You are on page 1of 21

BAB II TINJAUAN TEORETIS

A. Anger (kemarahan) 1. Pengertian Anger merupakan keadaaan emosi yang bisa dialami oleh setiap orang pada saat-saat tertentu, yang bisa diekspresikan secara terpendam maupun terbuka, yang bisa berlaku singkat bisa pula memakan waktu yag panjang dalam bentuk kebencian, dendam dan sebagainya. Anger bisa merupakan sesuatu yang destruktif khususnya jika anger merupakan ekspresi emosi yang tidak terkendalikan. Anger bisa juga merupakan sesuatu yang konstruktif jika memotivasi kita untuk mengoreksi kesalahan atau mengingatkan kita untuk dapat berpikir secara lebih baik. Pada umumnya Anger muncuk atau terjadi jika proses perjalanan hidup kita untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan terlambat. Hambatan ini biasanya akan mempengaruhi reaksi fisik maupun emosi orang yang bersangkutan. Menurut para ahli ilmu jiwa, anger adalah the chief saboteur of the mind, yaitu faktor utama yang sering kali melumpuhkan kerja akal manusia yang sehat, seperti yang dikatakan oleh Albert Mehrabain, When we angry, we are highly aroused, displeased, and feel dominant. We feel free to strike out physically or verbally.

2. Apa yang Alkitab katakana tentang Anger? Alkitab dengan jelas mebedakan antara divine anger (kemarahan Ilahi) dengan Human Anger (kemarahan manusiawi). Keduanya merupakan hal yang sering kali disinggung dalam Alkitab. Alkitab menyaksikan bahwa Anger dari Allah ditujukan baik pada dosa maupun pada manusia yang berbuat dosa. Divine anger ini selalu selaras dengan kasih dan anugerahNya. Oleh karena itu, Anger dari Allah tidak pernah mengurangi atau meniadakan kasih

dan anugerah-Nya. Pihak lain Alkitab juga menyaksikan tentang human anger. Keadaan emosi yang sering kali cenderung merusak, buruk, berbahaya, merugikan semua pihak bahkan membuka pintu pada dosa. Tidak seperti Allah yang Bijak, Kasih, Adil dan Mahakuasa yang mempunyai alasan dan goal yang positif dalam memakai atribut Anger-Nya, maka manusia biasanya anger oleh karena miss-interprets a situation, atau karena merasa terancam hak dan posisinya, sehingga kehilangan kontrol. Meskipun demikian, Alkitab juga menyaksikan betapa human anger bisa positif dan terbebas dari dosa (Ef 4:26) Secara garis besar, Alkitab menyaksikan :

Human anger adalah sesuatu yang normal dan tidak selalu terikat dengan dosa. Allah menciptakan manusia dengan perlengkapan emosi termasuk anger, oleh karena itu anger bisa menjadi keadaan emosi yang positif.

Human anger adalah sesuatu yang buruk dan merusak Alkitab mengatakan bahwa segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman adalah dosa (Rm 14:23). Memang anger adalah sesuatu yang natural, tetapi seringkali sebab timbulnya, motivasinya, tujuannya, caranya tidak sesuai bahkan bertentangan dengan kebenaran iman Kristen, oleh karena itu mrusak dan berdosa. Alkitab menyaksikan betapa anger seringkali diidentikkan dengan dosa, oleh karena itu harus dikuasai dan dibersihkan dari unsur-unsur dosanya.

Human anger yang buruk membawa pada dosa yang lebih besar Alkitab mengatakan, marah tetapi jangan berbuat dosa (Ef 4:26), berarti ada kemarahan yang tidak berakibat dosa, ada pula kemarahan yang membawa ke dalam perbuatan-perbuatan dosa yang lebih besar lagi.

Human anger dapat dikontrol dan diarahkan untuk kebaikan

Alkitab banyak memberikan kesaksian betapa human anger dikontrol dan diarahkan untuk kebaikan. Misalnya, Mazmur 73, memberikan kesaksian pemazmur marah karena melihat orang-orang jahat kelihatannya lebih berbahagia, tetapi kemarahan itu direfleksikan dalam bentuk pergumulan iman dengan Allah. Yang lebih mengherankan ternyata Alkitab tidak mengajarkan orang percaya untuk selalu mematikan anger. Ada bagian-bagian Alkitab di mana jelas sekali disaksikan betapa menyelesaikan anger secara positif bisa dilakukan dengan keterbukaan (II Tim 4:2) bahkan dengan pemberian hukuman (Ams 23:13-14), asalkan tindakan itu terkontrol dengan sadar (Yak 1:19, lambat berkata-kata dan lambat marah) sehingga maksudnya yang baik dapat dikomunikasikan (Kol 3:21).

