Professional Documents
Culture Documents
A.JUDUL PENELITIAN
B. BIDANG KAJIAN
C. PENDAHULUAN
Peningkatan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah
satu tujuan yang sangat diinginkan oleh bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah dan
masyarakat pendidikan telah melakukan berbagai upaya pada berbagai jenjang persekolahan sesuai dengan
kurikulum yang diberlakukan secara nasional yang memuat berbagai mata pelajaran termasuk matematika.
Tidak sedikit sumbangan matematika untuk mengembangkan kemampuan manusia dalam memanfaatkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesadaran terhadap hal ini telah mendorong berbagai
kalangan pendidikan untuk melakukan berbagai upaya, baik peningkatan sarana dan prasarana pendidikan,
perubahan kurikulum, pelatihan guru-guru dan tenaga dosen LPTK, peningkatan kualitas guru, dan
pelaksanaan perlombaan seperti Olimpiade Sains Nasional untuk menyeleksi putra-putri terbaik bangsa
dalam ajang menyeleksi bidang sains dan matematika pada skala nasional dan internasional. Semua upaya
tersebut merupakan bukti nyata kesungguhan berbagai kalangan untuk mengangkat derajat bangsa melalui
pendidikan. Walau demikian, harus disadari bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar sehingga
tantangan dan hambatan yang dihadapi untuk mewujudkan cita-cita tersebut juga tidak sedikit. Hal ini
dirasakan oleh keseluruhan komponen pendidikan khususnya guru matematika yang menjadi tulang
punggung pelaksana pendidikan matematika di sekolah-sekolah.
SD Negeri 32 Poasia yang berlokasi di Perumahan Dosen Kampus Baru Universitas Haluoleo merupakan
salah satu SD yang guru-gurunya juga mengalami hal yang sama sebagimana diuraikan di atas. Namun
setelah dilakukan berbagai upaya perbaikan demi meningkatkan hasil belajar matematika siswa khususnya
minat dan motivasi belajar telah nampak berbagai perubahan secara klasikal baik hasil belajar maupun minat
dan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Kadir (2005), pada pembelajaran matematika di kelas V
SD Negerin 32 Poasia yang berakhir pada akhir September 2005 terlihat bahwa minat, motivasi, dan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika sudah cukup baik. Hal ini terbukti dari
banyaknya siswa yang memperoleh nilai di atas 6,5 lebih dari 80%. Namun demikian, dari hasil diskusi
dengan guru yang dilibatkan dalam penelitian tersebut diperoleh kenyataan bahwa jika dilihat dari komposisi
soal yang diteskan, secara umum siswa belum mampu menyelesaikan soal cerita. Para siswa masih
mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal matematika bentuk cerita. Dari hasil pengamatan
terhadap lembar jawaban siswa terlihat bahwa ada beberapa penyebab hal ini bisa memungkinkan terjadi,
1
yaitu: kemampuan siswa dalam memaknai bahasa soal masih kurang, siswa belum dapat menentukan apa
yang diketahui dan apa yang ditanyakan, serta kemampuan siswa dalam menentukan model matematika yang
digunakan dalam penyelesaian soal.
Dari laporan hasil observasi yang dilakukan disimpulkan bahwa guru telah melaksanakan pembelajaran
dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PPMRII) sesuai dengan skenario yang
dirancang. Namun demikian, pada pemberian tugas latihan di kelas dan di rumah kepada siswa, guru masih
kurang memperhatikan aspek soal cerita sebagai salah satu bentuk soal latihan di rumah. Guru masih terfokus
pada soal-soal latihan yang ada di buku. Hal ini kurang memberi ruang kepada siswa untuk mengembangkan
idenya dalam melatih kemampuannya memecahkan masalah yang ada pada soal matematika berbentuk
cerita.
Berdasarkan alasan di atas, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih meningkatkan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika khususnya soal berbentuk cerita. Hal ini dapat diwujudkan
karena guru telah dapat melaksanakan pembelajaran matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik. Artinya, guru dan siswa telah memiliki pengalaman dan kemampuan untuk melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini dalam pembelajaran matematika. Pendekatan Matematika
Realistik digunakan karena pendekatan ini adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengarahkan siswa
pada pembelajaran secara bermakna, sesuai dengan kemampuan berpikir siswa serta berkaitan dengan
kehidupan siswa sehari-hari. Keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari ini akan mengarahkan siswa pada
pengertian bahwa matematika bukan hanya ilmu simbolik belaka tetapi dapat dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari untuk membantu dan mempermudah pekerjaan manusia dalam menyelesaikan permasalahan
hidupnya. Pemberian pembelajaran matematika yang bermakna kepada siswa dan tidak memisahkan belajar
matematika dengan pengalaman siswa sehari-hari, siswa akan dapat mengaplikasikan matematika dalam
kehidupan sehari-hari dan tidak cepat lupa.
Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka disarankan perlu dilaksanakannya penelitian ini yang merupakan
kerjasama antara dosen matematika FKIP Unhalu dengan guru matematika kelas VI SD Negeri 32 Poasia
Kendari dengan judul: “Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari dalam
Menyelesaikan Soal Matematika Berbentuk Cerita pada Pokok Bahasan Faktor dan Kelipatan Bilangan
Melalui Pendekatan Matematika Realistik”.
