You are on page 1of 21

ARTI SEMANTIK FILSAFAT

• Filsafat mater scientiarum

induk segala ilmu (cat. > dulu)


• Kelahiran Filsafat di Yunani Kuno (di Miletos)6 SM

Kemenangan akal atas mite Thales (Father of Philosophy): Arche


Air

• Filsafat (Ina) = Falsafah (Arab) = Philosophy


(Ing) = Philosophia (Latin) = Philosophie
(Jerman, Belanda, Prancis) Philosophia

(Yunani).
• Philosophia

philein (mencintai) + sophos (bijaksana)


philos (teman) + sophia (kebijaksanaan)

• Pythagoras (572-497 SM) “philosophos”


(lover of wisdom)

• Filosof bukan orang yang sudah mencapai


& memiliki kebenaran, tetapi selalu
mengejar & mencintai kebenaran

1
TERMINOLOGI FILSAFAT

• Berfilsafat berarti berpikir secara mendalam dan


sungguh-sungguh
• Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari
dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran
segala sesuatu
• Dengan filsafat, manusia berusaha menangkap
makna, hikmah dari tiap pemikiran, realitas, dan
kejadian
• Filsafat mengantarkan manusia untuk lebih
jernih dan bijaksana dalam berpikir, bersikap,
berkata, dan berbuat.

Immanual Kant:
filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan yang mencakup di dalamnya
empat persoalan, yaitu: apakah yang dapat kita
ketahui? (dijawab oleh metafisika); apakah yang
dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika);
sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab
oleh antropologi)
Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan
akal budinya untuk memahami atau mendalami
secara radikal dan integral serta sistematis
hakikat sarwa yang ada, yaitu: hakikat tuhan,
hakikat alam semesta, dan hakikat manusia,
serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari
paham tersebut

2
Filsafat:
kegiatan/hasil pemikiran/permenungan yang menyelidiki
sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pada makna di
balik kenyataan/teori yang ada untuk disusun dalam sebuah
sistem pengetahuan rasional....

Permenungan Kefilsafatan:
percobaan utk menyusun sebuah sistem pengetahuan rasional
yang memadai utk memahami dunia maupun diri sendiri.

Berpikir didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk mencari


arti bagi realitas yang muncul di hadapan kesadarannya dalam
pengalaman dan pengertian

FILSAFAT SELALU RASIONAL…!!!

BERPIKIR DALAM FILSAFAT

3
Rasional: tahu & paham dengan akal budi

Logis: tahu & paham dengan teknik berpikir yang telah ditetapkan
dalam
aturan logika formal, yakni menyusun silogisme-silogisme dengan
tujuan mendapatkan kesimpulan yang tepat dengan menghilangkan
setiap kontradiksi.

Dialektik: menetapkan tesis dan antitesis dengan tujuan mendapat


sintesis
dengan mengaktifkan kontradiksi

Intuisi: diutamakan kemampuan inventif, mendapat pengetahuan


segera
tanpa terlalu mempedulikan prosedur atau langkah untuk sampai pada
kepada pengetahuan tersebut

Taksonomi: susun klasifikasi dengan tujuan menyederhanakan


kenyataan
dan gejala dalam kategori

Simbolisme: lihat gejala sbg lambang dg tujuan mengerti apa yang


Dilambangkan

4
FILSAFAT BISA BERUPA
(1) Sikap,
(2)Metode berpikir,
(3) Kel. persoalan,
(4) Kel. Teori
(5) Analisa bahasa/Istilah,
(6) Pemahaman yg menyeluruh atau
Pandangan Hidup

FILSAFAT-FILSAFAT KHUSUS
1. Filsafat Politik
2. Filsafat Ekonomi
3. Filsafat Kebudayaan
4. Filsafat Pendidikan
5. Filsafat Hukum
6. Filsafat Bahasa
7. Filsafat Seni
8. Filsafat Ilmu

FILSAFAT KEILMUAN
• Filsafat Ilmu Umum
• Filsafat Ilmu-ilmu Khusus
1. Filsafat Matematika
2. Filsafat Ilmu-ilmu Fisik
3. Filsafat Biologi
4. Filsafat Psikologi
5. Filsafat Linguistik

