You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada dasarnya bahasa adalah alat untuk menyampaikan gagasan, pendapat,
dan perasaan kepada orang lain. Orang lain akan dapat memahami apa yang
diharapkan jika menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami.
Bahasa Jawa merupakan salah satu jenis bahasa yang tergolong kompleks.
baik dari segi tata bahasanya, penggunaannya yang menggunakan berbagai tataran
atau undha-usuk, dari segi penulisannya dan bahkan sampai pada materi
pembelajaran bahasa Jawa itu sendiri yang mencakup beberapa bahan ajar yang perlu
disampaikan kepada siswa.
Salah satu kekompleksannya adalah pembelajaran sastra Jawa yang begitu
luas dan kaya dengan filsafat-filsafat Jawanya. Namun sangat disayangkan para siswa
kurang dapat memahami makna yang tersirat didalamnya. Hal ini disebabkan karena
jumlah jam mengajar bahasa Jawa yang sedikit sedangkan materinya banyak dan juga
mungkin disebabkan karena kurang variasi metode dalam menyampaikan bahan ajar
kepada siswa, dan yang paling berat karena siswa kurang tertarik dalam mempelajari
sastra Jawa yang dianggap kuna dan sudah tidak tren lagi. Misalnya ada sesanti:
Wani ngalah luhur wekasane, para siswa tidak tahu apa maknanya, karena tidak
tahu maka mereka tidak pernah melaksanakannya. Padahal yang diharapkan dari
pembelajaran sastra Jawa itu sendiri adalah siswa tahu artinya dan dapat
melaksanakan falsafah yang ada di dalamnya.
Banyak para siswa baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA sudah tidak
mengenal atau tidak banyak tahu tentang sastra Jawa. Hal ini disebabkan karena
punularan yang kurang, juga karena perkembangan jaman yang semakin maju dan
mendesak budaya-budaya asli. Mereka lebih mengenal Superman dibanding dengan
Gathutkaca, lebih mengenal Hercules dibanding dengan Werkudara. Para anak didik
lebih bangga menyanyikan lagu wesf live dan malu melantunkan macapat. Ini semua
sebenarnya tidak salah, jika berjalan seimbang. Artinya Suka dengan hal-hal yang
lebih modern, namun bangga dengan milik sendiri.
Tujuan pembelajaran saatra Jawa dalam kurikulum berbasis kompetensi
adalah siswa mampu mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
secara lisan maupun tertulis serta mampu mengapresiasikan susastra Jawa. Dalam
mengapresiasikan susastra Jawa, siswa perlu mendapatkan bekal yang cukup tentang
pengertian dan jenis sastra Jawa itu sendiri, sehingga mampu melaksanakan kaidah-
kaidah yang terkandung di dalamnya. Mengingat perannya yang sangat penting dalam
membentuk watak dan pribadi anak maka pembelajaran sastra Jawa haruslah menarik
dan bersifat permanent dalam pikiran siswa tidak hanya bersifat sementara saja
setelah itu dilupakan.
Kenyataan yang dijumpai oleh guru pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Xxx
jauh dari harapan dan tuntutan dalam kurikulum. Penulis berkeyakinan hal ini
disebabkan oleh rendahnya kemampuan siswa dalam mengapresiasikan sastra Jawa
serta kurangnya pemahaman siswa tentang fungsi sastra Jawa itu sendiri. Namun
penulis yakin apabila guru dapat mengaplikasikan teknik-teknik yang menarik dan
cara-cara yang tepat dan tidak membosankan dalam pembelajaran, tujuan
pembelajaran sastra itu akan tercapai.
Atas dasar itulah maka penulis mencoba menampilkan model pembelajaran
sastra Jawa khususnya pengenalan tokoh wayang dengan cara permainan dhalang.

B. Rumusan Masalah
Masalah penelitian tindakan kelas ini penilis rumuskan sebagai berikut:
1. Apakah permainan dhalang sebagai pancadan dalam pengenalan tokoh
wayang dapat mewujudkan proses pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan
menyenangkan?
2. Apakah permainan dhalang sebagai pancadan dalam pengenalan tokoh
wayang dapat meningkatkan apresiasi sastra Jawa siswa dan membuat
siswa lebih mencintai budaya Jawa ?
C. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran bahasa Jawa, khususnya
materi pengenalan tokoh wayang pada siswa kelas IX A dengan cara
permainan dhalang sebagai pancadan.
2. Meningakatkan apresiasi sastra Jawa khususnya pengenalan tokoh wayang
dengan cara permainan dhalang sebagai pancadan serta membuat siswa
lebih mencintai budaya Jawa dibanding dengan budaya luar.

