You are on page 1of 9

ANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA

BONUS PRASETYO 4105100058

Abstrak : Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membawa konsentrasi

logis yaitu tumbuhnya lalulintas transportasi antar pulau untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa. Kegiatan ekonomi Indonesia terkonsentrasi di dua pulau yaitu Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Pergerakan yang terjadi antara Pulau Jawa dan Sumatera dihubungkan oleh penyeberangan kapal feri PT. ASDP Merak dan Bakauheni. Dengan meningkatnya kasus kemacetan yang terjadi di Pelabuhan Merak dan Bakauheuni, maka diperlukan adanya solusi baru untuk mengatasi masalah kemacetan ini, yaitu dengan membangun Jembatan Selat Sunda yang mengubungkan Pulau Jawa dan Sumatera. Jembatan Selat Sunda yang akan mengubungkan Pulau Jawa dan Sumatera disamping mengatasi permasalahan kemacetan di pelabuhan penyeberangan tentu akan membawa dampak lain yaitu adanya biaya transportasi. Apabila dengan menggunakan kapal feri ` tidak melakukan pergerakan, sedangkan menggunakan jembatan akan terjadi pergerakan kendaraan yang menghasilkan biaya transportasi maupun eksternalitas. Biaya transportasi merupakan biaya yang ditanggung oleh pengguna alat transportasi tersebut, sedangkan eksternalitas sebagai dampak negatif pergerakan kendaraan akan ditanggung oleh beberapa pihak seperti masyarakat yang tinggal di daerah sekitar dan pemerintah sebagai regulator. Biaya transportasi dan eksternalitas transportasi dari beroperasinya Jembatan Selat Sunda adalah biaya operasi kendaraan, nilai waktu dan biaya kemacetan, biaya polusi, biaya perawatan jalan, biaya Tol dan biaya kecelakaan. Kata kunci: Transportasi antar pulau, Jembatan Selat Sunda, Biaya transportasi, Eksternalitas transportasi, Biaya operasi kendaraan, Nilai waktu, Biaya kemacetan, Biaya polusi, Biaya perawatan jalan, Biaya Tol dan Biaya kecelakaan

PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan daerah maupun negara ditentukan oleh ketersediaan sumber daya alam, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana pendukung yang lain. Salah satu faktor pendukung keberhasilan pembangunan adalah tersedianya infrastuktur yang bertujuan untuk mendukung mobilitas sumber daya dan memperlancar pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur yang baik akan mempercepat pembangunan suatu wilayah baik secara sosial maupun ekonomi. Kategori dasar pembangunan infrastruktur diantaranya adalah pembangunan jalan raya,

rel kereta api, pelabuhan laut, bandara udara dan jembatan penghubung, sedangkan prasarana sebagai alat pengangkutan antara lain mobil, truk, kereta api, kapal, pesawat. Aglomerasi permukiman dan sebaran penduduk di Indonesia menciptakan fenomena anthropocentris dari ribuan suku dan ras di seluruh kepulauan Nusantara. Komposisi dan ratio antara jumlah penduduk dan luas wilayah pulau (besar) dan Gugus Kepulauan Laut menjadi tidak seimbang dalam konteks daya dukung Pulau dan thresholdnya. Saat ini diperkirakan penduduk Indonesia mencapai 225.6 j uta (2007, Bank Dunia). Ini berarti Indonesia

adalah negara berpenduduk terbesar ke-4 di dunia. Namun kurang lebih 60% penduduk tinggal di Pulau Jawa yang luasnya sekitar 6% dari seluruh Nusantara. Ditambah dengan Pulau Sumatera, maka dua pulau besar di bagian Barat Indonesia ini, membangkitkan tidak saja pergerakan barang dan manusia, tetapi juga kegiatan ekonomi. Perhubungan antar pulau, khususnya pulau-pulau besar dilakukan dengan kapal laut dan pesawat terbang. Namun kedua sarana angkutan tersebut tidak lepas dari pengaruh cuaca, angin, kabut, arus laut serta kondisi siang dan malam.

