You are on page 1of 9

PENGARUH KRISIS SUBPRIME MORTGAGE DI AMERIKA SERIKAT TAHUN 2008 TERHADAP PEREKONOMIAN AMERIKA SERIKAT DAN DUNIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca Perang Dingin Amerika Serikat telah menjelma sebagai satu-satunya negara adidaya yang menguasai hampir seluruh aspek kehidupan di dunia. Mulai dari politik, militer, hingga ekonomi. Rentan waktu antara 1991-2001 adalah masa-masa keemasan Amerika Serikat di mana negara tersebut memiliki perekonomian yang sangat kuat. Hal ini membuat Amerika merajai perekonomian di hampir seluruh dunia. Keberhasilan Amerika ini tidak lepas dari peran swasta yang mendominasi kehidupan perekonomian di dalam Amerika Serikat yang akhirnya mempengaruhi perekonomian dunia. Amerika Serikat adalah negara yang paling berperan dalam pembuatan kebijakan ekonomi dunia. Amerika Serikat juga merupakan inisiator dari banyak pertemuan di dunia yang membahas tentang permasalahan ekonomi mulai dari GATT, putaran Uruguay, G-7, dan yang paling baru adalah G-20. Bisa dikatakan juga bahwa kini Amerika Serikat adalah negara yang memimpin rejim perekonomian dunia (melalui WTO, IMF, dan World Bank). Perdagangan internasional baik sektor riil maupun non riil mulai dari jual-beli saham, obligasi, hingga bisnis properti tak dapat lepas dari pengaruh Amerika Serikat. Mengingat hal-hal tersebut di atas, tak ayal jika masalah di Amerika Serikat akan berpengaruh terhadap banyak negara di dunia. Salah satunya dari sekian banyak masalah Amerika Serikat yang berpengaruh terhadap perekonomian dunia adalah krisis subprime mortgage yang terjadi pada tahun 2008. Akibat krisis kredit perumahan ini terhadap perekonomian dunia seolah semakin mempertegas pengaruh Amerika Serikat di dunia. Banyak yang tidak menyangka bahwa Amerika Serikat yang merupakan negara besar dapat terkena krisis ekonomi. Beberapa kalangan berpendapat bahwa ini adalah akibat dari kesalahan kebijakan yang diambil, ada pula sebagian yang melihat masalah ini sebagai akibat dari gaya hidup masyarakat Amerika Serikat yang senang berkredit. Makalah ini akan menjelaskan secara singkat mengenai krisis subprime mortgage yang
1

terjadi di Amerika serikat mulai dari penyebab hingga akibat apa yang ditimbulkannya baik di Amerika Serikat maupun beberapa negara di dunia.

B.

Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis berusaha merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan krisis Subprime Mortgagedan mengapa krisis tersebut bisa terjadi di Amerika Serikat? 2. Apa dampak krisis Subprime Mortgage bagi Amerika Serikat dan Dunia? 3. Apa yang dilakukan Bank Sentral Amerika Serikat untuk memulihkan perekonomian di Amerika Serikat?

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Krisis adalah situasi yang merupakan titik balik (turning point) yang dapat membuat suatu keadaan bertambah baik atau bertambah buruk. Jika merujuk pada istilah ekonomi, krisis dapat diartikan sebagai perubahan tajam menuju resesi

(http://id.wikipedia.org/wiki/krisis). Sedangkan Subprime Mortgage adalah paket kredit kepemilikan rumah yang ditujukan untuk orang-orang miskin Amerika

(http://gatosoideas.blogspot.com/2007/08/faq-krisis-subprime-mortgage.html). Jadi dapat ditarik pengertian bahwa krisis subprime mortgage adalah resesi yang disebabkan oleh paket kredit perumahan. B. Asal Mula Terjadinya Krisis Subprime Mortgage Krisis subrime mortgage bermula sejak tahun 2001. Pada 2001-2005, pertumbuhan perumahan di Amerika Serikat menggelembung seiring rendahnya suku bunga perbankan akibat bangkrutnya indutri dotcom yang sejak 1995, industri dotcom

