You are on page 1of 9

PENGAMBILAN GIGI IMPAKSI SEBAGIAN DENGAN CARA ODONTEKTOMI

Operator: Darra Ayu Nindyasari 0716101010067

Instruktur:

drg. Budi Yuwono, M.kes

LABORATORIUM BEDAH MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2013

I.

Identitas Penderita Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : Yusuf Anwar : 25 tahun : laki-laki : mahasiswa : jln. Letjen suprapto Gang 5/18 jember

II.

Keluhan Utama Gigi belakang bawah kiri sakit.

III.

Anamnesa Gigi belakang kiri bawah yang tumbuh kurang lebih 6 bulan yang lalu dan pernah terasa sakit sejak 2 minggu yang lalu. Pasien juga merasa tidak nyaman pada gigi tersebut apabila digunakan untuk makan. Keadaan sekarang tidak sakit.

IV.

Kajian Rontgenologis Gambar:

1. Klasifikasi Hubungan antara ramus mandibula dengan gigi molar kedua Klas II, ruang diantara ramus dan sisi distal M2 lebih kecil dari diameter mesiodistal mahkota gigi M3 2. Letak kedudukan gigi impaksi terhadap gigi molar kedua Posisi A : Bagian yang paling tinggi dari gigi M3 terletak pada ketinggian yang sama atau diatas garis oklusal

3. Posisi sumbu panjang gigi impaksi terhadap sumbu panjang gigi Molar kedua adalah posisi vertikal 4. Jumlah / bentuk akar gigi impaksi Jumlah akar gigi ganda dan menguncup. 5. Indeks kesulitan -Hubungan dengan rahang Vertikal -Kedalaman level A -Ruangan yang tersedia klas II tingkat kesulitan j 2 6 (minimal) 1 Nilai 3

IV.

Diagnosa Impaksi sebagian pada gigi 38 dengan posisi vertikal, relasi terhadap ramus klas II, dan kedalaman pada level A.

V.

Cara Pengambilan Gigi Impaksi M3 Metode yang digunakan adalah odontektomi yaitu pengambilan gigi impaksi secara utuh dengan cajra menghilangkan jaringan penghambat (jaringan lunak = gingival, jaringan keras = tulang alveolar), yang dilanjutkan dengan mengungkit gigi impaksi sampai keluar. Jika tidak memungkinkan, maka dilakukanj odontotomi, yaitu pengambilan gigi impaksi dengan terlebih dahulu memotong atau membelah gigi tersebut.

VI.

Alat dan Bahan Alat yang digunakan: Alat dasar : kaca mulut, sonde, pinset kedokteran gigi, dan ekskavator Alat untuk anastesi : disposible syringe 3 ml Alat untuk membuat flap : handle scalpel dan blade, rasparatorium, dan pinset anatomis

Alat untuk membuang jaringan keras penghambat : high speed, long shank bur, bur tulang, chisel dan hammer

Alat pengungkit : bein bengkok, bein lurus (besar dan kecil) dan cryer Alat pencabutan : tang mahkota gigi molar rahang bawah, tang sisa akar rahang bawah dan tang trismus / frontal

Alat penjahitan : needle holder, needle cutting edge, gunting dan pinset sirurgis

Alat lain : neirbecken, cheek retraktor, knable tang, water syringe, tempat alkohol, kain penutup wajah, lap dada, bone file, kuret, duck clamp, petridish, suction, cotton roll, deppen glass dan arteri clamp.

Bahan yg digunakan: Betadine antiseptik, pehacain, vaselin, alkohol 70%, larutan PZ,

aquadest steril, adrenalin, benang non absorble, cotton pellet dan tampon.

VII.

Tahap pelaksanaan 1. Persiapan alat dan bahan operasi 2. Persiapan penderita Informed consent, persetujuan pasien terhadap tindakan operasi setelah diberi penjelasan tentang kemungkinan komplikasi operasi, yaitu: a. Terjadinya trismus sementara (sulit membuka mulut). b. Terjadinya bengkak ekstra oral sementara. c. Terjadinya parestesi. d. Terjadinya fraktur mandibula. Pemeriksaan tanda-tanda vital pre-operasi, meliputi: pemeriksaan

tensi, nadi, respirasi dan trismus pre-operasi.

