You are on page 1of 34

PENGARUH PENGGUNAAN AMPAS AREN SEBAGAI PENGGANTI KONSENTRAT TERHADAP KONSUMSI PAKAN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN SAPI

PERANAKAN ONGOLE

SKRIPSI

Oleh: Dyah Febry Wulandari 0310520021

JURUSAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

PENGARUH PENGGUNAAN AMPAS AREN SEBAGAI PENGGANTI KONSENTRAT TERHADAP KONSUMSI PAKAN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

Oleh: Dyah Febry Wulandari 0310520021

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

JURUSAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

PENGARUH PENGGUNAAN AMPAS AREN SEBAGAI PENGGANTI KONSENTRAT TERHADAP KONSUMSI PAKAN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN SAPI PERANAKAN ONGOLE
Oleh: Dyah Febry Wulandari 0310520021 Telah dinyatakan lulus ujian Sarjana Pada hari/tanggal: Jumat/ 15-02-2008 Menyetujui: Susunan Tim Penguji Pembimbing Utama Anggota Tim Penguji

Prof. Dr. Ir. Hj. Siti Chuzaemi, MS Tanggal: Pembimbing Pendamping

Dr. Ir. Marjuki,M.Sc Tanggal:

Ir.Mashudi, M.Agr.Sc Tanggal: Pembimbing Lapang

Ir. Uum Umiyasih Tanggal: Mengetahui Universitas Brawijaya Fakultas Peternakan Dekan,

Prof. Dr. Ir. Hartutik, MP Tanggal:

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Yth: 1. Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Siti Chuzaemi, MS selaku Dosen Penasehat Akademik dan Pembimbing Utama atas segala nasehat, kesabaran serta waktu yang diberikan dalam membimbing penulis. 2. Bapak Ir.Mashudi, M.Agr.Sc selaku Dosen Pembimbing Pendamping atas segala bimbingan, nasehat, motivasi dan kesabarannya. 3. Ibu Ir. Uum Umiyasih selaku Pembimbing Lapang, ibu Yenny Nur Anggraeny, S.pt. MS beserta staff Loka Penelitian Sapi Potong Grati atas nasehat selama penelitian serta pengarahannya dalam pengambilan data. 4. Bapak Dr. Ir. Marjuki, M.Sc selaku Dosen Penguji atas kesediannya serta nasehat dan motivasi yang diberikan pada penulis. 5. Bapak Win terima kasih atas bantuan dan waktu yang diberikan hingga urusan untuk seminar dan ujian bisa lancar. 6. Bapak, Ibu, mbak Arik dan mas Huda serta mas Anto yang selalu memberikan dorongan, doa dan kasih sayangnya. 7. Buat tim ampas aren (Yuan, Ilham, Amir, Mas Ata dan Mbak Eliza) terima kasih atas bantuannya selama penelitian serta nasehat-nasehat yang diberikan. Ayo cepat selesaikan skripsinya biar bisa wisuda bareng.

ii

8. Rekan-rekan NMT 03, Slow 03 (Didi, Adit, Zaki/Om, Wafret/Wafa, Kang Tri, Wahyu dan Yo2k) terima kasih atas semua bantuan-bantuanya serta teman-teman Watu Gong 44 terima kasih buat masukan-masukannya dan motivasinya pada penulis. Penulis menyadari bahwa di dalam penelitian dan pembuatan laporan ini banyak kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran penulis harapkan untuk memperbaiki di masa yang akan datang. Penulis barharap semoga apa yang tersaji di dalam laporan ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta berguna bagi setiap khalayak yang membacanya.

Malang, Januari 2008

Penulis

iii

ABSTRACT

THE EFFECT OF UTILIZATION WASTE OF PALM MEAL AS SUBSTITUTE OF CONCENTRATE TO FEED INTAKE AND WEIGHT GAIN OF CROSSBRED ONGOLE

The research was carried out at Beef Cattle Research Station in Grati, Pasuruan from June 2007 to August 2007. Analysis of nutrient contents of feed was carried out at the Nutrition Laboratory, Beef Cattle Research Station in Grati, Pasuruan. The aim of the research was to know the effect of utilization waste of palm meal as substitute of concentrate to feed intake and daily weight gain of crossbred ongole. The materials of this research are 16 male crossbred ongole aging 2 years and weighting of 133-250 kg. The feeding treatments applied on this experiment were P0 (20% rice straw + 80% concentrate), P1 (20% rice straw + 72% concentrate + 8% waste of palm meal), P2 (20% rice straw + 64% concentrate + 16% waste of palm meal) and P3 (20% rice straw + 56% concentrate + 24% waste of palm meal) and water were given ad libitum. The parameters observed were nutrient contents of feed, dry matter intake (DMI), organic matter intake (OMI), crude protein intake (CPI), daily weight gain and feed convertion. The research design used was Randomized Block Design (RBD) with 4 treatments and 3 replication, if it was found difference between the treatments then followed by Least Significant Difference Test. The analysis of covariance indicates that very significant (P<0,01) on dry matter intake (DMI), organic matter intake (OMI) and crude protein intake (CPI) on kg/head/day. The result of research showed average dry matter intake (DMI), organic matter intake (OMI) and crude protein intake (CPI). The result of research showed for each treatments P0, P1, P2 and P3 on dry matter intake is 7,22, 7,08, 6,63 and 6,20 kg/head/day respectively. Organic matter intake is 5,27, 5,24, 4,62 and 4,50 kg/head/day and crude protein intake is 0,87, 0,84, 0,73 and 0,68 kg/head/day respectively. The analysis of covariance indicates that significant (P<0,05) affects daily weight gain and no significant (P>0,05) for feed convertion. The average of daily weight gain for each treatments P0, P1, P2 and P3 is 0,97, 0,82, 0,78 and 0,57 kg/head/day. It can be concluded that the 8% waste of palm meal utilization given good affect. It can be look by intake value and daily weight gain. Key word : Waste of palm meal, intake, daily weight gain

