Professional Documents
Culture Documents
Oleh Kelompok VI: IZZUL ISLAMI DESI MUTIARATI M. IHWANUDIN H LITA HATI D P E BARA PRADIANSYAH P. NI MADE PRIMASARI D. AGUNG SARI W ABDUL KARIM N. AJENG DESTARA W TRI SUBIANTORO K1A005020 K1A005021 K1A005022 K1A005023 K1A005005 K1A005006 K1A005033 K1A005044 K1A005045 K1A005046
Pembimbing : dr. Agung SDL, MSc. PH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN PURWOKERTO 2008
I. Jurnal Reading ABSTRAK Tujuan Walaupun vaksinasi terhadap infeksi Haemophilus influenza type b (Hib) efektif dan secara rutin diberikan di Kanada sejak 1992, kasus penyakit infeksi ini tetap terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah kasus infeksi Hib adalah akibat daya proteksi vaksin yang menurun semenjak vaksin diberikan atau akibat efek pengrusakan akibat penggabungan vaksin Hib dengan vaksin lain. Penelitian ini melaporkan penyebab infeksi Hib pada anak yang diberikan vaksin dan tidak diberikan vaksin antara tahun 2001 hingga 2003 di Kanada. Metode Penelitian ini meneliti 12 pusat kesehatan tersier dengan melihat daftar harian, hasil laboratorium dan memeriksa kode diagnosis. Konfirmasi kultur yang diringkas oleh perawat dimonitoring oleh sistem pelaporan standar. Hasil Selama tiga tahun penelitian ini mengidentifikasi 29 kasus: 16 kasus pada tahun 2001, 10 kasus pada tahun 2002, 3 kasus pada tahun 2003. Sebagian dari 29 pasien menderita meningitis. Infeksi Hib lebih sering terjadi pada anak usia kurang dari 6 bulan (11 kasus) dan pada laki-laki (20 kasus). Dua kasus merupakan kasus dengan kematian. Sebanyak 20 anak tidak mendapatkan vaksin atau tidak melakukan vaksin secara lengkap karena penolakan orang tua (7 kasus), anak-anak dianggap terlalu muda untuk mendapatkan seri primer vaksinasi (11 kasus, termasuk 1 dimana penolakan orang tua juga faktor yang mendasarinya), dan penundaan terhadap pemberian vaksinasi secara lengkap. Interpretasi Infeksi invasif Hib termasuk infeksi yang jarang di Kanada, dengan kasus didominasi oleh anak-anak yang terlalu muda untuk mendapatkan vaksinasi secara
lengkap. Perlindungan oleh vaksinasi bertahan hingga usia anak-anak dan efek ini juga tidak berkurang jika vaksin yang diberikan adalah vaksin yang dicampur dan diberikan bersamaan.
A. Pendahuluan Hingga saat ini, Hib merupakan salah satu bakteri utama yang menyebabkan meningitis, epligotitis dan infeksi invasif lainnya pada anak-anak, menyerang 250 anak usia mencapai 5 tahun. Resiko infeksi tertinggi berada pada anak dengan usia 624 bulan. Haemophilus influenza berbentuk coccobacilus negatif Gram dengan ukuran 0,2-0,3 x 0,5-0,8 um, serta bersimpai, yang dapat diketahui dengan reaksi quelling memakai serum anti khas. Kuman-kuman tak bersimpai yang berasal dari sputum bentuknya sering memanjang dan menunjukkan sifat-sifat bipolar pada pewarnaan Gram. Haemophilus bersifat aerob dan anaeob fakultatif. Indol dibentuk oleh banyak Haemophilus influenza dan larut dalam empedu. Diferensiasi dari spesies lainnya terutama didasarkan atas keperluan pertumbuhan dan asal biak. Antigen penentu utama H. influenza yang bersimpai adalah polisakarida simpai. Polisakarida simpai ini menentukan khas tipe kuman dan menjadi dasar penggolongan kuman-kuman tersebut dalam 6 serotipe. Infeksi oleh H. influenza terjadi setelah menghirup droplet berasal dari penderita, penderita baru sembuh atau carrier. Manusia merupakan satu-satunya reservoir bagi kuman ini. Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh haemophilus influenza tipe b yang disebabkan oleh bakteri. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis (radang selaput otak), pneumonia (radang paru) dan infeksi tenggorokan.