(saham-saham teknologi) di AS lebih dulu booming, namun bangkrut dan menyebabkan banyak perusahaan jenis ini tak mampu membayar pinjaman ke bank. Untuk menyelamatkan mereka, The Fed (Bank sentral Amerika Serikat) menurunkan suku bunga, sehingga suku bunga menjadi rendah. Suku bunga yang rendah dimanfaatkan pengembang dan perusahaan pembiayaan perumahan untuk membangun perumahan murah dan menjualnya melalui skema subprime mortgage. Gelembung perumahan ini terjadi di banyak negara bagian, seperti California, Florida, New York, dan banyak negara bagian di barat daya. Saat bisnis perumahan mulai booming pada tahun 2001, banyak warga AS yang hanya memiliki uang pas-pasan membeli rumah murah melalui skema subprime mortgage. Pada tahun 2006, ketika koreksi pasar mulai menyentuh gelembung bisnis perumahan di AS, Robert Shiller (ekonom Universitas Yale) memperingatkan bahwa harga rumah akan naik melebihi aslinya. Menurutnya koreksi pasar ini, bisa berlangsung tahunan dan menyebabkan penurunan nilai rumah-rumah tersebut hingga miliaran dolar AS. Peringatan itu mulai terbukti ketika pada akhir 2006 sebanyak 2,5 juta warga AS yang membeli rumah melalui skema tadi tak mampu membayar cicilan. Harga rumah yang mereka kredit melambung tinggi, bahkan ada yang sampai 100% dari nilai awalnya. Akibatnya, menurut laporan perusahaan penyedia data penyitaan rumah di AS, RealtyTrac, sebanyak itu pula, rumah yang akan disita dari penduduk AS. RealtyTrac mencatat pengumuman lelang sebanyak 179.599 yang mencakup 2,5 juta rumah yang dinyatakan disita karena gagal bayar. Ini adalah jumlah penyitaan terbanyak selama 37 tahun. Penyitaan besar-besaran ini jelas dapat menimbulkan banyak warga AS menjadi tuna wisma mendadak, dan bisa menjadi masalah sosial baru. Tidak semua warga negara AS memiliki uang yang cukup untuk membeli rumah atau memiliki sejarah kredit yang baik. Kebanyakan dari mereka adalah pengangguran, pekerja-pekerja seperti office boy, pedagang kecil, dan pembersih rumah atau kantor. Sebenarnya, mereka dianggap tidak layak mendapatkan pinjaman untuk memiliki rumah murah, karena sejarah kreditnya kurang baik dan tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk mencicil, untuk itulah diadakan subprime mortgage. Pembiayaan jenis ini sebenarnya berisiko, baik bagi kreditor maupun debitor, karena bunganya yang tinggi, sejarah kredit peminjam yang buruk, dan kemampuan keuangan peminjam yang rendah. Meskipun tergolong kredit berisiko tinggi, bank
3

investasi dan hedge fund (HF) tetap memainkan instrumen ini, karena para investor dari golongan pemain baru banyak yang tertarik membeli Mortgage-Backed Securities (MBS). Akibatnya, menjelang 2007, pembeli rumah dengan skema ini tak sanggup mencicil kredit rumah murah tersebut lantaran semakin sulitnya perekonomian AS. Ketika ini terjadi, satu-satunya jaminan bagi MBS adalah rumah-rumah itu sendiri. Namun, karena penawaran perumahan ternyata melebihi permintaan seiring gelembung industri perumahan dalam 2001-2005, nilai rumah-rumah itupun turun, tidak sesuai lagi dengan nilai yang dijaminkan dalam MBS. Sementara bank investasi dan HF harus tetap memberi pendapatan berupa bunga kepada para investornya. Inilah asal mula terjadinya krisis subprime mortgage yang berimbas ke seluruh dunia. C. Aktor-aktor Penyebab Krisis Subprime Mortgage Krisis subrime mortgage tidak terjadi begitu saja, banyak aktur yang menyebabkan krisis ini terjadi. Di bawah ini adalah aktor-aktor yang ikut menyebabkan terjadinya krisis subrime mortgage dan sedikit penjelasan mengenai apa yang mereka lakukan sehingga krisis tersebut terjadi di Amerika Serikat. 1. Kreditor Perumahan Murah Banyak perusahaan di AS yang memiliki spesialisasi memberikan kredit perumahan bagi orang-orang yang sebenarnya tidak layak diberi kredit. Para perusahaan tersebut berani memberikan kredit karena jika terjadi gagal bayar, perusahaan tersebut tinggal menyita dan menjual kembali rumah yang dikreditkan. Untuk membiayai kredit ini para perusahaan ini umumnya juga meminjam dari pihak lain dengan jangka waktu kredit yang pendek sekitar 1-2 tahun. Padahal kredit yang dibiayai merupakan kredit perumahan jangka panjang sampai 20 tahun. Sehingga terjadi ketimpangan kredit. Akibat gagal membayar kredit perumahan tersebut, banyak perusahaan kredit perumahan ini tidak mampu membayar kembali utangnya yang mengakibatkan kebangkrutan beberapa perusahaan tersebut. Saham perusahaan lain yang tidak mengalami kebangkrutan juga terkena dampak sentimen negatif dan membuat takut investor. 2. Perusahaan Pemeringkat Perusahaan pemeringkat adalah perusahaan yang bertugas untuk mengevaluasi obligasi atau instrumen utang lainnya dan memberikan rating yang mencerminkan risiko
4