maka kendaraan akan melakukan aktivitas. Tidak semua biaya transportasi bisa dibebankan kepada pengguna kendaraan, namun ada pihak lain yang akan merasakan dampak biaya transportasi seperti masyarakat dan pemerintan. Sesuai dengan bidang studi transportasi laut maka tema Jembatan Selat Sunda akan menarik untuk pembahasan dan pengkajian terutama setelah beroperasi. Pada saat pengangkutan Jawa Sumatra banyak dilakukan melalui jalur darat dengan berbagai pertimbangan tersebut diatas. Pengangkutan darat tidak terlepas oleh prasarana jalan yang sudah terbentuk dan mendapatkan perhatian dari pemerintah. Namun dalam pengangkutan tersebut tidak jarang menimbulkan biaya transportasi antara lain biaya :

Pulau Jawa dan Sumatera, dihubungkan oleh Selat Sunda yang secara administratif masuk dalam wilayah dua propinsi. Pulau Sangiang ke timur masuk wilayah Propinsi Banten,sedangkan pulau-pulau sebelah barat Pulau Sangiang masuk wilayah propinsi Lampung. Jarak Bakauheni ke Teluk Betung 1. Nilai waktu Sampai saat ini, belum diturunkan suatu adalah 90 km , sedangkan jarak Anyer ke besaran nilai waktu untuk kondisi di Jakarta adalah 120 km. Dalam konstelasi Indonesia. Namun demikian, pada studi ini ekonomi dunia, posisi Pulau Sumatera dan diambil besaran nilai waktu dari hasil survey Pulau Jawa b erperan sangat penting dalam pendapatan setiap individu yang akan konteks regional. Berdasarkan laporan Bank menyeberang Selat Sunda. Untuk Dunia 2007, rata-rata pertumbuhan tenaga menghitung nilai waktu dapat digunakan kerja 1.9% di atas pertumbuhan Asia Timur metode pendapatan (Income Approach) & Pasifik yang 1.2%, dengan proporsi penduduk di bawah garis kemiskinan 17%. Metode ini tergolong sederhana karena hanya mempunyai dua faktor, yaitu Aspek pentingnya pembangunan Pendapatan Domestik Regional Bruto Jembatan Selat Sunda adalah untuk (PDRB) per orang dan jumlah waktu kerja mengatasi permasalahan transportasi antar dalam setahun per orang dengan pulau Jawa dan Sumatera. Penumpukan diasumsikan bahwa waktu itulah yang kendaraan yang menunggu untuk menghasilkan PDRB. Formula dari metode menyeberang menggunakan kapal feri ini dapat dilihat sebagai berikut: menjadi salah satu alasan pembangunan Jembatan Selat Sunda. Pembangunan Jembatan Selat Sunda yang diperkirakan mengunakan dana lebih dari 100 t riliun rupiah menjadi daya tarik tersendiri untuk melakukan kajian dan pembahasan. 2. Kecelakaan Lalu Lintas Permasalahan biaya dan dampak transportasi Suatu peristiwa dijalan yang tidak akan muncul setelah beroperasinya disangka-sangka dan tidak disengaja Jembatan Selat Sunda. Biaya transportasi melibatkan kendaraan dengan atau tanpa sebagai akibat pergerakan kendaraan yang pemakai jalan lainnya, mengakibatkan pada awalnya menggunakan kapal feri korban manusia atau kerugian harta benda setelah beroperasi Jembatan Selat Sunda 2

Biaya Satuan Korban Kecelakaan Lalu Lintas BSKOj (T0) No. Katagori korban Biaya (Rp/korban) 1 Korban mati 119.016.000 2 Korban luka berat 5.826.000 3 Korban luka ringan 1.045.000

(PP No 43 Th. l993, Pasal 93). Perhitungan besaran biaya kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan kota dan jalan antar kota menggunakan metode the gross output atau human capital.