OMP
C C
Antibodi terhadap kapsular polisakarida Hib atau PRP (polyribosyl ribitol phosphate) membentuk dasar pertahanan. Vaksin konjugat protein PRP yang merangsang respon anti-PRP telah digunakan sebagai konsep vaksin di Kanada sejak 1992. Vaksin ini diberikan 4 kali pada usia 2,4,6 dan 15-18 bulan. Sejak 1995, vaksin Hib diberikan dikombinasikan dengan vaksin pertusis ( whole-cell pertussis) atau pertusis aseluler. Infeksi Hib secara invasif telah dimonitor sejak 1992 oleh IMPACT (Immunization Monitoring Program) di rumah sakit anak di Kanada. Pada tahun 1985, sebelum vaksin Hib diperkenalkan, sebanyak 485 kasus dilaporakan dari 10 sentral yang berpartisipasi dengan IMPACT. Kasus total menurun secara progresif setelah vaksin diperkenalkan. Vaksin ini tergolong baru sehingga pengawasan dan survey terus dilakukan. Berbagai pertanyaan mengenai keefektifan vaksin muncul yaitu mengenai durasi perlindungan dari vaksin tersebut. Adanya kasus yang meningkat baru-baru ini di United Kingdom dan Kanada menimbulkan keingintahuan mengenai pengaruh terjadinya kasus total dengan vaksin baru yang dikombinasikan dengan konjugat pneumococus, meningococcus grup C serta hepatitis B. Respon dapat menurun manakala bayi diberikan vaksin konjugat yang mengandung protein karier yang sama dimana tidak bersamaan dengan PRP-T dan vaksin konjugat pneumococcus. Bagaimanapun, hal ini belum dapat dijelaskan dengan pasti. B. Metode Secara singkat, IMPACT meneliti secara oebservasi sebanyak 12 tempat sentral rumah sakit anak mewakili 90% sentral rumah sakit anak tingkat tersier di Kanada. Sebanyak 45% anak-anak Kanadian tinggal dekat dengan pusat rumah sakit anak yang terafiliasi IMPACT. Monitoring dibantu oleh perawat dengan memperhatikan pasien yang dirawat sehari-hari dan hasil laboratorium mikrobiologi. Isolat Hib didapat secara steril dari cairan tubuh (darah dan cairan spinal). Kasus satu persatu dimonitor dan dirangkum dengan formulir yang spesifik. Detail informasi mencakup alasan pemberian vaksin dari dokter, dan departemen kesehatan. Penelitian menggunakan t distribution untuk
menghitung 95% interval kepercayaan untuk nilai tengah seluruh kasus. Proyek penelitian telah diterima oleh lembaga etika. C. Hasil Tabel 1. Karakteristik Hasil Penelitian Karakteristik Umur 5 bulan 6-12 bulan 1-2 tahun 3-5 tahun 6 tahun Rasio jenis kelamin Kematian Tempat tinggal Kota IMPACT Kota lain Klinis Meningitis Pneumonia Epiglotitis Artritis septik Selulitis Bakteremia Kegagalan Imunisasi Sehat sebelumnya Imunokompomise Kondisi kronis, imun normal Total Imunisasi tidak lengkap Penolakan orang tua 3 4 3 3 3 0 9 7 9 2 2 1 1 1 0 2 1 5 2 2 0 0 1 2 1 0 1 2 0 0 0 0 0 1 2 15 6 4 1 1 2 2 4 3 2001 7 3 4 1 1 12:4 1 4 12 Jumlah kasus 2002 2003 4 1 2 1 2 5:5 1 5 5 0 0 0 1 2 3:0 0 2 1 Total = 29 11 4 6 3 5 20:9 2 11 18
7 2 0 13
4 0 1 8
0 0 0 0
11 2 1 21
