You are on page 1of 30

Laporan Pendahuluan

Metode Pendekatan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Natuna

Ba b 3

3.1

Metode Penyusunan Masterplan

Tahapan penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Natuna adalah : 1. Pengumpulan Data 2. Proses dan Analisa Data 3. Proses Penyusunan Draft Rancangan Rencana 4. Proses Penyusunan Rencana Final (Masterplan) Agropolitan Dalam melaksanakan Penyusunan Masterplan Agropolitan agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diinginkan diperlukan suatu kerangka pelaksanaan pekerjaan atau tahapan pekerjaan yang disusun secara singkat dan jelas. Tahapan pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

3.1.1 Proses Pengumpulan Data


a. Tahapan Persiapan Survei

Survei lapangan merupakan langkah awal dari pekerjaan penyusunan Masterplan Agropolitan. Beberapa kegiatan pokok serta hasilnya seperti yang terinci sebagai berikut : 1. Persiapan dasar Persiapan dasar ini menguraikan telaahan keputusan berupa postulatpostulat, asumsi-asumsi, dan hipotesa-hipotesa mengenai kawasan yang direncanakan dan berkaitan dengan :

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 1

Laporan Pendahuluan

Struktur wilayah pembangunan dan fungsi kawasan sebagaimana yang diarahkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Natuna.

Renstra dan Repetada yang diharapkan dapat memberikan arahan tentang dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan pengembangan sektor pembangunan, pola terutama pertanian, pembangunan

spasial, dan besaran serta peran dan fungsi kawasan dalam pengembangan. 2. Persiapan teknis survei Persiapan teknis survei merupakan langkah-langkah yang diambil dalam melakukan pengumpulan data dari instansi terkait maupun dari lapangan. Kegiatan ini dapat dirinci sebagai berikut : Penyiapan peta dasar antara lain peta dasar regional dan peta dasar kota. Persiapan/pembuatan checklist data Persiapan peralatan survei lapangan. Penyiapan daftar pertanyaan mengenai keadaan pemerintahan, keadaan masyarakat, kegiatan pertanian, kegiatan agrobisnis yang sudah berjalan, mata pencaharian masyarakat, dan lain-lain serta daftar pertanyaan untuk tokoh masyarakat, pengusaha industri, serta instansi terkait lainnya. b. Persiapan program kegiatan selama survei. Langkah Kegiatan Survei

Langkah kegiatan survei ini terdiri dari pokok-pokok pekerjaan dan hasilnya berupa : 1. Survei data instansional Tujuan langkah kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan data dari instansi terkait. Dengan dilakukannya kegiatan ini, diharapkan dapat menghasilkan uraian fakta serta informasi secara kualitatif maupun kuantitatif tentang wilayah dan objek studi.

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 2

Laporan Pendahuluan

2. Survei lapangan Survei lapangan dilakukan setelah dilaksanakannya kegiatan survei instansional. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menguji kebenaran fakta dan informasi yang diperoleh dari kegiatan survei instansi tersebut, dan untuk mengetahui serta mengenali kondisi lapangan yang sebenarnya. Dalam kegiatan ini juga dilakukan penyempurnaan data-data sekunder. 3. Survei objek khusus (kegiatan pertanian). Kegiatan ini dilakukan untuk pengenalan potensi dan masalah objekobjek khusus, terutama pada kawasan sentra produksi pertanian atau kawasan unggulan yang telah memberikan dampak pada wilayahwilayah sekitarnya. Survei ini berupa pengisian daftar pertanyaan yang diajukan antara lain kepada pelaku pertanian, agrobisnis, pengusaha industri yang berhubungan dengan pertanian, pedagang, rumah tangga, tokoh masyarakat dan lain-lain. 4. Wawancara Kegiatan ini dilakukan untuk melengkapi kegiatan-kegiatan survei lainnya, sehingga rencana-rencana dan arahan-arahan pembangunan yang ada lebih tergali lagi. Langkah kegiatan pengumpulan data baik data terukur maupun data visual dikumpulkan secara sistematis. Data-data ini untuk mempermudah dalam penyusunan analisis. Data-data disajikan menurut urutan yang sesuai dengan sistematikanya serta dilengkapi dengan tabel-tabel, angka-angka, peta-peta, serta diagram-diagram yang disusun sedemikian rupa hingga diharapkan data tersebut dapat dengan mudah dibaca dan dimengerti serta siap dianalisis.