Faktor Koreksi Konsumsi Bahan Bakar Dasar Kendaraan (k k) Faktor koreksi akibat kelandaian negatif (kk) Faktor koreksi akibat kelandaian positif (kk) Faktor koreksi akibat kondisi lalu lintas (kl) Faktor koreksi akibat kondisi lalu lintas (kr) g<-5% - 5% g < 0 % -0%g<5% g5% 0 NVK < 0,6 0,6 NVK < 0,8 NVK 0,8 < 3 m/km 3 m/km -3,40E+02 -1,60E+02 0,4 0,82 0,05 0,185 0,253 0,035 0,085

No. 1 2 3 4

Biaya Satuan Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Antar Kota BSKEi (T0) Klasifikasi keceakaan Biaya (Rp/korban) Fatal Berat Ringan Kerugian harta benda 224.541.000 22.221.000 9.847.000 8.589.000

Sumber : Ofyaz Z. Tamin, 2000

3. Biaya Operasional Kendaraan Perhitungan komponen BOK dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perhitungan yang dikembangkan oleh LAPI ITB (1997) bekerja sama dengan KBK Rekayasa Transportasi Jurusan Teknik Sipil ITB melalui proyek Kajian Perhitungan Besar Keuntungan Biaya Operasi Kendaraan yang didanai oleh PT. Jasa Marga. a) Konsumsi bahan bakar Konsumsi bahan bakar dihitung dengan menggunakan rumus : KBB = KBB dasar x (1 (kk + kl + kr) Dimana : KBB dasar kendaraan golongan I = 0,0284 V2 3,0644 V + 141,68 KBB dasar kendaraan golongan IIA = 2,26533 x (KBB dasar gol. I) KBB dasar kendaraan golongan IIB = 2,90805 x (KBB dasar gol.I) kk = faktor koreksi akibat kelandaian kl = faktor koreksi akibat kondisi arus lalu lintas kr = faktor koreksi akibat kekerasan jalan V = kecepatan kendaraan (km/jam) Satuan KBB = Liter/1000Km

b) konsumsi dasar minyak pelumas Besarnya konsumsi dasar minyak pelumas (liter/km) sangat tergantung pada kecepatan kendaraan dan jenis kendaraan. Konsumsi ini kemudian dikoreksi lagi menurut tingkat kekasaran jalan.
Konsumsi Minyak Pelumas Kecepatan Jenis Kendaraan Golongan Golongan (km/jam) Golongan I IIA IIB 10-20 0.0032 0.0060 0.0049 20 - 30 0.0030 0.0057 0.0046 30 - 40 0.0028 0.0055 0.0044 40 - 50 0.0027 0.0054 0.0043 50 - 60 0.0027 0.0054 0.0043 60 - 70 0.0029 0.0055 0.0044 70 - 80 0.0031 0.0057 0.0046 80 - 90 0.0033 0.0060 0.0049 90 - 100 0.0035 0.0064 0.0053 100 - 110 0.0038 0.0070 0.0059

c) Biaya pemakaian ban Besarnya biaya pemakaian ban sangat tergantung pada kecepatan kendaraan dan jenis kendaraan. Kendaraan golongan I : Y = 0,0008848 V 0,0045333 Kendaraan golongan IIA : Y = 0,0012356 V 0,0064667 Kendaraan golongan IIB : Y = 0,0015553 V 0,0059333 Y = pemakaian ban per 1.000 km. Biaya Pemakaian Ban = Y x Harga Ban

d) Biaya pemeliharaan Komponen biaya pemeliharaan yang paling dominan adalah biaya suku cadang dan upah montir. o Suku cadang
Gol I; Y = 0,0000064 V + 0,0005567 Gol IIA:Y = 0,0000332 V + 0,0020891 Gol IIB :Y = 0,0000191 V + 0,0015400 Y = suku cadang per 1.000 km. Biaya Pemeliharaan Suku Cadang = Y x Harga Kendaraan