Selama 3 tahun penelitian didapatkan sebanyak 29 kasus. Faktor predisposisi yang terdapat pada 8 anak diantaranya adalah disgamaglobulinemia, hipogamaglobulinemia, sindrom nefrotik dengan pemberian kortikosteroid, pengguna ventrikuloperitoneal shunt, infeksi HIV dan hipofisektomi intranasal. Seluruhnya mendapatkan 1 atau lebih dosis vaksin Hib. Riwayat vaksinasi didapatkan dari setiap anak. Sembilan kasus merupakan gagal vaksin yaitu adanya infeksi Hib empat hari hingga seminggu setelah vaksinasi lengkap. Hanya dua anak yang sebelumnya sehat, selebihnya adalah anak-anak dengan imunokompromise dan penyakit kronis. Lima anak telah mendapatkan dosis vaksin kombinasi (difteria, tetanus toxoid, pertusis aselular, poliomielitis dan konjugat protein Hib). Dari kelima anak tersebut, 4 diantaranya mempunyai faktor predisposisi dan 1 anak yang sehat sebelumnya. Tiga anak telah mendapatkan 3 vaksin primer (difteri pertusis aselular dan Hib) dan dua diantaranya mempunyai faktor predisposisi sedangkan satunya sebelumnya sehat. Satu mengalami kegagalan vaksin setelah sepuluh tahun sejak pemberian vaksin primer Hib dan menderita infeksi HIV. Sebanyak dua puluh anak tidak mendapatkan vaksinasi atau tidak mendapatkan vaksinasi secara lengkap. Penolakan orang tua terhadap vaksinasi berhubungan dengan adanya infeksi invasif anak (7 kasus), enam diantaranya terlalu tua untuk mendapatkan vaksinasi secara lengkap. Empat anak yang tidak mendapatkan vaksinasi secara lengkap atau tidak mendapat vaksinasi karena penolakan orang tua, 4 diantaranya menderita meningitis dan 2 anak menderita epiglotitis. Sebelas anak terlalu muda untuk melengkapi vaksinasi; 3 diantaranya terlalu muda untuk mendapatkan dosis pertama, 6 anak baru mendapatkan dosis pertama, 1 anak baru mendapatkan dosis kedua dan 1 anak belum mendapatkan vaksinasi di usianya yang 5
bulan. Dua anak yang berumur lebih dari 6 bulan belum melengkapi vaksinasi seri primer. Satu anak berumur 11 bulan tidak diketahui alasan tidak melengkapi vaksinasi. Sebanyaknya 7 anak teridentifikasi selama periode penelitian di daerah Yukon, Nuvanut, Northwest. Masing-masing menderita meningitis, dimana menyebabkan satu kematian. Sebanyak 6 anak telah mendaoatkan dosis vaksinasi minimal sekali,hanya 2 anak yang telah melengkapi vaksinasi seri primer. D. Interpretasi dan Pembahasan Pada bayi baru lahir dan anak kecil (usia dibawah 5 tahun), H. influenza type b menyebabkan bakterimia dan meningitis bacterial akut. Pada kondisi tertentu, dapat menyebabkan epiglotitis (laryngitis obstruktif), selulitis, osteomielitis, dan infeksi persendian. H. influenza tidak bertipe menyebabkan infeksi pada telinga (otitis media), dan sinusitis pada anak-anak, dan juga berhubungan dengan infeksi saluran napas (pneumonia) pada bayi baru lahir, anak-anak, dan dewasa. Tujuh serotype dari bakteri telah teridentifikasi dalam dasar dari kapsul polisakarida. H. influenza