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 3

Laporan Pendahuluan

Jenis data yang akan dikumpulkan dapat dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok sebagai berikut : a. Kebijaksanaan nasional dan daerah yang diduga berpengaruh

terhadap materi studi. b. Data kependudukan berdasarkan : Jenis Kelamin Pendidikan Umur Agama Pekerjaan

c. Data Perekonomian, d. Fisik Lingkungan Jenis tanah Ketinggian Kelerengan Tekstur Kedalaman Hidrologi Kawasan Konservasi SDA Sosial Budaya Pendapatan Jenis Usaha Jumlah Industri Rumah Tangga Jumlah UKM Pemasaran

e. Sarana dan Prasarana

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 4

Laporan Pendahuluan

Jalan Jembatan Sarana Transportasi Terminal Pasar Rumah sakit Sekolah Perkantoran Pelabuhan Komunikasi

f. Sektor Unggulan Tanaman Perkebunan dengan prioritas utama Tanaman Tahunan Tanaman Pangan dan Holtikultura Peternakan Perikanan

g. Kelembagaan Kelembagaan tani Keuangan Adat, dan Agama

h. Hal-hal lain yang menunjang

3.1.2 Proses Analisa Data


Langkah kegiatan analisis yang diperlukan dalam proses penyusunan Laporan Fakta dan Analisa, meliputi : A. Proses Analisis Potensi Kawasan terdiri atas : 1. Analisa Sektor Unggulan

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 5

Laporan Pendahuluan

2. Analisa Sosial Budaya 3. Analisa Konservasi Sumberdaya Alam (SDA)

B. Proses penentuan kawasan Studi terdiri atas : 1. Kajian hubungan wilayah studi dengan wilayah sekitarnya, Letak dan kedudukan wilayah studi Fungsi wilayah studi Hubungan studi dengan wilayah di sekitarnya

2. Kriteria dan ciri kawasan Ciri kawasan agropolitan Persyaratan Penentuan Kawasan Agropolitan

3. Tipologi Kawasan Identifikasi tipologi kawasan agropolitan Kajian pemanfaatan dan struktur ruang Kajian sektor-sektor unggulan

3.1.3 Perumusan Rencana


Langkah kegiatan perumusan rencana pada pokoknya akan terdiri dari Kajian Pengembangan Kawasan Agropolitan, Proses Perumusan Skenario Pengembangan Kawasan dan Proses Penyusunan Strategi Pengembangan, terdiri atas : 1. Kajian Pengembangan Kawasan Agropolitan, Peng-identifikasian Sistem Hirarki kawasan pedesaan Mengkaji pola keterkaitan keruangan antara pusat kegiatan dengan desa-desa hinterlandnya serta wilayah sekitarnya. Peng-identifikasian apakah prime mover indikatif hasil kajian data potensi desa sama dengan prime mover di lapangan

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 6

Laporan Pendahuluan

Mengkajiterhadap sistem pendukung kegiatan. 2. Perumusan Skenario Pengembangan Kawasan Agropolitan, Disusun sesuai dengan tipologi masing-masing kawasan 3. Penyusunan Strategi Pengembangan kawasan Agropolitan, Kebijakan dan indikasi program Jangkauan pengembangan perencanaan Program jangka pendek: on farm; Program jangka menengah off farm; Program jangka panjang industrialisasi

Mengutamakan lokalita Sumber daya alam Sumber daya manusia

Mengutamakan tumbuh dan berkembangnya sistem kelembagaan Perekonomian rakyat yang mandiri dan berkualitas Pembangunan infrastruktur Sarana dan prasarana transportasi Telekomunikasi Kebutuhan lainnya

Pengembangan sistem yang membantu petani untuk bersaing Keterpaduan Tingkat regional Tingkat global program lintas sektoral dengan selalu

mengedepankan peran masyarakat dan swasta Bertumpu pada prinsip untuk mengimplementasikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Natuna.

3.2

Metode Analisis

Usaha untuk pemecahan persoalan sudah tentu tidak berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Dalam usaha ini

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 7

Laporan Pendahuluan

perlu dilakukan analisa dan perkiraan potensi perkembangan kawasan studi.

3.2.1 Kegiatan Pertanian a. Tanaman Perkebunan Variable dan data pengamatan dalam rangka pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Natuna khusus untuk tanaman perkebunan adalah : yang ada mempengaruhi Pengkajian kesesuaian dan ketersediaan lahan Kultur teknis dan pasca panen Kebutuhan tenaga kerja untuk pengembangan Kebutuhan biaya pemeliharan Menidentifikasi cara pemanenan dan pengolahan. Potensi produksi Banyaknya petani yang mengusahakan danluas tanaman yang dimiliki Produktifitas produksi dan factor yang Potensi dan luasan tanaman perkebunan unggulan

b. Tanaman Pangan dan Holtikultura Variable dan data pengamatan dalam rangka pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Natuna untuk bidang tanaman pangan dan holtikultura meliputi : 1. Potensi Pertanian Petani Jumlah petani Tingkat pendidikan Jumlah anggota keluarga

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 8

Laporan Pendahuluan

Luas lahan pertanian Pengetahuan petani Tingkat teknologi yang dimiliki

Luas lahan tanaman pangan dan holtikultura Sawah Lahan kering pekarangan

Sistempengolahan lahan pertanian holtikultura lahan kering Lamanya lahan diistirahatkan Pola tanam yang biasa dilakukan mayarakat Dengan atau tampa rotasi kebun/lahan pertanian