5
6. Filsafat

OBJEK FILSAFAT
• Objek Material : Segala sesuatu yang ada
1. Tipikal / sungguh-sungguh ada
2. Dalam kemungkinan
3. Dalam pikiran/konsep

• Objek Formal : Hakikat terdalam / substansi /


esensi / intisari

Keterangan :
O.M. = Sesuatu hal yg dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand), yg
diselidiki,
yg dipelajari.
O.F. = Cara memandang, meninjau, seorang peneliti terhadap OM-nya
serta
prinsip-prinsip yang digunakan.
OF Memberi keutuhan suatu ilmu
Membedakannya dengan bidang ilmu lain
1 OM = sekian OF

6
CIRI-CIRI PERSOALAN FILSAFAT

• Bersifat sangat umum (tak bersangkutan dg objek2


khusus)
• Spekulatif, tak langsung menyangkut fakta (nonfaktawi)
• Bersangkutan dg nilai-nilai (kualitas abstrak yg ada pd
suatu hal)
• Bersifat kritis thd konsep dan arti2 yg biasanya
diterima bgt saja oleh ilmu
• Besifat sinoptik: mencakup struktur kenyataan secara
keseluruhan
• Bersifat implikatif: jawaban suatu persoalan
memunculkan persoalan baru yg saling berhubungan.
• Bersifat teoritik: lebih pada tindak reflektif, non-praktis.

7
CIRI-CIRI PEMIKIRAN FILSAFAT

• Bersifat radikal (sampai ke akar-akarnya, sampai pd


hakikat/esensi)
• Sistematis (adanya hub. fungsional antara unsur2 utk
mencapai tujuan ttt)
• Berpikir ttg hal/proses umum, universal, ide2 besar, bukan
ttg peristiwa tunggal
• Konsisten/runtut (tak terdapat pertentangan di dalamnya)
dan koheren (sesuai dg kaidah2 berpikir, logis)
• Secara bebas, tak cenderung bias prasangka, emosi.
Kebebasan ini berdisiplin (berpegang pd prinsip2 pemikiran
logis serta tanggung jawab pd hati nurani sendiri)
• Berusaha memperolah pandangan
komprehensif/menyeluruh.
• Secara konseptual hasil generalisir (perumuman) dan
abstraksi dr pengalaman ttg hal2 serta proses2 individual
melampaui batas pengalaman hidup sehari2

8
TUJUAN & MANFAAT FILSAFAT
• Mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin,
mengajukan kritik & menilai pengetahuan ini, menemukan
hakikatnya & menerbitkan serta mengatur semua itu dlm
bentuk yg sistematis.
• Bukan Problem Solving, tetapi memberi kejernihan dalam
berpikir tentang sesuatu, memetakan secara komprehensif &
radikal. Dengan filsafat, manusia mampu menghindar dari
arogansi “akulah yang benar”, dogmatisme kepercayaan.
Melalui filsafat semua argumen diakui sama potensinya
dalam meraih kebenaran.
• Para filosof tampak selalu gelisah, “semakin banyak tahu
semakin merasa banyak yang belum diketahui”. Kebenaran,
kebahagiaan, keadilan, keindahan, nilai-nilai itu selalu
dalam proses & debatable, tak pernah finish tergenggam..!
subjektif

Filsafat membicarakan fakta dengan 2 cara:


• mengajukan kritik atas makna yg dikandung fakta
“sungguh finalkah kebenaran faktawi bahwa tangan itu
materi padat?”
• menarik kesimpulan yg bersifat umum dari fakta
“kebenaran bisa ganda: tangan materi padat sekaligus
gelombang tak kasat mata”

9
JENIS-JENIS PERSOALAN FILSAFAT
Keberadaan (being) atau eksistensi (exixtence)
• cab. Metafisika
Pengetahuan (knowledge) atau kebenaran (truth)
• cab. Epistemologi & Logika
Nilai-Nilai (values)
• cab. Etika (kebaikan) & Estetika (keindahan)

METAFISIKA
Merupakan studi terdalam dari kenyataan/keberadaan
Persoalan Ontologis
• Makna dan penggolongan “ada”, “eksistensi”.
• Sifat dasar kenyataan
Persoalan Kosmologis
• Asal mula, perkembangan, struktur/susunan alam
• Hubungan kausalitas
• Permasalahan ruang dan waktu
Persoalan Antropologis
• Hubungan tubuh dan jiwa
• Kesadaran, kebebasan