iv

RINGKASAN

PENGARUH PENGGUNAAN AMPAS AREN SEBAGAI PENGGANTI KONSENTRAT TERHADAP KONSUMSI PAKAN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN SAPI PERANAKAN ONGOLE Penelitian ini dilaksanakan di Loka Penelitian Sapi Potong, Grati Pasuruan pada bulan Juni 2007 sampai bulan Agustus 2007. Analisis nutrien pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Loka Penelitian Sapi Potong Grati, Pasuruan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan ampas aren sebagai pengganti konsentrat terhadap konsumsi dan pertambahan bobot badan sapi Peranakan Ongole (PO). Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang upaya pemanfaatan ampas aren. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi PO jantan sebanyak 16 ekor yang berumur 2 tahun dengan BB awal berkisar 133-250 kg. Pakan yang diberikan berupa Jerami Padi (JP), Konsentrat (K) dan Ampas Aren (AA). Perlakuan yang diberikan ada 4 macam yaitu P0 (20% JP + 80% K), P1 (20% JP + 72% K + 8% AA), P2 (20% JP + 64% K + 16% AA) dan P3 (20% JP + 56% K + 24% AA) dan pemberian air minum secara ad libitum. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kandungan nutrien pakan, Konsumsi Bahan Kering (KBK), Konsumsi Bahan Organik (KBO), Konsumsi Protein Kasar (KPK), Pertambahan Bobot Badan (PBB) dan konversi pakan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan, apabila terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil analisis peragam menunjukkan bahwa pakan perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap KBK, KBO dan KPK (kg/ekor/hari). Hasil penelitian menunjukkan rataan Konsumsi BK, BO dan PK pada masing-masing perlakuan P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut yaitu konsumsi BK 7,22; 7,08; 6,63 dan 6,20 (kg/ekor/hari). Konsumsi BO berturut-turut 5,27; 5,24; 4,62 dan 4,50 (kg/ekor/hari) serta Konsumsi PK berturut-turut 0,87; 0,84; 0,73 dan 0,68 (kg/ekor/hari). Hasil analisis peragam juga menunjukkan BB awal ternak memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot badan dan tidak nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan. Rataan pertambahan bobot badan pada masing-masing perlakuan P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut adalah 0,97, 0,82, 0,78 dan 0,57 kg/ekor/hari. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan 8% ampas aren memberikan pengaruh yang baik. Hal tersebut dapat dilihat baik dari nilai konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Kata kunci : Ampas aren, konsumsi, Pertambahan Bobot Badan (PBB)

DAFTAR ISI
Halaman RIWAYAT HIDUP ............................................................................ KATA PENGANTAR ........................................................................ ABSTRACT .......................................................................................... RINGKASAN ..................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................... DAFTAR TABEL .............................................................................. DAFTAR GAMBAR.......................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 1.4. Kegunaan Penelitian................................................................ 1.5. Hipotesis ................................................................................. i ii iv v vi viii ix x

1 3 3 3 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Peranakan Ongole............................................................ 2.2. Aren (Arenga pinnata merr) .................................................... 2.3. Jerami Padi.............................................................................. 2.4. Konsumsi Pakan...................................................................... 2.5. Pertambahan Bobot Badan (PBB)............................................ III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 3.2. Materi Penelitian ..................................................................... 3.3. Metode Penelitian.................................................................... 3.4. Variabel yang diamati ............................................................. 3.5. Analisis Statistik ..................................................................... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kandungan Nutrien Pakan....................................................... 4.2. Konsumsi Nutrien Pakan ......................................................... 4.3. Pertambahan Bobot Badan ...................................................... 4.4. Konversi Pakan .......................................................................

5 6 9 11 12

13 13 14 17 18

19 21 23 25

vi

Halaman V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ............................................................................. 5.2. Saran....................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... LAMPIRAN .......................................................................................

27 27 28 31

vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan sapi potong di Indonesia belum begitu memadai dan belum maju seperti di negara-negara maju. Dalam mengejar produksi ternak yang baik, para petani ternak harus meninggalkan cara-cara lama, beralih dari pemeliharaan yang tradisional menjadi lebih maju. Oleh karena itu, para petani ternak harus diperkenalkan pada ilmu yang menunjang upaya pengembangan untuk mutu ternak, seperti bibit, pemberian pakan dan manajemen. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas sapi potong adalah peningkatan kualitas pakan. Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha peternakan sapi potong. Penyediaan pakan secara kontinyu sepanjang tahun dengan kualitas dan kuantitas yang memadai merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk menjamin kelangsungan hidup dan produksi peternakan. Soetanto (2001) menyatakan bahwa sebelum menyusun ransum secara benar diperlukan pengetahuan tentang bahan pakan, ketersediaan sepanjang tahun, bahan apa saja yang digunakan sebagai pengganti jika suatu saat tidak terdapat dipasar serta yang sangat penting adalah dimilikinya informasi tentang harga bahan tersebut. Penyediaan dan pemberian pakan dalam usaha peternakan sapi potong merupakan masalah pokok yang perlu mendapat perhatian. Hal ini dikarenakan biaya untuk pengadaan pakan sebesar 60%-70% dari total biaya produksi. Perbaikan kualitas pakan dan efisiensi penggunaan pakan harus ditingkatkan