Produktivitas usaha pertanian Tanaman pangan Tanaman palawija Tanaman holtikultura Fluktuasi hasil panen

Pengolahan hasil/ pasca panen Jenis-jenis tanaman pangan yang digunakan petani dan asal sumber benihnya Kendala dalam usaha pertanian Kesuburan tanah Ketersediaan tenaga kerja Hama penyakit Ketersediaan air Ketersediaan pupuk Ketersediaan pestisida/fungisida Musim

2. Keadaan social ekonomi petani Jumlah KK dan Jumlah Jiwa per lokasi

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 9

Laporan Pendahuluan

Jumlah anggota keluarga per KK Fasilitas pendidikan penduduk Tingkat pendidikan penduduk Pembagian kerja dalam keluarga dan luar keluarga Biaya produksi Pendapatan usahatani

3. Tata niaga hasil pertanian Sistem transaksi hasil pertanian tanaman pangan dan holtikultura Pedagang perantara/pengumpul Pergudangan Tingkat petani Tingkat pedagang pengumpul/perantara Pedagang besar Tingkat kampong/desa Tingkat kecamatan Tingkat kota/pedagang besar

Pasar meliputi jarak dan harga produksi Dalam kota Luar Kota

4. Transportasi Hubungan darat Hubungan laut c. Perikanan Biaya kapasitas angkut frekwensi biaya kapasitas angkut frekwensi

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 10

Laporan Pendahuluan

Variable dan data pengamatan dalam rangka pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Natuna untuk bidang perikanan meliputi : 1. Petani ikan Identitas petani ikan 2. umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga Kepemilikan usaha budidaya ikan Jumlah petani Luasan kolam Usaha budidaya perikanan air tawar Jumlah dan jenis usaha budidaya Komoditas ikan yang diusahakan Jenis, Padat penebaran, Sumber bibit, Masa pemeliharaan

Kondisi fisik lahan budidaya Rancang bangun kolam, Sistem drainase, Sumber air, Kuantitas dan kualitas air, Tekstur tanah

Penerapan teknologi budidaya Pengolahan kualitas air Pengelolaan pakan Penanganan hama dan penyakit

Penggunaan tenaga kerja Sumber tenaga kerja Jumlah tenaga kerja

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 11

Laporan Pendahuluan

Biaya Produksi 3. 4. pendukung

Curahan kerja

Ongkos pembelian bibit Pupuk pakan Pestisida Ongkos penggunaan tenaga kerja Biaya pengolahantanah Hasil budidaya Jumlah peroduksi perluasan, Jumlah produksi permusim tebar Penanganan/ pengolahan hasil Pemasaranhasil (sistem pemasaran, harga penjualan) Kelembagaan perikanan dan kelembagaan

Tingkat petani (kelompok petani ikan, operasi) Tingkat lokal (lembaga perkreditan, pendidikan dan pelatihan)

d. Peternakan Variable dan data pengamatan dalam rangka pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Natuna untuk bidang peternakan meliputi : 1. Peternak, yang meliputi : Populasi penduduk (jenis kelamin, pendidikan, umur, agama, pekerjaan) Jumlah petani peternak Pola konsumsi protein hewani masyarakat setempat Tingkat pendapatan Pengetahuan/pengalaman beternak Sistem produksi dan manajemen yang dijalankan (bibit, pakan dan pencegahan penyakit)

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 12

Laporan Pendahuluan

Jumlah tenaga yang terlibat dalam pemeliharaan ternak Kelembagaan (tani/peternak, keuangan, adapt dan agama).

2. Lahan, yang meliputi : Jenis tanah Ketersediaan air Luasan lahan Jenis hijauan (rumput/legume) Komposisi botanis, topografi

3. keadaan ternak, yang meliputi : Populasi, jenis dan komposisi ternak (induk, jantan, bakalan) Histori dan asal usul ternak Performans ternak (kemampuan berproduksi) Tingkah laku merumput Keuntungan dan kelemahan memelihara ternak

4. Hal-hal yang mendukung : Iklim Sarana dan prasarana Innformasi pasar Penggunaan limbah Suport pemerintah Peran swasta Adat istiadat Industri rumah tangga

3.2.1 Kegiatan Ekonomi


Dalam tinjauan terhadap kegiatan ekonomi dapat dilakukan analisis potensi kegiatan yang ada, maupun yang dapat dikembangkan. Analisis potensi-potensi regional dikaitkan dengan pengembangan jaringan jalan,