o Montir Gol I : Y = 0,00362 V + 0,36267 4. Biaya Perawatan Jalan Gol IIA : Y = 0,02311 V + 1,97733 Biaya perawatan jalan adalah biaya yang Gol IIB : Y = 0,01511 V + 1,21200 disebabkan karena kerusakan jalan Y = jam kerja montir per 1.000 km. sehingga kondisi fisik jalan mengalami e) Biaya penyusutan perubahan. Penyebab kerusakan jalan ada Biaya penyusutan hanya berlaku untuk berbagai macam yaitu: genangan air, perhitungan BOK pada jalan tol dan jalan kondisi suhu, perubahan struktur tanah dan arteri, besarnya berbanding terbalik beban muatan angkutan darat. dengan kecepatan kendaraan. Gol I : Y = 1 / (2,5 V + 125) Nilai perusak kendaraan terhadap jalan Gol IIA : Y = 1 / (9,0 V + 450) No Gol IIB : Y = 1 / (6,0 V + 300) Penggolongan Kendaraan VDF Mobil Penumpang: Y = penyusutan per 1.000 km (sama dengan nilai penyusutan kendaraan). pickup, mikrotruk Biaya Penyusutan = Y x Harga Kendaraan 0.0011 I Bus Kecil, 2 AS /2 f) Biaya bunga modal Bus Besar, 2AS, 3AS Perhitungan bunga modal didasarkan pada II Truk 2AS 0.8234 bunga modal dibagi dengan jumlah Truk 3AS, rigid kilometer yang ditempuh kendaraan III Truk 3AS, tempelan 3.6923 pertahun. Biaya bunga modal akan Truk 4AS, gandengan berbeda-beda setiap jenis golongan kendaraan berdasarkan harga kendaraan Truk 4AS, rigid dan kilometer tempuh dalam setahun , IV Truk 4AS, tempelan 4.9961 dimana besarnya biaya bunga modal per Truk 5AS, gandengan kendaraan per km ditunjukkan dengan Truk 5AS, rigid 6.3781 table berikut : INT = AINT/AKM Truk 5AS, tempelan AINT= rata-rata bunga modal tahunan dari kendaraan yang diekspresikan s ebagai 5. Biaya Pencemaran Udara Berdasarkan atas Rutgers Intelligent fraksi dari harga kendaraan baru Transportation Systems Laboratory = 0.01 (AINV/2) (RITS), The State University of New AINV= bunga modal tahunan dari harga Jersey merumuskan untuk menghitung kendaraan baru (%) besarnya biaya polusi udara sebagai AKM= rata-rata jarak tempuh tahunan berikut ini: (kilometer) kendaraan 4

Biaya Bunga Modal= INT x Harga Kendaraan g) Biaya Asuransi Besarnya biaya asuransi berbanding terbalik dengan kecepatan. Semakin tinggi kecepatan kendaraan, semakin kcil biaya asuransi : Gol I : Y = 38 / ( 500V ) Gol IIA : Y = 6 / (2571, 42857 V) Gol IIB : Y = 61 / (1714,28571V) Y = Asuransi per 1.000 km (sama dengan nilai penyusutan kendaraan). Biaya Asuransi = Y x Harga Kendaraan

