untuk dibina. Seleksi ini lebih sedikit memerlukan waktu untuk mencapai prestasi yang tinggi bila dibandingkan dengan metode seleksi alam. untuk olahraga yang memerlukan persyaratan tinggi atau berat badan, misalnya bola basket, bola voli, sepakbola, nomor-nomor lempar dan sebagainya perlu mempertimbangkan seleksi ilmiah. Demikian juga olahraga yang memerlukan kecepatan, waktu reaksi, koordinasi, dan power, seperti lari cepat, judo, hoki, nomor lompat dan sebagainya. 2. Seleksi ilmiah

Seleksi ilmiah adalah suatu pendekatan untuk mengidentifikasi bakat anak dengan car menyeleksi prospek kemampuan alami yang telah dimiliki anak untuk diarahkan pada olahraga yang sesuai dengan potensinya dan dilakukan dalam bentuk tes ilmiah oleh para ilmuan. Contohnya, untuk cabang olahraga yang memerlukan tinggi atau berat badan, seperti bola basket, bola voli, sepak bola, atau even-even melempar pada cabang olahraga atletik, seleksi ilmiah menjadi penguat untuk betul dipertimbangkan. Begitu pula, untuk olahraga yang didominasi oleh unsur percepatan, seperti waktu reaksi, koordinasi, dan power. Misalnya, pada lari cepat, silat, gulat, sepak bola, bola voli atau nomor-nomor lompat pada olahraga atletik. Dengan bantuan dari ilmuan olahraga,

E. KRITERIA PEMILIHANN ATLET Kriteria penilaian untuk pemilihan atlet berbakat Menurut Pasau (1986), antara lain: 1. Aspek biologis yang meliputi: potensi/kemampuan dasar tubuh, fungsi organ tubuh, dan postur dan struktur tubuh 2. Aspek psikologis yang meliputi: intelektual/ kecerdasan/ IQ, motivasi, kepribadian, dan kerja syaraf 3. Umur yang meliputi: usia secara kronologis dan usia secara psikologis 4. Keturunan 5. Aspek lingkungan

Kriteria penilaian untuk pemilihan atlet bibit unggul menurut Prof. Dr. H. M. Yusuf Hadisasmita dalam bukunya yang berjudul ilmu Kepelatihan Dasar adalah : 1. Usia muda Pembinaan olahraga itu harus sudah dimulai dari sejak anak-anak berada di bangku sekolah yaitu berada pada pendidikan dasar. Karena pada anak-anak yang berada pada pendidikan dasar adalah anak-anak yang tergolong dalam usia muda. Mereka sedang berada dalam keadaan tumbuh dan berkembang, sehingga dalam pembinaan olahraga untuk mencapai puncak prestasi sangat memungkinkan sekali untuk terus dibina. 2. Bakat olahraga Bakat olahraga yang dimiliki seseorang adalah kemampuan dasar yang berkaitan dengan keterampilan dan penampilan gerak serta mengkombinasikannya dengan kemampuankemampuan lain yang ada di dalam dirinya untuk menyatakan unjuk kerja dalam melakukan keterampilan gerak. (Hadisasmita M. Yusuf Dkk, 1996:67) 3. Fungsi organ tubuh

Organ tubuh adalah alat yang mempunyai tugas tertentu di dalam tubuh manusia. Misalnya seperti otot dan tulang yang berfungsi untuk bergerak. Organ tubuh yang lainnya seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal, darah dan otak. Dan organ tubuh itu memiliki fungsi pada saat berolahraga dan berolahraga memiliki pengaruh terhadap organ tubuh tersebut. 4. Bentuk tubuh (struktur tubuh) Yang dimaksud dengan bentuk tubuh atu postur adalah keadaan tubuh dari seseorang yang pada awalnya sangat menentukan atau cocok, karena sangat memungkinkan untuk melakukan aktifitas fisik terhadap suatu cabang olahraga. 5. Fungsi antropomethry Menurut braham (1973) dalam Seharsono (1993), anthropometry adalah: ilmu pengetahuan tentang permasalahan pengukuran terhadap berat, ukuran dan proporsi tubuh manusia serta bagian-bagiannya. Dan dilihat dari masing-masing bentuk proporsi tubuh tersebut ada yang memiliki keuntungan untuk setiap cabang olahtraga tertentu. 6. Bentuk tubuh yang predominan terhadap cabang olahraga Untuk setiap cabang olahraga mempunyai karakteristik tertentu atau mempunyai kekhasan tertentu. Dimana untuk masing-masing cabang olahraga itu memerlukan adanya kesesuaian dengan perbandingan atau perimbangan tubuh. Yaitu agar dapat menunjang tercapainya prestasi yang tinggi. 7. Prediksi pertumbuhan bentuk tubuh Prediksi atau perkiraan mengenai pertumbuhan dari bentuk tubuh, kea rah tipe tubuh tertentu sudah mulai dapat dilihat pada ahir usia muda atau anak yang sudah besar, yaitu kira-kira umur 12 tahun. Pada usia ini sudah dimungkinkan untuk mulai diarahkan pada cabang olahraga khusus, sesuai dengan tipe tubuh yang dimiliki anak tersebut. 8. Intelegensi dan kepribadian Intelegensi adalah suatu daya atau kemampuan untuk melakuan sesuatu atau bertindak atau mengadakan penyesuaian dengan cepat dan tepat baik secara fisik maupun mental terhadap pengalaman yang baru. Sedangkan kepribadian adalah suatu sifat yang hakiki dimiliki oleh seseorang yang tercermin dalam sikapnya atau perbuatannya yang berdasarkan pada pendiriannya.