sehingga ternak mampu menampilkan produksi yang tinggi serta keuntungan secara ekonomis. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk mengefisiensikan biaya pakan yaitu dengan memanfaatkan bahan pakan yang murah serta dapat mencukupi kebutuhan pakan sepanjang tahun. Bahan tersebut adalah limbah dari industri tepung tanaman aren (Arenga pinnata) yang diantaranya terkonsentrasi di Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten. Bahan tersebut merupakan bahan inkonvensional spesifik lokasi yang cukup melimpah dan keberadaannya dianggap sebagai sumber pencemaran lingkungan. Menurut Sunanto (1993) aren merupakan tumbuhan berbiji tertutup dimana biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih, maka batang pohon aren sangat kotor karena batangnya terbalut ijuk yang warnanya hitam dan sangat kuat. Tepung aren juga dapat digunakan untuk pembuatan aneka produk makanan (Firdayati dan Marissa, 2005). Produksi tanaman aren di Desa Daleman ini menghasilkan 50 ton/hari berupa pati dan 20 ton/hari berupa kulit batang (Anonimous, 2005). Pati tersebut digunakan sebagai tepung dan bihun sedangkan kulit batang digunakan sebagai kerajinan. Gelondongan batang aren tersebut didatangkan dari daerah Banyumas dan Purwokerto. Gelondongan batang aren yang didatangkan ke Desa Daleman sudah dipotong-potong sepanjang 1-1,5 meter, kemudian dibelah menjadi 4 bagian. Batang yang sudah dibelah tersebut kemudian diparut dan hasil parutan tadi direndam sehingga didapatkan pati aren (limbah cair). Setelah didapatkan pati aren kemudian dilakukan pemutihan sehingga didapatkan produk tepung aren dan bihun. Sisa dari pembuatan pati (ampas) ini yang digunakan sebagai pakan ternak. Limbah padat yang berupa

serbuk serat aren semula dimanfaatkan oleh industri budidaya jamur di Kota Yogyakarta, namun pada dua tahun terakhir ini industri tersebut tidak beroperasi lagi. Ampas aren merupakan limbah pembuatan tepung aren yang belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai pakan ternak. Ampas aren mengandung bahan kering 85,8%, protein kasar 2,63%, serat kasar 15,90 % dan lemak kasar 0,48% (Utomo dkk., 1983). Salah satu metode yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas pakan adalah percobaan pakan secara in vivo yang dapat dilakukan untuk mengukur konsumsi pakan dan Pertambahan Bobot Badan (PBB). Berdasarkan uraian diatas perlu adanya penelitian untuk mengetahui lebih lanjut manfaat ampas aren sebagai pakan ternak khususnya untuk sapi Peranakan Ongole (sapi potong).

1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penggunaan ampas aren sebagai pengganti konsentrat terhadap konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan sapi Peranakan Ongole.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan ampas aren sebagai pengganti konsentrat terhadap konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan sapi Peranakan Ongole.

1.4 Kegunaan Peneltian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang upaya pemanfaatan ampas aren sebagai pengganti konsentrat terhadap konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan sapi Peranakan Ongole.

1.5 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengaruh penggunaan ampas aren sebagai pengganti konsentrat dapat mempertahankan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan sapi Peranakan Ongole.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Peranakan Ongole Menurut Blakely and Bade (1985), klasifikasi zoologis sapi Peranakan Ongole adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum Class Ordo : Chordata : Mammalia : Artiodaktila

Sub Ordo : Ruminansia Family Genus Species : Bovidae : Bos : Bos indicus

Sapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Peranakan Ongole (PO) karena sapi PO lebih banyak dijumpai di masyarakat. Menurut Sarwono (2003), sapi Ongole adalah sapi keturunan sapi liar Bos indicus yang berhasil dijinakkan di India. Di Indonesia, sapi ini dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu Sumba Ongole (SO) dan Peranakan Ongole (PO). Persilangan antara SO dengan sapi setempat di Jawa menghasilkan anakan yang mirip sapi Ongole sehingga disebut dengan istilah Peranakan Ongole (PO) Populasi sapi potong pada tahun 1991 adalah 10 juta dan dari jumlah tersebut 46% (4,6 juta) adalah sapi PO. Dari jumlah ini 3,7 juta (80%) sapi PO berada di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Pada tahun 2001 perkiraan

jumlah sapi potong di Indonesia adalah 11,1 juta terdiri dari 5,4 juta sapi asli dan sapi lokal serta 5,7 juta bangsa sapi lainnya. Dari total populasi tersebut 7,81% (874.000) berupa sapi PO dan 74,58% berada di Jawa (Astuti, 2004). Ciri khas sapi Ongole adalah berbadan besar, berpunuk besar, bergelambir longgar dan berleher pendek. Kepala, leher, gelambir (gumba) dan lutut berwarna hitam, terutama pada sapi jantan. Kulit berwarna kuning dengan bulu putih atau putih kehitam-hitaman. Kulit disekeliling mata, bulu mata, moncong, kuku dan bulu cambuk pada ujung ekor berwarna hitam. Kepala pendek dengan profil melengkung, mata besar dengan sorot yang tenang. Tanduk pendek dan tanduk pada sapi betina berukuran lebih panjang dibandingkan sapi jantan. Telinganya panjang dan menggantung. Pemberian jerami padi dan konsentrat pada sapi Peranakan Ongole akan dapat meningkatkan pertambahan bobot badan 813 g/ekor/hari dan lebih baik bila dibandingkan dengan sapi Madura (648 g/ekor/hr) (Anonimous, 2007).

2.2 Aren (Arenga pinnata merr) Aren merupakan jenis tanaman tahunan. Sebagai jenis tanaman tropis aren dapat hidup tanpa tergantung pada musim. Aren (Arenga pinnata) termasuk suku Arecaceae (pinang-pinangan) yang merupakan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae). Pohon aren hampir mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya, pohon kelapa batang pohonnya bersih sedangkan batang aren sangat kotor karena batangnya terbalut ijuk (Sunanto, 1993). Semua bagian pohon aren dapat diambil manfaatnya, mulai dari akar (untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai macam peralatan dan bangunan) dan daun muda/janur untuk pembungkus kertas

rokok. Untuk dapat diambil patinya (tepungnya), pohon aren harus sudah berumur sekitar 20 tahun. Sistematika botani tanaman aren secara lengkap menurut Anonimous (2005) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Species : Arenga saccharifera Labiil : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Spadicitlorae : Palmae : Arenga : Arenga pinnata Merr.