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “apakah
kemampuan siswa kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari dalam menyelesaikan soal matematika berbentuk
cerita pada pokok bahasan faktor dan kelipatan bilangan dapat ditingkatkan melalui pendekatan matematika
realistik?”
2. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan permasalahan di atas, dilakukan tindakan-tindakan sesuai dengan kaidah penelitian
tindakan kelas, yaitu:
1. Mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan awal matematika siswa. Hasil tes ini kemudian
1
menjadi dasar bagi peneliti untuk membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang masing-masing
beranggotakan 4-5 orang untuk merangsang pertukaran pendapat dan interaksi antar guru dengan
siswa dan antar siswa, saling menghormati pendapat yang berbeda, dan menumbuhkan konsep diri
siswa. Pembagian anggota kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan, jenis kelamin, status sosial
dan etnis.
2. Memberikan angket untuk diisi oleh siswa sehingga dapat diketahui tanggapan siswa mengenai
pelaksanaan pembelajaran matematika.
4. Menyusun perangkat pembelajaran yang mengacu pada karakteristik PMRI yajng secara umum
meliputi komponen: tujuan, materi, kegiatan belajar mengajar di kelas, dan evaluasi.
5. Melaksanakan skenario pembelajaran yang mengacu pada pendekatan PMRI untuk tiap-tiap siklus
tindakan (direncanakan tiga siklus), evaluasi dan refleksi.
6. Tindakan di dalam kelas disesuaikan dengan sintaks implementasi PMRI dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas, yaitu:
2. Mengusahakan keterlibatan siswa dengan bantuan guru untuk menemukan kembali dan
mengkonstruksi konsep sendiri sesuai materi matematika yang dipelajari.
3. Mengaplikasikan konsep yang telah ditemukan ke dalam masalah sehari-hari atau dalam
bidang lain.
7. Evaluasi dilaksanakan selama dan setelah proses pembelajaran. Evaluasi selama proses pembelajaran
dilakukan melalui observasi bagaimana siswa mengkomunikasikan matematika. Sedangkan setelah
pembelajaran dapat dilakukan dengan memberikan pekerjaan rumah untuk mengerjakan soal beserta
alasannya dan mengajukan soal kepada siswa untuk dikerjakan beserta alasannya. Pada akhir setiap
siklus tindakan dilakukan evaluasi untuk mengetahui kemajuan hasil belajar yang telah dicapai siswa.
Hasil dari evaluasi pada akhir setiap siklus akan direfleksi untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan.
8. Tindakan pada setiap siklus dikatakan berhasil bila telah minimal 80% siswa mencapai nilai paling
rendah 6,5.
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
siswa kelas VI SD Negeri 32 poasia kendari dalam menyelesaikan soal matematika berbentuk cerita pada
1
pokok bahasan faktor dan kelipatan bilangan melalui pendekatan matematika realistik.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bererti seperti berikut:
1. Bagi guru: dengan penelitian ini, (1) guru dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendekatan
pembelajaran di kelas, shingga konsep-konsep matematika yang diajarkan guru dapat dikuasai siswa,
(2) guru akan terbiasa untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan merancang pendekatan-
pendekatan pembelajaran yang baru guna meningkatkan prestasi belajar siswanya, dan (3) guru dapat
meningkatkan kemampuan meneliti dan menyusun laporan dalam bentuk karya ilmiah yang baku,
sehingga dapat meningkatkan rasa ingin tahu, yang lebih kuat dan mendorong terciptanya disposisi
matematika (mathematical disposition)
2. Bagi siswa: hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi untuk meningkatkan minat, motivasi, dan
kemampuannya dalam memahami konsep-konsep matematika sehingga prestasi belajarnya dapat
meningkat.
3. Bagi dosen: dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan sekolah mitra, dosen akan lebih
memahami masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi guru di sekolah yang sangat membantu
dosen dalam mendidik calon guru matematika di LPTK.
4. Bagi sekolah: hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi positif pada sekolah dalam rangka
perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
5. Bagi FKIP Unhalu: hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk perbaikan pembelajaran di LPTK,
khususnya Program Studi Pendidikan Matematika sebagai lembaga yang mencetak calon guru
matematika.
6. KAJIAN PUSTAKA
Proses belajar mengajar merupakan sebuah proses interaksi yang menghimpun sejumlah nilai (norma) yang
merupakan substansi, sebagai medium antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan.
Dalam proses belajar mengajar terdapat dua kegiatan yakni kegiatan guru dan kegiatan siswa. Guru mengajar
dengan gayanya sendiri dan siswa juga belajar dengan gayanya sendiri. Sebagai guru, tugasnya tidak hanya
mengajar tetapi juga belajar memahami suasana psikologis siswanya dan kondisi kelas. Dalam mengajar,
guru harus memahami gaya-gaya belajar siswanya sehingga kerelavansian antara gaya-gaya mengajar guru
dan siswa akan memudahkan guru menciptakan interaksi edukatif dan kondusif. Hal ini sejalan dengan
pendapat Ametembun (1985) bahwa suatu interaksi yang harmonis terjadi bila dalam prosesnya tercipta
keselarasan, keseimbangan, keserasian antara kedua komponen yaitu guru dan siswa.
