Professional Documents
Culture Documents
Dalam mempelajari pengelolaan dari aktiva lancar ini, kita terlebih dahulu
harus menyelami manajemen piutang, memfokuskan diri pada pentingnya
piutang, apa yang menentukan investasi dalam piutang, variabel-variabel
apa yang diperhitungkan dalam pengambilan keputusan berkenaan
dengan dengan piutang, dan bagaimana kita menentukannya. Setelah itu,
kita akan beralih ke persoalan persediaan barang, memahami pentingnya
hal tersebut, dan mendiskusikan masalah kuantitas pemesanan dan
masalah titik pemesanan (order point), dimana keduanya menentukan
besarnya investasi dalam persediaan barang. Kita juga akan mencoba
mempelajari hubungan antara persediaan barang dengan manajemen
kendali mutu (total quality management)
1. MANAJEMEN PIUTANG
Semua perusahaan pada dasarnya bergerak dalam penjualan barang
dan jasa. Baik secara tunai maupun kredit.saat penjualan dilakukan
secara kredit, maka hal tersebut akan menambah piutang perusahaan.
Oleh karena itu, pentignya seorang manajer untuk mengelola
piutangnya tergantung pada seberapa besar penjualan yang dilakukan
secara kredit.
Semakin banyak penjualan yang dilakukan secara kredit, semakin
besar piutang perusahaan. Karena arus kas yang diperolah dari hasil
penjualan tidak dapat diinvestasikan hingga piutang tersebut dapat
ditagih,pengendalian terhadap piutang menjadi semakin penting,
sebabpenagihan piutang secara efisien menentukan profitabilitas dan
likuiditas perusahaan.
Besarnya Investasi dalam Piutang
Besarnya investasi dalam piutang ditentukan oleh:
1. Pengaruh besarnya persentase dari penjualan yang dilakukan
secara kredit dibandingkan dengan total penjualan yang terjadi
terhadap piutang yang ada.
2. Tingkat penjualan.
3. Kebijakan kredit dan penagihan (credit and collection policies),
secara khusus berkaitan dengan term of sale, jenis pelanggan (type
of customer) dan usaha-usaha penagihan yang dilakukan (collection
effort).
Term of Sale
Yang dimaksud dengan term of sale adalah perjanjian kredit yang
menunjukkan potongan harga yang mungkin diperoleh untuk
melakukan pembayaran piutang yang dilakukan lebih awal, pemberian
potongan harga, dan lama waktu kredit. Pelanggan akan mengeluarkan
tingkat oportunity cost dalam persentase tertentu untuk setiap tingkat
diskon yang diberikan dan jumlah hari diskon.
1
Chapter 20 –Account Receivable and Inventory Management
Type of Customer – Variabel Penentu Keputusan
Beberapa biaya selalu dikaitkan dengan pemberian kredit pada
pelanggan yang tidak layak (perusahaan atau individu yang beresiko
tinggi). Pertama, dengan semakin bertambahnya risiko gagal
bayar,maka mejadi semakin penting untuk dilakukan identifikasi
terhadap pelanggan baru untuk mengetahui apakah pelanggan
tersebut memiliki resiko yang cukup tinggi.
Biaya akibat gagal bayar (default cost) bervariasi mengikuti kualitas
dari pelangan. Biaya penagihan juga meningkat seiring penurunan
kualitas pelanggan. Penentuan keputusan pemberian kredit kepada
pelanggan individual tergantung pada kemampuan dan itikad baik
konsumen untuk membayar kredit dalam jangka pendek.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menilai individu maupun
perusahaan adalah melalui credit scoring.Pihak yang mengajukan
kredit menerima suatu skor yang didasarkan atas jawaban yang
diberikannya saat mereka diberi sekumpulan pertanyaan sederhana.
Skor tersebut kemudian dievaluasi menurut standar yang telah
ditentukan sebelumnya, tingkatannnya bergantung pada standar yang
menentukan apakah mereka layak diberi kradit atau tidak.