D. Manfaat Hasil Penelitian


1. Bagi siswa, penggunaan model permainan dhalang sebagai pancadan
dalam pengenalan tokoh wayang memungkinkan siswa untuk lebih
mengenal karakteristik masing-masing tokoh wayang. Hal ini dapat
menjadi modal bagi siswa untuk lebih jauh mendalami dan mengidolakan
salah satu tokph wayang..
2. Bagi guru, penggunaan model dhalang sebagai pancadan dalam
pengenalan tokoh wayang akan memberi pengalaman yang menarik, yang
akan mendorong guru untuk melakukan berbagai kreativitas dalam
pembelajaran. Guru akan menghayati bahwa kreativitas pembelajaran
akan menjadi proses pembelajaran yang menarik dan bermakna, baik bagi
siswa maupun guru.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan dapat menjadi pendorong bagi
guru-guru lain untuk juga mencari dan menerapkan inovasi pembejaran.
Selanjutkan, dengan menggunakan proses pembelajaran yang inovatif,
kualitas proses dan hasil pembelajaran di sekolah itu meningkat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Wayang
Kata wayang berasal dari kata dasar Yang dan mendapat awalan wa. Kata
Yang itu sebangsa roh yang selalu dihormati dan dianggap sacral. Dihormati sebab
roh tadi menurut kepercayaan orang Jawa bisa membuat orang celaka maupun
senang. Sedangkan awalan wa berarti yang mempunyai watak seperti manusia.
Sedangkan wayang menurut pengertian di atas berarti bayangan yang merupakan
perwujudan dari roh atau kekuatan gaib yang bisa memberi kekuatan terhadap
kehidupan manusia. Sehingga bagi orang Jawa khususnya Jawa Tengah melihat
pagelaran wayang bisa menggugah hati dan merupakan sarana yang paling tepat
untuk menyampaikan pesan atau amanat. Wayang merupakan harta karun yang
tiada terkira harganya, sebab dalam mwayang ada falsafah hidup yang perlu
diteladani bahkan bisa menjadi buku petunjuk bagi orang Jawa.
Adapun manfaat wayang adalah:
a. Sarana melestarikan budaya yang adiluhung.
b. Melestarikan jatidiri bangsa.
c. Menjadi juru penerang terhadap kebutuhan Negara.
d. Untuk sarana menyiarkan agama.
e. Panggung hiburan bagi masyarakat.
Bagian – bagian Wayang satu kotak
adalah:
1. Wayang yang ditata sebelah kanan.
2. Wayang yang ditata sebelah kiri
3. Wayang yang diletakkan di eblek atau kotak.
4. Wayang buatan.
Wayang buatan dapat berwujud:
1. Alugora
2. Badhama
3. Candrasa
4. Gada
5. Jemparing
6. Limpung
7. Piling
8. Patrem
9. Sanjata Cakra
Bagian dari wayang yang berupa mata ada tujuh warna:
1. Gabahan : Bentuk mata seperti gabah (padi). Yang memiliki mata seperti ini
adalah:Kresna, Arjuna, Karna.
2. Kedhelen :Baladewa, Setyaki, Udawa.
3. Kedhondhongan: Kartamarmo, Sengkuni, Kenya wandu.
4. Penanggalan :Cakil, Narada, Durna.
5. Kelipan:Mata bundar separo. Buta dan Semar.
6. Thelengan : Gathutkaca, Werkudara, Duryudana, Gandamana.
7. Plelengan : Mata bundar kelihatan pelupuk matanya. Burusrawa, Indrajit.
Dari bentuk dan rupa mata akan membedakan sifat dan perilaku dari masing-
masing wayang.

B. Sumber Cerita Wayang


Wayang kulit atau wayang purwa mengambil cerita dari buku baku yaitu
Ramayana dan Mahabarata.(Kodiron:41, Wayang Purwa.Widya Wiyata)
1. Ramayana
Mengisahkan tentang perjalanan cinta Rama dan Dewi Sinta. Mulai
dari kelahiran sampai pada pertempurannya melawan Raja Rahwana yang
angkara murka. Dan pada akhirnya Bala Rama dibantu bala kera dibawah
pimpinan Subali, Sugriwa, dan Anoman dapat memenangkan pertempuran
itu.
2. Mahabarata
Mengisahkan tentang perjalanan para Pandawa dan Kurawa. Mulai lahir
sampai perang baratayuda yang dimenangkan oleh Pandawa. Hingga
cerita setelah perang usai sampai pada kelahiran Parikesit dan tamatnya
para Pandawa dan Kurawa. Cerita ini memberi gambaran kepada manusia
bahwa walau sepandai-pandai orang menyembunyikan kelicikan dan
kejahatannya akan ketahuan juga , meskipun kemenangan itu datangnya
belakangan.
Pandawa adalah keturunan Pandu Dewanata dengan Dewi Kunti dan Dewi
Madrim. Pandu dan Kunti mempunyai tiga anak yaitu Yudistira,
Werkudara, dan Janaka. Sedangkan dengan Dewi Madrim mempunyai dua
anak yaitu Nakula dan Sadewa.

3. Perwatakan Masing-Masing Tokoh Wayang


a. Yudistira atau Puntadewa
1). Watak: Sabar, adil, bijaksana, ambeg paramarta, lila legawa,
jujur.
2). Ciri : Mempunyai darah putih sehingga tidak punya musuh.
b. Werkudara atau Bima
1). Watak: Ajejeg, tan mingkuh ing gawe (lurus dan tidak pernah
mengabaikan pekerjaan dan tanggungjawab), selalu
melaksanakan apa yang diucapkan, kalau iya ya iya kalau tidak
ya tidak , nek lemes kena kanggo tali yen kaku ora kena dieluk,
, menghargai orang tua, kadang-kadang bongol.
2). Ciri : Gelunge minangkara, ndhek ngarep dhuwur mburi,pupuh
emas jarote ngasem, sumping pudhak sinupit. Artinya bisa
membedakan kedudukannya abdi dan Tuhan, bisa menyerap
ilmunya bathara Bayu.
c. Arjuna atau Permadi atau Janaka
1). Watak : Kaladuk ruruh, kebat kliwat, sabar, halus.
d. Nakula dan Sadewa
1). Watak : Sabar, selalu menghargai pada saudara dan orang tua,
tidak mudah marah, taat dan loyal terhadap orang tua dan
saudara.

You might also like