1
Dalam proses edukatif guru harus berusaha agar siswanya aktif dan kreatif secara optimal. Guru tidak harus
terlena dengan menerapkan gaya konvensional. Karena gaya mengajar seperti ini tidak sesuai dengan
konsepsi pendidikan modern. Pendidikan modern menghendaki siswa lebih aktif dalam kegiatan interaktif
edukatif. Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan siswa aktif dalam belajar.
Banyak kegiatan yang harus dilakukan gurudalam proses belajar mengajar seperti memahami prinsip-prinsip
proses belajar mengajar, menyiapkan bahan dan sumber belajar, memilih metode yang tepat, menyiapkan alat
bantu pengajaran, memilih pendekatan, dan mengadakan evaluasi. Semua kegiatan yang dilakukan guru
harus didekati dengan pendekatan sistem, sebab pengajaran adalah suatu sistem yang melibatkan sejumlah
kompenen pengajaaran dan semua komponen tersebut saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka
pencapaian tujuan pengajaran.
Sehubungan dengan diberlakukannya kurikulum 2004, maka salah satu pendekatan pembelajaran matematika
yang digunakan adalah pendekatan matematika realistik Indonesia (PMRI). Kemahiran matematia yang
diharapkan dapat diwujudkan adalah sebagaimana tertuang dalam peta kompetensi mata pelaaran matematika
di kelas VI SD, yaitu (1) menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika (termasuk peran definisi), (2)
memecahkan dan menafsirkan masalah soal cerita, dan (3) menghargai matematika sebagai suatu yang
berguna dan bermanfaat dalam kehidupan. Berdasarkan uraian tersebut maka soal cerita merupakan soal yang
seharusnya mendapat porsi cukup besar dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan. Artinya, pembelajaran
seharusnya dimulai dengan penggunaan masalah kontekstual dalam bentuk soal cerita sehingga siswa
memiliki kepekaan dalam memahami suatu persoalan dan bagaimana memecahkannya sehingga bermanfaat
dalam kehidupannya.
Permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-soal
berbentuk cerita (verbal). Menurut Abidia 1989:10), soal cerita adalah soal yang disajian dalam bentuk cerita
pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya.
Boot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita tersebut. Makin besar bibot
masalah yang diungkapkan, memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan. Sementara itu, menurut
Haji (1994:13), soal yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang matematika
dapat berbentuk cerita dan soal bukan cerita/soal hitungan. Dilanjutkannya, soal cerita merupakan modifikasi
dari soal-soal hitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Soal cerita yang
dmaksudkan dalam penelitian ini adalah soal matematika yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai
pokok bahasan yang diajarkan pada mata pelajaran matematika di kelas VI SD.
Untuk dapat menyelesaikan soal cerita, siswa harus menguasai hal-hal yang dipelajari sebelumnya, misalnya
pemahaman tentang sartuan ukuran luas, satuan ukuran panjang dan lebar, satuan berat, satuan isi, nilai tukar
mata uang, satuan waktu, dan sebagainya. Di samping itu, siswa juga harus menguasai materi prasyarat,
seperti rumus, teorema, dan aturan/ hukum yang berlaku dalam matematika. Pemahaman terhadap hal-hal
tersebut akan membantu siswa memahami maksud yang terkandung dalam soal-soal cerita tersebut.
Di samping hal-hal di atas, seorang siswa yang diperhadapkan dengan soal cerita harus memahami langkah-
langkah sistematik untuk menyelesaikan suatu masalah atau soal cerita matematika. Haji (1994:12)
mengungkapkan bahwa untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemamuan awal, yaitu
kemamuan untuk: (1) menentukan hal yang diketahui dalam soal; (2) menentukan hal yang ditanyakan; (3)
membuat model matematika; (4) melakukan perhitungan; dan (5) menginterpretasikan jawaban model ke
1
permasalahan semua. Hal ini sejalan dengan langkah-langkah penyelesaian soal cerita sebagaimana
dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika Sekolah Dasar (1983), yaitu: (1) membaca soal dan
memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang ada dalam soal; (2) menuliskan kalimat matematika;
(3) menyelesaikan kalimat matematika; dan (4) menggunakanan penyelesaian untuk menjawab pertanyan.
Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama dalam menyeesaikan suatu soal cerita
adaah pemahaman terhadap suatu masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang
ditanyakan. Untuk melakukan hal ini, Hudoyo dan Surawidjaja (1997:195) memberikan petunjuk: (1) baca
dan bacalah ulang masalah tersebut; pahami kata demi kata, kalimat demi kalimat; (2) identifikasikan apa
yan diketahui dari masalah tersebut; (3) identifikasikan apa yang hendak dicari; (4) abaikan hal-hal yang
tidak relevan dengan permasalahan; (5) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya
menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi.