tipe b adalah serotype yang paling berperan dalam kejadian meningitis. Penyakit yang disebabkan oleh H. influenza biasanya muncul pada traktus respiratorius bagian atas terlebih dahulu ebagai nasofaringitis dan selanjutnya dapat diikuti oleh sinusitis dan otitis, dan memungkinkan untuk terkena penyakit pneumonia. Pada kasus yang berat, dapat muncul bakterimia, yang menyebabkan infeksi pada persendian ataupun meningitis. Patogenesis infeksi H. influenza masih belum sepenuhnya dimengerti, walaupun kehadiran dari kapsul polisakarida tipe b diketahui sebagai faktor utama dalam virulensi. Organisme berkapsul dapat mempenetrasi epitel nasofaring dan menginvasi darah kapiler secara langsung. Kapsul mereka memungkinkan untuk bakteri selamat dari fagositosis dan mediator komplemen lisis pada host yang sistem imunnya rendah. Strain tidak bertipe (tidak berkapsul) kurang invasive, tetapi lebih dapat menginduksi respon inflamasi yang menyebabkan terjadinya penyakit. Transmisi dengan kontak langsung atau dengan inhalasi droplet saluran napas. Kolonisasi bakteri menginvasi mukosa dan memeasuki aliran darah. Kehadiran dari antibody, komplemen, dan fagosit menentukan pembersihan dari bakterimia. Sifat
antifagositic dari kapsul Hib dan adanya antibody antikapsular memungkinkan untuk terjadinya peningkatan proliferasi bakteri. Saat konsentrasi bakteri meningkat pada level kritis, bakteri dapat menyebar ke berbagai macam tempat, termasuk meningen, jaringan subkutan, sendi, pleura, pericardium, dan paru-paru. IMPACT mengelola sekitar setengah dari anak-anak yang terkena infeksi Hib di Kanada. Penelitian mulai dilakukan melihat angka kesakitan mencapai 16 di tahun 2001. Penurunan kemudian terjadi di tahun 2002, dimana kasus yang ada adalah 10 dan ditahun berikutnya, 2003, sebesar 3 kasus. Selama 8 tahun terakhir, kasus yang tercatat oleh IMPACT berkisar antara 3-16, dengan rata-rata 8,4 (95% CI: 5,1-11,7). IMPACT mengusahakan agar kasus total tahun berikutnya dapat turun berada di area rata-rata ini. Observasi terhadap kegagalan pemberian vaksin setelah pencanangan pemberian vaksin PRP-T adalah bahwa kasus yang terjadi berkisar antara 1-4, pertahun selama periode 2001-2003. Hal ini merupakan bukti bahwa efektivitas regimen vaksinasi, baik produk dan jadwal, adalah stabil. Sebanyak 9 kegagalan vaksin, hanya 2 anak yang sebelumnya sehat dan sisanya merupakan anak dengan imunokompromise atau dengan faktor predisposisi. Tidak ada indikasi penurunan proteksi dari vaksin Hib pada anak-anak yang menderita infeksi Hib. Penolakan orang tua untuk menyertakan anaknya divaksinasi dan melengkapi vaksinasi terhitung berkontribusi 1,25 kali pada kasus ini. Orang tua seharusnya diberikan informasi mengenai konsekuensi yang akan dihadapi anak akibat tidak divaksin atau tidak melengkapi vaksin. Anak dengan umur muda berkontribusi terhadap 1,3 kasus yang terjadi. Perlindungan