Biaya Polusi = Q(0.01094+0.2155F) DimanaF = Konsumsi BBM (gl/mile) V = Kecepatan rata-rata Q =Volume kendaraan (kendaraan/jam) Besarnya biaya polusi udara ditentukan oleh jenis kendaraan yang mempengaruhi besarnya pemakaian konsumsi bahan bakar dan kecepatan kendaraan pada saat melaju. METODE PENELITIAN Identifikasi masalah atas dasar perbandingan studi kasus yang terjadi pada observasi pengoperasian Jembatan Suramadu. M elakukan studi literatur dengan cara membaca dan memahami konsep-konsep yang terkait dengan pembangunan dan pengoperasian sarana public, teori antrian, optimasi kinerja pelabuhan dan peramalan transportasi. Observasi secara langsung dengan melihat kondisi penyeberangan Selat Sunda dan studi mengenai perencanaan pembangunan Jembatan Selat Sunda. Lingkup penelitian ini adalah dampak pengoperasian Jembatan Selat Sunda Fokusnya adalah dampak yang dialami akibat beralihnya penguna sarana penyeberangan yang menggunakan kapal ferry beralih menggunakan Jembatan Selat Sunda. Dalam perkiraan oleh PT Bangungraha Sejahtera Mulia yang telah megeluarkan pra studi kelayakan memperkirakan pengguna penyeberangan akan beralih menggunakan fasilitas Jembatan Selat Sunda sebesar 50%-80%. Perpindahan pengguna angkutan menggunakan fasilitas Jembata Selat Sunda akan mengakibatkan perubahan pola operasional ASDP yang telah menyediakan sarana penyeberangan sebelumnya. Dari studi kasus yang saat ini terjadi adalah perpindahan pengguna jasa peyeberangan Surabaya-Madura mnggunakan fasilitas jembatan menyebabkan perubahan operasional kapal ferry.

Data dan informasi yang dikumpulkan adalah data jumlah pengguna feri untuk setiap kelompok pengguna untuk suatu periode yang lalu. 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dampak pengoperasian Jembatan Selat Sunda dilakukan di kawasan penyeberangan Selat Sunda yaitu di pelabuhan penyeberangan MerakBakauheni. Lokasi P T ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak Jl. Raya Pelabuhan Merak, Merak 71032 Indonesia. Sedangkan lokasi PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bakauheni Jl. Pelabuhan Bakauheni, Bakauheni 35592 Indonesia. 2. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan kajian pustaka yang telah dilakukan. Data-data yang diperlukan antara lain: a) Data skunder Data skunder diperoleh dari pe labuhan penyeberangan Merak-Bakauheni, serta survey di perusahaan pelayaran yang menyediakan jasa transportasi. Data-data skunder yang diperlukan antara lain i. Data jumlah pengguna angkutan penyeberangan Merak-Bakauheni selama 2000-2010 ii. Data jumlah armada kapal feri,kapasitas angkut dan dermaga iii. Data biaya operasional kapal iv. Data muatan kendaraan b) Data primer Pengumpulan data seperti ini dilakukan peneliti dengan dua cara yaitu: i. Wawancara langsung kepada operator pelabuhan penyeberangan. Karena studi yang dilakukan terkait dengan kondisi yang akan terus mengalami perkembangan,maka data primer akan menjadi sangat penting peranannya dalam menentukan pola operasional mendatang yang 5

ii.

i.

disesuaikan dengan permintaan jumlah konsumen. Survey kondisi pelabuhan dan proses kegiatan kegiatan yang ada dipelabuhan seperti dermaga, fasilitas pelabuhan serta pola kedatangan pengguna jasa penyeberangan serta pola operasional pelabuhan saat ini. Jenis kendaraan dan komoditas yang diangkut, J enis dan komoditas yang di angkut kendaraan diperlukan untuk menghitung biaya waktu tunggu kendaraan menurut golongan kendaraan seperti yang tercantum dalam golongan tariff kendaraan. Jenis komoditas yang diangkut oleh truk dipergunakan untuk menghitung biaya waktu tunggu barang perjam.

