Professional Documents
Culture Documents
Dokumen FO-UGM-BI-07-09
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK
Revisi 00
GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 1 dari 12
LAPORAN RESMI
ACARA H dan I
LABORATORIUM MOKROBIOLOGI
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-09
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK
Revisi 00
GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 2 dari 12
TAHUN 2009
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di dalam suatu populasi bakteri tidak semua sel mampu hidup terus menerus. Sel hidup
ialah sel yang mampu membentuk koloni di dalam agar biak atau membentuk suspensi dalam
larutan biak. Sel hidup inilah yang dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan jumlah
sel hidup (Schlegel, 1976). Metode yang digunakan tergantung pada bahan dan jenis mikrobia
yang ditentukan. Jumlah perhitungan juga dapat diestimasi dari jumlah bakteri yang terdapat
dalam medium biakan murni suatu bakteri (Wistreich and Lechtman, 1988). Ada 2 cara untuk
menghitung jumlah bakteri dalam suatu bahan yaitu secara langsung dan tidak langsung (Prescott
et al., 1999).
1. Perhitungan secara langsung
Perhitungan secara langsung dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia keseluruhan
baik bakteri yang mati maupun yang hidup. Mikrobia dapat diamati langsung dengan
menggunakan mikroskop. Keuntungannya adalah kita dapat menentukan dan menghitung
langsung jumlah bakteri yang terdapat pada kaca preparat (Atlas and Bartha, 1998). Pengamatan
secara langsung dengan mikroskop membutuhkan pengecatan. Preparat dicat dengan cat yang
sesuai lalu dihitung jumlah rata-rata sel mikrobia tiap bidang pandang pada mikrioskop dan
menggunakan hand counter untuk membantu perhitungan mikrobia (Pelczar, 1957).
2. Perhitungan secara tidak langsung
Perhitungan ini dipakai untuk menentukan jumlah bakteri keseluruhan baik yang hidup
maupun yang mati atau hanya untuk menentukan jumlah bakteri yang hidup saja tergantung pada
cara yang digunakan. Untuk menentukan jumlah mikrobia yang hidup dapat dilakukan setelah
suspensi bahan atau biakan diencerkan beberapa kali dan ditumbuhkan pada medium dengan cara
tertentu tergantung macam bahan dan sifat mikrobia (Atlas, 1988). Perhitungan jumlah mikrobia
secara tidak langsung dapat dilakukan dengan sentrifugasi, berdasarkan kekeruhan, dengan
electronic counter, berdasarkan analisis kimia, berdasarkan berat kering, berdasarkan jumlah
koloni dan Most Probable Number (MPN) (Carpenters, 1977).
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-09
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK
Revisi 00
GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 3 dari 12
Banyaknya jumlah koloni menunjukkan banyak sedikitnya bakteri yang tumbuh pada
media. Perubahan faktor-faktor lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan mikrobia. Namun
demikian ada beberapa jenis mikrobia yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
Mikrobia yang demikian biasanya mempunyai sifat toleran dan sangat resisten terhadap
lingkungan baru. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas mikrobia meliputi
faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik meliputi faktor fisik dan kimia lingkungan. Beberapa
faktor abiotik yang perlu mendapat perhatian ialah temperatur, pH, kelembaban, tekanan osmose,
pengeringan, sinar gelombang pendek, tegangan muka, dan daya oligodinamik (daya logam
berat). Faktor biotik meliputi faktor-faktor yang mencakup asosiasi atau kehidupan bersama
antara mikrobia. Asosiasi atau kehidupan bersama antara mikrobia biasanya dalan bentuk
simbiose sinergisme, antibose, dan sinotropisme. pH adalah suatu angka yang menunjukkan
tingkat keasaman suatu zat. pH merupakan logaritma negatif dari konsentrasi ion H+ dalam suatu
zat (Soetarto et al.,2009). Semua mikrobia memiliki pH optimum agar dapat tumbuh dengan
baik. pH minimum merupakan kondisi paling asam di mana mikrobia dapat tumbuh dan ph
maksimum adalah kondisi paling basa di mana mikrobia dapat tumbuh ( Sarles et al.,1958).
℘ Pengaruh temperatur terhadap pertumbuhan mikrobia
Gas dapat dihasilkan jika suhu antara 4 - 60°C dan suhu dijaga konstan. Bakteri akan
menghasilkan enzim yang lebih banyak pada temperatur optimum. Semakin tinggi temperatur
reaksi juga akan semakin cepat tetapi bakteri akan semakin berkurang.