EPISTEMOLOGI

10
Pelajari asal/sumber, struktur, metode, & validitas pengetahuan
Theory of knowledge Episteme = pengetahuan + logos = ilmu

LOGIKA
Ilmu, kecakapan, alat untuk berpikir secara lurus
Logos = nalar, kata, teori, uraian, ilmu
OM = pemikiran
OF = kelurusan berpikir
• Pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme
• Bagaimana manusia berpikir secara lurus?
• Perbedaan logika material dan formal
• Penerapan logika induksi dan deduksi
• Macam-macam sesat piker

ETIKA
Filsafat Moral
Ethos = watak; Mores = kebiasaaan; kesusilaan
OM = perilaku secara sadar dan bebas;
OF = baik dan buruk
• Syarat baik-buruknya perilaku
• Hubungan kebebasan berkehendak dengan perbuatan susila
• Kesadaran moral, hati nurani
• Pertimbangan moral dan pertimbangan yang bukan moral

ESTETIKA

11
Filsafat Keindahan
Estetika berasal dari kata Yunani aisthesis = cerapan indera
• Arti keindahan
• Subjektivitas, objektivitas, dan ukuran keindahan
• Peranan keindahan dalam kehidupan
• Hubungan keindahan dengan kebenaran

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
1. Persoalan Keberadaan
A. Dari segi jumlah
Monisme = satu kenyataan fundamental
Dualisme = dua substansi
Pluralisme = banyak substansi
B. Dari Segi Kualitas
spiritualisme = roh ~ idealisme
Materialisme = materi
C. Dari Segi Proses, Kejadian/Perubahan
Mekanisme = asas-asas mekanik
Teleologi = alam diarahkan ke suatu tujuan
Vitalisme = kehidupan tidak semata-mata fisik-kimiawi
Organisisme = hidup adl struktur dinamis, sistem yg teratur

2. Persoalan Pengetahuan
A. Sumber
Rasionalisme = akal ~ deduksi
Empirisme = indera
Realisme = objek nyata dalam dirinya sendiri
Kritisisme = Pengamatan indera dan Pengolahan akal
B. Hakikat
Idealisme = proses mental/psikologis ~ subjektif

12
Empirisme = pengalaman
Positivisme = pengetahuan faktawi
Pragmatisme = guna pengetahuan

3. Persoalan Etika/Nilai-Nilai
Idealisme etis – ideal
Deontologisme etis – kewajiban
Etika Teleologis = tujuan
Hedonisme = kenikmatan
Utilitarisme = Kebahagiaan sebesar2nya utk man sebanyak2nya.

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU


keduanya tumbuh dari sikap refleksif, ingin tahu, dan dilandasi kecintaan pada
kebenaran

• Perbedaannya, filsafat dengan metodenya mampu mempertanyakan


keabsahan dan kebenaran ilmu, sedangkan ilmu tidak mempu
mempertanyakan asumsi, kebenaran, metode, dan keabsahannya
sendiri.
• Ilmu lebih bersifat ekslusif, menyelidiki bidang-bidang yang
terbatas, sedangkan filsafat lebih bersifat inklusif.
• Dengan demikian filsafat berusaha mendapatkan pandangan yang
lebih komprehensif tentang fakta-fakta.
• Ilmu dalam pendekatannya lebih bersifat analitik dan deskriptif:
menganalisis keseluruhan unsur-unsur yang mnjadi bagian
kajiannya, sedangkan filsafat lebih sintetik atau sinoptik menghadapi
objek kajiannya sebagai keseluruhan.
• Filsafat berusaha mencari arti fakta-fakta.
• Jika ilmu condong menghilangkan faktor-faktor subjektivitas dan
menganggap sepi nilai-nilai demi menghasilkan objektivitas, maka