Perhitungan besarnya biaya operasi kendaraan setiap golongan di tentukan oleh kecepatan pada saat melaju di jalan. Untuk kecepatan berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia yang membedakan kecepatan kendaraan melaju di jalan kota, antar kota dan di jalan bebas hambatan.
Variasi Kecepatan Kendaraan

HASIL DAN PEMBAHASAN Peramalan pengguna menggunakan metode peramalan deret waktu regresi linier karena m emasang suatu garis trend yang representatif dengan data-data masa lalu (historis) berdasarkan kecenderungan datanya dan memproyeksikan data tersebut ke masa yang akan datang. P emilihan regresi linier sebagai metode peramalan karena dibandingkan metode-metode yang yain seperti metode eksponensial, metode scurve, metode quadratic memiliki kecenderungan yang linier sesuai dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk Indonesia.
Pengguna Kapal Feri Tahun 2025 Golongan Kendaraan Jumlah Kendaraan Golongan II 1.488.545 Golongan III 1.575 Golongan IV Pnp 1.249.773 Golongan IV Brg 594.237 Golongan V Pnp 46.982 Golongan V Brg 604.178 Golongan VI Pnp 161.839 Golongan VI Brg 1.198.804 Golongan VII 366.987 Golongan VIII 86.655 Total 5.799.575

Dengan menggunakan dasar teori biaya transportasi dan hasil input kecepatan kendaraan dan jarak yang akan ditempuh kendaraan, maka dapat diperoleh hasil analisis biaya penyeberangan dengan menggunakan jembatan maupun kapal feri.
Biaya Penyeberangan dari Pengguna Biaya penyebrangan Kapal feri Jembatan

Jenis kendaraan

Motor Rp195.608 Rp 150.960 Motor besar Rp404.677 Rp 409.665 Mobil Rp968.485 Rp 834.733 Bis sedang Rp3.491.557 Rp 880.323 Bis besar Rp6.184.412 Rp 2.021.482 Truk golongan I Rp755.200 Rp 686.296 Truk golongan II Rp1.166.761 Rp 907.337 Truk golongan III Rp1.622.351 Rp 1.621.676 Truk golongan IV Rp2.317.289 Rp 1.935.710 Truk golongan V Rp3.274.438 Rp 2.155.186 Untuk hasil analisis biaya penyeberangan dapat dilihat di bagian lampiran

KESIMPULAN 1. Jembatan Selat Sunda akan memberikan dampak secara langsung tarhadap biaya transportasi penyeberangan Pulau Jawa dan Sumatera. Hasil analisis penghematan biaya transportasi dengan membandingkan antara menggunakan fasilitas Jembatan Selat Sunda dengan penyeberangan menggunakan kapal feri kondisi normal, cuaca buruk dan lebaran. Nominal besar penghematan biaya transportasi bermacam-macam menurut jenis kendaraan. Berikut ini hasil analisis penghematan biaya transpotasi penyeberangan Selat Sunda.
Penghematan Biaya Transpotasi Penyeberangan Selat Sunda

Biaya pembelian tiket mengalami penghematan sebesar Rp1,797,314,237,818. Biaya nilai waktu mengalami penghematan sebesar Rp3,122,538,344,888. b. Pemerintah : Biaya Perawatan Jalan mengalami peningkatan sebesar Rp6,975,914,623. Biaya subsidi BBM mengalami peningkatan sebesar Rp 116,838,574,119. c. Masyarakat : Biaya polusi mengalami peningkatan sebesar Rp109,281,764,301. d. Tambahan Biaya Kecelakaan sebesar Rp22,517,972,604 3. Dengan menggunakan asumsi pengguna menyeberang melalui Jembatan Selat Sunda dan kapal feri merupakan asumsi kondisi riil sepertihalnya kondisi jembatan Suramadu saat ini. 4. Dampak yang ditimbulkan oleh pengoperasian Jembatan Selat Sunda sebagai alternatif penyeberangan Selat Sunda selain menggunakan kapal feri, menurut subjek yang menanggung beban adalah sebagai berikut: a) Pengguna sarana penyeberangan : Biaya operasi kendaraan meningkat sebesar Rp507.683.196.669. Biaya bahan bakar minyak juga mengalami peningkatan sebesar Rp173.862.397.899. Biaya pembelian tiket mengalami penghematan sebesar Rp421.542.270.089. Biaya nilai waktu mengalami penghematan sebesar Rp1.327.466.010.388.