3. Apa penyebab dari Anger? Sebagian besar kemarahan timbul sebagai reaksi atas sikap kurang menyenangkan dari orang-orang lain, tetapi inti yang sebenarnya terletak pada pribadi yang bersangkutan itu sendiri. Di samping sebab-sebab dari luar dirinya ternyata masih ada macam-macam penyebab yang menyebabkan timbulnya kemarahan. Misalnya : Perasaan terhadap ketidakadilan yang berlaku Perasaan ini bisa benar dan beralasan tetapi bisa pula tidak. Kita mesti dapat membedakan antara kemarahan Tuhan Yesus di Bait Allah (terhadap penukar-penukar uang,dsb). Frustasi L. Dollard et al dalam Frustration and Aggresion, menyimpulkan hasil risetnya dengan mengatakan bahwa kemarahan dan aggression (sikap menyerang) umumnya timbul sebagai respon atas perasaan frustasi. Frustasi adalah reaksi emosi yang timbul oleh karena adanya hambatan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dan besarnya frustasi tergantung pada penting tidaknya goal yang akan dicapai, pada besar kecilnya hambatan bahkan pada lambat cepatnya perasaan frustasi itu sendiri teratasi. Frustasi itu bermacam-

macam, dan makin besar derajat frustasi makin besarlah potensi anger yang timbul. Perasaan disakiti dan terancam Pada saat seseorang merasa diremehkan, dikritik sewenang-wenang, atau dengan kata lain pada saat ia merasa terancam kehormatannya bahkan haknya, maka dapat dipastikan perasaan anger itu pun muncul. Anger seringkali menjadi alat untuk melindungi diri bahkan membalas ancaman yang dirasakan oleh seseorang, karena dengan menjadikan orang lain obyek dari kemarahan, maka perasaan sakit dan terancam itu berkurang. Rasa disakiti dan kemarahan merupakan dua hal yang sering kali tidak dapat dipisahkan. Kebiasaan Sering kali kita mendengar orang banyak berkata ,memang dia wataknya pemarah. Maksud yang sebenarnya adalah mau mengatakan bahwa ada orang-orang tertentu yang memang lebih mudah terangsang kemarahannya daripada orang yang lain. Mengapa demikian? Sebabnya dapat bermacam-macam, seperti misalnya: Learning experience Hampir dapat dipastikan bahwa sejak kecil anak-anak belajar mengekspresikan atau menekan anger dari orang tua atau lingkungan mereka. Pengalaman tertentu yang sering kali terulang bisa menyebabkan seorang memberikan reaksi anger pada kata-kata dan tindakan tertentu dan tidak pada kata-kata atau tindakan yang lain. Film-film tentang kekerasan hamper dapat dipastikan memberikan pengaruh yang besar dalam cara megekspresikan anger. Personality Ada orang-orang tertentu yang memang lebih sensitive terhadap keadaan yang tidak benar dan pengalaman-pengalaman frustasi, dan

lebih besar kecenderungannya untuk marah bahkan cenderung tidak mampu mengontrol emosi kemarahan mereka. Di samping itu, perlu kita pertimbangkan 3 faktor personality yang menentukan reaksi emosi seseorang : i.Faktor bawaan : kalau diperhatikan jelas, ada orang yang terusmenerus cenderung pada hal-hal yang menyenangkan dan ada orang-orang lain yang sebaliknya. ii.Faktor pengalaman masa kecil dan pengaruh lingkungan : menentukan level-level dominan dan submissivenya dalam menghadapi sesuatu. iii.Faktor kepekaan terhadap rangsangan : a. Ada yang disebut Stimulus non-screeners yang menaruh perhatian pada setiap rangsangan di luar dirinya. Akibatnya, selalu cenderung merasakan tekanan hidup yang terlalu berat. b. Ada yang disebut Stimulus screeners yang mampu menyeleksi hal-hal mana yang perlu ditanggapi dan mana yang tidak. Keadaan rohani yang tidak sehat Alkitab penuh dengan kesaksian betapa orang-orang jauh dari Allah kehilangan sukacita, menjadi irritable bahkan melakukan dosa oleh karena kemarahan yang tidak terkendali. Rusaknya hubungan dengan Allah bukan saja menyebabkan hilangnya sukacita tetapi juga menjadi sebab utama dari munculnya distorted perception, yaitu persepsi salah yang menjadi akar dari prasangka yang buruk terhadap apa atupun siapa saja. Prasangka ialah modal yang terbesar dari pengekspresian anger yang destructive.

