Professional Documents
Culture Documents
oleh:
Latar Belakang:
Islam ini ditandai oleh munculnya gerakan Islam baru yang memiliki basis
ideologi, pemikiran, dan strategi gerakan yang berbeda dengan gerakan atau
pembuka jalan bagi masuknya semangat kebangkitan Islam yang saat itu
1
Fred R. Von der Mehden, “Malaysia dan Indonesia”, Shireen T. Hunter (ed.) Politik Kebangkitan
Islam: Keragaman dan Kesatuan. (Yogya: Tiara Wacana, 2001), h. 272.
sedang berkembang di Timur Tengah2. Munculnya semangat kebangkitan Islam
kondisi umat Islam yang sedang terpuruk akibat kebijakan Orde Baru saat itu.
Salah satu gerakan revivalis islam yang paling menonjol pada saat itu
harfiah, usroh ini berarti keluarga, namun secara konseptual dan aktual usroh
merupakan unit terkecil (sel) dari sebuah gerakan yang lebih luas.
Sesungguhnya sistem usroh ini telah lama dikenal dalam nomenklatur gerakan
Islam kontemporer, karena sistem ini adalah tulang punggung dari program
Ikhwanul Muslimin. Pergeseran ini muncul setelah kedatangan para alumni Timur
Tengah memberikan pengaruh yang sangat besar dalam hal materi pembinaan,
2
R. Hrair Dekmejian, “Kebangkitan Islam: Katalisator, Kategori, dan Konsekuensi”, Politik
Kebangkitan Islam: Keragaman dan kesatuan, Shireen T. Hunter (ed.) (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2001) h. 3. Secara umum kebangkitan Islam menggambarkan tiugginya kesadaran
Islam di kalangan umat Islam. Bentuk kebangkitan Islam ini ditandai dengan menyebarnya
masyarakat yang dipenuhi kebajikan dan ketaatan yang mencolok untuk mempraktekkan ajaran-
ajaran Islam.
3
Azyumardi Azra, “Kelompok Sempalan di Kalangan Mahasiswa PTU: Anatomi Sosio-Historis” ,
Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi. Fuaduddin dan Cik hasan Bisri (ed.), (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 2002). H. 226.
metode dakwah, sistem pengorganisasian dan kaderisasi, serta dalam hal
Salah satu bentuk strategi dakwah yang coba dikerjakan oleh para aktivis
membangun sebuah media massa Islam. Maka pada pertengahan tahun 1980-
an, lahir majalah baru berukuran setengah folio yang dinamai SABILI, yang
dalam bahasa Arab berarti ‘jalanku’. Majalah ini secara gotong-royong dibangun
oleh para aktivis Muslim yang tergabung dalam Kelompok Telaah dan Amaliah
Islam (KTAI). Edisi perdana Sabili antara lain dikerjakan oleh lima orang, yaitu
KH. Rahmat Abdullah (dengan nama samaran Abu Fida) selaku pemimpin
Muttaqin (nama samaranya Muhammad Ishaq atau Abu Rodli) dan Ade Erlangga
jawab distributor, serta Ahmad Fery Firman (Atwal Arifin) yang mengerjakan
antara tahun 1988 – 1993 yang merupakan salah satu bentuk manifestasi bagi
munculnya gerakan Islamisme baru Islam di Indonesia. Penelitian ini tidak hanya
mengkaji perkembangan majalah Sabili dari perspektif pers atau jurnalistik saja,
namun juga keterkaitan terbitnya majalah ini dengan konsteks situasi sosio-
1988 – 1993 ini menarik untuk diteliti, karena kelahiran Sabili juga merupakan
salah satu bukti penting dalam menandai tumbuh dan berkembangnya beberapa
dunia intelektual kampus dan golongan kelas menengah di tanah air pada masa
itu.