Berdasarkan suhu pertumbuhannya, mikrobia dibedakan menjadi :
Nama Bakteri Minimun (0 C) Optimum (0 C) Maksimum (0 C)
Psikrofilik 0 15 30
Mesofilik 5 – 25 18 – 45 30 – 50
Thermofilik 25 - 45 55 60 – 90
(Soetarto et al.,2009)
Proses pembentukan metana bekerja pada rentang temperatur 30-40°C, tapi dapat juga
terjadi pada temperatur rendah, 4°C. Laju produksi gas akan naik 100-400% untuk setiap
kenaikan temperatur 12°C pada rentang temperatur 4-65°C.Mikroorganisme yang berjenis
thermofilik lebih sensitif terhadap perubahan temparatur daripada jenis mesofilik. Pada
temperatur 38°C, jenis mesofilik dapat bertahan pada perubahan temperatur ± 2,8°C.Untuk jenis
thermofilik pada suhu 49°C, perubahan suhu yang dizinkan ± 0,8°C dan pada temperatur 52°C
perubahan temperatur yang dizinkan ± O,3°C (Manurung, 2009).
℘ Pengaruh daya disenfektan zat-zat kimia menghambat pertumbuhan bakteri
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-09
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK
Revisi 00
GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 4 dari 12
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari bagaimana cara menghitung bakteri
menggunakan metode plate count dan mempelajari bagaimana pengaruh temperatur, disinfektan,
logam berat, dan sinar UV terhadap pertumbuhan E.coli dan B.subtilis .
II. METODE
1. Perhitungan jumlah koloni
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-09
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK
Revisi 00
GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 5 dari 12
B.Cara kerja
1.Pengaruh temperatur terhadap pertumbuhan bakteri
Pada bagian luar cawan Petri yang akan digunakan untuk menumbuhkan bakteri
dilabel dan diberi keterangan singkat tentang temperatur, jenis bakteri yang digunakan
dan tanggal penanamannya. Kemudian media agar yang telah dicairkan dan didinginkan
dituangkan ke dalam cawan Petri, diratakan, dibiarkan sampai memadat. Medium
diinokulasi dengan 1 ose biakan murni B. Subtillis dan E.coli. Kemudian diinkubasi pada
suhu 0 0C, 27 0C, dan 55 0C selama 5 hari. Kemudian diamati pertumbuhannya.
Uang logam perunggu (Cu) direndam dengan asam nitrat 10% selama 10 menit
untuk menghilangkan oksida-oksida pada logam. Kemudian dicuci dengan akuades untuk
menghilangkan asam nitrat yang masih menempel. Selanjutnya media nutrien agar tegak
dicairkan dalam penangas air. Kemudian media didinginkan sampai sekitar 50 0C. Pada
media nutrien diinokulasikan dengan 1 ose biakan murni B. Subtillis dan E.coli, kemudian
didinginkan sampai memadat. Logam Cu diletakkan tepat di tengah pada permukaan
media nutrien agar tersebut, semua cawan petri diinkubasikan pada temperatur kamar
selama 5 hari.
III. HASIL
1. Perhitungan jumlah koloni
Dari hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut :
Jumlah koloni
Pengenceran Keterangan
Ulangan I Ulangan II
10-5 > 300 > 300 Tidak dipakai
10-6 > 300 > 300 Tidak dipakai
10-7 134 235 Rata rata = 185
23 Tidak dipakai
10-8
30 Dipakai
10-9 4 1 Tidak dipakai
Jumlah bakteri = 185 x 107
( Perhitungan di lampiran )
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-09
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK
Revisi 00
GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 7 dari 12
300C ++ +++
550C +++ ++
Disinfektan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-09
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK
Revisi 00
GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 8 dari 12
Sinar UV
IV. PEMBAHASAN
Cara penentuan jumlah bakteri penting untuk diketahui. Hal ini terkait dengan
penerapannya dalam berbagai bidang. Pada praktikum ini pengenceran yang dapat digunakan
untuk menghitung jumlah bakteri adalah 10-7. Pada pengenceran 10-5 dan 10-6 tidak dapat dipakai
karena jumlah koloni lebih dari 300, sedangkan pada pengenceran 10 -8 dan 10-9 tidak dapat
dipakai karena jumlah koloni kurang dari 30. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa dalam
sampel terdapat 243 x 107.
Plate count merupakan salah satu cara penghitungan jumlah bakteri secara tidak langsung.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi antara lain:
1. jumlah koloni tiap cawan petri 30 - 300 koloni ;
2. tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas cawan petri ;
3. perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang berturut-turut antara
pengenceran sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata,
tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipaki jumlah mikrobia dari pengenceran
sebelumnya (Soetarto et al., 2009).