Sampai saat ini dikenal 3 jenis aren yaitu aren (Arenga pinnata), aren gelora (Arenga undulatifolia), dan aren sagu (Arenga microcarpa). Jenis aren (Arenga pinnata) sama dengan pohon kelapa berbatang tinggi dapat mencapai 20 meter, garis tengah batangnya di bagian bawah mencapai 75 cm, daunnya lebih besar dan lebih kuat dari daun kelapa dan memiliki tajuk yang rimbun. Aren gelora mempunyai batang agak pendek dan ramping, pangkal batang bertunas sehingga tanaman ini tampak berumpun, daunnya tersusun teratur dalam satu bidang datar dan sisi daunnya bergelombang. Aren sagu adalah jenis tanaman aren yang berbatang tinggi, sangat ramping dan berumpun banyak (Sunanto,1993). Tanaman aren mempunyai manfaat yang banyak. Mulai dari akar, batang, pelepah, daun sampai ke puncak tanaman ini seluruhnya bisa dimanfaatkan disamping tandan bunganya yang bisa menghasilkan nira untuk bahan baku dalam

pembuatan gula atau pemanis. Adapun tepung aren sendiri biasa digunakan sebagai pengganti tepung terigu yang banyak digunakan dalam pembuatan aneka jenis makanan seperti bihun, bakso, bakmi, dawet dan sohun (Safari, 1993). Cara pengambilan tepung aren pada dasarnya sama dengan tepung dari pohon sagu yaitu dilakukan penebangan terlebih dahulu kemudian dipotongpotong sepanjang 1-1,5 meter. Potongan batang aren kemudian dipecah membujur menjadi empat bagian yang sama besarnya sehingga tampak bagian dalamnya dimana terdapat empelur yang mengandung sel-sel parenchyma penyimpan tepung. Kemudian empelur di pisahkan dari kulit dalamnya, selanjutnya digiling menggunakan mesin parut. Hasil parutan serbuk yang keluar dari mesin dikumpulkan dan diayak untuk memisahkan serbuk-serbuk dari serat-seratnya yang kasar. Serbuk tersebut ditaruh di atas strimin yang terendam dalam bak, serbuk-serbuk tersebut selanjutnya di remas-remas sehinga patinya keluar dan larut dalam air dan kemudian mengendap (Sunanto, 1993).

2.3 Jerami Padi Dalam setiap panen raya pertanian tanaman pangan di Indonesia ini selalu membawa hasil sampingan atau limbah pertanian yang cukup besar pula. Setiap tahunnya dihasilkan limbah pertanian yang sangat berlimpah hingga mencapai jutaan ton. Limbah pertanian ini terdiri atas jerami padi, daun jagung, batang jagung, daun kedelai, daun kacang tanah dan ubi kayu. Jerami padi merupakan limbah pertanian terbesar dengan jumlah sekitar 20 juta ton per tahun. Jerami merupakan bagian dari batang tumbuhan tanpa akar yang tertinggal setelah dipanen butir buahnya. Jika jerami padi langsung diberikan kepada ternak tanpa

melalui proses pengolahan, maka jerami padi ini akan tergolong sebagai makanan ternak yang berkualitas rendah. Jerami padi memiliki kandungan zat gizi yang rendah, kandungan protein yang sedikit, dan daya cernanya rendah. (Shiddieqy, 2005). Menurut Syamsu (2007) penggunaan jerami padi sebagai makanan ternak telah umum dilakukan di daerah tropik dan subtropik, terutama sebagai makanan ternak pada musim kemarau. Berdasarkan luas areal panen tanaman pangan di Indonesia, maka diketahui bahwa jumlah produksi jerami padi di Indonesia adalah 44.229.343 ton Bahan Kering (BK). Hal ini menunjukkan bahwa jerami padi memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia. Dengan demikian, untuk pengembangan peternakan khususnya ternak ruminansia di suatu wilayah diupayakan dapat memanfaatkan jerami padi sebagai sumber pakan. Namun demikian, penggunaan jerami padi sebagai makanan ternak mengalami kendala terutama disebabkan adanya faktor pembatas dengan nilai nutrisi yang rendah yaitu rendahnya kandungan protein kasar (4,23%), tingginya serat kasar (42,13%), lignin (8,22%) dan rendahnya kecernaan. Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan baru mencapai 31-39%, sedangkan yang dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai pupuk 36-62% dan sekitar 7-16% digunakan untuk keperluan industri. Jerami padi terutama tersusun atas dinding sel. Komponen dinding sel jerami padi (79% dari bahan kering) mengandung serat kasar yang terdiri dari selulosa (33%), hemiselulosa (26%), lignin (7%) dan silika (13%) (Jackson, 1987). Kandungan selulosa dan hemiselulosa yang tinggi didalam serat kasar memungkinkan jerami padi berpotensi sebagai sumber energi bagi ternak

ruminansia (Ibrahim and Schiere, 1985), tetapi penggunaan jerami padi sebagai pakan ruminansia dibatasi oleh rendahnya Voluntary Feed Intake (VFI), kandungan lignin dan silika yang tinggi dan juga disebabkan rendahnya kadar protein dan mineral esensial (Roxas et al., 1986). Lignin dan silika merupakan satu kesatuan yang kuat didalam dinding sel yang mengakibatkan struktur dinding sel menjadi kuat (Van Houtert, 1981), sehingga sulit dicerna oleh mikroba rumen (Roxas et al., 1986). Berdasarkan hasil survey yang pernah dilakukan, produksi limbah pertanian di Jawa dan Bali diperkirakan antara 22,9 sampai 34,4 juta ton dalam setahun, dari jumlah ini 67,2% berupa jerami padi. Kandungan protein kasar jerami padi hanya sekitar 3-4% dengan nilai kecernaan 35-37% (Musofie dkk., 2007).