terhadap anak yang diberikan vaksin mucul setelah pemberian vaksin yang pertama atau yang kedua. Beberapa kasus pada anak dibawah 5 tahun tidak dapat terlindungi oleh regimen vaksin. Hal ini tidak biasa dikarenakan antibodi yang didapat dari materbal tidak cukup untuk melindungi. Saat resiko penyakit meningkat diantara anak-anak, seperti di komunitas Alaskan, vaksin Hib yang berbeda (PRP-Outer Membran Protein berkonjugasi dengan membran protein luar dari Neisseria meningitidis) bermanfaat karena dapat menimbulakan perlindungan setelah pemberian dosis yang pertama atau yang kedua. Penggunaan vaksin tersebut mungkin dapat
mencegah kasus lebih lanjut. Sensus menunjukan bahwa sebanyak 4836 anak-anak berumur hingga 3 tahun di tahun 2001, sehingga 5 kasus yang terinfeksi Hib merefleksikan bahwa insidensi kasus minimal 103,4 per 100.000, sedangkan laporan di kanada tahun 2000, insidensinya adalah 1 per 100.000 pada anak umur tersebut. Perlindungan oleh vaksinasi bertahan hingga usia anak-anak dan efek ini juga tidak berkurang jika vaksin yang diberikan adalah vaksin yang dicampur dan diberikan bersamaan. Telah diobservasi bahwa kombinasi vaksin Hib (Haemophilus influenzae Tipe b) dengan vaksin pertusis aselular mengakibatkan penurunan kekuatan respon antibodi anti-polyriboseribitolphosphate dibandingkan jika vaksin diberikan secara terpisah atau tidak dicampur. Meskipun demikian, kualitas dan fungsi dari respon imun tidak berkurang. Kombinasi vaksin juga tetap menimbulkan proses opsonofagositik dan aktivitas bakterial. Efektivitas vaksin Hib terhadap terjadinya pneumonia belum banyak dilaporkan, namun penelitian di Brazil menyebutkan bahwa pemberian vaksin konjugat Hib efektif dalam penurunan kejadian pneumonia pada bayi. Pneumonia merupakan penyakit yang menempati urutan kedua yang menyebabkan kematian pada bayi dibawah 5 tahun di negara yang rendah pendapatan penduduknya. Oleh karena itu penggunaan vaksin Hib ini direkomendasikan untuk diberikan kepada bayi untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan. Efektivitas vaksin Hib terhadap terjadinya pneumonia belum banyak dilaporkan, namun penelitian di Brazil menyebutkan bahwa pemberian vaksin konjugat Hib efektif dalam penurunan kejadian pneumonia pada bayi. Pneumonia merupakan penyakit yang menempati urutan kedua yang menyebabkan kematian pada bayi dibawah 5 tahun di negara yang rendah pendapatan penduduknya. Oleh karena itu penggunaan vaksin Hib ini direkomendasikan untuk diberikan kepada bayi untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan. Interpretasi yang dapat dari penelitian ini adalah bahwa infeksi Hib merupakan infeksi yang berbahaya sehingga anak-anak diharuskan melengkapi seri vaksinasi. Infeksi invasif Hib termasuk infeksi yang jarang di Kanada, dengan kasus didominasi oleh anak-anak yang terlalu muda untuk mendapatkan vaksinasi secara lengkap.