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 13

Laporan Pendahuluan

penggunaan

lahan,

dan

struktur

ruang,

dengan

memperhatikan

persyaratan dari kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan sesuai dengan fungsi yang diemban kawasan. Variable dan data pengamatan bidan ekonomi mencakup aspek-aspek seperti dibawah ini : 1. Aspek kawasan pengembangan meliputi : a. Lokasi (daya dukung lahan) b. Produk hasil-hasil pertanian c. Produktivitas d. Kontribusi e. Pertumbuhan f. Ketersediaan sarana dan prasarana produksi serta infrastruktur g. Ketersediaan tenaga kerja h. Aspek unggulan komparatif i. 2. a. dengan pengolahan usahatani Keterkaitan antar sector Aspek Mikro, meliputi : Aspek seperti on : farm yang terkait teknologi budidaya,

produksi dan produktivitas, pembiayaan, permodalan, kemampuan petani dalam memperolah sarana produksi, pengolahan dan pemasaran. b. agropolitan. Beberapa metoda yang dapat digunakan dalam analisis ekonomi antara lain adalah sebagai berikut : 1. Metoda Location Quetiont (LQ) Teknik analisis teknik suatu LQ ini merupakan suatu cara untuk mengetahui antara dengan kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Pada dasarnya menyajikan di perbandingan yang relatif kemampuan sektor daerah diselidiki Aspek off farm : kelembagaan ekonomi, dan aspek-aspek penunjang pengembangankawasan

kemampuan sektor sama pada daerah yang lebih luas. Satuan yang

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 14

Laporan Pendahuluan

digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien, dapat menggunakan satuan jumlah buruh, hasil produksi, atau satuan lainnya yang dapat digunakan sebagai kriteria. Secara matematis perbandingan relatif ini dinyatakan sebagai berikut (dengan contoh satuan kriteria adalah jumlah buruh): Si/Ni LQIJ Dimana
Si S Ni N : : : :

Si/S = Ni/N

= S/N

:
Jumlah buruh industri i di daerah yang diselidiki Jumlah buruh industri seluruhnya di daerah yang diselidiki Jumlah buruh industri i di seluruh daerah yang lebih luas dimana daerah yang diselidiki menjadi bagiannya. Jumlah seluruh buruh di seluruh daerah yang lebih luas, dimana daerah yang diselidiki menjadi bagiannya.

Analisis dengan LQ ini juga merupakan alat untuk mengetahui kesimbangan suatu daerah atau subdaerah dalam kegiatan ekspor impor pada sektor tertentu (misalnya, industri), yang dapat dilihat dari besarnya angka LQ. Bila kenyataannya proporsi tenaga kerja tiap kategori ini lebih besar dari koefisien LQ, maka kelebihannya dianggap sebagai ekspor. Struktur perumusan LQ, memberikan beberapa nilai sebagai berikut :

Lq > 1, atau LQ=1, atau LQ<1. Nilai-nilai LQ ini memberikan indikasi : LQ>1, : LQ=1, : LQ<1, : menyatakan sub daerah yang bersangkutan mempunyai potensi ekspor dalam kegiatan tertentu, menyatakan daerah yang bersangkutan telah mencukupi daerahnya sendiri (subsisten) dalam kegiatan tertentu, menyatakan subdaerah yang bersangkutan mempunyai kecenderungan impor dari daerah lainnya.

2. Pengukuran Aksesibilitas

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 15

Laporan Pendahuluan

Untuk mengetahui kemudahan daya hubung atau aksesibilitas antara satu lokasi dengan lokasi lainnya, misalnya antara pusat pelayanan ke pemukiman, dapat digunakan beberapa cara di mana yang mungkin akan digunakan di sini. 1. Nilai Aksesibilitas Terdapat 4 faktor utama yang menjadi dasar pertimbangan penilaian aksesibilitas, yaitu fungsi jalan, konstruksi jalan, kondisi jalan, dan jarak titik. FKT A = d Dimana : A F K T D = = = = = Nilai aksesibilitas Fungsi jalan (arteri, kolektor, lokal) Konstruksi jalan (aspal, perkerasan tanah) Kondisi jalan (baik, sedang, buruk) Jarak

Asumsi yang digunakan dalam metoda ini adalah : - relief topografi dianggap sama, - selera/faktor sosial diabaikan, - hanya ada satu jalan ke tempat yang dituju

2. Indeks Aksesibilitas Ej Ai = b dij Dimana : Ej = Ukuran aktivitas (dapat digunakan antara lain jumlah penduduk usia kerja) Dij = Waktu tempuh perjalanan antara daerah I dan j B = Parameter Perhitungan parameter b, dilakukan dengan menggunakan grafik regresi linier, diperoleh berdasarkan perhitungan :

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 16

Laporan Pendahuluan

T K = P Dimana : T P = Total perjalanan indicidu = Jumlah penduduk di seluruh daerah Pi Pj Tij = P Dimana : Tij Pipj P = Volume perjalanan hipotesa = Jumlah penduduk di daerah i dan j = Jumlah penduduk seluruh daerah k

3.2.3 Kependudukan
Tinjauan terhadap perkembangan penduduk dilakukan dengan

memperkirakan jumlah penduduk di masa yang akan datang. Hasilnya merupakan masukan bagi usaha pengendalian perkembangan jumlah penduduk, dan usaha penyebaran penduduk sesuai dengan ruang yang dapat menampung sesuai perkiraan perkembangan yang akan datang. Metoda yang dapat dipergunakan memperkirakan jumlah penduduk di masa yang akan datang antara lain : Bunga Berganda Teknik ini menganggap perkembangan jumlah penduduk akan berganda dengan sendirinya. Disini dianggap tambahan jumlah penduduk akan membawa konsekuensi bertambahnya tambahan jumlah penduduk. Pt + Dimana :
n

= Pt ( 1 + r)n

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 17

Laporan Pendahuluan

Pt Pt+n R

= Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun dasar = Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t + n = Rata-rata prosentase tambahan jumlah penduduk daerah yang diselidiki berdasarkan data masa lampau.