persentase penghematan kondisi kondisi cuaca kondisi Jenis kendaraan normal buruk lebaran Motor 23% 60% 64% Motor besar -1% 15% 39% Mobil 14% 41% 54% Bis sedang 75% 85% 80% Bis besar 67% 81% 81% Truk golongan I 9% 76% 32% Truk golongan II 22% 80% 37% Truk golongan III 0% 60% 32% Truk golongan IV 16% 59% 24% Truk golongan V 34% 62% 18%

2. Dampak yang ditimbulkan oleh pengoperasian Jembatan Selat Sunda sebagai penyeberangan utama pada tahun 2025 a. User sarana penyeberangan : Biaya operasi kendaraan meningkat sebesar Rp1,604,944,572,629. Biaya bahan bakar minyak juga mengalami peningkatan sebesar Rp323,805,308,787.

b) Pemerintah : Biaya Perawatan Jalan mengalami peningkatan sebesar Rp843.588.222. Biaya subsidi BBM mengalami peningkatan sebesar Rp62.734.717.783. c) Masyarakat Biaya polusi mengalami peningkatan sebesar Rp67.261.651.792. d) Tambahan biaya kecelakaan adalah sebesar Rp17.671.973.901 5. Dengan adanya pengoperasian Jembatan Selat Sunda akan mengakibatkan turunnya pengguna kapal penyeberangan feri roro. Untuk kondisi penyeberangan kapal feri roro pada tahun 2025 a dalah 5,799,575 namun setelah beroperasinya Jembatan Selat Sunda akan berkurang menjadi1,903,919. Dengan berkurangnya pengguna kapal feri maka akan mengalami perubahan Pola Pengoperasian Kapal Feri Roro. 6. Untuk kondisi jumlah pengguna hari normal kapal feri yang beroperasi adalah 12 kapal akan melayani penyeberangan dengan 48 trip. Daya tampung kendaraan kapal feri yang beroperasi 12 kapal adalah 5,232 unit kendaraan dan mampu mengangkut 23,760 penumpang. 7. Pada kondisi jumlah pengguna hari padat kapal feri yang beroperasi adalah 15 kapal akan melayani penyeberangan dengan 60 trip. Daya tampung kendaraan kapal feri yang beroperasi 15 kapal adalah 6,540 unit kendaraan dan mampu mengangkut 29,700 penumpang. 8. Sedangkan untuk kondisi jumlah pengguna hari idul fitri kapal feri yang beroperasi adalah 18 kapal akan melayani penyeberangan dengan 72 trip. Daya tampung kendaraan kapal feri yang

beroperasi 15 kapal adalah 7,848 unit kendaraan dan mampu mengangkut 35,640 penumpang. SARAN 1. Biaya penyeberangan kapal feri pada tahun 2025 pe rlu mengalami penyesuaian agar mampu bersaing dengan Jembatan Selat Sunda seperti halnya penyesuaian tarif penyeberangan kapal feri UjungKamal setelah beroperasinya Jembatan Suramadu. 2. Perlu adanya konversi polusi dengan membuat jalur hijau di Jembatan maupun di jalan penghubung. Ataupun pembebanan biaya polusi udara di tanggungkan kepada pengguna Jembatan. 3. Pembatasan kendaraan bermuatan untuk menggunakan Jembatan Selat Sunda dan menyarankan kendaraan bermuatan untuk menggunkan kapal feri. 4. Pemberian rambu-rambu dan pembatasan kecepatan untuk penyeberangan menggunakan Jembatan Selat Sunda, untuk mengurangi angka kecelakaan. 5. Pemerintah perlu menambah alokasi subsidi BBM dengan adanya Jembatan Selat Sunda.

Biaya Transportasi Kendaraan Menggunakan Jembatan Selat Sunda

Analisis perbandingan dan penghematan perunit kendaraan

You might also like