You are on page 1of 2

HADITS AHKAM

- Hadits ahkam bisa diartikan juga sebagai bahasan-bahasan hadits yang hanya
menjelaskan tentang hadits-hadits yang berkaitan dengan hukum syara’.
- Dari sekian banyak hadits hukum, kami mengambil pembahasan masalah
hukum air. Sebagaimana hadits:
.‫ اللهم طهرنى بالثلج والبَرد والماء البارد‬:‫ قال رسول الله صلعم‬:‫عن أبى هريرة رض قال‬
‫رواه مسلم‬
Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda Ya Allah! Sucikanlah daku
dengan salju, embun dan air sejuk dingin. (HR. Muslim).
- Hadits di atas diriwayatkan oleh Muslim, menyatakan bahwa air adalah suci
dan mensucikan. Kata sebagian ulama; air yang dimaksudkan oleh hadits ini
ialah air muthlaq (air yang masih tetap dalam keasliannya).
- Kata sebagian ahli tahqiq yang dimaksud dengan air disini segala air yang
mencakup air mutlak dan air muqayad (air yang terikat dengan sesuatu
perkataan yang dikatakan juga air mudlaf, yang perkataan air, disandarkan
kepada sesuatu nama yang lain dari nama tempat atau wadah, seperti: air
mawar, air nyiur, air buah-buahan atau sari buah). Disandarkan kepada
sesuatu, hanyalah untuk membedakannya saja, sama juga dengang
menyandarkan “air” kepada perkataan: sungai, sumur, laut dan sebagainya.
Menyandarkan air kepada sesuatu, tiadalah menghilangkan tenaga atau
kekuatannya yakni tetap mensucikan.
- Ibnu Qunaidah berkata: Benda-benda yang cair, misalnya kuah, susu dan
sebagainya, kecuali air nabidz (air bebuahan yang beragi), tak dapat
mensucikan; karena Allah hanya menetapkan kekuatan mensucikan itu, pada
air saja.
- Dan “air mudlaf” (air yang disandarkan kepada sesuatu nama lain), yang tidak
boleh kita bersuci dengannya, ada tiga macam:
1. Air yang diperas dari benda-benda yang suci, seperti: air mawar, air cengkeh,
air akar kayu dipotong
2. Air yang bercampur dengan benda yang suci dan telah berubah namanya
karena percampuran itu seperti telah menjadi air kuah, air the, air kopi dan
sebagainya.
3. Air yang telah dipakai untuk memasak sesuatu, merebus pisang dan
1
sebagainya.
- Semua ulama menetapkan bahwa kita tidak boleh bersuci dengan air-air
tersebut. Hanya Ibn Abi Laila dan Al-Asham yang membolehkan bersuci
dengan air perasan buah-buahan yang suci itu.
- Air yang bercampur dengan benda suci yang belum berubah namanya lantaran
percampuran itu, diperselisihkan hukumnya oleh para ulama.
- Malik, Syafi’i dan Ishak Ibnu Rahawaih tidak membolehkan kita bersuci
dengan air itu.
- Abu Hanifah dan Ahmad (dalam salah satu penjelasannya), membolehkan kita
bersuci dengan air itu.

You might also like