13
filsafat mementingkan personalitas, nilai-nilai dan bidang
pengalaman

• Filsafat itu tidak salah satu ilmu di antara ilmu-ilmu lain. "Filsafat itu
pemeriksaan
('survey') dari ilmu-ilmu, dan tujuan khusus dari filsafat itu
menyelaraskan ilmu-ilmu
dan melengkapinya."
• Filsafat mempunyai dua tugas: menekankan bahwa abstraksi-
abstraksi dari ilmuilmu
betul-betul hanya bersifat abstraksi (maka tidak merupakan
keterangan yang
menyeluruh), dan melengkapi ilmu-ilmu dengan cara ini:
membandingkan hasil
ilmu-ilmu dengan pengetahuan intuitif mengenai alam raya,
pengetahuan yang
lebih konkret, sambil mendukung pembentukan skema-skema berpikir
yang lebih
menyeluruh.
• Hubungan ilmu dengan filsafat bersifat interaksi. Perkembangan-
perkembangan
ilmiah teoritis selalu berkaitan dengan pemikiran filsafati, dan suatu
perubahan
besar dalam hasil dan metode ilmu tercermin dalam filsafat. Ilmu
merupakan
masalah yang hidup bagi filsafat. Ilmu membekali filsafat dengan
bahan-bahan
deskriptif dan faktual yang sangat perlu untuk membangun filsafat.
Tiap filsafat
dari suatu periode condong merefleksikan pandangan ilmiah di periode
itu. Ilmu

14
melakukan cek terhadap filsafat dengan membantu menghilangkan
ide-ide yang
tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Sedangkan filsafat
memberikan kritik
tentang asumsi dan postulat ilmu serta analisa kritik tentang istilah-
istilah yang
dipakai

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN SENI


merupakan sarana manusia untuk “tahu”, dalam arti tahu tentang dirinya sendiri,
sesama,alam, maupun Sang Penciptanya untuk kemudian tahu bagaimana
bersikap,berbuat, dan bertanggung jawab dalam aneka macam kompleksitas
kehidupannya

• Seni dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan manusia


yang menjelajahi dan menciptakan realitas baru serta
menyajikannya secara kiasan. Manusia membutuhkan seni,
sebagaimana manusia membutuhkan filsafat dan ilmu,
karena melalui seni manusia dapat mengekspresikan dan
menanamkan apresiasi dalam pengalamannya.
• Seni tidak bertujuan untuk mencari pengetahuan dan
pemahaman sebagaimana filsafat, juga bukan seperti ilmu
yang bertujuan mengadakan deskripsi, prediksi,
eksperimentasi, dan kontrol, tetapi seni bertujuan untuk
mewujudkan kreativitas, kesempurnaan, bentuk, keindahan,
komunikasi, dan ekspresi.

15
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA
merupakan sarana manusia untuk “tahu”, dalam arti tahu tentang dirinya sendiri,
sesama,
alam, maupun Sang Penciptanya untuk kemudian tahu bagaimana bersikap, berbuat,
dan
bertanggung jawab dalam aneka macam kompleksitas kehidupannya

• Filsafat bukan agama, meskipun banyak juga manusia dari berbagai


belahan dunia yang menjadikan filsafat (dalam arti pandangan hidup)
sebagai agama, misalnya filsafat konfusianisme.
• Tujuan agama lebih dari sekedar pengetahuan, yakni untuk mencari
keharmonisan, keselamatan, dan perdamaian. Agama yang matang
dan kokoh akan mencantumkan latar belakang filsafat dan sekaligus
menimba dan menyaring informasi dari ilmu. Ini diperlukan agama
dalam rangka memberi jawaban komprehensif, integral, dan
berwibawa (dalam arti tidak asal menjawab) terhadap berbagai
pertanyaan dan gugatan.
• Kasus-kasus yang membawa-bawa agama seperti terorisme, tentu
bisa dirunut pada latar belakang filsafat dari agama tersebut, misalnya
bagaimana pandangan agama tersebut terhadap kekerasan, keadilan,
dan kemanusiaan.
• Seperti kata Einstein, tanpa ilmu (dan filsafat), agama akan lumpuh.

16
SEKILAS FILSAFAT ILMU
• Filsafat ilmu merupakan bagian atau cabang dari
filsafat yang lahir di abad ke-18.
• Lingkup permasalahan filsafat ilmu (dipakai secara
luas di Indonesia):
o Problem ontologi ilmu; perkembangan dan kebenaran ilmu
sesungguhnya bertumpu pada landasan ontologis (‘apa
yang terjadi’ - eksistensi suatu entitas)
o Problem epistemologi; adalah bahasan tentang asal muasal,
sifat alami, batasan (konsep), asumsi, landasan berfikir,
validitas, reliabilitas sampai soal kebenaran (bagaimana
ilmu diturunkan - metoda untuk menghasilkan kebenaran)
o Problem aksiologi; implikasi etis, aspek estetis, pemaparan
serta penafsiran mengenai peranan (manfaat) ilmu dalam
peradaban manusia
Ketiganya digunakan juga sebagai
landasan penelaahan ilmu