Regresi Linier Proyeksi jumlah penduduk dengan pendekatan statistik adalah dengan cara regresi linier. Teknik ini merupakan teknis secara grafis, dengan cara garis ekstrapolasi ditarik dengan metoda selisih kuadrat minimum. Secara matematis, garis regresi dinyatakan dengan persamaan : p = a + bx Dimana : P X A,b = Jumlah penduduk daerah yang diselidiki = Nilai yang diambil dari variabel bebas = Konstanta

Perhitungan konstanta diperoleh berdasarkan rumus :

P P

= X =

Na + b X . . . . . . . .. . . . . . (1) a X + b X2 . . . . . . . . . . . . . (2)

Persamaan (1) dan (2) memberi harga : >P>X2 - >X>XP a= N>X2 (>X)2 b= N>XP - >X>P N>X2 (>X) 2

Dengan N = jumlah tahun data pengamatan Untuk kepentingan proyeksi, rumjus regresi linier ditulis : Pt
+n

= a + b Xt + n

Cohort Survival Method (CSM) Teknik perhitungan ini didasarkan pada selisih antara angka kematian dan angka tetap hidup berbagai kelompok umur, kelamin, dan lain-lain. Biasanya penduduk dikelompokkan menurut usia. Untuk mengetahui

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 18

Laporan Pendahuluan

pertambahan

keseluruhan,

kelompok

umur

yang

tetap

hidup

dijumlahkan. Untuk mengetahui laju pertumbuhan penduduk masingmasing kelompok umur, digunakan daftar kematian tiap-tiap kelompok umur, dan juga angka keseluruhan wanita tiap kelompok umur. Untuk tiap selang (interval) usia, pertambahan jumlah penduduk diperhitungkan dari : jumlah wanita melahirkan pada tiap kelompok usia, jumlah tetap hidup dengan menggunakan laju kematian pada tiap kelompok usia. Usaha pendistribusian penduduk dilakukan untuk dapat pula mengurangi tekanan di daerah padat dengan memperhatikan kepadatan minimum dan dikaitkan dengan usaha pengembangan fasilitas dan utilitas lingkungan.

3.2.4 Jaringan Transportasi


Pengembangan jaringan jalan dan pengaturan transportasi untuk

menghubungkan pusat-pusat kegiatan yang ada, yang direncanakan, maupun untuk mengarahkan perkembangan kawasan, dilakukan dengan metoda-metoda antara lain : 1. Pengukuran Aksesibilitas Teknik dan keterangan lainnya lihat pada sub bab 3.2.1 bagian 2 di atas. 2. Pengukuran Nilai Volume/Kapasitas (V/K) Pengukuran ini dilakukan untuk menilai tingkat kemampuan pelayanan jaringan jalan dalam menampung kendaraan. Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu penggal jalan per satuan waktu, sedangkan kapasitas jalan adalah jumlah

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 19

Laporan Pendahuluan

kendaraan yang melewati suatu penggal jalan per satuan waktu menurut kecepatan kendaraan yang direncanakan pada penggal jalan tersebut. Nilai volume per kapasitas jalan, dikaitkan dengan fungsi dari jalan tersebut. 3. Penilaian Kondisi Jalan Penilaian kondisi jalan ini bertujuan untuk mendukung penilaian tingkat kemampuan pelayanan jaringan jalan dalam menghubungkan suatu kawasan (lokasi) dengan kawasan (lokasi) lainnya. Penilaian kondisi jalan (baik, sedang, buruk), konstruksi jalan (aspal, perkerasan, tanah), dan dikaitkan dengan fungsi jalan tersebut (arteri, kolektor, lokal). 4. Regresi Analisis regresi dipakai untuk menentukan jumlah trip/perjalanan yang akan timbul dari daerah-daerah yang mempunyai potensi pembangkit lalu lintas. Y = ax + b . . . . . . . . . . . . . . (i) Y,x = kendaraan, A,b variabel (jumlah penduduk, pekerja, pemilikan

dan perjalanan orang) = Konstanta

Untuk mencari a dan b dipakai cara eleminasi Gauss.

y = b.n + a x xy + b x + 2 x2
Dari hasil a dan b, dimasukkan ke rumus a akan didapat y, kemudian dihitung koefisien korelasinya.