instrumen utang tersebut. Perusahaan-perusahaan pemeringkat ini dinilai terlalu lamban mengantisipasi bahaya gagal bayar utang kredit perumahan. Dalah satu contoh perusahaan pemeringkat adalah Moodys dan Standard and Poors. 3. Investment Banks (Bank Investasi) Investmen Banks seperti memiliki spesialisasi mengembangkan instrumen investasi seperti EBA yang dijual ke perbankan dan institusi keuangan. Investment Banks ini juga terkena imbas dan merugi di beberapa dana investasinya yang terkait dengan utang berisiko tinggi. Beberapa contoh investment banks antara lain adalah Goldmas Sachs, Bear Strearns dan Morgan Stanley. Bank sentral dan private equity fund dicatat sebagai pihak yang paling besar terkena imbas krisis ini.[5]Mereka umumnya meminjam uang dengan bunga rendah yang digunakan untuk membeli saham di bursa. Saham yang dibeli umumnya dijaga performanya agar menarik minat investor lain untuk membeli. Saham tersebut akan dijual setelah harganya tingginya dalam waktu yang tidak lama. Sedangkan bank sentral dunia seperti Bank of England (BoE), US Federal Reserve (The Fed) dan European Central Bank (ECB) sebagai pihak yang merancang tingkat suku bunga demi mengontrol inflasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi. Kebijakan tingkat bunga rendah itulah yang memicu pasar untuk melakukan investasi besar di perumahan. Namun kini bank sentral harus menggelontorkan banyak dana ke pasar untuk menyuplai kebutuhan dana kas yang besar. D. Dampak Krisis Subprime Mortgage

1. Bagi Amerika Serikat Krisis subprime mortgage mengakibatkan terpuruknya harga saham-saham yang bergerak dalam bidang properti di bursa New York. Keterpurukan ini adalah akibat kepanikan para investor setelah menyebar berita terpuruknya subprime mortgage di Amerika Serikat di mana kerugiannya sendiri ditaksir ada sekitar $35 trilyun. BNP Paribas yang merupakan salah satu bank terbesar di Eropa (berasal dari Prancis) dan sebuah bank Jerman (IKB Deutsche Industriebank) mengalami masalah terhadap investasi EBA subprime mortgage di Amerika (http://gatosoideas.blogspot.com/2007/08/faq-krisissubprime-mortgage.html) .
5

