You are on page 1of 6

Title : 女の男の子/ Onna no Otoko no Ko / Boys and Girls

Author : Dila (di LA —SAFE, BoA-Indo, Sujunesia, TVXQ-Indo—)


Rating : PG-15
Pairing : Boa ♥ Jaejoong
Location : Japan
Cast : Boa, TVXQ, Yui
Cameo : Meisa Kuroki, Tablo (Epik High), Iwasa Mayuuko
Length : series
Genre : romance, school drama
Language : Indonesian, Japanese (a little)
A/N : The title was taken from Yuko Ogura’s song , which used for School Rumble’s soundtrack.

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
CHAPTER 7

Kejadian semalam membuatku sangat shock. Tapi sepertinya Boa tidak sekaget aku. Dia terlihat
seperti biasa saat sarapan pagi ini, Yunho juga menjemputnya seperti biasa. Jujur aku sangat
penasaran dengan sifat Boa. Kenapa dia selalu terlihat tenang? Sikapnya juga dewasa. Dia
tidak seperti perempuan seumurannya. Ah, atari mae darou? Tentu saja kan? Dia pasti sudah
punya pacar sebelumnya. Dia pasti sudah pernah berciuman sebelumnya. Aku saja yang
kekanakan. Ore wa onna ga kirai dakara. Soalnya aku benci perempuan. Tentu saja aku belum
pernah berciuman.

Minggu ini berjalan seperti biasa. Kaki Boa sudah mulai membaik dan dia semakin akrab
dengan Yunho. Aku dan Yui masih tetap mengintai kemanapun mereka pergi. Yui seudah
berulang kali bilang kalau sudah saatnya aku jujur pada perasaanku sendiri. Kalau aku suka
Boa. Tapi itu tidak mungkin. Boa bilang dia mulai suka pada Yunho, dan Yunho pun serius
dengan Boa. Kalau aku bilang pada Boa sekarang aku akan menghancurkan kesenangannya.
“A, ano… Jaejung-senpai…” aku menoleh ke asal suara. Seorang cewek menghampiriku. Pagi
ini aku berjalan ke sekolah sendirian, karena Boa pergi bersama Yunho.
“Nani? Apa?” tanyaku—walaupun aku sudah bisa menebak apa yang akan dikatakannya.
“Yonde kudasai… tolong dibaca…” kata cewek itu sambil menyerahkan sebuah amplop
berwarna pink. Aku menghela napas dan mengambil surat itu dari tangannya.
“Sankyuu… ‘makasih…” kataku sambil melanjutkan perjalanan. Semua menoleh padaku dan
berbisik-bisik. Ck, ima naniii? Ada apa lagi sekarang?
“Ohayou, Jaejung-kun!” sapa seseorang sambil menepuk punggungku. Aku menoleh.
“A, Yui, ohayou…” balasku.
“Kalau kamu mau tahu kenapa mereka begitu ribut, itu karena kamu berubah,” kata Yui.
“Sou ka? Oh ya? Aku tetap sama kok,” kataku.
“Iie. Tidak. Sebelumnya kamu tidak pernah mengucapkan terima kasih ke cewek yang
memberimu surat cinta,” kata Yui.
Oh ya? Kenapa aku tidak merasakannya? Padahal selama ini aku sudah bersikap sedingin
mungkin menghadapi perempuan. Kebanyakan dari mereka akan melambung kalau laki-laki
memberi harapan pada mereka. Hanya sedikit dari mereka yang tidak begitu. Mungkin termasuk
Boa.

Malam harinya saat makan malam, kami makan kare. Aku sampai heran, dia membuatkan kare
hampir setiap hari karena aku suka kare atau karena dia hanya bisa memasak kare sih?
“Oi, hebi…1 kakimu bagaimana?” tanyaku saat makan.
“Daijoubu yo. Tidak apa-apa. Sudah membaik. Aku sudah bisa berjalan lancar kok. Aku juga
sudah bisa dance lagi,” kata Boa santai. Aku lega. Aku takut kalau aku bertanya begitu dia akan
meledak lagi seperti waktu itu. Aku lhat dia memang cinta sekali dengan dance.
“Gochizousama…2 kataku. Lalu aku kembali ke kamar seperti biasa. Aku mau mengetik tugas
Bahasa Inggris untuk besok. Yabai. Gawat, aku lupa kalau aku tidak mencatat pelajaran terakhir.
Aku menyalakan laptopku lalu meninggalkannya dan ke kamar Boa.
Tok tok tok!
“Oi, hebi….” panggilku.