R=

(y y) 2 (y y) 2

0,90 < R < 1,00

5. Bunga Berganda

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 20

Laporan Pendahuluan

Pemakaian

metoda

bunga

berganda

bertujuan

untuk

memproyeksikan bangkitan lalu lintas di masa depan. Pada dasarnya metoda ini sama dengan memproyeksikan jumlah penduduk dengan metoda yang sama. 6. Biaya Cost ratio Biaya pembangunan dan manfaat-manfaat yang didapat, diukur dengan suatu perbandingan yang dinamakan Benefit Cost Ratio atau BCR. Benefit = (Total Using Cost) lama (Total Using Cost) baru. (Total Using Cost) = VOS + Time Value Cost = Construction Cost + Maintance Cost Operation Cost. 7. Internal Rate of Return Dasar daripada Rate of Return adalah nilai tahunan dan nilai sekarang. Jika NPV = 0, maka R = IRR

8. Net Present Value Dasar dari metode ini adalah semua penerimaan atau pembangunan mendatang yang berhubungan dengan suatu proyek investasi diubah ke nilai sekarang, dengan menggunakan suatu tingkat bunga.
n

NPV (Benefit Cost) Pi x (1 + R)2 R = tingkat bunga


i=0

i = waktu

9. Model Perkiraan Arus Pergerakan dan Lalu Lintas a. Pembangkitkan Pergerakan (Trip Generation) Analisa pembangkitan pergerakan merupakan langkah awal dari demand forecasting (peramalan permintaan).

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 21

Laporan Pendahuluan

Pergerakan/perjalanan = trip, didefinisikan sebagai satu kali perjalanan, dengan satu maksud dan jenis kendaraan tertentu, antara satu titik asal dan satu titik tujuan.

Metoda yang populer dalam analisis pembangkitan lalu lintas diperkirakan dengan metoda analisis Multiple Regresi. Multiple Regresi menunjukkan hubungan antara perjalanan tiap zone dengan berbagai kegiatan sosial-ekonomi pada zone tersebut.

Persamaan yang dipakai yaitu : Y = b0 + b1 + X1 + . . . + bk Xk Dimana : Y = X1, X2, . Xk = Bo, b1, .bk = Variabel tidak bebas, yaitu perjalanan yang ditimbulkan atau ditarik oleh sebuah zone. Variabel bebas, yaitu penyebab timbulnya bangkitan perjalanan. Koefisien regresi yang dikalibrasi/dihasilkan dari data sosial ekonomi yang digunakan (misalnya jumlah penduduk, income perkapita, pemilikan kendaraan dan sebagainya).

b. Pembagian Perjalanan Trip distribution merupakan langkah analisa tentang perjalanan yang ditimbulkan dan ditarik oleh setiap zone (distribusikan ke berbagai zone lainnya) Model yang digunakan adalah Grafity Potensial Model. Prinsip model ini adalah perjalanan antara dua zone (i dan j) proposional langsung dengan perjalanan yang ditarik oleh zone j. Bentuk modelnya adalah : Gi Aj . Fij Tij =

Aj .
J-i

Fij

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 22

Laporan Pendahuluan

Dimana : Tij Gi Aj Fij N = = = = = Jumlah perjalanan dari zone i ke zone j. Perjalanan-perjalanan yang ditimbulkan oleh zone i. Perjalanan-perjalanan yang ditarik oleh zone j. Faktor interaksi antara i dan j (makin besar angkanya menyatakan hubungan yang makin erat, berarti trip semakin besar antara i dan j, biasanya antara 0 1). Jumlah zone.

c. Modal Split Proporsi jumlah perjalanan antara berbagai pasang zone dapat dilihat share penggunaan alat angkut antara kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Model yang biasa digunakan adalah perbandingan waktu dan biaya bila menggunakan kendaraan pribadi atau dengan kendaraan umum antara dua titik asal dan tujuan.

d. Penetapan Penjalanan Alat Angkut pada Jaringan Prasarana ( Traffic Assdigemnt) Tahap analisa ini adalah menetapkan perjalanan antara berbagai pasangan dua zone zone asal dan tujuan pada route yang berbeda. Metoda yang sering digunakan adalah metoda lintasan/jarak atau waktu tempuh terpendek terhadap pencapaian dua zone. Lintasan terpendek dengan waktu yang tersingkat merupakan dasar bagi penempatan perjalanan alat angkutan pada jaringan jalan yang optimal.