4. Apa yang orang biasa lakukan dengan Angernya?

Jay Adams dalam bukunya The Christian Counselors Manual, mengatakan bahwa ada dua cara yang buruk yang biasa orang lakukan dengan angernya. Yang pertama disebut the ventilation of anger atau blowing up dimana orang mencari pelampiasan dari kemarahannya. Yang kedua ialah the internalization of anger atau claming up dimana orang menyimpan dan menekan kemarahan. Keduanya adalah cara yang destructive. Cara-cara yang disebut di atas diekspresikan orang dalam macam-macam sikap dan tingkah laku. Mungkin tujuannya sama tetapi sikap dan tingkah laku yang diekspresikan bisa berbeda jauh sekali. Oleh karena itu di bawah ini kita lihat beberapa contoh saja : a. Withdrawal (menarik diri dari lingkungan) Barangkali ini adalah cara termudah yang orang biasa lakukan untuk mengatasi angernya. Hal ini dapat diekspresikan dalam beberapa macam tingkah laku, seperti : Meninggalkan ruangan Mengambil cuti ke luar kota untuk berekreasi Menyibukkan diri dengan pekerjaan lain Melupakan persoalan dengan minum minuman keras Minum obat-obatan Menyangkali adanya hal yang menimbulkan kemarahan,dsb.

b. Menyimpan kemarahan itu Mungkin orang yang bersangkutan kelihatannya bisa tersenyum gembira dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa, padahal dengan menyimpan kemarahan sering kali masalah yang lebih serius muncul kemudian. Dan ini dapat menggejala dalam gejala-gejala fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, tekanan darah tinggi, serangan jantung,dsb. Bisa juga muncul kecenderungan untuk menghukum diri sendiri seperti keinginan bunuh diri, terus-menerus mempersalahkan diri,dll. Bisa juga sebaliknya ia merasa

kasihan dengan dirinya sendiri, tidak bisa memikirkan keburukan orang lain. Sering kali diam-diam mendukacitakan Roh Kudus, dengan diam-diam marah kepada Allah dan menolak peringatan-Nya dan bimbingan-Nya (E f 4 :3031). c. Mencari kambing hitam Biasanya kemarahan yang tidak terselesaikan akan mendorong orang yang bersangkutan untuk mencari kambing hitam, siapa yang dapat dipersalahkan atau mencari obyek pengganti dari kemarahannya. Itulah sebabnya orang yang bersangkutan menjadi orang yang tidak menyenangkan, pemurung, pemarah, tidak dapt bekerja sama dengan orang lain, pemberontak,dsb. d. Coba menyelesaikan dengan caranya sendiri Umumnya orang cenderung untuk menyelesaikan angernya dengan membalas pada sis umber kemarahannya. Bisa dengan cara bertemu muka dan memaksanya untuk melihat dan mengakui kebenaran pada pihaknya, bisa dalam bentuk kekerasan, menjelek-jelekkan orang itu, tetapi bisa juga dalam bentuk-bentuk lain yang lebih tersembunyi misalnya mensabotir usahanya, dsb.

5. Bagaimana mengatasi Anger? Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk mengatasi Anger : a) Menyadari dan mengakuinya Mengakui bahwa kita memang Anger tidak semudah yang kita duga, oleh karena sering kali realita adanya Anger dengan segala akibat yang menyertainya/ditimbulkannya itu sendiri sudah merupakan sesuatu yang menyakitkan. Tidak heran level pengakuan itu tidak menyentuh ke dasar anger itu sendiri. b) Menyadari akan apa sebenarnya sumber dari angernya Adalah menyadari hal-hal apa yang begitu peka yang membuat kita marah.