1
Ingat kan di chapter-chapter awal, hebi adalah panggilan Jaejung ke Boa yang artinya ular, soalnya Boa adalah
nama ular
2
Diucapkan kalau habis makan, untuk berterima kasih atas makanannya =D

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Haaai, chotto matte te… tunggu sebentar…” jawabnya dari dalam. Aku mendengar suara
gedebukan. Lalu Boa membuka pintu sambil menyibakkan rambutnya yang berantakan.
“Nani? Ada apa?” tanya Boa. Aku mengintip ke dalam, tapi Boa menutupi. “Naaani???”
tanyanya lagi.
“Iie, aku cuma mau pinjam catatan Bahasa Inggris yang kemarin,” kataku.
“Oh, chotto mate te… tunggu sebentar ya…” lalu Boa menutup pintu. Hoi hoi… aku kan cuma
mau pinjam catatan, untuk apa dia menutup pintu segala?
Pintu terbuka lagi.
“Kore! Nih… sudah ya, aku mau belajar. Ja!” Boa membanting pintu di depanku. Ada apa sih?
Tidak sopan!
Aku mengetik tugas sampai malam dan mendengar suara musik dari kamar sebelah. Huh,
apanya yang belajar. Itu buktinya dia nge-dance. Oh iya, Boa pasti memerlukan catatannya. Aku
kembalikan dulu deh. Sekalian mau lihat dia nge-dance. Hahaha.
Kali ini aku masuk tanpa mengetuk pintu.
“Oi hebi. Arigat—“ aku melihat Boa terduduk sambil memegangi telapak kakinya. Keringatnya
mengucur deras dan dia terlihat capek. “OI, HEBI, DAIJOUBU?” aku menghampiri Boa dan
melihat lukanya.
“Daijoubu…”
“Daijoubu janai! Apanya yang tidak apa-apa? Lukamu belum sepenuhnya tertutup! Kamu bilang
tadi kamu sudah bisa nge-dance lagi!” kataku.
“SOU!!! IYA! AKU MEMANG TIDAK BISA MENARI LAGI! AKU HARUS MULAI DARI AWAL
LAGI! APA AKU HARUS BILANG PADAMU SEPERTI ITU??? NAH, KAU SUDAH TAU KAN?!
AKU TIDAK BISA MENARI LAGI. PUAS?!” teriak Boa.
“OI!!! MEMANGNYA AKU BILANG APA SIH??? AKU KAN HANYA CEMAS!!! KENAPA KAMU
JADI MARAH?! BAKA, JANAI?!!!” balasku balik berteriak. Aku melemparkan buku catatannya
dan kemudian aku membanting pintu.
Ck, kenapa dia jadi marah-marah begitu?! Kan bukan salahku kakinya luka! Lagipula dia kan
masih bisa menari setelah lukanya benar-benar sembuh, kenapa harus marah?! Bukankah
dancer profesional itu tidak pernah mengeluh? Cih. Maa ii. Aku mau tidur. Untuk apa
memikirkan cewek itu?!

“IIIAAA!!!!!” aku mendengar teriakan dari kamar sebelah setelah beberapa menit berlalu. Aku
terbangun dan mendengar dengan seksama. Aku mendengar suara tangisan.
“OI, HEBI? DOUSHITA??? Ada apa?” teriakku tanpa keluar kamar. Aku menunggu sesaat.
Tidak ada jawaban. Tangisnya semakin keras. Aku berdiri dan ke kamar Boa. Ketika aku
membuka pintu, Boa duduk di tempat tidurnya dan menangis. Aku duduk di samping tempat
tidurnya.
“Doushita? Ada apa?” ulangku. Boa hanya menangis dan tidak menjawab. “Gomen. Aku tadi
berteriak padamu. Nakunai yo. Jangan nangis dong,” kataku.
Boa tetap menangis.
Aaargh!!! Dou suru??? Apa yang harus kulakukan? Kenapa sih perempuan suka sekali
menangis? Aku kan tidak pernah punya pacar. Bagaimana aku harus menghadapinya?!
“A, aku barusan mimpi…” akhirnya Boa bicara. “Aku mimpi teman-teman sekalas melukaiku.
Mereka menyuruhku keluar dari klub dance. Mereka melukaiku agar aku tidak bisa menari lagi.
Mereka…” Boa menangis lagi sambil menutupi muka dengan telapak tangannya.
Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan.
“Sudahlah itu kan hanya mimpi. Sekarang tidurlah,” kataku sambil mendorong sebelah bahunya.
“De, demo...”