Penggunaan metode ini dapat memberikan estimasi terbaik dari jumlah bakteri pada
substansi tertentu. Namun penggunaan metode ini juga menemui kendala seperti bila koloni
tumbuh mengumpul, sulit menganggap koloni mana yang dihitung sebagai single sel. Sehingga
sangat mungkin terjadi salah pandang saat perhitungan, koloni kecil tidak terhitung. Jadi ada
banyak faktor yang mempengaruhi keakuratan penghitungan dengan metode ini. Tetapi metode
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-09
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK
Revisi 00
GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 9 dari 12
ini merupakan metode yang luas digunakan untuk menentukan jumlah bakteri hidup dalam suatu
substansi.
Jumlah koloni bakteri dipengaruhi oleh faktor luar. Pada praktikum ini dilakukan
pengujian pengaruh suhu terhadap pertumbuhan B. subtilis dan E. coli pada suhu 4 0C, 30 0C, dan
55 0C. Pengamatan bakteri dilakukan pada medium padat dengan metode streak plate. Alasan
penggunaan metode streak plate adalah bakteri yang tumbuh benar-benar tumbuh pada zona
goresan/streak dan bakteri kontaminan tumbuh terpisah sehingga mudah dalam pengamatan.
Pada praktikum ini didapatkan E.coli dan B.subtilis dapat tumbuh pada suhu 40C.
Pertumbuhan B.subtilis pada suhu ini lebih lebat daripada E.coli. Pada suhu 300C B.subtilis
tumbuh lebat, sedangkan E.coli tidak terlalu lebat. Pertumbuhan E.coli paling lebat pada suhu
550C. Pada suhu tersebut B.subtilis juga masih dapat tumbuh. Menurut Clifton (1958), E. coli
mulai bereproduksi pada suhu 10 0C, suhu minimum pertumbuhan adalah 37 0C dan bertambah
dengan cepat pada suhu di atas 45 0C, namun mulai menurun pada suhu 50 0C. Hal ini berarti
E.coli merupakan bakteri mesofilik dengan suhu optimum pertumbuhan 18 0C – 45 0C. Dari hasil
pengamatan, B. subtilis mempunyai pertumbuhan hampir sama dengan E.coli. Oleh karena itu
B.subtilis juga termasuk bakteri mesofilik.
Peranan suhu terhadap pertumbuhan mikrobia mempengaruhi enzim yang dimiliki
mikrobia. Bila suhu rendah atau dibawah optimum, aktifitas enzim juga rendah, dengan demikian
pertumbuhan mikrobia menjadi lambat dan metabolisme di dalam sel terhenti. Selain itu, sel
bakteri dapat kehilangan air yang sangat penting untuk pertumbuhan pada suhu yang sangat
rendah. Bila suhu dinaikkan sampai di atas suhu optimum, aktifitas metabolisme naik dengan
cepat, tetapi pada waktu yang sama kecepatan pemecahan enzim dan protein meningkat akibat
denaturasi sehingga sel rusak dan mati.
Senyawa kimia dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Senyawa kimia tersebut
digolongkan dalam faktor kimia penghambat pertumbuhan bakteri atau mikrobia. Senyawa kimia
ini disebut disinfektan. Disinfektan dapat berupa deterjen, alkali, alkohol, aldehid, asam, fenol
dan kresol, klorin arsenik, sulfonamide, cat, dan iodin. Pada praktikum ini, disinfektan yang
digunakan adalah alkohol 60%, HgCl2 0,1%, merkurokrom 3%, larutan yodium 10%, dan phenol
10%. Hasil praktikum manunjukkan bahwa kelima disinfektan tersebut tidak mempunyai daya
hambat pertumbuhan E.coli. Namun, disinfektan tersebut kecuali alkohol dapat menghambat
pertumbuhan B.subtilis. Disinfektan yang memberikan daya hambat terbesar adalah
merkurokrom dengan luas area penghambatan 3,37 cm2 , sedangkan HgCl2 memberikan zona
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-09
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK
Revisi 00
GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 10 dari 12
penghambatan terkecil, yaitu 0,23 cm2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa E.coli lebih resisten
terhadap disinfektan. Hal ini terkait sifatnya yang termasuk bakteri gram negatif.
Enzim + HgCl2 → enzim (S-Hg-S) + 2 HCl
↓ ↓ ↓
enzim Merkuri enzim
aktif kloride in aktif
Gambar 1. Reaksi HgCl2 dengan enzim (Pelezar and Chan, 1988).