3.2.5 Pola Penggunaan Lahan

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 23

Laporan Pendahuluan

Tinjauan terhadap pola pembangunan lahan dan penyebaran pusat-pusat kegiatan dilakukan dengan membuat penilaian terhadap intensitas penggunaan pada bagian-bagian kawasan. Penilaian ini juga dimaksudkan untuk melihat kemungkinan pengembangan pusat kegiatan pada bagian kawasan lain dengan memperhatikan persyaratan masingmasing kegiatan, pola jaringan jalan, dan hirarki yang akan dikembangkan serta memperhatikan pula syarat kelestarian lingkungan dan kecenderungan perkembangan. Pengukuran instensitas penggunaan lahan dapat mempergunakan metoda penentuan nilai : 1. Location Quotient (LQ) Penilaian kecenderungan perkembangan daerah studi berdasarkan intensitas penggunaan lahan, pada dasarnya menggunakan luas penggunaan lahan sebagai indikator penilai. Penilaian intensitas penggunaan lahan ini dapat dilakukan dengan menggunakan metoda LQ. Rumus matematis dapat dilihat pada sub bab 3.2.6 bagian 1 dengan penyesuaian arti notasi sesuai dengan variabel yang digunakan. Penilaian dari hasil perhitungan adalah : Untuk Untuk setiap setiap penggunaan penggunaan yang yang mempunyai mempunyai nilai nilai LQ>1 LQ<1

menunjukkan bahwa intensitas penggunaan tersebut tinggi. menunjukkan bahwa intensitas penggunaan tersebut rendah. Suatu daerah yang memiliki intensitas penggunaan tinggi untuk penggunaan non pertanian, maka daerah tersebut memiliki tingkat kecenderungan perkembangan yang tinggi.

3.2.6 Pola Penyebaran dan Penyediaan Fasilitas

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 24

Laporan Pendahuluan

Tinjauan terhadap penyebaran dan penyediaan fasilitas, dimaksudkan untuk mengetahui : kelengkapan pelayanan fasilitas dan utilitas kemerataan pelayanan fasilitas dan utilitas ke seluruh bagian wilayah hasil guna dan daya tiap-tiap jenis fasilitas dan utilitas.

Beberapa cara dapat digunakan untuk melakukan peninjauan tersebut : Analisis kelengkapan fasilitas dan utilitas per satuan adminstratif. Analisis dilakukan dengan menilai kelengkapan fasilitas dan utilitas di tiap satuan daerah administratif (per desa) menurut tiap jenis fasilitas atau utilitas. Penilaian dilakukan dengan memberikan harga / bobot tertentu pada tingkat kelengkapan fasilitas dan utilitas tertinggi dan menghitungnya untuk tingkat kelengkapan yang lainnya. Analisis kemerataan pelayanan fasilitas dan utilitas dilakukan dengan melihat lokasi masing-masing fasilitas dan utilitas. Dengan melihat lokasi masing-masing fasilitas dan utilitas dapat diketahui penyebaran dan pengelompokannya. Kemerataan pelayanan dapat didekati dengan memperkirakan jangkauan efektif pelayanan tiap kelompok fasilitas tersebut terhadap daerah sekitarnya. Perkiraan jangkauan pelayanan efektif dilakukan dengan memperhatikan pola penyebaran penduduk dan sistem angkutan penumpang dan barang. Analisis hasil ganda dan daya guna pelayanan fasilitas dan utilitas dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan pelayanan tiap jenis fasilitas dan utilitas terhadap penduduk.

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 25

Laporan Pendahuluan

harus dilayani. -

Penilaian

dilakukan

dengan

membandingkan

jumlah fasilitas/utilitas yang ada terhadap jumlah penduduk yang

Hasil guna/daya guna pelayanan fasilitas/utilitas tersebut dapat diketahui dengan membandingkan hasil perbandingan di atas dengan standar-standar kebutuhan yang berlaku.

3.2.7 Struktur Tata Ruang


Analisis terhadap struktur tata ruang dilakukan untuk mengetahui pola tingkatan pusat-pusat kegiatan yang ada. Pola tingkatan/hirarki itu menyangkut kemampuan pusat-pusat kegiatan tersebut dalam melayani kebutuhan pada cakupan wilayah tertentu. Masukan yang terpenting pada bagian ini adalah hasil analisis penyebaran dan penyediaan fasilitas dan utilitas dan analisis penggunaan lahan dan penyebaran pusat-pusat kegiatan. Pengelompokkan kegiatan dan fasilitas/utilitas perkotaan pada lokasilokasi tertentu memberikan fungsi tertentu pada lokasi tersebut, yaitu sebagai pusat-pusat pelayanan bagi kebutuhan kawasan. Penilaian terhadap kemampuan pelayanan masing-masing pusat itu, secara keseluruhan membentuk suatu pola hirarki antar pusat pelayanan.

3.2.8 Model Dan Analisis Intensitas Penggunaan Lahan


Model ini digunakan untuk menilai tingkat intensitas penggunaan lahan dari setiap kegiatan permukiman pada seluruh kawasan perencanaan. Model yang digunakan adalah sebagai berikut : 1,903 + Log KLB IPL = 0,381 Dimana : IPL KLB = Intensitas Penggunaan Lahan = Koefisien Lantai Bangunan

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 26

Laporan Pendahuluan

3.2.9 Metoda Dan Model Analisis Lain


Disamping metoda-metoda analisis yang telah disebutkan di atas, terdapat juga beberapa metoda lain yang mungkin digunakan, yaitu :

a. Metoda Skorsing Digunakan untuk menilai tingkat pelayanan kawasan sehingga dapat ditentukan potensinya yang dapat menentukan fungsi kawasan yang bersangkutan. Rumus yang digunakan adalah : Pi Bi = P Dimana : Bi Pi P = bobot dari kegiatan = jumlah aktivitas I di kawasan = jumlah penduduki di kawasan x 100