2.4 Konsumsi Pakan Konsumsi merupakan aspek yang penting untuk mengevaluasi nilai nutrisi bahan pakan. Keragaman kapasitas produksi ternak yang disebabkan oleh pakan yang paling utama adalah konsumsi, sedangkan konsumsi sangat dipengaruhi oeh gerakan laju pakan dalam saluran pencernaan yang tidak lain sangat dipengaruhi oleh tingkat kecernaan (Chuzaemi dan Hartutik, 1990). Menurut Soebarinoto, Chuzaemi dan Mashudi (1991) keragaman konsumsi pakan disebabkan oleh aspek individu, spesies, bangsa ternak, status fisiologis, kebutuhan energi, kualitas pakan, kondisi lingkungan, kandungan protein kasar dan palatabilitas pakan. Penambahan pakan dalam jumlah yang besar akan mempercepat aliran pakan dalam usus sehingga mengurangi daya cerna, karena pakan lebih cepat meninggalkan rumen sebelum proses pencernaannya selesai (Tillman dkk., 1998).

10

Ternak yang dapat mengkonsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan energinya maka akan memberikan tingkat produksi yang optimal sebab kekurangan energi pada ternak akan mengurangi semua fungsi produksi (Tillman dkk., 1998). Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah iklim, lingkungan, status fisiologis ternak (bunting, laktasi, kering), ukuran tumbuh (besar atau kecil), kondisi tubuh ternak (gemuk atau kurus) dan perubahan pakan (jenis, bentuk, kuantitas dan kualitas). Tinggi rendahnya konsumsi pakan pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh faktor eksernal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak) (Kartadisastra, 1997). Kosumsi pakan dapat dinyatakan dengan nilai relatif terhadap bobot badan metabolis (BB0,75) dengan asumsi bahwa konsumsi adalah fungsi dari kebutuhan metabolis. Jumlah pakan yang dikosumsi seekor ternak sering dinyatakan dalam % bobot badan (BB).

2.5 Pertambahan Bobot Badan (PBB) Pertumbuhan adalah merupakan aktivitas fisiologis yang dapat dinyatakan dengan PBB rata-rata persatuan waktu. Laju PBB rata-rata harian atau Avarage Daily Gain (ADG) dari individu atau sekelompok ternak dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
ADG = W2 W1 t1 t 2

Dimana W2 dan W1 masing-masing adalah BB akhir dan awal penimbangan, sedangkan t1 dan t2 adalah periode lama waktu antara penimbangan awal sampai akhir (Cole, 1966). Kecepatan PBB ini diantarnya dipengaruhi oleh jumlah kosumsi pakan yakni makanan yang dihabiskan (Tillman dkk., 1998).

11

PBB merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk diperhatikan karena dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi dari pakan yang diberikan (Davis,1983). PBB terjadi cepat sekali pada fase-fase sebelum dewasa tubuh, setelah itu kecepatan pertumbuhan berkurang terus hingga pada ahirnya akan tetap setalah ternak mencapai dewasa (Tulloh, 1978). Pertumbuhan yang cepat pada ternak muda dapat dipacu dengan pemberian pakan yang berkualitas tinggi dan dalam jumlah yang cukup, tetapi untuk ternak dewasa peningkatan BB yang terjadi sebagai akibat penimbunan lemak (Reddy, 1982). Menurut Edey (1983) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan setelah disapih adalah pakan, jenis kelamin, umur dan BB saat penyapihan serta lingkungan tempat ternak berada.

12

BAB III MATERI DAN METODE

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Percobaan Loka Penelitian Sapi Potong Grati yang dimulai bulan Juni 2007 sampai dengan Agustus 2007, sedangkan analisis nutrien pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Loka Penelitian Sapi Potong Grati, Pasuruan.

3.2 Materi Penelitian Materi yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Sapi Peranakan Ongole jantan berumur 2 tahun sebanyak 16 ekor dengan bobot badan awal berkisar 133-250 kg. 2. Pakan yang diberikan berupa jerami padi (Oryza sativa), konsentrat Yellow Feed produksi KUTT Suka Makmur Grati, Pasuruan dan ampas aren (Arenga pinnata merr) yang berasal dari Klaten. Kandungan nutrien pakan dari jerami padi, konsentrat dan ampas aren dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan nutrien pakan jerami padi, konsentrat dan ampas aren yang digunakan selama penelitian berdasarkan hasil analisis Laboratorium Nutrisi Loka Penelitian Sapi Potong Grati, Pasuruan. Komponen (%) Jerami padi Konsentrat Ampas aren BK 84,22 89,40 78,22 BO 70,09 75,38 76,58 PK 4,69 13,70 6,78 SK 28,89 17,56 20,92 LK 1,52 4,23 0,41

13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kandungan Nutrien Pakan Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jerami padi, konsentrat dan ampas aren. Hasil analisis kandungan nutrien pakan dari masing-masing pakan yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan nutiren pakan yang digunakan selama penelitian berdasarkan hasil analisis proksimat Laboratorium Nutrisi Loka Penelitian Sapi Potong Grati, Pasuruan Kandungan Nutrien Pakan (% BK) Bahan Pakan BK BO PK LK SK Jerami padi 84,22 70,09 4,69 1,52 28,86 Konsentrat 89,40 75,38 13,70 4,23 17,56 Ampas aren 78,22 76,58 6,78 0,41 20,92

Dari hasil analisis proksimat pada Tabel 2. diatas menunjukkan bahwa jerami padi memiliki kandungan BK, BO, PK, LK dan SK berturut-turut sebesar 84,22%, 70,09%, 4,69%, 1,52% dan 28,86%. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Komar (1984) yaitu jerami padi sebagian besar terdiri dari dinding sel yang mengandung bahan kering sebesar 60-80%, PK 2-6%, LK 1-3,5% dan SK 29,76%. Hasil analisis proksimat konsentrat dan ampas aren menunjukkan adanya perbedaan pada kandungan SK dan PK. Kandungan SK ampas aren lebih tinggi yaitu 20,92% apabila dibandingkan dengan konsentrat sebesar 17,56% sedangkan untuk kandungan PK ampas aren lebih rendah yaitu 6,78% dibandingkan dengan konsentrat sebesar 13,70%. Bila dibandingkan dengan dedak padi yang memiliki kandungan serat kasar 20,42% dan protein kasar sebesar 8,24% (Parakkasi, 1999) maka dapat dikatakan bahwa ampas aren masih setara dengan dedak padi sebagai