Judul penelitian ini adalah Invasive Haemophilus influenzae type b infections in vaccinated dan unvaccinated children in Canada, 2001-2003. Telaah kritis yang dapat diamati dari judul adalah bahwa judul tergolong singkat atau tidak terlalu panjang. Judul juga menggambarkan isi utama penelitian yaitu ingin melihat banyaknya kasus pada tahun 2001-2003 dan melihat resiko yang menyebabkan peningkatan kasus. Judul sudah memenuhi kaidah penulisan yaitu tidak menggunakan singkatan, jelas serta menggambarkan isi utama penelitian B. Peneliti dan Institusi Nama-nama peneliti dituliskan setelah judul dan juga mencantumkan afiliasi dari penelti, yaitu IMPACT. C. Abstrak Abstrak tidak terdiri dari satu paragraf namun telah memenuhi kaidah yaitu tersusun secara terstrukur, yaitu terbagi atas bagian latar belakang, metode, hasil dan interpretasi. Secara keseluruhan, abstrak bersifat informatif. Jumlah kata lebih dari 250 kata. D. Pendahuluan Pendahuluan terdiri dari dua paragraf dan dua bagian, dimana hal ini merupakan syarat yang baik bagi pendahulan. Namun, paragraf utama tidak cukup mengemukakan mengenai alasan dilakukannya penelitian. Paragraf pertama hanya mengemukakan mengenai fakta bukan masalah. Penjabaran mengenai masalah, alasan dan tujuan penelitian terletak pada paragraf kedua, dimana tidak terdapat hipotesis, melihat bahwa penelitian ini bersifat observasional. Paragraf didukung oleh kepustakaan yang relevan dan terdiri kurang dari satu halaman dan tanpa penjabaran yang berlebihan sehingga dapat membuat pembaca lebih mudah memahami latar belakang. E. Metode
Metode penelitian menyebutkan mengenai desain, tempat penelitian dan waktu penelitian. Populasi terjangkau yang mewakili populasi seluruhnya telah disebutkan. Penelitian ini menggunakan total sampling kasus yang terjadi pada 12 pusat penelitian yang terafiliasi IMPACT, dimana sejumlah tersebut mewakili 90 % kasus yang terjadi keseluruhan di pusat penelitian IMPACT. Disebutkan bahwa sekitar 45% anak-anak Kanadian tinggal dekat dengan pusat kesehatan anak yang terafiliasi IMPACT, namun hal ini tidak mencerminkan populasi keseluruhan karena tidak menyebutkan jumlah keseluruhan populasi yang ada di Kanada. Pada bagian metode, peneliti kurang menjabarkan mengenai kriteria inklusi dan eksklusi. Dari hasil yang didapatkan dijabarkan mengenai seluruh kasus yang meliputi gejala klinis infeksi Hib, alasan melakukan vaksinasi, umur anak, jumlah kasus gagal vaksin dan tempat tinggal penderita. Namun hal-hal ini tidak dijabarkan pada bagian metode, sehingga pembaca yang membaca bagian metode kurang paham mengenai kriteria eksklusi dan inklusi. Cara pemilihan subyek telah dijabarkan. Penderita infeksi Hib dipilih berdasarkan jumlah kasus total tanpa pengacakan. Perkiraan jumlah sampel tidak dijabarkan karena perkiraan seluruh populasi terinfeksi tidak disebutkan. Observasi, pengukuran dan intervensi tidak dirinci dengan jelas, sehingga penelitian ini tidak dapat diulangi atau dicoba oleh peneliti lain. Pada metode, peneliti menjelaskan mengenai obeservasi, pengukuran dan intervensi secara tidak lengkap. Secara umum, metode hanya menjabarkan mengenai cara monitoring penderita dan sampel yang diambil relevan dengan apa yang akan dicari. Informasi yang didapat dari masing-masing penderita dikontrol dengan ketat. Pengambilan informasi menggunakan formulir spesifik. Monitoring dilakukan oleh petugas kesehatan dan pengecekan terhadap hasil lab mikrobiologi juga dilakukan untuk memastikan diagnosis adanya infeksi Hib. Definisi istilah dan varibel penting tidak dikemukakan dengan jelas. Ethical clearance diperoleh dari research ethic board, namun tidak dijabarkan mengenai adanya persetujuan dari subyek mengenai penelitian yang akan dilakukan terhadapnya. Hal ini kemungkinan karena penelitian dilakukan dengan mengambil data pasien yang telah ada di rekam medis.