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi (192), bahwa untuk menyelesaikan soal
matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-langkah: (1) membaca soal dengan
cermat untuk menangkap makna tiap kalimat; (2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui
dalam soal, apa yang diminta/ditanyakan dalam soal, operasi pengerjaan apa yang diperlukan; (3) membuat
model matematika dari soal; (4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga
mendapatkan jawaban dari model tersebut; dan (5) mengembalikan jawaban soal kepada jawaban asal.
Mencermati beberapa pendapat di atas, maka langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan soal
bentuk cerita yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) menentukan hal yang diketahui dalam soal; (2)
menentukan hal yang ditanyakan dalam soal; (3) membuat model/kalimat matematika; (4) melakuka
perhitungan (menyelesaikan kalimat matematika), dan (5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan
permintaa soal.
Istilah matematika realistik semula muncul dalam pembelajaran matematika di negeri Belanda yang dikenal
dengan nama Realistic Mathematics Education (RME). Pendekatan pembelajaran ini merupakan reaksi
terhadap pembelajaran matematika modern (new math) di Amerika dan pembelajaran matematika di Belanda
sebelumnya yang dipandang sebagai “mechanistic mathematics education”.
PMRI pada dasarnya merupakan pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai pendidikan matematika secara
lebih baik dari pada masa yang lalu. Seperti halnya pandangan baru tentang proses belajar mengajar, dalam
PMRI juga diperlukan upaya mengaktifkan siswa. Upaya tersebut dapat diwujudkan dengan cara (1)
mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses belajar mengajar dan (2) mengoptimalkan keikutsertaan
seluruh sense peserta didik. Salah satu kemungkinannya adalah dengan memberi kesempatan kepada siswa
untuk dapat menemukan atau mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang akan dikuasainya.
Dalam pandangan PMRI, pembelajaran matematika lebih memusatkan kegiatan belajar pada siswa dan
lingkungan serta bahan ajar yang disusun sedemikian rupa sehingga siswa lebih aktif mengkonstruksi
pengetahuan untuk dirinya sendiri. Peran guru lebih banyak sebagai motivator terjadinya proses
pembelajaran, bukan sebagai pengajar atau penyampai ilmu. Ini berarti materi matematika yang disajikan
kepada siswa harus berupa suatu “proses” bukan sebagai barang “jadi”.
1
Marpaung dalam Hartadji dan Ma’nar (2001) menyatakan bahwa RME atau PMRI bertolak dari masalah-
masalah yang kontekstual, siswa aktif, guru berperan sebagai fasilitator, anak bebas mengeluarkan idenya,
siswa berbagi ide-idenya, artinya mereka bebas mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain. Guru
membantu mereka membandingkan ide-ide itu dan membimbing mereka untuk mengambil keputusan tentang
ide mana yang lebih baik buat mereka.
PMRI sejalan dengan teori psikologi kognitif dan pembelajaran matematika. Menurut pandangan psikologi
kognitif, yang bermakna itu lebih mudah dipahami siswa daripada yang tidak bermakna. Bermakna disini
dimaksudkan, bahwa informasi baru mempunyai kaitan dengan informasi yang sudah tersimpan dalam
memori. Memori kita menyimpan pengalaman-pengalaman yang memiliki arti bagi kita, yang kontekstual,
yang realistik.
PMRI memberikan kemudahan bagi guru matematika dalam pengembangan konsep-konsep dan gagasan-
gagasan matematika bermula dari dunia nyata. Dunia nyata tidak berarti konkrit secara fisik dan kasat mata,
namun juga termasuk yang dapat dibayangkan oleh pikiran anak. Jadi dengan demikian PMRI menggunakan
situasi dunia nyata atau suatu konteks nyata sebagai titik tolak belajar matematika.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, PMRI mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) menggunakan konteks
yang nyata sebagai titik awal belajar, (2) menggunakan model sebagai jembatan antara real dan abstrak, (3)
belajar dalam suasana demokratis dan interaktif, dan (4) menghargai jawaban informal siswa sebelum mereka
mencapai bentuk formal matematika.
Dalam pelaksanaannya, PMRI menganut lima prinsip utama, yaitu: (1) penggunaan konteks, sebagai sumber
belajar dalam menemukan kembali ide matematika dan secara bersamaan menerapkan ide tersebut; (2)
menggunakan model produksi dan konstruksi siswa; (3) menolak proses yang mekanistik, saling terlepas dan
tak bermakna, prosedur rutin, dan sering bekerja individual; (4) siswa bukan penerima informasi, tetapi
subyek aktif dalam menemukan kembali; dan (5) menggunakan berbagai teori belajar yang relevan dan
saling terkait.
Beberapa keuntungan dalam PMRI antara lain: (1) Melalui penyajian yang kontekstual, pemahaman konsep
siswa meningkat dan bermakna, mendorong siswa melek matematika, dan memahami keterkaitan
matematika dengan dunia sekitarnya; (2) siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka
tidak takut belajar matematika; (3) siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya; (4) memberi peluang pengembangan potensi
dan kemampuan berfikir alternatif; (5) kesempatan cara penyelesaian yang berbeda; (6) melalui belajar
kelompok berlangsung pertukaran pendapat dan interaksi antar guru dengan siswa dan antar siswa, saling
menghormati pendapat yang berbeda, dan menumbuhkan konsep diri siswa; dan (7) melalui matematisasi
vertikal, siswa dapat mengikuti perkembangan matematika sebagai suatu disiplin.