19

pengganti konsentrat. Kandungan nutrien BK, BO, dan PK masing-masing pakan perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan nutrien pakan perlakuan yang digunakan selama penelitian. berdasarkan hasil analisis Laboratorium Nutrisi Loka Penelitian Sapi Potong Grati, Pasuruan Kandungan Nutrien Pakan (% BK) Perlakuan BK BO PK LK SK P0 88,36 74,32 11,90 3,69 19,82 P1 87,47 74,42 11,34 3,38 20,09 86,57 74,51 10,79 3,08 20,36 P2 P3 85,68 74,61 10,24 2,77 20,63

Seperti terlihat pada Tabel 3, bahwa semakin banyak penggunaan ampas aren kandungan PK cenderung semakin rendah akan tetapi kandungan SK semakin tinggi. Hal ini dikarenakan kandungan PK ampas aren lebih rendah dan kandungan SK lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata kandungan PK untuk semua perlakuan berkisar antara 11,07%. Hal tersebut sudah mencukupi kebutuhan kandungan PK sesuai dengan pendapat Parakkasi (1999) bahwa rata-rata kandungan PK sapi berkisar antara 10,7-11,7% untuk pertambahan bobot badan 0,6-0,9 kg. Protein merupakan bagian terpenting dari jaringan tubuh. Apabila bahan pakan tidak berprotein cukup, tubuh tidak akan dapat membentuk dan memelihara jaringan-jaringan yang harus digantikan. Sapi dewasa membutuhkan protein untuk menggantikan jaringan yang telah rusak dan untuk membentuk daging (Sugeng, 1998).

20

4.2 Konsumsi Nutrien Pakan Konsumsi merupakan faktor esensial yang merupakan dasar untuk menentukan produksi ternak. Dari pengetahuan tingkat konsumsi dapat ditentukan kandungan nutrien dalam ransum untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi (Parakkasi, 1999). Menurut Van Soest (1994) bahwa meningkatnya kecernaan akan diikuti oleh meningkatnya konsumsi pakan, karena laju aliran pakan dari rumen ke saluran pencernaan berikutnya akan lebih cepat sehingga tersedia ruangan dalam rumen untuk penambahan konsumsi pakan. Konsumsi nutrien yang diamati dalam penelitian meliputi Konsumsi BK (KBK), Konsumsi BO (KBO) dan Konsumsi PK (KPK) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan KBK, KBO dan KPK pada ternak untuk masing-masing pakan perlakuan selama penelitian Konsumsi nutrien pakan (kg/ekor/hari) Pakan perlakuan BK BO PK P0 7,221,99a 5,271,49a 0,870,24a P1 7,081,00a 5,240,72a 0,840,12a a a P2 6,631,00 4,620,71 0,730,11a P3 6,200,95a 4,500,70a 0,680,12a 0,75 Konsumsi nutrien pakan (g/kg BB /hari) Pakan perlakuan BK BO PK P0 129,828,27b 94,516,19b 15,651,09b P1 126,804,38b 93,713,05b 15,020,55b a a P2 120,973,40 84,282,53 13,320,38a a a P3 113,883,97 82,672,17 12,390,79a Keterangan: a-a superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) a-b superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Berdasarkan hasil analisis peragam menunjukkan bahwa BB awal ternak memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai KBK, KBO dan KPK (g/ekor/hari). Demikian juga hasil analisis ragam manunjukkan bahwa pakan perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai KBK dan KPK (g/kgBB0,75/hari).

21

Pakan perlakuan P0 cenderung memiliki konsumsi yang lebih tinggi dibanding pakan perlakuan P1, P2 dan P3 sedangkan pakan perlakuan P3 cenderung memiliki nilai konsumsi yang terendah. Seperti terlihat pada Tabel 4 diatas, bahwa semakin tinggi penggunaan ampas aren dengan campuran konsentrat nilai KBK, KBO dan KPK cenderung semakin menurun. Hal ini dikarenakan kandungan BK, BO dan PK ampas aren lebih rendah dibandingkan dengan konsentrat. Berdasarkan hasil penelitian, KBK rata-rata yaitu 6,78 kg/ekor/hari atau 122,43 g/kg BB0,75/hari dengan rata-rata sekitar 3,21% dari BB. Hal tersebut sudah mencukupi kebutuhan BK untuk hidup pokok sesuai dengan pendapat rskov (1970), Davies (1983) dan Parakkasi (1999) bahwa kebutuhan BK sapi berkisar antara 2-3% dari BB, demikian juga Soebarinoto, dkk (1991) yang menyatakan bahwa konsumsi BK ruminansia berkisar antara 2-4% dari BB. Hasil KPK rata-rata yaitu 0,78 kg/ekor/hari atau 14,04 g/kg BB0,75/hari. Menurut Parakkasi (1999) pada sapi yang sedang tumbuh pada BB 180-225 kg dengan PBB 0,9-1,1 kg/ekor/hari kebutuhan PK sekitar 0,65-0,76 kg/ekor/hari. Mengenai gambaran Konsumsi BK, Konsumsi BO dan Konsumsi PK pada sapi PO jantan dalam g/kg BB0,75/hari yang diberi pakan perlakuan P0, P1, P2 dan P3 disajikan Gambar 1

22

140 120 100 80 Kons (g/kgBB0,75/hr) 40 20 0 P0 P1 P2 Perlakuan P3

KBK KBO KPK

Gambar 1. Grafik konsumsi pakan (KBK, KBO dan KPK) masing-masing perlakuan pada sapi PO jantan (g/kgBB0,75/hari)