17
CIRI SAHNYA ILMU
Memiliki objek atau pokok soal, yakni sasaran dan
titik pusat perhatian tertentu
Bermetode, yakni cara atau sistem dalam ilmu
untuk memperoleh kebenaran agar rasional,
terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah
Bersistem: mencakup seluruh objek serta aspekaspeknya
sehingga saling berkaitan satu sama lain
Universal: keputusan kebenarannya berorientasi
sifat keumuman, bukan tunggal
Verifikatif: dapat dilacak kebenarannya
Rasional/objektif: dapat dipahami dengan akal
• Ternyata perkembangan ilmu tidak semata-mata mengandalkan rasio
atau
empiris saja, tetapi merupakan suatu petualangan yang tak habis-
habisnya
(an unending adventure), yang selalu hadir di ambang ketakpastian
(uncertainty)
dan menuntut tindakan keputusan (act of judgment).
• Diperlukan penerobosan (penetration) antara kehidupan berpikir
(rasio),

18
berbuat (pengalaman = empiri), dan intuisi (sebagai pemahaman
tertinggi
terhadap masalah itu sebagai keseluruhan), suatu interpenetrasi yang
interaktif yang melahirkan ilham untuk mewujudkan tindakan kreatif.

• Oleh karena itu, ilmu tidak semata-mata disusun secara logis rasional
(menekankan fungsi akal) atau bersifat empiris (menekankan fungsi
pengalaman/indera) atau rasionalistis kritis (dalam arti Kantian),
ataupun
konstruktivistis (penekanan keseluruhan konteks, rasional maupun
empiris), tetapi merupakan sistem terbuka yang dipengaruhi oleh
kondisi
lingkungan kehidupan manusiawi dengan seluruh aspek pembangunan
masyarakat spiritual maupun material ataupun dalam kaitan dengan
konteks ilmu itu sendiri. Tanggung jawab etis kemudian menjadi
tuntutannya (dalam hal inilah value bond-nya ilmu dalam konteks
aksiologi).
• Bertitik tolak dari hal ini, filsafat ilmu bisa dirumuskan sebagai ilmu
yang
berbicara tentang dinamika ilmu pengetahuan itu sendiri, dan bisa
disebut
sebagai meta-science yang berarti ilmunya ilmu lainnya
• Sering disebutkan, kesepakatan antara para ilmuwan
dan filsuf dengan tegas menunjuk “empiris” sebagai

19
ciri ilmu, baik menyangkut metode, observasi,
ataupun analisis yang digunakan ilmu‐ilmu sosial
maupun ilmu‐ilmu alam.
• Namun tidak semua kenyataan kehidupan dapat
dijawab oleh kedua golongan ilmu ini. Ilmu‐ilmu
humaniora merupakan wadah bagi hal tersebut.
Berbagai peri kehidupan manusia yang paling esensial
dalam kawasan perkembangan manusiawi seperti
kebebasan berpikir, keadilan, kelurusan moral,
ataupun ketegaran nilai, jauh lebih luas jangkauannya
untuk dapat disederhanakan dan direduksikan
menjadi persamaan atau teori sosial tanpa kehilangan
maknanya

• Nilai penting filsafat ilmu untuk seharusnya


diajarkan di semua universitas tidak hanya sebagai
komplemen semata dari pendidikan keilmuan
suatu fakultas keilmuan, tetapi juga terkait dengan
kebutuhan akan keterbukaan cakrawala
pengetahuan ilmiah disiplin ilmu yang semakin
lama semakin terspesialisasi.
• Spesialisasi ilmu ini memerlukan “jembatan” atau
“penghubung” yang menghubungkan struktur
keilmuan suatu disiplin ilmu khusus dengan
informasi-informasi dan kritik-kritik ilmiah aspekaspek
di luar bahasan disiplin keilmuan tersebut
(meskipun tentu saja dibatasi pada aspek-aspek
keumumannya).

20
STRUCTURING HUMAN INQUIRY

21

You might also like