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Ii!!! Sudahlah tidur saja!” suruhku dan mendorongnya sampai dia berbaring. Lalu menutupkan
selimut sampai bahu. “Tidur!” suruhku sambil mengacak-acak poninya. Aku berdiri untuk
kembali ke kamarku, tapi Boa menarik kaosku sehingga aku terduduk lagi.
“Oi!!! Nani??? Aku kan mau tidur juga!” kataku sambil berdiri lagi. Kali ini Boa menarik tanganku.
“Mou chotto dake… sebentar lagi… temani aku sebentar lagi… kowai yo… aku takut…” kata
Boa.
Aku tercengang dan tanpa sadar aku duduk lagi. Baru kali ini aku melihat Boa begitu ketakukan
dan cemas. Setegar apapun Boa, dia tetap saja perempuan. Aku mengambil kursi di depan
meja belajar Boa dan duduk di atasnya.
“Kau boleh pergi kalau aku sudah tidur…” kata Boa.
Aku diam saja dan menunggu. Setelah beberapa menit, aku melihat Boa.
“Oi, sudah tidur?” tanyaku.
“Iie, belum…”
Aku menunggu lagi. Beberapa menit kemudian…
“Sudah tidur?”
“Belum”
Tiap beberapa menit aku bertanya apakah dia sudah tidur, tapi…
“Jaejung-kun! Bagaimana aku bisa tidur kalau kau terus bertanya?!” tanya Boa sebal.
“Gomen…”
Aku kelelahan dan sangat mengantuk. Tanpa sadar aku tertidur.

Setelah rasanya hanya beberapa menit, aku terbangun. Aduh, kenapa sih tidurku hari ini tidak
nyaman? Aku terbangun tapi mataku belum mau terbuka. Aku ingin tidur terus tapi aku sudah
terlanjur terbangun. Aku memaksakan diri membuka mataku.

Hah? Di mana ini? Oh iya, aku tadi ke kamar Boa lalu aku menemaninya sampai tidur.
Menemani? Uso!!! Lalu kenapa aku di atas tempat tidur???

Dengan takut aku menoleh ke samping dan melihat Boa tidur membelakangiku. GYAAAA!!!!!!!!!!
AKU TIDUR DI SAMPING BOA!!! Aku mau langsung berdiri tapi ada yang mengganjal. Ta,
tanganku…. tangan kiriku tertindih kepala Boa. Aaargh, kenapa bisa begini? Kapan aku naik ke
tempat tidur? Kenapa aku tidak sadar???? Lalu kenapa Boa tidur di atas tanganku? Doushiyo?!
Aku harus pergi dari sini, kalau tidak nanti dia akan salah paham!

Aku menarik tanganku pelan-pelan, sebisa mungkin tanpa membangunkan Boa. Tapi ketika aku
baru saja menggerakkan tanganku, Boa bergerak dan berbalik ke arahku. Tiba-tiba jantungku
berdetal begitu kencangnya. Baka baka baka!!! Jangan berpikir yang aneh-aneh!
Yosh, sekarang tarik tangan pelan-pelan, lalu kembali ke kamar! Aku memandang Boa. Pe,
perasaan apa ini? Kenapa rasanya aku ingin memeluknya? Kenapa aku ingin menciumnya?
Bukankah aku benci perempuan???

Aku mengurungkan niat kembali ke kamarku, dan memeluk Boa dengan tangan kananku.

Aku tidak peduli Boa berpikir apa tentangku. Kalau Boa marah, itu urusan nanti. Kalau Boa
membenciku, itu urusan nanti. Saat ini yang kuinginkan hanya… memeluk Boa seperti ini.

女の男の子

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Paginya aku terbangun dan mendapati Boa sudah tidak ada di sampingku. Apa Boa sudah
bangun? HAAAH??? Berarti… berarti Boa tau kalau aku… aku… tidur dengannya. Astaga, apa
yang kulakukan? Harusnya kemarin aku langsung kembali ke kamarku!!! Baka da ne, ore!!! Aku
bodoh sekali sih!