4.3 Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan merupakan salah satu bentuk manifestasi dari adanya pertumbuhan pada seekor ternak. Pertumbuhan terjadi karena adanya penambahan jumlah sel atau hyperplasia yang selanjutnya diikuti oleh proses penambahan ukuran hypertrophy (Anggorodi, 1979; Edey, 1983; Payne, 1988). Nilai rataan PBB ternak selama penelitian disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan PBB ternak selama penelitian Perlakuan PBB (kg/ekor/hari) P0 0,97b P1 0,82b P2 0,78b P3 0,57a Keterangan: a-b superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) Berdasarkan hasil analisis peragam bahwa BB awal ternak memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap PBB, namun demikian berdasarkan analisis ragam pakan perlakuan memberikan pengaruh yang terhadap PBB. nyata (P<0,05)

23

Dari tabel 5 diatas menunjukkan bahwa pakan perlakuan tidak memberikan peningkatan PBB yang nyata apabila dibandingkan dengan pakan kontrol. Hal ini karena konsumsi BK, BO dan PK menurun yang disebabkan karena kandungan nutrien pakan perlakuan juga menurun dibandingkan dengan pakan kontrol. Pola PBB antara perlakuan P0, P1, P2 dan P3 selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Pola PBB selama Penelitian
300 250 BB (kg) 200 150 100 50 0 1 2 3 4 5 Minggu 6 7 8 9 P0 P1 P2 P3

Gambar 2. Grafik pola PBB pada percobaan pertumbuhan Pada Gambar 2. dapat dilihat bahwa pakan perlakuan P0 memberikan PBB yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan pakan perlakuan P1, P2 dan P3. Hal ini dikarenakan pakan perlakuan P0 mengandung protein yang tinggi meskipun pada awalnya BB mengalami penurunan, tetapi akhirnya dapat mencapai pertumbuhan yang baik apabila dibandingkan dengan pakan perlakuan P1, P2 dan P3. Pakan perlakuan P3 cenderung memberikan PBB terendah apabila dibandingkan dengan pakan perlakuan P0, P1 dan P2. Hal ini dikarenakan pakan perlakuan P3 memiliki konsumsi BK, BO dan PK rendah.

24

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pakan perlakuan P0 memberikan nilai tertinggi yaitu sebesar 0,97 kg/ekor/hari, untuk pakan perlakuan P1, P2 dan P3 berturut-turut yaitu 0,82, 0,78 dan 0,57 kg/ekor/hari. Pertumbuhan yang cepat pada ternak muda dapat dipacu dengan pemberian pakan yang berkualitas tinggi dan dalam jumlah yang cukup, tetapi untuk ternak dewasa PBB yang terjadi sebagai akibat dari penimbunan lemak. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi PBB antara lain kualitas pakan yang diberikan, lingkungan, jenis kelamin dan kepadatan ternak (Sandford dan Woodgate, 1979).

4.4 Konversi Pakan Konversi pakan dapat dihitung dengan cara membagi antara pakan yang dikonsumsi (g) dengan pertambahan bobot badan (g). Data rataan konversi pakan pada masing-masing perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan konversi pakan pada masing-masing perlakuan selama penelitian. Perlakuan Biaya pakan (Rp)/kg PBB Konversi pakan P0 6.961,75 7,67a P1 8.048,74 8,17a P2 8,54a 7.874,13 P3 11,20a 10.090,99 a-a Keterangan: superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) Dari hasil analisis peragam menunjukkan bahwa BB awal ternak memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan. Demikian pula dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pakan perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan. Nilai konversi pakan perlakuan P3 cenderung lebih tinggi yaitu sebesar 11,20 bila dibandingkan pakan perlakuan P0, P1 dan P2 yaitu berturut-turut 7,67, 8,17 dan 8,54. Hal ini disebabkan karena konsumsi serta PBB dari pakan perlakuan P3

25

cenderung lebih rendah bila dibandingkan konsumsi pakan perlakuan P0, P1 dan P2. Penurunan konversi pakan disebabkan peningkatan konsumsi pakan yang diikuti dengan peningkatan pertambahan bobot badan. Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa harga pakan perlakuan P0 cenderung lebih murah yaitu Rp.6.961,75 yang diikuti dengan pakan perlakuan P2 yaitu sebesar Rp.7.874,13, pakan perlakuan P1 yaitu sebesar Rp.8.048,74 dan pakan perlakuan P3 yaitu sebesar Rp.10.090,00. Hal ini sesuai dengan pendapat Suyadi (1990) bahwa konversi pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan.

26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ampas aren dapat digunakan sebagai pengganti konsentrat hanya sebesar 8%. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai Konsumsi BK pakan perlakuan P1, P2 dan P3 berturut-turut 7,08, 6,63 dan 6,20 kg/ekor/hari, Konsumsi BO 5,24, 4,62 dan 4,50 kg/ekor/hari dan Konsumsi PK berturut-turut 0,84, 0,73 dan 0,68 kg/ekor/hari.

2. Penggunaan 8% ampas aren sebagai pengganti konsentrat juga


memberikan pengaruh yang baik terhadap nilai Pertambahan Bobot Badan (PBB) bila dibandingkan dengan pengggunaan ampas aren sebesar16% dan 24%. Hal ini dapat dilihat dari nilai PBB untuk pakan perlakuan P1, P2 dan P3 yaitu sebesar 0,82, 0,78 dan 0,57. Penggunaan 16% ampas aren memberikan pengaruh yang baik terhadap nilai konversi pakan apabila dibandingkan dengan penggunaan aren sebesar 8% dan 24% yaitu sebesar 8,17 dengan harga Rp.8048,74 untuk P1, 8,54 dengan harga Rp.7874,13 untuk P2 dan 11,20 dengan harga Rp.10090,99 untuk P3 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa pemanfaatan 16% ampas aren dapat digunakan sebagai pengganti konsentrat.