Dalam penelitian ini, bahan sumber yang digunakan adalah sumber yang
bersifat primer dan juga sekunder. Sumber tertulis primer yang dipakai dalam
penelitian ini hanya bertumpu pada kumpulan eksemplar majalah Sabili yang
diterbitkan antara tahun 1988 sampai dengan 1993. Jumlah majalah Sabili yang
keseluruhan jumlah keseluruhan edisi4. Hal ini sangat membantu penulis untuk
sumber berupa dokumen atau arsip tentang majalah Sabili pada perkembangan
awal sudah tidak ada, baik di kantor majalah Sabili yang sekarang, ataupun pada
para mantan tokoh-tokoh pengelolanya. Hal ini disebabkan karena pada masa itu
Sabili adalah majalah bawah tanah yang bergerak secara ilegal, sehingga segala
macam arsip atau dokumen hampir tidak ada atau telah dimusnahkan.
tokoh yang pernah menjadi pengelola Sabili pada tahun 1988-1993. Data yang
4
Menurut M. Zaenal Muttaqin dalam wawancara dengan penulis pada hari Selasa, 29 Nopember
2005, ia menjelaskan bahwa selama tahun 1988 – 1993, Sabili pernah terbit kurang lebih
sebanyak 70-an edisi.
antartokoh, ataupun disilangkan dengan data tertulis yang didapat penulis. Data
hasil wawancara juga dikritik secara faktor kebahasaan agar dapat meminimalisir
karya penelitian, serta artikel-artikel dari majalah, jurnal, dan juga dari internet
kajian yang sedang diteliti. Sumber tertulis sekunder dipakai dalam rangka
mengetahui kondisi sosial dan politik yang sedang terjadi di Indonesia antara
Islam terhadap kebijakan pemerintah Orde Baru dalam bidang keislaman dan
pers.
Pembahasan:
suatu medium gagasan yang sangat efektif untuk menyebarkan nilai-nilai ajaran
Islam secara meluas ke seluruh umat manusia, khususnya untuk kalangan umat
Islam sendiri. Selain itu pers Islam juga harus memainkan perannya sebagai
zaman informasi global, ada dua agenda penting yang ingin dicapai sejak awal
berupaya serius untuk bisa menampilkan diri sebagai media cetak Islam yang
bercitra cerdas, bermutu dan profesional. Cerdas, dalam arti sajian-sajian Sabili
pengertian apa yang disajikan Sabili cocok dengan aspirasi dan kebutuhan
sebagai sarana penyebaran dan perluasan gerakan dakwah ini. Melalui majalah
Sabili ini, gagasan-gagasan pemikiran dari gerakan Tarbiyah akan dapat lebih
majalah Sabili tersebut, proses pendewasaan diri bagi gerakan Tarbiyah akan
berlangsung lebih cepat, sebab proses pendewasaan diri bagi organisasi apapun
5
SABILI, No. 9/ Th. IV Jumadil Akhir 1412 H.
pendidikan kelompok Tarbiyah yang didasarkan pada model pembelajaran
berbentuk halaqoh atau liqo, tidak hanya mengandalkan pada materi ajar dari
seorang murobbi (guru atau mentor), tetapi juga dari pembelajaran mandiri yang
majalah Islam lain yang sudah berkembang menjadi media besar dan dikenal
luas oleh umat. Majalah-majalah Islam tersebut antara lain adalah: Panji
tersebut memiliki jenis dan corak khas pemberitaan, serta kelompok pembaca
yang saling berbeda. Semua majalah Islam ini adalah media resmi yang memiliki
izin terbit yang dikeluarkan langsung oleh Departemen Penerangan, baik SIT
(Surat Izin Terbit), SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers), maupun STT
adalah majalah Islam yang terbit ilegal tanpa dilengkapi oleh izin resmi apapun
baik SIUPP maupu STT, adalah karena biayanya yang sangat mahal dan
persyaratannya yang sulit. Walaupun terbit tanpa izin resmi, namun Sabili dapat
bertahan selama lima tahun dengan mengalami peningkatan oplah yang sangat
signifikan. Perkembangan tiras Sabili sejak tahun 1988 dimulai dari oplah
eksemplar, 8000 eksemplar (di tahun 1990), 11000 eksemplar, sampai mencapai
reorganisasi pada tahun 1991, Sabili memulai oplah barunya dengan angka
eksemplar, lalu 45.000 eksemplar, dan pada bulan Januari 1993, Sabili
Bagi majalah Sabili yang merupakan media kecil dan ilegal, tingkat oplah
mencapai angka 60.000 adalah jumlah yang sangat besar, bahkan terbilang
fantastis, Sebab bagi majalah-majalah lain yang terbit resmi, tidaklah mudah
untuk mencapai angka tiras sebesar 60.0007. Kesulitan dalam pencapaian oplah
maksimal yang dihadapi oleh pengelola majalah lain yang memiliki izin resmi
6
Agus Muhammad. “Jihad Lewat Tulisan: Kisah sukses Majalah Sabili dengan beragam ironi”.
www. pantau.com, 2001.