Aku berdiri dan bermaksud langsung ke kamarku, tapi Boa memergoki. Apartemenku cukup
kecil dan hanya ada 3 ruang. Dua kamar tidur dan ruang tengah merangkap dapur. Ah, dan satu
kamar mandi tentunya. Jadi kalau aku keluar dari kamar Boa, tentu saja dia bisa melihatku dari
ruang tengah.
“Ah, Jaejung-kun. Sudah bangun? Ohayo~” sapa Boa sambil memasak.
“O, ohayo~” jawabku. Heh? Kenapa reaksinya biasa saja?! Apa dia memang sudah terbiasa
seperti itu dengan pacarnya yang dulu?
Aku tidak jadi kembali ke kamar dan berjalan ke dapur. Aku berdiri di samping Boa.
“A, ano… tadi malam… gomen…”
“Oooh, tadi malam? Ii wa. Tidak apa-apa. Sepertinya tadi malam kamu tidak sadar, jadi
kubiarkan saja,” kata Boa santai. Hah? Tidak sadar? Apanya?
“A, anooo… tadi malam apa yang aku lakukan? Ke, kenapa aku bisa sampai tidur di tempat
tidurmu?” tanyaku.
“Entahlah, tadi malam aku terbangun karena rasanya ada sesuatu di tempat tidurku. Ketika aku
bangun, kamu sudah di sampingku. Lalu aku menyelimutimu dan kemudian kamu memelukku,
lalu aku—“
“NANIIIIIIIII???” teriakku kaget. “GOMENASAI!!!” kataku sambil membungkuk 90 derajat.
“Hahaha, tidak apa-apa. Sebenarnya aku mau membangungkanmu, tapi aku tidak tega melihat
wajahmu yang pulas saat tidur, jadi kubiarkan saja selama kamu tidak berbuat apa-apa…” lanjut
Boa.
Kakiku lemas. Bagaimana bisa aku melakukan perbuatan yang memalukan seperti itu?
“Eh? Naze? Kenapa? Memangnya tadi malam kau apakan aku?” tanya Boa curiga.
“AKU TIDAK MELAKUKAN APA-APA!!! HONTOU DA!!! SUMPAH!!!” teriakku.
“Urusai yo… diamlah, kau berisik sekali sih. Aku kan cuma bercanda. Mana mungkin kamu
melakukan apa-apa padaku, kau kan benci banget sama cewek,” kata Boa sambil mengiris
wortel.
Aku memandang perempuan di depanku dengan bingung. Kenapa dia begini tenang? Padahal
jantungku berdetak kencang seakan mau meledak. Tapi… kalau dipikir-pikir kenapa aku merasa
sedikit senang ya sama kejadian tadi malam? Bukannya aku hentai atau apa. Aku hanya
merasa kalau semakin hari aku semakin dekat dengan Boa.
“Kyaaa!!!” pekik Boa.
“Na, nani? Ada apa?” tanyaku kaget, pekikannya membuyarkan lamunanku. Boa mengemut
telunjuknya.
“Hehe, keiris pisau…” kata Boa sambil nyengir.
“Ck, ceroboh banget sih! Sini lihat!” kataku sambil menarik telunjuknya. Uwa, parah juga.
Irisannya panjang.
“Tunggu sebentar, aku ambilkan handsaplas,” kataku. Boa mengangguk lalu kembali memasak.
Aku kembali dan menarik telunjuk Boa lagi.
“Biar aku saja yang menempelkan,” kata Boa.
“Eh, jangan langsung ditempel. Bersihkan dulu biar nggak infeksi,” kataku sambil mengusapkan
kapas yang sudah kuberi disinfektan. Aku merasa Boa memandangiku. Yaaa, mungkin memang
hanya perasaanku saja. Aku penasaran dan meliriknya, tapi Boa bukannya memalingkan muka
malah tersenyum. Astaga, aku jadi salah tingkah.

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“BOA-CHAAAN!!!” aku mendengar suara Yunho berteriak dari pintu depan. Aku buru-buru
melepas tangan Boa.
“Sudah selesai…” gumamku.
“Arigato…” kata Boa sambil tersenyum.
Benar saja, sesaat kemudian Yunho masuk sambil membawa bunga. Ck, pasti buat Boa.
“Pagi sekali,” kataku.
“Yah, barusan Boa bilang pagi-pagi saja, jadi aku langsung kesini,” kata Yunho. Kemudian dia
menyerahkan bunga ke Boa. Hh, kenapa rasanya udara jadi sesak sih. Aku duduk di sofa
sambil menyalakan TV. Pandanganku ke arah TV tapi kupingku siap-siap mendengar
pembicaraan mereka.
“Masak apa, honey?” tanya Yunho. Gyahahaha… nani sore? Apaan tuh? Yunho norak banget
sih pake panggil ‘honey honey’ segala.
“Bukan apa-apa, cuma sup,” jawab Boa.
“Lho, jarimu kenapa?” tanya Yunho.
“Hanya teriris sedikit,” kata Boa.
Aku penasaran dan melirik mereka. Yunho sedang memegang tangan Boa dan memeriksa
lukanya. Aku merasa panas dan berdiri, lalu berjalan cepat ke arah kamar.
BRAK!!!
Aku membanting pintu. Naze? Kenapa? Kenapa aku jadi begini? Kenapa aku kekanakan sekali?
Baiklah aku mengaku kalau aku suka Boa. Tapi Yunho sahabatku. Kalau Boa senang dan
Yunho juga senang seharusnya aku juga ikut senang. Tapi kenapa aku jadi cemburu seperti ini?
Boa bilang dia juga suka Yunho. Itu harusnya sudah jelas, karena dari awal dia memang tidak
ada perasaan terhadapku. Kenapa aku ingin memilikinya? Padahal aku tidak tahu apakah dia
akan bahagia kalau dia menjadi milikku. Aku begitu kekanakan.
Aku mengambil cellphoneku, menekan nomor lalu menekan tombol call.
“Moshi-moshi, Yui?”
“Hai”
“Yui, tasukete… tolong aku…”

CHAPTER 7 おしまい

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

You might also like