Model lain yang dapat digunakan melalui credit scoring telah
diperkenalkan olah Edward Altman, seorang profesor dari Universitas
New York, yang menggunakan analisis diskriminan berganda untuk
mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang akan mengalami
kebangkrutan.
Altman menemukan bahwa perusahaan yang mengalami kebangkrutan
dalam periode tersebut, 94 persen dari mereka memiliki skor baku (Z
score) kurang dari 2,7 satu tahun sebelum dialaminya kebangkrutan
dan hanya 6 persen memiliki skor dibawah 2,7 persen.sebaliknya,
perusahaan-perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan,hanya 3
persen yang memiliki skor baku (z score) di bewah 2,7 persen dan 97
persen diatas 2,7.
Collection Efforts – Variabel Keputusan
Kunci untuk menjaga kendali atas pengumpulan piutang adalah dengan
memahami bahwa pada kenyataannya probabilitas dari piutang yang
gagal bayar meningkat seiring dengan bertambahnya umur piutang.
Salah satu cara untuk mengevalusi terkini adalah analisis rasio.
Seorang manajer keuangan dapat menentukan apakah ia mampu
mengendalikan putang yang ada dengan menganalisis rata-rata waktu
tertagihnya piutang,rasio piutang terhadap aset,rasio penjualan kredit
terhadap piutang (biasa disebut juga rasio perputaran piutang), dan
jumlah utang yang potensi tertagihnya kecil dibandingkan penjualan
pada periode tersebut. Selain itu,manajer juga menggunakan accounts
receivable untuk memberikan informasi mengenai piutang yang telah
jatuh tempo baikdalam bentuk nominal maupun
persentase.perbandingan antara umur piutang yang ada saat ini
dengan data pada masa lampau memberikan kontrol yang lebih ketat.
2
Chapter 20 –Account Receivable and Inventory Management
Perubahan Kebijakan Kredit: Penggunaan Analisis Marginal
Perubahan dalam pertimbangan kredit melibatkan antara imbal balik
antara biaya dan juga keuntungan. Apabila kebijakan kredit longgar,
maka penjulalan dan laba dari konsumen pun akan meningkat.
Sebaliknya kelonggaran kredit juga akan meningkatkan jumlah piutang
tak tertagih, naiknya dana yang harus dialokasikan untuk piutang dan
persediaan barang serta tambahan biaya atas keputusan konsumen
yang memanfaatkan potongan harga apabila pembelian dilakukan
secara kredit. Empat langkah untuk melakukan analisis marginal atau
incremental (marginal or incrementally analysis) dalam perubahan
kebijakan kredit adalah sebagai berikut:
Langkah 1 :Melakukan Estimasi Perubahan Keuntungan
Langkah 2 :Melakukan estimasi terhadap tambahan biaya dalam
investasi piutang dan persediaan barang.
Langkah 3 : Melakukan estimasi terhadap tambahan biaya diskon
( Jika dilakukan juga perubahan dalam potongan harga untuk
pembelian tunai).
Langkah 4 : Membandingkan tambahan pendapatan dengan
tambahan biaya.
2. MANAJEMEN PERSEDIAAN
Manajemen persediaan melibatkan control asset yang digunakan
dalam proses produksi atau diproduksi untuk dijual pada operasi
normal perusahaan. Kategori umum persediaan meliputi persediaan
bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang
jadi. Pentingnya manajemen persediaan tergantung pada besarnya
investasi perusahaan pada persediaan.
Tujuan dan Jenis Persediaan
Tujuan perusahaan mengadakan persediaan adalah untuk memisahkan
operasi satu unit dari unit yang lain di dalam perusahaan agar suatu
fungsi tidak tergantung pada fungsi yang lain. Tujuannya agar
penundaan atau kegagalan pada suatu area tidak akan mempengaruhi
produksi dan penjualan produk akhir. Berikut merupakan jenis-jenis
perusahaan.