HgCl2 terionisasi dalam air menghasilkan Hg++. Ion ini merupakan penghambat
pertumbuhan yang sangat baik atau sebagai disinfektan yang baik karena mempunyai sifat racun,
iritasi pada jaringan, korosi pada logam, dan menyebabkan presipitasi protein. Zona hambat B.
subtilis lebih besar kemungkinan disebabkan karena B. subtilis tidak cukup resisten terhadap
logam berat Hg++ daripada E. coli (Sarles, 1956). Daya toksis alkohol relatif rendah. Menurut
Sarles (1956), alkohol merupakan zat yang menyebabkan koagulasi protein pada protoplasma.
Daya toksisi alkohol menurun pada konsentrasi di bawah 50 %. Alkohol yang biasa digunakan
untuk disinfektan adalah etil alkohol. Etil alkohol efektif sebagai antiseptik dan punya
kemampuan setara dengan detergen.
Daya oligodinamik logam berat merupakan faktor luar bersifat kimia yang mempengaruhi
pertumbuhan bakteri. Ion-ion logam berat seperti Hg++, Cu++, Ag+, dan Pb++ pada kadar yang
sangat rendah dapat bersifat toksis terhadap mikrobia, karena ion-ion tersebut dapat bereaksi
dengan bagian-bagian penting dalam sel mikrobia. Cu termasuk salah satu mikroelemen yang
dibutuhkan mikrobia sebagai kofaktor enzim. Namun dalam konsentrasi yang lebih besar, Cu
justru akan menjadi inhibitor bagi enzim pada mirobia, sehingga enzim menjadi tidak aktif.
Karena enzim tidak aktif maka metabolisme tidak akan berjalan dan mengakibatkan mikrobia
tersebut mati. Daya bunuh logam berat ini disebut daya oligodinamik. Pada praktikum ini
dilakukan pengujian pengaruh uang logam terhadap pertumbuhan B. subtilis dan E. coli. Hasil
praktikum menunjukan tidak adanya zona penghambatan, baik pada E.coli maupun B.subtilis.
Mungkin hal ini terjadi karena konsentrasi ion Cu pada uang logam tersebut terlalu rendah
sehingga belum mampu menghambat pertumbuhan bekteri tersebut.
Sinar UV mempunyai panjang gelombang antara 400 – 4000 A0. Panjang gelombang sinar
UV yang mempunyai daya germisida terbesar terhadap mikrobia adalah 2650 A0. Sinar UV dapat
menyebabkan kematian, menghambat pertumbuhan mikrobia, dan menyebabkan mutasi gen.
Radiasi efektif hanya jika radiasi diabsorbsi oleh organisme. Dalam sel mikroorganisme, sinar
tersebut diabsorbsi oleh asam nukleat khususnya oleh DNA. Substansi ini bergabung dengan
protein membentuk nukleoprotein dan dijumpai di kromosom dan pada sitoplasma sebagai RNA.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-09
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK
Revisi 00
GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 11 dari 12
Apabila DNA menyerap sinar UV secara terus-menerus, maka akan terjadi perubahan susunan
gen pada DNA sehingga terjadi mutasi gen.
Dari hasil praktikum terlihat bahwa daerah pada cawan Petri yang ditutupi aluminium foil
pertumbuhan bakterinya lebih banyak, sedangkan pada daerah yang tidak tertutupi aluminium foil
dan langsung terkena paparan sinar UV pertumbuhan bakteri lebih sedikit. Hal tersebut
dikarenakan , alumunium foil dapat menyerap sinar UV yang mematikan sehingga bakteri
dibawah alumunium foil dapat bertahan. Pada zone yang tidak tertutup alumunium foil, sinar UV
langsung mengenai medium sehingga mengganggu pertumbuhan bakteri.
V. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat diambil kesimpulan bahwa untuk menghitung bakteri
menggunakan metode plate count harus memiliki kisaran koloni antara 30 sampai 300. Dilihat
dari kisaran suhunya, E.coli dan B.subtilis termasuk bakteri mesofilik. Disinfektan yang
mempunyai daya penghambat tertinggi adalah merkurokrom, sedangkan yang terendah adalah
HgCl2. Alkohol da ion Cu tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan mikrobia uji. Sinar UV dapat
mempengaruhi pertumbuhan mekrobia.
Sarles, W.B., W.C. Frazier, J.B. Wilson and S.G. Knight. 1956. Microbiology General and
Applied. 2nd ed. Harper and Brother Comp. New York pp. 99-115
Schlegel, Hans G. 1976. Mikrobiologi Umum. Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta hal. 219
Soetarto, A.E. S; Suharni, T.T; Nastiti, S.Y; Sembiring L. 2009. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi
untuk Mahasiswa fakultas Biologi. Laboratorium Mikrobiologi. Yogyakarta hal 55-71
Wistreich, G. A and M. D. Lechtman. 1988. Microbiology. 5th ed. Mac Millan Publishing
Company. New York pp. 105-111