27

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Anonimous. 2005. Botani Aren. http//ftp.ui.edu/v12/artikel/ttg-tanamanobat/depkes/buku1/1033.pdf.Tanggal akses29 mei 2007. Anonimous. 2007. Potensi Sapi Peranakan Ongole. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. AOAC. 1980. Official Method of Analysis of The Official Agriculture Chemist. 9th ed. W. Horwitz. Washington DC. Arora, S. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Penerj. Retno Muwarni. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Askar, S., Djailani. Abdurrahman. Marlina, N dan Suparman. 1984. Prosedur Analisis Proksimat. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan. Departemen Pertanian. Bogor. Astuti, M. 2004. Potensi dan Keragaman Sumber Daya Genetik Sapi Peranakan Ongole (PO). http://72.14.253.104/search?q=cache:bPGsomKEca8J: peternakan.litbang.deptan.go.id/download/sapipotong/sapo04-6.pdf+sapi+ potong+peranakan+ongole&hl=id&ct=clnk&cd=3&gl=id diakses tanggal 18 juli 2007. Blakely, J dan D. H. Bade.1985. Ilmu Peternakan. Edisi IV. Penerjemah B. Srigandono. Penyunting Sudarsono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Chuzaemi, S dan Hartutik. 1990. Ilmu Makanan Ternak Khusus (Ruminansia). Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Church, D. C. and W. G. Pond. 1984. Basic Animal Nutrition and Feeding. Second Ed. John Wiley and Sons. Portland. Cole, H.H. 1966. Introduction to Livestock Production. 2nd. Ed. W. H. Foreman and Company, San Fransisco. P. 432-449 dalam Pengaruh Kombinasi Pemberian Pakan Silase Jerami Padi Cairan Rumen Kerbau dan Molasee Terhadap Pertambahan Bobot Badan Sapi Peranakan Ongole. Davis, H. L. 1983. A Course Manual in Nutrition and Growth. The Australian University International Development Program (AUIDP). Melbourne.

28

Edey, T. N. 1983. A Course Manual in Tropical Sheep and Goat Production. Australian Universities International Development Program (AUIDP). Melbourne. Firdayati, M dan Marisa, H. 2005. Studi Karakteristik Dasar Limbah Industri Tepung Aren. Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan Binaan Vol.I No.2. Hartadi, H., S. Reksohadiprojo, dan A. D. Tillman. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Jackson, M. G. 1987. Treating Straw for Animal Feeding. Food and Agriculture Organization of The United Nations Rome. Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta. Komar, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jerami Sebagai Makanan ternak. Yayasan Grahita. Bandung. McDonalds, P., R.A. Edwards and J.F.D. Greenhalgh. 1988. Animal Nutrition. Longman Group limited, Longman House. Burnt Mill. Harlow. Essex. Musofie, A., Wardhani, N. K., dan Setiawan, R. 2007. Bahan Pengolah Limbah Pertanian Primabion JP-15. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. CV. Setia Pratama Mandiri. Yogyakarta. rskov, E.R. 1970. Nitrogen Utilization by The Young Ruminant. H. Swan and D. Lewis (Ed), Perc. Of The 4 th International Conference, Jhon A. Churcill. London. rskov, E. R. And M. Ryle. 1990. Energy Nutrition in Ruminants. Elsevier Applied Sci. London. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia. Jakarta. Payne, W. J. A. 1988. Cattle and Buffalo Meat Production in The Tropics. Longman Scientific and Technical. USA. Reedy, A. W. 1982. Sheep Production. Longan Scientific and Technical. England. Roxas, D. E., Castillo, L. S., Obsioma, A., Lapitan, R. M., Momongan, V. C. and Juliano, B. O. 1986. Chemical Composition and In Vitro Digestibility of Straw from Different Varieties of Rice, In The Utilization of Fibrous Agricultural Residues as Animal Feed. Edited by P. T. Doyle. University of Melbourne. Parkville Victoria Safari, A.1993. Teknik Membuat Gula Aren. Karya Anda. Surabaya.

29

Sanford, P.C and F.G. Woodgate. 1979. The Domestic Rabbit. 3nd Edition. Granada Publishing Inc. London. Sarwono, B dan Hario, B. A. 2003. Penggemukan Sapi Secara Cepat Cet 3. Penebar Swadaya. Jakarta. Shiddieqy, M. I. 2005. Pakan Ternak Jerami Olahan. Pikiran rakyat. Http//www.pikiranrakyat.go.id. Diakses 14 Desember 2007. Soebarinoto, S. Chuzaemi dan Mashudi. 1991. Ilmu Gizi Ruminansia. LUW. Universitas Brawijaya. Animal Husbandry Project. Malang. Soetanto, H. 2001. Prinsip Pemberian Pakan Untuk Ternak Sapi Potong. Shorth Course Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang. Sugeng, B. 1998. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. Sunanto, H. 1993. Aren Budidaya dan Multi Gunanya. Kanisius. Yogyakarta. Suyadi. 1992. Pengaruh Tingkat Kandungan Protein Ransum Terhadap Titer Antibodi Anti Newcastle Disease, Kadar Albumin Serum dan Performans Ayam Pedaging. Thesis. Universitas Airlangga. Surabaya. Syamsu. J.A. 2007. Kajian Penggunaan Starter Mikroba Dalam Fermentasi Jerami Padi Sebagai Sumber Pakan Pada Peternakan Rakyat di Sulawesi Tenggara. http// Jasmal. Blogspot. Com/2007/09/kajian penggunaan starter mikroba-data.m.html. Diakses pada tanggal 14 Desember 2007. Tillman, A. D., H. Hartadi dan S. Reksohadiprodjo. 1998. Ilmu makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Tulloh, N. M. 1978. A Course Manual in Beef Cattle Management and Economic. Australian Vice Chancellor Comite. Australia. Utomo, R., T. Sutarno., L. Sukanto dan Surastri. 1983. Pengaruh Pemberian Ampas Pati Aren (Arenga pinnata merr) Terhadap Produksi Susu Sapi Perah Peranakan Friesien Holstein. Kumpulan makalah seminar Pemanfaatan Limbah Pangan Dan Limbah Pertanian Untuk Makanan Ternak. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bandung. Van Soest, P. J. 1994. Nutritional Ecology of The Ruminant. 2nd Edition. Cornell University Press. New York. Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan Perancangan, Analisis dan Interpretasinya. PT Gramedia Pustaka Utama. Yogyakarta. .

30

You might also like