Karena perusahaan yang bergerak di bidang properti berjumlah sekitar 1/3 dari kapitalisasi pasar Wall Street, maka koreksi besar-besaranpun terjadi hingga berimbas pada koreksi saham non properti. Koreksi ini menyebabkan kepanikan para investor yang kemudian mulai berpikir untuk mencari alternatif alat investasi yang aman antara lain via deposito di bank dan investasi di obligasi pemerintah. Tak heran jika koreksi besar-besaran di Wall Street ini menyebabkan kebangkrutan bagi banyak perusahaan di Amerika Serikat mengingat sebagian besar perusahaan di Amerika Serikat adalah perusahaan go public yang melepaskan sahamnya di Wall Street. Kebangkrutan ini pasti berimbas pada pengurangan jumlah tenaga kerja yang secara otomatis juga berimbas pada hasil produksi yang semakin menurun baik secara kualitas maupun kuantitas. Pada Februari 2013, tingkat pengangguran mencapai 7,7% atau 12,0 juta orang, sementara tingkat pengangguran U-6 yang juga meliputi kekurangan pekerjaan mencapai 14,3% atau 22,2 juta. Dengan tingginya tingkat pengangguran, berkurangnya pendapatan rumah tangga, dan pemotongan anggaran federal, ekonomi AS masih berusaha pulih dari pengangguran. Kemiskinan ekstrem, yaitu rumah tangga dengan pendapatan kurang dari $2 per hari, bertambah dua kali lipat dari angka pada tahun 1996 menjadi 1,5 juta rumah tangga pada tahun 2011, termasuk 2,8 juta anak. Pada tahun 2013, kemiskinan anak-anak mencapai rekor tertinggi, dengan 16,7 juta anak-anak hidup dalam rumah tangga yang makanannya tidak pasti, sekitar 35% lebih tinggi dari angka pada tahun 2007. Terdapat sekitar 643.000 tuna wisma pada Januari 2009, dan dua per tiga di antaranya tinggal di temapt perlindungan darurat atau program perumahan transisional, sementara sisanya tinggal di jalan, bangunan yang ditinggalkan, atau tempat lain yang tidak layak. Pada tahun 2008, AS menghabiskan lebih banyak anggarannya untuk kesehatan dari negara lain di dunia, yaitu sekitar 15,2% dari PDB. Akan tetapi, pada tahun 2013, harapan hidup AS lebih rendah daripada 17 negara berpendapatan tinggi lainnya. Pada tahun 2010, 49,9 juta orang atau 16,3% dari jumlah penduduk AS tidak memiliki asuransi kesehatan yang mengakibatkan kematian 48.000 orang per tahunnya. Sementara itu, pada tahun 2007, 62,1% pengaju kebangkrutan menyalahkan biaya medis. Sekitar 25% penduduk lansia menyatakan kebangkrutannya karena biaya medis, dan 43% terpaksa menghipotekkan atau menjual kediaman mereka.
6

Sedangkan jumlah utang AS tercatat sebesar $50,2 triliun pada akhir kuartal pertama tahun 2010, atau sekitar 3,5 kali PDB. Pada Oktober 2012, proporsi utang public AS 1,0043 kali lebih besar dari PDB. Aset keuangan domestik berjumlah $131 triliun dan liabilitas keuangan domestik berjumlah $106 triliun. (http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi Amerika Serikat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html) 2. Bagi Dunia Pemilik surat utang subprime mortgage (MBS) bukan hanya perbankan di Amerika Serikat, tapi juga perbankan di Australia, Cina, India, Taiwan, dan negara-negara lainnya. Dampaknya, harga saham perbankan di seluruh dunia ikut jatuh. Hal ini menyebabkan kekhawatiran para pelaku pasar, karena bermasalahnya bank akan berdampak pada melemahnya kegiatan perekonomian. Peraturan Bank Indonesia tidak memungkinkan perbankan membeli surat utang berperingkat rendah sehingga perbankan Indonesia tidak memiliki surat utang subprime mortgage. Akan tetapi, karena harga saham perbankan di negara tetangga jatuh, investor asing juga menjual saham perbankan dan nonperbankan di Indonesia. Investor lokal akhirnya juga ikut melakukan aksi jual. Apalagi harga saham dan harga obligasi di Indonesia sudah naik banyak, maka investor pun melakukan aksi ambil untung. Inilah yang menyebabkan harga saham turun, imbal hasil obligasi naik (harga turun) dan kurs rupiah melemah. Sterilnya perbankan dan korporasi Indonesia dari kepemilikan subprime mortgage menyebabkan dampak krisis pada pasar keuangan domestik berupa pelepasan surat berharga domestik terutama SUN dan SBI oleh investor asing

(http://www.jualanbuku.com/2008/10/12/krisis-amerika-sebuah-analisa/). Di Asia pasar saham Asia jatuh setelah UBS AG memprediksikan bahwa perusahaan keuangan global kemungkinan akan kehilangan sekitar US$ 600 miliar karena kredit macet hipotek perumahan subprime mortgage di Amerika Serikat. Westpac Banking Corp. merugi 3,3 persen sedangkan Macquarie Group Ltd. kembali tergelincir di hari ketiga. Pemasukan uang dalam perdagangan Amerika menurun 4,7 persen dari penutupan saham di Tokyo 29 Februari 2008, dimana Sony Corp. rugi 3,6 persen, setelah Yen menguat terhadap dolar, sehingga mengurangi pendapatan di luar negeri. Index Australia anjlok S&P/ASX 200 hingga 2,9 persen menjadi 5,410.90 pada pukul 10.12 di Sydney. Index New Zealands NZX 50, yang menjadi patokan Asia untuk memulai perdagangan, turun 1,1 persen menjadi 3,542.16 di Wellington
7

(http://www.jualanbuku.com/2008/09/30/krisis-ekonomi-amerika-serikat-mengapa/).