Penelitian juga menyebutkan bahwa hasil penelitia, jumlah kasus, dikalkulasi dengan statistika distribusi t dengan interval kepercayaan 95%. Karena penelitian ini bersiat observasional, tujuan penelitian mengenai adanya keterkaitan atau hubungan adanya penolakan orang tua terhadap vaksin dan efektivitas pemberian regimen vaksin bersama dengan vaksin lain terhadap kasus yang terjadi tidak disimpulkan dengan uji statistika. Sehingga hasil yang didapat tidak dapat disimpulkan mengenai seberapa kuat dan bagaimana hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan adanya kasus yang terjadi. Hal ini tidak mencerminkan tujuan penelitian dengan baik. Alangkah baiknya jika penelitian ini disertai dengan kesimpulan mengenai seberapa besar dan kuat hubungan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kasus yang terjadi. F. Hasil Hasil disertakan dengan tabel karakteristik subyek penelitian yang merupakan alat bantu yang mempermudah pembaca untuk memahami. Subyek hasil penelitian disebutkan dengan karakteristik yang jelas. Analisis dilakukan dengan uji yang sesuai. Uji statistik untuk menyimpulkan nilai rerata pada populasi terinfeksi adalah dengan t distrubusi dengan interval kepercayaan yang sesuai yaitu 95%. G. Interpretasi Pada interpretasi, peneliti menjabarkan mengenai hasil dan interpretasi dari hasil. Diskusi dihubungkan dengan pertanyaan penelitian. Pada penelitian observasional ini, peneliti menjabarkan bahwa rata-rata kasus infeksi Hib di Kanada adalah 8,4 kasus (95% CI: 5,111,7). Hal ini menjadi acuan agar tahun berikutnya kasus dapat turun. Penjabaran mengenai hubungan antara faktor-faktor resiko dan predisposisi terhadap kasus yang terjadi dijelaskan dengan besarnya persentase. Faktor yang berperan terhadap terjadinya kasus adalah penolakan orang tua terhadap pemberian vaksinasi, berperan dalam 1, 25 kasus. Umur muda juga merupakan faktro resiko terjadinya infeksi Hib, berkontribusi sebanyak 1,3 kasus baru. H. Ucapan Terima Kasih dan Daftar Pustaka
Peneliti mencantumkan ucapan terima kasih kepada orang yang tepat dan wajar serta tidak berlebihan. Daftar pustaka ditulis dengan metode Vancouver dan disusun sesuai kaidah penulisan yang benar. I. Lain-lain Jurnal ditulis dengan bahasa yang baik dan benar, informatif hemat kata dan efektif serta ditulis dengan ejaan yang taat asas.
Daftar Pustaka
1. Scheifele, D., S. Halperin., B. Law., A.King. Invasive Haemophilus influenzae type b infections in vaccinated and unvaccinated children in Canada. CMAJ. 2005; 172: 53-6. 2. Andrade, A.L., J.G. Andrade., Martelli, C.M., S.A. Silva., R.M. Oliveira., M.S. Costa. Effectiveness of Haemophilus influenzae b Conjugate Vaccine on Childhood Pneumonia: a Case Control Study in Brazil. Int J Epidemiol. 2004; 33: 173-81. 3. Denoel, P.A., D. Goldblatt., I. Vleeschauwer., J-M. Jacquet., M.E. Pichichero., J.T. Poolman. Quality of the Haemophilus influenzae Type b (Hib) Antibody Response Induced by Diphtheria-Tetanus-Acellular Pertussis/Hib Combination Vaccines. Clin and Vaccine Immunol. 2007;14: 1362-69. 4. Sastroasmoro dan Ismael. Dasar-dasar metodologi penelitian. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto. 2002. 5. Olowokure, B., J. Hawker., I. Blair., N. Spencer. Decrease in effectiveness of routine surveillance of Haemophilus influenza disease after introduction of conjugate vaccine: comparison of routine reporting with active surveillance system. BMJ. 2000; 321: 731-2. 6. McVernon, J., C.L Trotter., M.P.E. Slack., M.E. Ramsay. Trends in Haemophilus influenza tybe b infections in adults in England and Wales : Surveillance study. BMJ. 2004; 329: 655-8. 7. _____. Haemophilus influenza. Available at www.cdc.gov/vaccines/pubs/vis/downloads/vis-hib.pdf. 8. Todar. Haemophilus influenza. Available at www.tectbookofbacteriology.net/haemophilus.html.