F. FASE-FASE IDENTIFIKASI BAKAT Secara umum identifikasi bakat terbagi dalam 3 fase : 1. Fase masa prapubertas

Fase ini terjadi pada masa anak-anak yang berusia antara 3-10 tahun. Pada fase ini, identifikasi bakat didominasi oleh pengujian kesehatan dan berkembangan fisik secara umum dan didesain untuk mendeteksi beberapa penyimpangan fungsi tubuh / penyakit. Cabang olahraga yang dapat dipersiapkan untuk fase masa prapubertas ini adalah olahraga renang dan senam. Ada tahap pengujian kesehatan dan perkembangan fisik difokuskan pada 3 konsep yaitu : a) Kekurangan penjelajahan fisik anak dalam memainkan perannya untuk menentukan olahraga yang dipilih. b) Menetapkan tingkat perkembangan fisik anak secara terus menerus, seperti rasio antara tinggi dan berat badan. c) Mendeteksi genetic akhir yang dominan, seperti tinggi badan . 2. Fase masa puberitas dan pascapubertas Fase ini terjadi pada usia 9-17 tahun .pada masa ini, cabang olahraga yang sudah mampu ditampilkan adalah senam dan renang untuk masa usia 9- 10 tahun, sedangkan masa usia 1015 tahun untuk wanita, dan 10-17 tahun untuk laki-laki sudah dapat ditampilkan pada cabangcabang olahraga lainnya. Saat-saat kritis dari anak dalam fase pubertas ini terjadi ketika perubahan pertumbuhan secara dramatic, yaitu ketika beberapa anggota tubuh tampak tumbuh memanjang . maka dari itu , sistem latihan untuk atlet yang sedang tumbuh kembang pada fase ini harus betul-betul dipertimbangkan. Popovoci(Bompa,1994) menyatakan bahwa pada fase masa pubertas merupakan akhir dari perkembangan serabut tulang rawan maka dari itu latihan yang berat, seperti pada latihan kekuatan secara bertahap sudah dapat diberikan. 3. Fase masa pembentukan atlet nasional Fase ini mulai muncul beberapa faktor yang akan mempengaruhi proses keberhasilan identifikasi bakat, seperti tingkat kerumitan dan kepercayaan yang tinggi kepada kemampuan atlet untuk memenuhi syarat syarat yang diperlukan oleh cabang olahraga yang ditekuni. Maka dari itu , salah satu faktor utama yang harus diuji adalah kesehatan atlet , baik itu kesehatan secara faal maupun secara psikologi.

BAB III PENUTUP A. SIMPULAN Bakat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu dasar (kepandaian, sifat, pembawaan) yang dibawa dari lahir

Tujuan umum dari identfikasi bakat anak dan remaja adalah meningkatkan standar prestasi olahraga, yakni peningkatan standar pestasi pada kompetisi nasional dimaksimalkan melalui bakat yang dimiliki atlet pada cabang olahraga tertentu, menjadi sukses dikompetisi tingkat internasional Identifikasi bakat terhadap calon atlet perlu dilakukan dan dalam konteks ini yang dimaksud dengan identfikasi bakat adalah penjaringan terhadap anak-anak dan remaja dengan menggunakan tes-tes jasmani, fisiologis, dan keterampilan tertentu untuk mengidentifikasi poteensi-potensi yang dimiliki, agar berhasil dalam aktifitas olahraga yang dipilih. Identifikasi bakat yang dilakusan secara ilmiah mempunyai beberapa keuntugan bila dibandingkan dengan pendekatan alamiah, karena metode ilmiah memberikan kemungkinan bagi pelatih untuk dapat memlih calon atlet prospektif yang didukung dengan bukti-bukti kemampuan untuk cabang-cabang olahraga yang dilatihkan. Ada beberapa kriteria yang dapat dipergunakan untuk melakukan identifikasi bakat, yaitu: aspek biologis , aspek psikologis , umur, keturunan dan aspek lingkungan Dan secara umum identifikasi bakat terbagi dalam 3 fase yaitu : fase prapuberitas, fase puberitas dan pascapuberitas, fase masa pembentukan atlet nasional

B. SARAN Saran diperuntukkan kepada pelatih supaya lebih memperhatikan faktor bakat didalam menyeleksi atlet karena faktor bakat sangat mendominasi untuk pemilihan atlet berbakat, juga kepada ahli olahraga supaya mempertimbangkan aspek ilmiah di dalam mencari bakat atlet seperti melakukan tes-tes antropometrik kepada atlet.

DAFTAR PUSTAKA Hadisasmit,a M. Yusuf dan Syarifudin Aip, 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yudiana, Yunyun Dkk, 2007. Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka Islahuzzaman N. 2010, Identifikasi Bakat Usia Dini Siswa SD-SMP Surakarta, Paedagogia (Online), Jilid 13, No. 1, (http//perpustakaan.uns.ac.id, diakses 19 Maret 2012) Wahjoedi, 2007. Aspek psikofisik dalam rekrutmen atlet di lingkungan TNI/POLRI, Jurnal Iptek Olahraga (Online), Vol 3, No.6, (http//www.scribd.com, diakses 19 maret 2012)

Nugroho, Setyo, 2006. Pengembangan Instrumen Identifikasi Bakat Olahraga. Jurnal Iptek Olahraga. Vol. 8, No. 3. Jakarta: Asisten Deputi Iptek Olahraga Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Dan Olahraga Kementrian Negara Pemuda Dan Olahraga

You might also like