Dengan melhat keuntungan dalam PMRI di atas mengarahkan kita pada suatu kesimpulan bahwa dengan
menggunakan pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika siswa akan terbiasa memahami suatu
persoalan dengan suatu sudut pandang yang bervariasi sehingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan
dengan berbagai cara. Potensi siswa akan berkembang baik minat dan motivasinya dalam belajar matematika
karena pembelajaran yang dimulai dengan konteks mengarahkan siswa pada pentingnya matematika dalam
kehidupan sehari-hari. Siswa dipahamkan tentang kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena pentingnya pendekatan ini digunakan dalam pembelajaran matematika, maka seharusnyalah
setiap guru memperhatikan bagaimana sintak pelaksanaan pendekatan PMRI dalam pembelajaran
matematika. Adapun sintaks implementasi matematika realistik (PMRI) adalah:
1
Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Kadir (2005) menyimpulkan bahwa melalui penggunaan pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 32
Poasia Kota Kendari dapat ditingkatkan. Dari hasil penelitiannya juga tergambar adanya peningkatan minat
dan motivasi belajar siswa setelah siswa di ajar dengan pendekatan PMRI.
1
Hasil penelitian Ahmad Fauzan (2001) tentang pengembangan dan implementasi protype I dan II perangkat
pembelajaran geometri untuk siswa kelas IV SD berdasarkan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) diperoleh hasil bahwa pada tahap awal penelitian ditemukan banyak kendala seperti siswa mengalami
kesulitan untuk memahami contextual problem, tidak terbiasa bekerja berkelompok, sangat tergantung
kepada guru, tidak aktif dan kreatif, sangat lemah dalam penalaran dan penguasaan konsep-konsep yang
sudah dipelajari, hanya tertarik pada hasi akhir dan mengabaikan proses untuk menemukan jawaban. Setelah
dilakukan beberapa usaha diperoleh bebarapa perubahan positif pada siswa. Usaha dimaksud adalah:
mengadakan diskusi sebelum siswa memecahkan contextual problem, membuat catatan-catatan pada buku
latihan siswa, dan tidak memberi nilai maksimal kepada siswa yang tidak memberi alasan untuk jawabannya.
Beberapa perubahan psotif yang didapat adalah siswa menjadi lebih aktif dan kreatif, kemampuan siswa
dalam memahami soal cerita semakin baik, beberapa siswa menunjukkan kemajuan yang baik dalam
penalaran, dan hasil postes lebih baik daripada hasil pretes pada semua kelompok siswa yang diteliti.
5. Keranga Berpikir
Pendekatan Pendidika Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan suatu pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman
siswa sebagai titik awal pembelajara. Melalui matematisasi horizontal-vertikal siswa diharapkan dapat
menemukan dan merekonstruksi konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.
Seanjutnya, siswa diberi kesempatan menerapkan konsep-kosep matematika untuk memecahkan masalah
sehari-hari atau masalah dalam bidang lain. Dengan kata lain pembelajaran PMRI mengarahkan siswa pada
belajar dengan bermakna.
Kebermaknaan yang timbul sebagai akibat pembelajaran PMRI akan memberi peluang kepada siswa
mengembangkan potensi dan kemampuan berpikir alternatif, mengembangkan cara penyelesaian berbeda
terhadap suatu permasalahan, memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman sehari-hari serta saling hormat
menghormati dan menumbuhkan konsep diri yang kesemuanya itu mengarah kepada peningkatan
kemampuan siswa dalam memecahkan setiap soal matematika bahkan dalam aplikasinya dengan kehidupan
sehari-hari atau bidang lainnya.
Soal-soal matematika yang digunakan sebagai gambaran kehidupan sehari-hari atau aplikasinya dalam
bidang lain ini tertuang dalam bentuk-bentuk soal cerita atau masalah kontekstual. Soal yang disusun dalam
bentuk kalimat verbal tersebut memungkinkan siswa menggunakan daya imajinasi dan kreativitasnya serta
ide dan nalarnya untuk mengemukkakan berbagai alternatif pemecahan soal-soal tersebut. Jika siswa dibina
dengan membiasakannya menyelesaikan soal-soal seperti ini, di mana siswa merasakan manfaat matematika
dalam kehidupannya sehari-hari, maka tentu kemampan nalar, ide dan kreativitasnya dalam pembelajaran
akan meningkat. Meningkatnya aktifitas dan kreativitas siswa dalam pembelajaran akan meningkatkan hasil
belajar siswa. Hasil yang diperoleh siswa berupa perubahan kemampuan matematika siswa sebagai akibat
dari proses interaksi siswa dengan lingkungannya ini disebut hasil belajar matematika siswa. Artinya,
semakin baik pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik
akan semakin meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
6. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, hasil enelitian yang relevan, dan kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis
1
tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut: “Dengan menggunakan pendekatan matematika realistik dalam
proses belajar mengajar matematika, maka kemampuan siswa kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari dalam
menyelesaikan soal matematika berbentuk cerita pada pokok bahasan faktor dan kelipatan bilangan dapat
ditingkatkan”.
1. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kota Kendari sebagai sekolah mitra,
dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang yang terdiri dari 12 orang siswa pria dan 12 orang siswa wanita.
Pelaksanaan penelitian direncanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2006/2007 selama 8 bulan.
1. Faktor siswa: yaitu dengan melihat apakah tingkat kemampuan siswa pada pokok bahasan bilangan
cacah dan bilangan pecahan berada dalam kategori rendah, sedang atau tinggi ?
2. Faktor guru: yaitu dengan memperhatikan bagaimana persiapan materi dan kesesuaian pendekatan
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran di kelas.
3. Faktor sumber pelajaran: yaitu dengan memperhatikan sumber pelajaran yang digunakan apakah
sudah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, demikian pula latihan-latihan yang diberikan,
apakah sudah berjenjang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa serta dengan tujuan yang akan
dicapai sesuai dengan pendekatan matematika realistik yang digunakan.
4. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melaksanakan tes awal berupa tes diagnostik untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum diberikan tindakan di samping observasi. Observasi awal dilakukan untuk
dapat mengetahui ketetapan tindakan yang akan diberikan dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita.
1
Dari hasil evaluasi dan observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkan tindakan yang digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa, yaitu melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
matematika realistik.
Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut, maka dilaksanakanlah penelitian tindakan kelas ini dengan
prosedur sebagai berikut.
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi:
2. Membuat lembar observasi: untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar di kelas ketika
pendekatan matematika realistik dilaksanakan.
4. Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka membantu siswa memahami
konsep-konsep matematika dengan baik.
5. Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah materi matematika telah dikuasai oleh siswa.
b. Pelaksanaan tindakan
Tindakan yang telah dirancang dilaksanakan oleh satu orang guru matematika kelas VI SD Negeri 32 Poasia.
Pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan matematika realistik sesuai dengan
skenario pembelajaran yang telah dibuat.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Proses observasi
dilakukan oleh dua orang dari tim peneliti untuk mengamati guru dalam kelas selama melaksanakan tindakan
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik. Pengamatan juga
dilakukan terhadap prilaku dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan dampak yang
ditimbulkan dari prilaku guru terhadap siswa selama proses pembelajaran.
d. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir siklus pelaksanaan tindakan. Evaluasi tersebut ditujukan untuk mengetahui ada atau tidak
adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan yang diajarkan. Alat evaluasi yang digunakan adalah tes
hasil belajar yang disusun peneliti. Bilamana secara klasikal minimal 80 % siswa telah mencapai nilai paling rendah 6,5, maka
tindakan dianggap telah berhasil dilaksanakan.
e. Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dianalisis. Kelemahan-kelemahan atau kekurangan-
kekurangan yang terjadi pada setiap siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
2. Jenis data: data kuantitatif yang diperoleh dari tes hasil belajar dan data kualitatif yang diperoleh
melalui lembar observasi, kuesioner, dan jurnal.
2. Data tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pendekatan matematika realistik diambil dengan
menggunakan kuesioner.
3. Data refleksi diri serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam kelas, diambil dengan
menggunakan jurnal.
4. Data tentang hasil belajar matematika siswa diambil dengan menggunakan tes hasil belajar.
6. Indikator Kerja
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan pelaksanaannya dalam tiga siklus tindakan. Namun demikian, bila
pada hasil evaluasi suatu siklus paling sedikit 80 % siswa telah mendapatkan nilai paling rendah 6,5, maka
siklus selanjutnya tidak dilaksanakan karena indikator keberhasilan telah tercapai.
I. JADWAL PENELITIAN
B U LAN
Kegiatan
4 5 6 7 8 9 10 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Perencanaan
2. Persiapan
a. Membuat skenario
pembelajaran, lembar
observasi, dan kuesioner
d. Membuat jurnal
3. Pelaksanaan Siklus I
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Obsevasi/evaluasi
d. Refleksi diri
4. Pelaksanaan Siklus II
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Obsevasi/evaluasi
d. Refleksi diri
5. Pelaksanaan Monitoring
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Obsevasi/evaluasi
1
d. Refleksi diri
7. Pelaporan
d. Pembuatan laporan
e. Penggandaan laporan
J. BIAYA PENELITIAN
1. Biaya Perencanaan
Rp
Konsumsi : 3x3xRp. 17.500 157.500
Rp
Konsumsi : 3x2xRp. 17.500 105.000
1
Rp
Transportasi : 3x2xRp. 20.000 120.000
Rp.