Menyadari pada saat dan kondisi apa kita menjadi begitu mudah marah dan mengapa. Apakah hal yang sama tetapi dilakukan oleh orang lain, juga akan menimbulkan kemarahan yang serupa? Seringkali dengan menanyakan hal-hal ini kita akan menyadari betapa alas an kemarahan kita sebenarnya tidak masuk akal atau akarnya ialah sifat buruk kita sendiri (egoistis, lari dari tanggung jawab,dsb). Bahkan dengan berani mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang jujur pada diri sendiri kita akan melihat inti persoalan yang menjadi factor pencetus anger itu. Kalau itu adalah masalah harga diri dan kesombongan, kita harus belajar merendahkan diri dan melihat hal-hal positif dalam pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan. c) Menyadari akan kecenderungan kita menyelesaikan anger dengan cara yang tidak benar Yaitu melalui ventilation dan internalization seperti yang sudah dibicarakan terdahulu. d) Mengenal kelemahan didi sendiri dan mengetahui bagaimana

mengatasinya dalam terang firman Tuhan Kalau anger itu terjadi karena feeling of inferiority (rasa rendah diri), maka kita harus meningkatkan self esteem dan self confidence (penghargaan dan rasa percaya diri). Kalau anger itu terjadi oleh karena watak dan kebiasaan, maka kita harus melatih pikiran kita untuk membiasakannya berpikir yang positif (Rm 12:2), dengan latihan rohani atau melibatkan diri dengan kegiatan-kegiatan rohani (I Tim 4:8), menjauhkan diri dari pergaulan dengan orang-orang yang menstimulir kemarahan, dsb.

6. Bagaimana Menolong Konseli Mengatasi Anger? Jay Adams dalam bukunya The Christian Counselors Manual, mengusulkan beberapa hal yang praktis yang dapat dilakukan setelah konseli secara pribadi

dibimbing untuk menyadari akan realita angernya dan bahaya-bahaya yang menyertainya. Hal-hal praktis ini juga baru dapat diterapkan secara tepat jikalau konseli mempunyai kerinduan untuk mengatasi angernya : Membimbing konseli untuk mengarahkan pikiran dan tindakannya pada solution-oriented (penyelesaian persoalan) dan bukan problem oriented (memasalahkan persoalannya) Pertanyaan yang harus dijawab oleh konseli adalah apakah ia betul-betul menginginkan suatu penyelesaian yang sebaik-baiknya Adams melihat bahwa problem-oriented selalu cenderung kita cuma bicara tentang persoalan itu, cenderung menyesali hal-hal yang dirasakan salah dari kaca matanya sendiri, cenderung mencari kambing hitamnya,dsb. Tetapi solution-oriented menolong melihat persoalan itu dari kaca mata sehat, mengingatkan mereka akan apa yang seharusnya mereka perbuat, dan membuka pintu kerja sama dari kedua belah pihak yang saling bertentangan Mengajar konseli cara bagaimana memanfaatkan angernya Konseli harus dibimbing untuk dapat memakai anger secara positif. Karena sebagai wujud dari kerja emosi, anger benar-benar merupakan motivating forces berarti seharusnya bisa diarahkan untuk mendorong menciptakan kekuatan motivasi yang positif. Disini kita harus dapat membedakan antara : i.Motivating forces yang merusak Seperti misalnya anger yang mendorong pemuasan nafsu pembalasan dendam. ii.Motivating forces yang merugikan Motivating forces yang merugikan biasanya ditandai dengan sikap goal-oriented (orientasinya cuma pada usaha bagaimana mencapai tujuan atau goal yaitu kemenangan) sehingga orang yang bersangkutan akan anger kalau gagal mencapai tujuan tersebut. Padahal sikap yang sehat adalah ability-oriented (orientasinya pada

prestasi) di mana seorang boleh anger terhadap kebiasaan buruk yang sering kali justru melumpuhkan kemampuannya. iii.Motivating forces yang positif Seperti misalnya Paulus yang dulu memakai angernya untuk membenci angernya bahkan atas membunuh sesamanya, sekarang memakai lebih kelemahan-kelemahan pribadinya untuk

menaklukkan dirinya pada Kristus. Sehingga kegiatannya untuk Injil dan perasaannya terus berhutang tidak membuat dia self-blaming dan self-hatred (mempersalahkan dan membenci dirinya sendiri) tetapi justru mendorong dirinya untuk self-improving (membuktikan kemenangannya di dalam Kristus). Menolong konseli untuk melihat persoalan (factor pencetus konflik) dari kaca mata lawannya (empathy, understanding, listening) Dan ini bisa dimulai dengan belajar mengekang diri, lambat bicara, memberikan jawaban dengan lembut, dsb.