7
Robert W. Hefner, “Media Cetak Islam: Media Massa dan Persaingan Ideologis di Kalangan
Muslim di Indonesia”, Idi Subandy Ibrahim (ed.), Media dan Citra Muslim: dari Spiritualitas untuk
Berperang menuju Spiritualitas untuk Berdialog (Yogyakarta: Jalasutra, 2005), h. 390. Pada
tahun 1990-an biasanya pers yang tipikal masing-masing terbit 16 ribu hingga 18 ribu eksemplar.
Sedangkan untuk isu-isu yang sedang populer bisa terjual sebanyak 25 ribu eksemplar.
besar oplah yang dihasilkan, maka semakin besar pula pajak yang harus dibayar
kepada pemerintah. Dikarenakan Sabili tidak memiliki izin terbit, maka Sabili
dapat meningkatkan terus oplahnya tanpa perlu untuk membayar pajak kepada
pemerintah.
cukup tinggi. Daerah pemasaran majalah Sabili yang paling besar adalah
Jakarta, dan sekitarnya, seperti: Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Wilayah
keseluruhan jumlah oplah dengan terdiri dari 12 agen. Daerah-daerah lain yang
banyak terdapat pelanggan Sabili antara lain adalah, Bandung dan sekitarnya,
berbeda dengan majalah-majalah Islam di Indonesia yang lain, baik dalam frame
tematik maupun frame periodik (objek peristiwa), fokus yang selalu menjadi
8
Wawancara dengan Ustadz M. Zaenal Muttaqin pada hari Selasa, 29 Nopember 2005. Hal ini
juga sesuai dengan wawancara ke Abdurrahman Tamin pada hari Selasa, 3 Januari 2006.
Dari jenis informasi yang disampaikan, Sabili tidak berimbang dalam
membagi muatan informasi yang berbingkai tematik (rubrik atau artikel) dengan
informasi yang berbentuk berita. Muatan informasi Sabili terlalu banyak berisi
aspek opini seperti tulisan dari artikel dan makalah yang berframe tematik
episodik yang jumlahnya terlalu minim. Padahal, salah satu ukuran media massa
penderitaan sebagai akibat dari berbagai konflik dan penindasan. Semua berita-
berita di seputar dunia Islam tersebut ditempatkan secara eklusif oleh Sabili pada
rubrik Alam Islami. Alam Islami inilah yang menjadi salah satu rubrik yang paling
Adanya liputan-liputan tentang dunia Islam ini merupakan salah satu daya
tarik utama yang membuat tiras majalah Sabili semakin meningkat terus. Berita-
berita tentang kondisi umat Islam yang tertindas tersebut paling banyak diminati
9
SABILI, No. 9/ Th. IV Jumadil Akhir 1412 H.
oleh para pembaca Sabili. Terlebih lagi, berita-berita tentang dunia Islam
biasanya didapat langsung dari kontributor lepas Sabili di luar negeri ataupun
dari majalah-majalah Islam terutama yang berasal dari Timur Tengah dan
Pakistan serta pers internasional dari Barat. Majalah-majalah yang biasa menjadi
Bertahannya majalah Sabili selama kurang lebih lima tahun, antara 1988
sampai dengan 1993, bahkan dapat terus meningkatkan angka tirasnya hingga
mencapai 60.000 di awal tahun 1993, dapat dianalisis ke dalam beberapa faktor
pemerintah Orde Baru pada saat itu yang tidak mau untuk segera menutup atau
pengelolanya. Padahal pada saat itu, tidaklah bagi penguasa Orde Baru untuk
membredel suatu media massa, baik melalui pendekatan hukum (melalui jeratan
menutup majalah Sabili setidaknya dapat didasari dari tiga pendapat. Pendapat
oleh negara kepada umat Islam. Masa pemberian akomodasi ini ditandai oleh
adanya pertumbuhan Islam yang luar biasa di Indonesia10. Pertumbuhan Islam
tersebut telah memunculkan tekanan politik baru ketika kelas menengah Muslim
pada tahun 1989. Namun upaya dari pemerintah ini sesungguhnya merupakan
umat Islam seperti yang pernah dilakukan pada masa sebelumnya. Kebijakan
Jendral Benny Moerdani, yang selama ini menguasai sistem intelijen negara,
11
Khamami Zada, Islam Radikal: Pergulatan Ormas-Ormas Islam Garis Keras di Indonesia
(Jakarta: Teraju, 2002). H 44-54.