3. Persiapan operator, dan asisten operasi a. Ass. Op 1 : membantu operator saat operasi berlangsung memegang suction dan cheek retractor

b. Ass. Op 2 : mempersiapkan alat-alat operasi membantu mengambilkan alat pada saat operasi berlangsung

c. Ass. Op 3 : melaporkan semua tahapan dan kegiatan operasi kepada instruktur mencatat waktu tahapan-tahapan operasi

4. Asepsis Intraoral : caranya berkumur dengan larutan betadine.

Ekstraoral : Mengulasi dengan betadine pada daerah bibir dari bagian tengah dengan gerakan memutar kearah luar searah jarum jam (tidak searah jarum jam boleh, asalkan konsisten), kemudian pipi, leher sampai ke leher bagian belakang. Kemudian diulasi vaseline untuk membuat daerah operasi menjadi licin agar alat-alat tidak melukai bibir. 5. Anastesi lokal dengan pehacain -Blok N. Alveolaris Inferior -Blok N. Lingualis -Infiltrasi N. Buccalis 1 0,5 0,5 cc cc cc

Cek anastesi secara subyektif (menanyakan pada pasien apakah sudah kebas pada daerah 2/3 anterior lidah, bibir bawah dan sudut mulut) dan secara objektif dengan menggunakan tes sonde. 6. Pembuatan flap -Tipe -Bentuk : Mukoperiosteal flap : Trapezoid

-Syarat insisi : 1. harus di jaringan sehat. 2. harus berlandaskan tulang supaya gerakan terkontrol dan pada saat penjahitan flap tidak mudah putus.

3. Gerakan satu arah 4. Basis insisi harus lebih lebar supaya mudah dalam vaskularisasi Cara : insisi dimulai dari awal vertical sebelah lingual dari linea

oblique eksterna ramus ascenden yaitu sepanjang 1-2 cm sebelah distal gigi impaksi, diarahkan pada distolingual gigi tersebut. Kemudian menyusuri tepi gingival sebelah bukal mengelilingi gigi impaksi sampai daerah interproksimal antara molar kedua dan molar ketiga RB. Insisi diteruskan ke arah lipatan mukosa bukal dengan membentuk sudut 45 derajat, selanjutnya jaringan tersebut dipisahkan dengan tulang menggunakan raspatorium hingga tulang alveolar tampak. Gambar:

7. Menghilangkan jaringan penghambat dilakukan dengan memotong tulang alveolar pada sisi distal dan sisi bukal gigi impaksi hingga kelengkungan terbesar gigi terbebaskan. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan jaringan penghambat, memberikan lapang pandang, sebagai tempat tumpuan Gambar:

8. Apabila seluruh mahkota terbuka, maka gigi impaksi diungkit/digoyang secara utuh dengan elevator, kemudian dengan menggunakan tang. Gambar:

9. Bila tidak berhasil maka sebagai tindakan alternatif kedua dilakukan pemotongan akar gigi menjadi dua bagian dan dikeluarkan satu persatu.

10. Menghaluskan tulang-tulang yang tajam dengan bone file 11. Debridement, dapat dilakukan dengan: Curettage pada soket dengan menggunakan alat kuret untuk mengangkat serpihan tulang. Irigasi dengan larutan PZ atau aquadest steril untuk menghilangkan serbuk gigi dan tulang sisa pengeburan. 12. Kontrol perdarahan Saat operasi Perdarahan normal : druk dengan tampon

Perdarahan abnormal : druk dengan tampon dan adrenalin

Post operasi Perdarahan normal : druk dengan tampon Perdarahan abnormal : druk dengan tampon dan adrenalin, pemberian vitamin K dan bila terjadi perdarahan cukup besar, dilakukan cauterisasi pembuluh darah diikat.. 13. Menutup luka operasi: Melakukan penjahitan 3 simpul (simple interupted suture), yaitu: -2 simpul didaerah oklusal gigi impaksi -1 simpul didaerah bukal

Gambar:

14. Instruksi post odontektomi Penderita dianjurkan menggigit tampon selama 30-60 menit Daerah luka tidak boleh dimainkan dengan lidah dan dihisap-hisap Tidak boleh kumur keras-keras setelah operasi Selama 24 jam setelah operasi tidak boleh makan dan minum yang panas Jika ada pembengkakan setelah 24 jam disarankan kumur-kumur air garam hangat Disarankan untuk banyak istirahat

Disarankan untuk meningkatkan kebersihan mulut Disarankan untuk minum obat secara teratur sesuai resep yang diberikan.

15 .Pemberian Resep R/ Amoxycillin tab 500 mg No.XII 3 dd 1

R/ Asam mefenamat tab 500 mg No. XII 3 dd 1

16. Kontrol I. 24 jam post odontektomi tujuan untuk kontrol perdarahan, keradangann kebersihan daerah operasi dan kontrol jahitan. II. 3 hari post odontektomi tujuan untuk mengetahui proses radang reda atau belum, kontrol kebersihan daerah operasi III. 7 hari post odontektomi tujuan untuk mengetahui penyembuhan tulang dan membuka jahitan.

You might also like