Jumlah (1) 515.000
2. Biaya Persiapan
Rp
Konsumsi : 3x10xRp. 17.500 525.000
Rp
Transportasi : 3x10xRp. 20.000 600.000
Rp
- Konsumsi : 3x10xRp. 17.500 630.000
Rp
- Transportasi : 3x10xRp. 20.000 600.000
Rp
Jumlah (2) 2.467.500
Rp
a. Kertas duplikator 5 rim, @ Rp. 25.000 125.000
Rp.
b. Kertas bergaris 5 rim, @ Rp. 30.000,- 150.000
1
Rp
c. Kertas Komputer 2 ply 2 dos, @RP. 300.000 600.000
Rp
d. Kertas Ukuran A4 4 rim, @ Rp. 30.000 120.000
Rp
e. Pita komputer 3 buah, @ Rp. 35.000 105.000
Rp.
g. Catridge 1 buah (hitam) 125.000
Rp.
h. Cartrige 1 buah (warna) 150.000
Rp.
i. Spidol Whiteboard 2 box, @ 85.000,- 170.000
Rp.
j. Karton manila 20 lembar @ Rp. 7.500 150.000
4. Biaya Operasional
(1
) Perencanaan tindakan, observasi awal dan rapat tim peneliti
(2
) Biaya implementasi tindakan untuk 2 orang : 2xRp. 125.000 Rp 250.000
(3
) Biaya observasi dan evaluasi: 3xRp. 100.000 Rp 300.000
(4
) Biaya analisis dan refleksi : 3xRp. 100.000 Rp 300.000
Jumlah Rp 1.225.000
7. Biaya pelaporan
Rekapitulasi:
Jumlah = Rp 15.000.000
K. PERSONALIA PENELITIAN
Personalia penelitian dan waktu yang disediakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pada tahap perencanaan: ketua peneliti, bersama dengan anggota peneliti 2 melakukan observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh anggota peneliti 1. Observasi dilaksanakan untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh anggota peneliti 1
sebelum penelitian ini dilaksanakan. Observasi dilaksanakan dalam beberapa kali pelaksanaan pembelajaran
matematika (direncanakan 3 kali). Untuk lebih memantapkan hasil observasi yang dilakukan juga dilakukan
wawancara dengan anggota peneliti 1. Hasil observasi dan wawancara kemudian didiskusikan oleh ketua,
dan kedua anggota peneliti sehingga diputuskan langkah pemecahan permasalahan pembelajaran yang
ditemukan. Hasil diskusi tersebut kemudian dibuat dalam bentuk pra proposal.
Pada tahap persiapan, ketua tim peneliti bersama anggota 1 dan 2 merancang skenario pembelajaran sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan PMRI, lembar observasi, alat bantu pembelajaran,
kuosioner, alat evaluasi, dan jurnal. Hasil keseluruhan perancangan tersebut kemudian didiskusikan kembali
sehingga anggota 1 sebagai guru yang akan melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan PMRI dapat
memahami secara mendalam langkah-langkah pembelajaran dengan PMRI, sedang anggota 2 dapat
memahami apa-apa yang harus diobservasi selama anggota 1 melaksanakan pembelajaran. Di samping itu
juga supaya ada kesepahaman langkah dalam menggunakan berbagai perangkat yang digunakan dalam
penelitian ini.
Pada tahap pelaksanaan, anggota peneliti 1 melaksanakan pembelajaran sesuai skenario yang telah dibuat,
dan anggota peneliti 2 melakukan observasi yang pada tahap awal pelaksanaan pembelajaran ditemani oleh
ketua peneliti. Hasil observasi terhadap setiap pembelajaran yang telah dilaksanakan kemudian didiskusikan
oleh tim peneliti sekaligus mengecek beberapa kelemahan yang dilakukan dalam setiap pembelajaran oleh
anggota peneliti 1. Dari hasil diskusi tersebut kemudian anggota peneliti 1 melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan sehingga dapat diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya.
Pada tahap monitoring, ketua dan anggota peneliti mendiskusikan berbagai hal sehubungan dengan penelitian
ini sehingga diperoleh kesamaan langkah sesuai dengan rencana pelaksanaan penelitian yang telah
1
Pada tahap akhir/pelaporan, ketua peneliti mengumpulkan semua data yang telah dikumpulkan oleh anggota
peneliti 1 dan 2 untuk ditabulasi dan dianalisis. Hasil tabulasi dan analisis kemudian dianalisis kembali oleh
tim sehingga dapat ditemukan kelemahan dan keunggulan pelaksanaan penelitian ini. Di samping itu juga
untuk menentukan bentuk draft laporan penelitian sesuai dengan petunjuk/pedoman laporan PTK tahun 2006.
Draft laporan tersebut kemudian disepakati sebagai bentuk laporan akhir yang akan diseminarkan oleh ketua
peneliti didampingi oleh anggota peneliti 1 dan 2. Laporan yang dikoreksi dari pelaksanaan seminar
kemudian diperbaiki oleh ketua peneliti untuk dijadikan laporan akhir. Laporan akhir ini kemudian
digandakan dan dijilid untuk kemudian ditanda tangani sebagai laporan akhir pelaksanaan PTK yang akan
dikirim ke Jakarta.
1
L. DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Mini Jaya. 2001. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004. Bab VII Pembangunan Pendidikan. Mini Jaya Abadi, Jakarta.
Abidin, Zainal. 1989. Studi tentang Prestasi Siswa Kelas VI SD Negeri di Kodya Banda Aceh dalam
Menyelesaikan Soal Hitungan dan Soal Cerita. Tesis, PPs IKIP Malang.