12
Dwi Pratomo Yulianto, Militer dan Kekuasaan: Puncak-Puncak Krisis Hubungan Sipil-Militer di
Indonesia (Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2005) h. 276-277. Adam Shwarth dan Richard Robinson
menyebutkan ada tiga hal yang menyebabkan timbulnya ketegangan antara Soeharto dan
Pendapat ketiga, keberadaan Sabili sejak awal belum dianggap oleh
Anggapan ini lebih dilandasi oleh isi pemberitaan Sabili yang berusaha keras
untuk menghindari berita politik dalam negeri, karena suasana pada saat itu
pada tahun 1991. Hal ini dilakukan dalam rangka perbaikan manajemen menjadi
lebih profesional yang dilakukan dengan cara merombak struktur redaksi majalah
Sabili. Para kru Sabili yang tidak bisa bekerja optimal dikarenakan kesibukan di
luar kemudian diganti oleh orang-orang baru yang lebih muda dan umumnya
merupakan mahasiswa dari perguruan tinggi negeri seperti UI dan IAIN. Pada
reorganisasi ini, Sabili juga menambah modal keuangan melalui pinjaman tanpa
layaknya media besar Islam lainnya, meskipun harus terbit tanpa izin resmi.
Palestina, Afghanistan, dan Balkan. Kekhasan inilah yang membuat Sabili dapat
khalayak pembacanya.
Sabili antara 1988 sampai dengan 1993 adalah karena dimilikinya segmentasi
pasar pembaca yang tidak tumpang tindih atau berebut dengan segmen
pembaca dari majalah-majalah Islam yang lain. Sebab pembaca setia majalah
Sabili umumnya adalah para aktivis dakwah dari golongan kelas menengah yang
Penutup:
Walaupun majalah Sabili harus terbit tanpa memiliki izin, tapi tingkat
pemasarannya yang semakin meluas, Sabili sebagai majalah yang sangat berani
hukum dan aturan yang berlaku, juga dianggap telah merugikan negara, karena
Salah satu tokoh personil Sabili yang pernah didatangi oleh aparat
Tamin ini disebabkan bahwa pada edisi-edisi awal, di majalah Sabili tercantum
alamat rumah di jalan Pisangan Lama II/1 Jakarta Timur. Rumah ini adalah milik
kakek dari Abdurrahman Tamin.14 Baru setelah itu, alamat Sabili selalu
bulan Februari 1993, Sabili pernah memuat kisah seorang wanita Muslimah yang
orang yang menggunakan liontin kalung berbentuk salib. Kisah ini di muat oleh
Sabili dalam kolom Rosail (surat pembaca). Dengan diangkatnya peristiwa ini
diduga menjadi salah satu penyebab semakin kerasnya tekanan yang dilakukan
oleh aparat kepada Sabili karena dianggap menyinggung masalah SARA (Suku,
14
Wawancara dengan Abdurrahman Tamin, pada hari Selasa, tanggal 3 Januari 2006
Menjelang Sidang Umum MPR pada bulan Maret 1993, Sabili mendapat
bocoran sebuah notula rapat internal dari dalam kementerian koordinator politik
dan keamanan bersama pihak intelijen dari BAKIN dan BAIS. Dalam bocoran
Tinggi DKI yang di sampaikan melalui PO.BOX milik Sabili. Surat panggilan dari
Kejati DKI Jakarta ini ditujukan langsung kepada M. Ishaq selaku penanggung
dari teman, biasanya bila seseorang dipanggil oleh kejaksaan, maka selanjutnya
Setelah menerima surat panggilan dari Kejati DKI tersebut, maka para
Sabili ke depan. Dan keputusan akhirnya adalah bahwa Sabili, yang pada saat
itu telah berformat sebagai seri bacaan Islami (SBI), terpaksa harus ditutup agar
Tidak lama setelah Sabili ditutup dan tidak beredar lagi, ada beberapa
para personil Sabili kemudian yang terjun kembali ke dalam dunia pers dengan
membentuk media Islam yang baru. Media Islam baru yang turut didirikan oleh
beberapa personil Sabili antara lain adalah Inthilaq yang merupakan sebuah
jurnal dunia Islam serta majalah Islam Al-Ishlah. Kedua majalah ini tidak bisa
dianggap sebagai kelanjutan resmi dari majalah Sabili yang telah ditutup. Namun
antara Sabili, Inthilaq dan Al-Ishlah, tetap memiliki nilai-nilai perjuangan serta
Agama : Islam