Jumlah aktifitas yang dimaksud biasanya berupa produksi maupun pelayanan sosial seperti hasil pertanian, fasilitas pendidikan, jumlah fasilitas kesehatan dan sebagainya. Makin tinggi nilai Bi dapat diinterpretasikan bahwa kota atau kawasan tersebut mempunyai tingkat pelayanan yang optimal/potensial. b. Metoda Skalogram Digunakan untuk menentukan kelengkapan fasilitas, yang selanjutnya merupakan masukan bagi penentuan hirarki zona-zona berdasarkan ketersediaan fasilitas. c. Analisis Threshold

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 27

Laporan Pendahuluan

Analisis ini merupakan suatu teknis analisis yang dapat memperluas metoda skalogram. Analisis ini dapat dipandang sebagai analisis penentu kebutuhan fasilitas. e. Metoda Sentralitas Merupakan metoda penentuan tingkat hirarki pelayanan, dimana perhitungannya merupakan kelanjutan dari hasil yang diperoleh dengan metoda skalogram. Dengan menghitung jumlah fasilitas yang dimiliki oleh tiap kawasan selanjutnya dapat diperoleh kelompok kawasan menurut hirarkinya, yaitu kelompok I, II, III dan seterusnya. f. Analisis Superimpose (Sieve Map Analysis) Analisis ini digunakan untuk menentukan daerah yang paling baik untuk perkembangan. Faktor penentunya adalah semua aspek fisik lingkungan dari daerah perencanaan. Prinsip yang digunakan dalam analisis ini adalah untuk memperoleh lahan yang sesuai dengan kebutuhan perencanaan (kesesuaian lahan). Metoda yang digunakan dalam analisis ini adalah superimposed (tumpang tindih) dari berbagai keadaan dari daerah perencanaan. Penilaian dilakukan atas dasar metode pembobotan penilaian skor (wighting and scorsing) g. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) merupakan analisis terhadap suatu perkembangan dan tata guna dalam tanah, kaitannya intensifikasi dengan dan ekstensifikasi ruang, perkembangan penduduk, aspek pencemaran kegiatan lain-lain ekologi perkotaan (urban ecology). d. Guided Land Develoment (GLD)

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 28

Laporan Pendahuluan

Guided Land Develoment (GLD) adalah suatu sistem pengembangan kawasan sehingga dimungkinkan suatu lahan untuk pemukiman beserta fasilitas penunjangnya sehingga tercipta suatu lingkungan yang sehat, nyaman dan terencana. Dengan rancangan GLD, lahan bisa diusahakan melalui Real Estate, Koperasi ataupun perorangan tergantung pada permintaan pasar dan masyarakat. Apabila tidak melalui GLD, maka golongan penduduk berpendapatan rendah tidak mampu memiliki lahan perkotaan yang disediakan oleh Real Estate. Akhirnya golongan penduduk berpendapatan rendah akan tetap menempati lingkungan pemukiman yang kumuh (slums), yaitu pemukiman tak terkontrol dengan fasilitas yang minim. Hal ini mengakibatkan gangguan pada kesehatan dan konflik sosial. h. Model Dinamik yang banyak mendasarkan diri pada analisis korelasi dan uji dependensi, untuk menginterpretasikan perubahan-perubahan yang ada dalam kota. i. Model Analisis Development Ratio dan Indeks Pertumbuhan (Growth Index). Untuk mengidentifikasikan pertumbuhan kegiatan yang ada dalam kawasan. j. Model Analisis Jarak Ekonomi untuk memperoleh gambaran hubungan atau ketergantungan kota dengan desa-desa sekitarnya. k. Model Analisis Faktor merupakan pengembangan model analisis jarak ekonomi, untuk menentukan sektor-sektor kegiatan Kota dalam hubungannya dalam ketergantungan antar sektor kegiatan. l. Model Capability Analysis untuk menentukan kedudukan kawasan yang direncanakan terhadap pusat-pusat pertumbuhan wilayah kecamatan lainnya.

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 29

Laporan Pendahuluan

m. Multi Linear Extension Model, untuk menunjukkan perkembangan sektor-sektor kegiatan dan pengaruhnya terhadap pusat-pusat pertumbuhan lainnya dan masa datang. n. Analisa Kualitatif, yang akan menggambarkan pengaruh

kebijaksanaan terhadap perkembangan sektor-sektor kegiatan di wilayahnya, dan pengaruh kebijaksanaan terhadap perkembangan sektor-sektor kegiatan di pusat-pusat wilayah khususnya terhadap kawasan yang direncanakan. Model ini bisa juga dikembangkan dengan bantuan model-model Teknik Delphi maupun Impact Model.

Masterplan Agropolitan Kabupaten Natuna

III - 30

You might also like