Ametembun, N.A. 1985. Kerelevansian Gaya-Gaya Mengajar dan Belajar (Suatu Tinjauan Analitik).
FIP-IKIP Bandung, Bandung.
Ametembun, N.A. 2000. Beberapa Model Pembelajaran dan Strategi Mengajar dalam Pembelajaran
Matematika. Depdiknas, Jakarta.
Anonim. 1999. Penelitian Tindakan Kelas; Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah
Menengah. TIM Pelatih Proyek PGSM, Jakarta.
Anonim, 2000, Beberapa Model Pembelajaran dan Strategi Mengajar dalam Pembelajaran
Matematika, Depdiknas, Jakarta.
Anonim, 2002, Model-Model Pembelajaran, Depdiknas, Jakarta.
As’ari, A.R. 2000. Pembelajaran Matematika yang Demokratis. Universitas Negeri Malang.
Basuki Wibawa. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Direktorat Tenaga Kependidikan, Jakarta.
Budiarto, Mega Teguh, dkk. 2004. Matematika Buku 1 Dirjen Depdiknas, Jakarta.
Budiarto, Mega Teguh, dkk. 2004. Matematika Buku 3. Dirjen Depdiknas, Jakarta.
De Lange, J. 1987. Mathematics, Insight and Meaning. OW & Co, Utrecht.
----------. 1995. Assesment: no chance without problems, In Romberg, TA. (Ed). Reform in school
mathematics and authentic assessment. Suny Press, New York.
Depdikbud. 1982/1983. Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial. Ditjen-Dikti
Depdikbud, Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.
Djamamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta, Jakarta.
Fauzan, Ahmad. 2001. Pengembangan dan Implementasi Prototype I dan II Perangkat Pembelajaran
Geometri untu Siswa Kelas 4 SD Menggunakan Pendekatan RME, makalah disampaikan pada
Seminar Nasional Realistic Mathematics Education (RME) di Universitas Negeri Surabaya
(UNESA), 24 Pebruari 2001.
Freudenthal, H. 1973. Mathematics as an Educational Task. Reidel Publishing, Dordrecht
-----------. 1994. Revisiting Mathematics Education. Reidel Publishing, Dordrecht
Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistic Mathematic Education. Freudenthal Institute, Utrecht.
Haji, Saleh, 1994. Diagnosis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita di Kelas VI SD
Negeri Percobaan Surabaya. Tesis, PPS IKIP Malang.
Hartadji Nursyafi’i dan Ma’nar. 2001. Laporan Pengembangan dan Ujicoba Perangkat Contextual
Teaching and Learning Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Aritmetika Sosial. Departemen
1
M. LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Instrumen Penelitian
Penyelesaian:
1. Diketahui:
2. Ditanyakan:
2. Curriculum Vitae
Identitas diri:
Jabatan : Lektor
Pengalaman Pengajaran/Penelitian:
1. Teori Bilangan
3. Kalkulus (I/II)
4. Pembelajaran Matematika di SD
Pengalaman Penelitian
1. Ketua Peneliti pada penelitian: Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika pada Siswa SLTP Negeri 2
Kendari dengan menggunakan Model Pencapaian Konsep, 1999.
2. Ketua Peneliti pada penelitian: Pengembangan Keterampilan Penalaran Formal pada Mahasiswa Baru
Pendidikan MIPA FKIP Unhalu, 2003
Alamat : Perumnas Bumi Poasia Permai Blok A No. 35 Kendari 93232 HP.
081524767767
Pengalaman penelitian:
Anggota Peneliti: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Bilangan Cacah
dan Bilangan Pecahan di Kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kota Kendari melalui Pendekatan Matematika
Realistik (2005)
Identitas Diri:
Alamat : Perdos Kampus Baru Unhalu Blok H No. 6 Kendari 93232 HP.
08124174454
1
Pengalaman penelitian:
Anggota Peneliti: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Bilangan Cacah
dan Bilangan Pecahan di Kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kota Kendari melalui Pendekatan Matematika
Realistik (2005)
Identitas Diri:
Alamat : Perumnas Bumi Poasia Permai Blok A No. 35 Kendari 93232 HP.
081341512842
Pengalaman Pengajaran/Penelitian:
7. Komputer (Pengantar/Lanjutan)
8. Aljabar Linier
Pengalaman Penelitian
3. Kemampuan Berpikir Anak Usia SD (Studi Kasus pada Masyarakat Bajo di Desa Bonebalano Kab.
Muna) (Majalah Ilmiah “Bersama”, Vol. II, No. 1, Januari-Juni 1998, Bandung).
5. Penguasaan Konsep Dasar Matematika SD Siswa Kelas I SLTP Negeri di Kabupaten Buton, Studi
pada SLTP Negeri 2 Lakudo, SLTP Negeri 1 Gu, dan SLTP Negeri 1 Batauga (MIPMIPA, Vol. 2, No.
1, Januari 2003).
1
6. Efektivitas Pemberian Tugas Membuat Jurnal Matematika dalam Pembelajaran Konsep Peluang dan
Statistika di SMU Negeri 4 Kendari (MIPMIPA, Vol. 3, No. 1, Januari 2004).