7. Apa yang harus diperhatikan dalam konseling session? Secara praktis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain : Coba mengerti bagaimana kondisi dan apa motivasi konseli bertemu dengan kita Biasanya konseli datang bertemu kita dengan beberapa kemungkinan kondisi seperti misalnya, i. Kemarahan yang telah mereda, berarti motivasi mencari kita bisa oleh karena : Ia menyesali akibat-akibat kemarahannya. Ia takut akan terulang lagi kasus-kasus serupa (berarti ia rindu mengatasi kemarahannya)

Ia

mersa

tidak

mampu

menjelaskan

alasan-alasan

kemarahannya (berarti ia dating untuk meminta kita jadi pendengar dan penengah). Atau karena alasan-alasan lain. ii. Kemarahan yang ditekan, berarti

motivasinya bisa oleh karena kebutuhan catharsis (lebih daripada kebutuhan penyelesaian yang benar). Kebutuhan catharsis bisa berupa kebutuhan untuk mencari inginkan. iii. Kemarahan masih meluap : (ini jarang terjadi dalam konteks pelayanan hamba Tuhan). Di mana kata-kata dan jalan pikirannya tidak dapat dipertanggungjawabkan, karena kemungkinan besar ia sendiri akan sesali kemudian. Refleksikan emosinya, dan menyadarkan konseli atas apa yang sedang terjadi dalam dirinya. Kita bisa mulai dengan listening, yaitu member kesempatan seluas-luasnya baginya untuk menceritakan persoalan dan memberi kebebasan baginya untuk mengekspresikan perasaan-perasaannya pada phase ini kita belum boleh memotong dengan refleksi rasionil yang terarah pada pemberian nasihat. Membimbing konseli masuk dalam solution-oriented (cara berpikir dengan orientasi penyelesaian persoalan) dan bukan pada problemoriented (memasalahkan persoalan). Oleh karena itu dalam percakapan konseling kita harus waspada bahwa yang perlu ditanggapi bukanpersoalan yang diceritakan tetapi emosi dan pengertiannya (jalan pikirannya) atas persoalan itu. pembenaran/dukungan yang atas ia pelampiasan-pelampiasan

B. ENVY (CEMBURU; IRI HATI) 1. Pengertian Envy adalah keadaan emosi yang bisa dialami oleh setiap orang pada saat-saat tertentu, tetapi umumnya jarang berani untuk diakui. Perasaan-perasaan lain seperti khawatir, bimbang, kesepian, merasa terganggu dengan perasaan rendah diri dengan mudah dapat diakui, tetapi jarang sekali mereka berani mengakui kalau mereka iri hati. Bahkan pada diri mereka sendiri perasaan ini pun sering kali disembunyikan.

2. Apakah sebenarnya Envy? Envy adalah perasaan tidak senang yang timbul oleh karena sesuatu hal yang dimiliki oleh orang lain. Dan perasaan ini biasanya terjadi oleh karena perasaan kehilangan atau kekurangan yang timbul oleh karena melihat apa yang dimiliki orang lain itu. Tidak heran envy hamper selalu disertai tingkah laku yang merugikan, seperti : Munculnya keinginan melihat orang itu celaka, dipermalukan atau kehilangan muka. Membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain itu dengan tujuan menemukan alasan membenarkan envynya. Envy adalah keadaan emosi yang arahnya merusak yang tidak seratus persen dsms dengan begrudging (iri akan posisi dan hak), covet (keinginan untuk memiliki sesuatu), emulating (keinginan untuk menjadi seperti orang lain), bahkan tidak mutlak sama dengan jealousy. Begrudging adalah keinginan untuk melihat orang lain tidak memiliki hak dan hal-hal yang ia inginkan. Covetous adalah menginginkan hal-hal yang dimiliki orang lain, seperti harta benda, prestasinya, kedudukannya, istrinya,dsb. Tapi convet tidak selalu envy terhadap si pemilikdari hal-hal yang ia inginkan itu.