Di

hampir seluruh bursa saham di dunia terjadi hal yang sama. Pergerakan modal yang tidak menentu ini berimbas pada penurunan daya beli yang selanjutnya mempengaruhi eksporimpor di banyak komoditas. Di Eropa terjadi banyak protes dari serikat buruh yang menuntut kenaikan gaji untuk mengimbangi penurunan daya beli yang terjadi di hampir seluruh negara di Eropa. E. Kebijakan Bank Sentral terkait Subprime Mortgage Krisis Subprime Mortgage yang terjadi di Amerika Serikat menginfeksi bursa saham di seluruh dunia dan mengancam stabilitas banyak mata uang di dunia. Selain USD yang menjadi labil, sejumlah mata uang lain juga sempat jatuh. Diperlukan intervensi kebijakan dari bank sentral Amerika (The Fed) untuk menstabilkan pasar. Karena The Fed bertanggung jawab menjaga kinerja ekonomi jangka panjang dan kestabilan harga-harga di Amerika Serikat. Untuk mengatasi kekurangan likuiditas di pasar modal, bank sentral beberapa negara-negara maju yang bursanya terkait dengan industri subprime mortgage menggelontorkan dana ke pasar uang (open market operations) dengan memasuki transaksi Repo (Repurchase Agreement). Ini untuk menjaga stabilitas nilai tukar mereka dan menumbuhkan sentimen positif terhadap bursanya. Diawali pada 9 Agustus 2007, The Fed mengeluarkan USD 30 miliar untuk menjaga likuiditas investor subprime mortgage yang merugi. Pada 10 Agustus, The Fed menambahnya USD 36 miliar. Penambahan ini terus berlangsung hingga 16 Agustus 2007, dan mencapai jumlah USD 29 miliar. Untuk memulihkan stabilitas, The Fed juga menyuntikkan dana ke sistem perbankan dan keuangannya. Pada 9-10 Agustus, The Fed menyuntikkan USD 24 dan 68 miliar. Di Eropa, pada 10 Agustus 2007 The European Central Bank (ECB) menyuntikkan dana USD 61 miliar. Pada 13 Agustus, ECB menambah lagi USD 47,67 miliar, dan di Jepang, The Bank of Japan (BoJ) menyuntikkan dana 600 miliar Yen. Selain itu, mengingat pemicu utama kredit macet subprime mortgage adalah bunga yang tinggi, maka pada 17 Agustus 2007 The Fed menurunkan suku bunga diskonto hingga 50 basis poin menjadi 5,75%. Langkah ini lalu diikuti penyesuaian praktek discount window biasa untuk memfasilitasi persyaratan terkait periode pemberian pinjaman selama 30 hari yang dapat diperbarui oleh nasabah peminjam.
8

BAB III PENUTUP Kesimpulan Krisis subprime mortgage di Amerika Serikat disebabkan oleh ketidakmampuan para kreditor perumahan untuk membayar kreditnya. Hal ini berimbas pada kebangkrutan perusahaan properti yang ditandai dengan jatuhnya harga saham di Wall Street. Koreksi besar-besaran di Wall Street kemudian mempengaruhi alur permodalan pasar saham di hampir seluruh dunia. Bank Sentral di beberapa negara maju ikut serta dalam mengatasi krisis ini dengan menggelontorkan dana talangan bagi beberapa perusahaan yang memenuhi syarat untuk mendapatkan bailout tersebut.

Daftar Pustaka http://id.wikipedia.org/wiki/krisis http://gatosoideas.blogspot.com/2007/08/faq-krisis-subprime-mortgage.html http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi Amerika Serikat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html http://www.jualanbuku.com/2008/10/12/krisis-amerika-sebuah-analisa/ http://www.jualanbuku.com/2008/09/30/krisis-ekonomi-amerika-serikat-mengapa/ http://petikdua.wordpress.com/2010/04/18/krisis-ekonomi-global-2008-2009/

You might also like