Persediaan Bahan Baku
Persediaan bahan baku terdiri atas bahan dasar yang dibeli dari
perusahaan lain untuk digunakan dalam operasi perusahaan. Contoh
persediaan bahan baku adalah besi, kayu, bahan bakar minyak atau
komponen manufaktur seperti kabel atau ban yang tidak diproduksi
sendiri oleh perusahaan.
Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan barang dalam proses sebagian terdiri atas barang jadi yang
membutuhkan pekerjaan tambahan sebelum menjadi barang jadi.
Semakin kompleks dan panjang proses produksi, semakin besar
persediaan barang dalam proses suatu perusahaan. Tujuan persediaan
barang dalam proses adalah untuk memisahkan berbagai operasi
3
Chapter 20 –Account Receivable and Inventory Management
dalam proses produksi sehingga kegagalan mesin atau terhentinya
kegiatan pada satu proses produksi tidak akan mengganggu operasi
bagian yang lain.
Persediaan Barang Jadi
Persediaan barang jadi terdiri atas barang yang proses produksinya
telah selesai tetapi belum dijual. Tujuan persediaan barang jadi adalah
untuk memisahkan fungsi produksi dengan fungsi penjualan, sehingga
perusahaan tidak perlu menunggu proses produksi diselesaikan
sebelum melakukan penjulan. Penjualan dilakukan secara langsung dari
persediaan.
Persediaan Kas
Tujuan perusahaan untuk selalu memegang kas adalah agar
pembayaran tagihan tidak tergantung pada saat jatuh tempo
penagihan piutang.
6
Chapter 20 –Account Receivable and Inventory Management
garansi, biaya tanggung jawab atas produk, biaya keluhan atas
konsumen serta biaya karena gagal jual.
Secara tradisional ekonom melihat adanya trade offs antara mutu
dengan biaya untuk menemukan titik dimana biaya akan diminimalkan.
Akibatnya terdapat satu titik dimana tingkat kerusakan seharusnya
dapat ditoleransi. Hal ini karena terdapat titik dimana biaya yang
timbul untuk memastikan produk berada pada tempat yang tepat lebih
mahal daripada biaya dari mutu yang rendah, yaitu biaya kegagalan.
Konsekuensi Keuangan dari Pandangan Atas kendali Mutu
Terpadu
Menanggapi pandangan tradisional ini, pandangan TQM
berargumentasi bahwa analisis tradisional bercacat karena
mengabaikan fakta bahwa kenaikan penjualan dan pangsa pasar
berasal dari produk yang penjualan ini lebih dari cukup untuk menutupi
kenaikan biaya untuk menghasilkan. Akibatnya pandangan TQM
berargumentasi bahwa karena kerugian akibat gagal jual, reputasi
produk yang buruk dan kenaikan penjualan yang bersumber dari
reputasi yang baik sulit diestimasi, maka mereka cenderung
memandang rendah atau mengabaikan pandangan tradisional.
Karenanya pandngan TQM menyimpulkan bahwa analisis tradisional
mengecilkan biaya yang timbul produk bermutu rendah, sementara
pada saat yang sama melebih-lebihkan biaya untuk menghasilkan
produk bermutu tinggi. Akibatnya dengan pandangan baru terhadap
TQM tentang tradeoff antara mutu dan biaya, tingkat mutu optimal
semakin bergerak ke arah mutu 100 persen.
Adopsi program mutu terpadu oleh banyak perusahaan membentuk
pandangan pada TQM tentang hubungan antara mut –biaya ini.
7
Chapter 20 –Account Receivable and Inventory Management
banyak orang yang melakukan inspeksi atas produk dan pekerja secara
serentak untuk meningkatkan mutu produk.
8
Chapter 20 –Account Receivable and Inventory Management