To emulate adalah keinginan menjadi sama seperti orang lain. Flynn, L.B menyebutnya sebagai noble traitoleh karena seolah-olah positif, dimana orang yang bersangkutan merindukan kemajuan dalam dirinya dengan mengintimir hal yang unggul dalam diri orang lain. Tetapi emulating yang baik ini bisa denganmudah tergelincir menjadi envy, terutama jikalau ternyata tidak mampu menjadi seperti modelnya. To be jealous adalah khawatir kalau apa yang dimilikinya diambil oleh orang lain. Jealous adalah kekhawatiran bahwa apa yang dimilikinya bisa diambil orang lain. Tetapi jealous juga bisa mempunyai arti yang negatif. Kekhawatiran bahwa apa yang dimiliki (hak,kehormatan, kuasa, harta benda, dsb) akan diambil daripadanya sering kali merupakan kekhawatiran yang tidak beralasan yang didasarkan pada kecurigaan yang tidak beralasan dan cara berpikir yang tidak sehat. 3. Apakah sumber dari Envy? Apa pun juga realitanya envy hadir dalam kehidupan manusia, dan ada orang-orang yang mempunyai kecenderungan envy lebih besar daripada orang lain. Dari pengamatan umum, rupanya : Envy lebih cenderung dialami oleh orang-orang yang merasa dirinya gagal Pada saat orang berusaha utnuk mencapai sesuatu dan gagal, ia cenderung untuk iri terhadap mereka yang berhasil. Tetapi anehnya perasaan gagal bukan cuma dialami oleh orang-orang yang memang mengalami kegagalan. Perasaan gagal ini relative, kadang-kadang diartikan perasaan tidak sukses, tidak puas, kadang-kadang dapat diartikan memang gagal dalam suatu usaha. Envy lebih cenderung dialami oleh orang-orang yang merasa inferior Sadar atau tidak sadar orang yang envious merasa dirinya lebig onferior dari orang lain dan dia tidak menyukai posisinya. Perasaan inferiorakan menjadi envious terutama pada saat orang yang bersangkutan merasa diperlakukan secara tidak adil. Envy lebih cenderung dialami oleh orang-orang yang jauh dari Allah

Orang-orang yang menolak ajaran Kristus cenderung untuk iri hati dan dengki. Alkitab dengan jelas sekali menyebutkan envy sebagai tanda dari orang-orang yang menolak Allah.

4. Apakah pengaruh Envy dalam kehidupan kita? Pengaruh Envy dalam kehidupan manusia besar sekali oleh karena : Envy mempengaruhi jalan pikiran manusia, dan menyebabkan manusia selalu cenderung menyukai kecelakaan yang dialami sesamanya. Envy tercermin melalui kata-kata, gossip, kritik, humor bahkan humor yang membuat kebenaran itu hadir dan dinikmati oleh karena merugikan sesamanya. Envy mempengaruhi perasaan manusia Orang yang envy dengan sendirinya tidak dapat merasa sukacita, bahagia, dan tidak pernah merasa puas Envy mempengaruhi tingkah laku manusia Envy sangat mempengaruhi tingkah laku manusia seperti kejahatan, pembalasan dendam, kekerasan bahkan pembunuhan. Envy menghambat hubungan baik dan kerja sama dengan sesamanya Karena pada saat seseorang merasa envy biasanya ia merasa tidak senang, marah, rendah diri, curiga bahkan mungkin merasa bersalah setiap kali berhadpaan muka dengan orang tersebut. Envy menceraikan kita dari Allah Envy adalah dosa, dan Alkitab menegaskan bahwa dosa menceraikan kita dari kasih Allah.

5. Bagaimana mengatasi Envy?

Memang envy sulit diatasi, tetapi tidak ada yang mustahil bagi orang percaya. Jikalau kita percaya kepada Allah yang hidup, maka kita percaya bahwa di dalam jalan Allah yang benar segala hal yang baik akan mendapat pertolongan Allah untuk mengatasinya. Untuk mengatasi envy, pertama-tama kita harus understand nature dari envy. Envy adalah dosa. Alkitab menyebutkan sebagai keinginan daging, nature dari setiap orang berdosa (Gal 5:20) Kalau envy adlaah dosa, kita harus menyadari : Envy bisa mengambil bentuk apa saja Bisa mengekspresikan diri dalam perzinaan, pembunuhan, depresi dalam apa saja. Kegagalan untuk menyelesaikan envy sering kali disebabkan oleh karena kita tidak dapat membedakan antara inti persoalan dan symptomnya (gejalanya) Envy tidak pernah independent Berarti tidak pernah ada kasus di mana seseorang merasakan envious saja tanpa mempunyai perasaan lainnya terhadap orang yang bersangkutan. Dan biasanya envy menghasilkan hal-hal negative oleh karena disertai perasaan-perasaan negative yang lainnya. Envy tidak dapat dihindari tetapi dapat dihambat

perkembangannya. Memang ada orang-orang yang lebih mudah menjadi envious daripada orang lain. Tetapi tidak pernah ada orang yang terbebas sama sekali dari envy. Di mana ada dosa di situ selalu terbuka kemungkinan adanya envy. Dan tanpa dapat dihindari envy muncul dalam perasaan dan pikiran orang. Karena akar envy adalah dosa, maka tidak ada jalan lain untuk mencabut akar itu kecuali dengan penebusan dosa yang

dilakukan Tuhan Yesus Kristus. Kegagalan tidak lagi menghantui orang beriman, karena kegagalan itu merupakan kegagalan yang tidak disengaja, bahkan dibenci dan diperangi dengan sungguh-sungguh. Untuk mengatasi envy kita seharusnya menyadari akan personalimage kita sendiri. Yaitu attitude (sikap) kita terhadap diri sendiri yang sangat menentukan kepekaan terhadap hal-hal lain. Perasaan kehilangan dan kekurangan yang timbul oleh karena apa yang dimilik orang lain, sebagian besar terjadi oleh karena poor self-image.

6. Bagaimana menolong konseli mengatasi Envy? Menolong konseli mengenali persoalannya Persoalan envy bisa bermacam-macam. Dan tugas konselor adalah menolong konseli mengenali apa itu persoalannya. Kalau envy timbul oleh karena persoalan poor self-image, tugas konselor adalah mengembangkan selfimage yang positif. Kalau envy muncul oleh karena persoalan anti-sosial maka tugas konselor adalah menolong konseli mengenal dan menerima kebenaran-kebenaran yang mutlak di luar dirinya dan melatih penggunaan ratio dan emosinya secara baru. Menolong konseli mengembangkan positif attitude terhadap sesamanya Sebagian besar dari masalah envy timbul oleh karena lack of communication. Dan lack of communication adalah sumber dari prasangka buruk terhadap orang lain. Kalau konseli dapat membina hubungan yang baik dengan sesamanya, dapat mengenal orang-orang lain secara obyektif, kemungkinan besar envious itu akan berkurang.

Menolong konseli mengenali dan menyadari hal-hal yang peka yang mudah menimbulkan envy dan mengatasinya. Masalah ekonomi adalah masalah yang peka yang mudah merangsang envy dalam diri orang-orang miskin. Masalah harga diri adalah masalah yang peka yang mudah merangsang envy dalam diri orang-orang yang mempunyai poor self-image. Masalah kebahagiaan adalah masalah yang peka yang mudah merangsang envy dalam diri orang-orang yang hidupnya susah, dsb. Konseli harus dapat menyadari hal-hal apa yang sering kali merangsang perasaan envy dan dapat mengatasinya.

Menolong konseli membedakan antara envy yang destructive (merusak) dan yang konstruktive (membangun), dan mendorongnya memakai energy envy untuk mencapai hal-hal positif. Alkitab dengan jelas mengajarkan orang percaya untuk menginginkan dan mencari anugerah-anugerah yang lebih besar. Maksudnya adalah menginginkan supaya lebih berfungsi sebagai anggota tubuh Kristus dan bukan iri atas panggilan orang lain. Envy yang destruktif menginginkan apa yang tidak menjadi proporsinya. Diekspresikan dalam cara-cara yang negtif, sedangkan envy yang konstruktif diekspresikan secara positif dan bertanggung jawab.

C. Anxiety (kecemasan) 1. Pengertian Ahli-ahli ilmu jiwa sependapat bahwa anxiety merupakan salah satu masalah manusia terbesar zaman ini. Anxiety didefinisikan sebagai perasaan khawatir, cemas, gelisah dan takut yang muncul secara bersamaan dan yang biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan pada tubuh yang menggejala dalam bentuk jantung berdebardebar, keringat dingin, dsb. Anxiety dapat timbul sebagai reaksi atas bahaya yang benar-benar ada maupun yang sebenarnya tidak ada yang seringkali disebut free floating anxiety dimana orang yang bersangkutan merasakan kecemasan tanpa ia sendiri tahu penyebabnya.

2. Macam-macam Anxiety a. Phobic anxiety Yaitu anxiety yang timbul karena phobia tertentu. b. Acute anxiety Yaitu anxiety yang muncul tiba-tiba dengan intensitas yang tinggi dan biasanya memakan waktu tidak terlalu lama c. Chronic anxiety Yaitu anxiety yang munculnya bertahan terus menerus dalam hidup seseorang meskipun intensitasnya rendah. Orang yang bersangkutan hampir selalu merasa khawatir tanpa sebab-sebab yang jelas d. Normal anxiety Yaitu anxiety yang timbul karena memang ada alasan yang jelas. e. Neurotic anxiety Yaitu anxiety yang muncul meskipun tidak ada alasan yang sesungghnya. Freud mengatakan bahwa anxiety seperti ini terjadi karena konflik-konflik yang terjadi dibawah alam sadar.

3. Apa yang Alkitab katakana tentang Anxiety Alkitab dengan jelas membedakan antara anxiety sebagai bentuk kecemasan dan anxiety sebagai suatu realistic concern (sikap realistis dalam kenghadapi kesukaran) a. Anxiety sebagai bentuk kecemasan Larangan anxious diberikan karena Allah selalu mencukupi kebutuhan setiap makhluknya (Mat. 6:26) sehingga manusia perlu diingatkan jika mereka anxious maka itu terjadi karena kekurangpercayaan mereka pada Allah atau karenamereka telah menjadikan kebutuhan sehari-hari sebagai kebutuhan yang terlalu primer

dalam hidupnya. b. Anxiety sebagai realistic concern Alkitab ternyata tidak melarang anxiety yang seperti ini, bahkan dalam banyak hal justru termasuk tanda dari kematangan rohani dan tanggung jawab. Tentu saja kalau ini disebutkan dengan nada positif adalah anxiety yang beralasan dan dapat dibenarkan. Mengabaikan bahaya adalah suatu sikap yang bodoh dan tidak bertanggung jawab. Tetapi di kontrol oleh perasaan anxious yang berlebihan adalah awal tanda dari kelemahan iman.

4. Penyebab Anxiety a. Id Muncul sebagai suatu rangsangan yang mendorong ego untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat diterima oleh lingkungannya. Disebut juga sebagai neuroticanxiety. b. Ego Bagian dari kepribadian manusia yang memberi kesadaran akan adanya dunia di luar dirinya dan yang memungkinkan manusia berorientasi dengan realita. Menyadari akan adanya hal yang mengkhawatirkan. Disebut juga realistic anxiety. c. Super ego Kesadaran moral akan apa yang baik dan apa yang jahat. Menjadi begitu kuat sehingga menimbulkan perasaan bersalah dan malu. Disebut juga moral anxiety. 5. Pengaruh anxiety dalam kehidupan Reaksi Fisik

Reaksi Psikis

Anxiety selalu memberikan pada kondisi psikis orang yang bersangkutan. Semakin tinggi intensitas anxietinya semakin serius reaksi psikisnya. Seringkali kita temukan anxiety bisa melumpuhkan efektivitas kerja pada orang-orang berpendidikan tinggi sekalipun.

Reaksi Pertahanan pada saat anxiety muncul biasanya manusia memakai mekaisme pertahanan dengan maksud mengurangi ataupun melupakan perasaan anxious yang tidak dikehendaki itu. Anxiety seringkali mempengaruhi cara berfikir orang sehingga muncul macam-macam mekanismepertahanan dari yang wajar sampai dengan yang irrasional.

Reaksi Spiritual Anxiety juga mempengaruhi kehidupan rohani seseorang. Satu pihak anxiety bisa mendorong orang untuk mencari Allah, pihak lain tidak jarang anxiety justru mendorong orang untuk mempersalahkan Allah dan menjauhkan diri dari-Nya. Tapi pada umumnya anxiety melumpuhkan kepekaan rohani orang.

6. Cara mengatasi Anxieti a. Jika mereka mampu mengembangkan kepercayaan bahwa dirinya mampu mengatasi tantangan kehidupan ini. b. Jika mereka menemukan kegiatan lain yang cukup berarti yang menjauhkan dirinya dari sumber anxietinya. c. Juka mereka bisa percaya adanya pribadi yang berkuasa, yang bersedia menolong mereka. 7. Bagaimana menolong Konseli mengatasi Anxiety a. Mengenali gejala anxietinya sendiri. Pada saat konselor merasakan anxious dalam menangani kasus anxiety, sebaiknya ia menanyakan kepada dirinya sendiri:

Apa sebenarnya b. Mendemonstrasikan kasih. c. Mengenali penyebabnya. d. Mendorong konseli melakukan tindakan konkrit. e. Memberikan dukungan yang konkrit. f. Mengingatkan konseli akan kebenaran firman tuhan.

You might also like